commit to user 31
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan
masalahmasalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah yang aktual. Data yang dikumpulkan, mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian
dianalisa Surakhmad, 1985. Sedangkan teknik penelitian yang digunakan adalah penelitian survei,
yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner
sebagai alat
pengumpulan data
yang pokok
Singarimbun dan Effendi, 1995.
B. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Penentuan Daerah Penelitian Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja purposive,
yaitu di Kabupaten Boyolali. Peneliti memilih Kabupaten Boyolali sebagai daerah penelitian dengan pertimbangan karena permintaan konsumen
terhadap ikan lele di Kabupaten Boyolali yang tinggi dan semakin meningkat. Dikarenakan keterbatasan data permintaan ikan lele di
Kabupaten Boyolali, maka dilakukan pendekatan dengan menggunakan data pengeluaran untuk bahan makanan daging dan ikan di Kabupaten
Boyolali. Berdasarkan Laporan Pemerataan Pendapatan dan Pola Konsumsi
Penduduk Jawa Tengah di Kabupaten Boyolali, diketahui bahwa pada tahun 2006 rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk bahan makanan
daging dan ikan adalah sebesar Rp 12.902,45 dan pada tahun 2007 rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk bahan makanan daging dan
ikan meningkat menjadi sebesar Rp 13.451,94. Laporan tersebut menunjukkan bahwa di Kabupaten Boyolali terjadi peningkatan konsumsi
untuk daging dan ikan, termasuk di dalamnya ikan lele. Selain itu, hasil wawancara dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali
31
commit to user 32
menyatakan bahwa permintaan masyarakat untuk ikan lele di Kabupaten Boyolali mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir.
Sedangkan produksi ikan lele di Kabupaten Boyolali juga cukup tinggi. Produksi ikan lele di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Produksi Perikanan untuk Ikan Lele di Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009
Tahun Jumlah Produksi ton
2005 2006
2007 2008
2009 5,040
5,400 5,760
6,120 6,840
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali, 2010 Tabel 3 menunjukkan bahwa produksi ikan lele di Kabupaten
Boyolali dari tahun 2005 hingga tahun 2009 cukup tinggi dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa
Kabupaten Boyolali merupakan daerah potensial bagi pemasar dan konsumen ikan lele, mengingat produksi perikanan dan permintaan
konsumsi untuk ikan lele di Kabupaten Boyolali cukup tinggi. Hal inilah yang menjadi pertimbangan peneliti untuk melakukan penelitian di
Kabupaten Boyolali. 2. Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja purposive, yaitu di pasar tradisional yang terdapat di Kabupaten Boyolali. Peneliti
memilih pasar tradisional di Kabupaten Boyolali sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan karena masyarakat Kabupaten Boyolali umumnya
membeli ikan lele di pasar tradisional. Selain itu, pasar modern yang terdapat di Kabupaten Boyolali tidak menjual ikan lele, sehingga
konsumen tidak dapat membeli ikan lele di pasar modern yang terdapat di Kabupaten Boyolali. Di dalam pasar tradisional, terdapat banyak pedagang
yang menjual bermacam-macam barang kebutuhan rumah tangga, termasuk di dalamnya pedagang yang menjual ikan lele.
commit to user 33
Pasar tradisional yang terdapat di Kabupaten Boyolali jumlahnya cukup banyak, sedangkan peneliti memiliki keterbatasan untuk meneliti
konsumen ikan lele dari seluruh pasar tradisional yang ada di Kabupaten Boyolali. Oleh karena keterbatasan tersebut, peneliti hanya melakukan
penelitian pada beberapa pasar tradisional yang terdapat di Kabupaten Boyolali. Penentuan pasar tradisional yang dijadikan sebagai lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja purposive, yaitu di dua pasar tradisional yang memiliki jumlah pedagang ikan lele paling banyak di
Kabupaten Boyolali. Penelitian ini hanya dilakukan di dua pasar tradisional agar penelitian lebih efektif dan efisien, karena tidak terlalu
banyak pasar tradisional yang diteliti. Penelitian ini memilih pasar tradisional yang memiliki jumlah pedagang ikan lele paling banyak karena
dianggap memiliki jumlah konsumen ikan lele yang banyak juga, sehingga diharapkan dapat mewakili seluruh konsumen ikan lele yang ada di
Kabupaten Boyolali. Tabel 4 menunjukkan jumlah pedagang dan pedagang ikan lele di
dalam los dan kios maupun di luar los dan kios yang berjualan di pasar-pasar tradisional Kabupaten Boyolali.
commit to user 34
Tabel 4. Jumlah Pedagang dan Pedagang Ikan Lele yang Berjualan di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali
Nama Pasar Jumlah Pedagang
Jumlah Pedagang Ikan Lele
Pasar Kota Boyolali Pasar Tambak
Pasar Mojosongo Pasar Sunggingan
Pasar Sonokrido Pasar Penggung
Pasar Ampel Pasar Karanggede
Pasar Wonosegoro Pasar Juwangi
Pasar Mongkrong Pasar Cepogo
Pasar Selo Pasar Simo
Pasar Trantang Pasar Kacangan
Pasar Ngengot Pasar Kemusu
Pasar Pengging Pasar Pundung
Pasar Nogosari Pasar Kebonagung
1.721 567
796 1.684
29 153
1.296 1.150
464 644
54 1.001
146 836
527 753
607 140
1.259 109
700 467
9 1
2 6
1 3
3 1
4 1
1 2
1 3
1
Sumber : Dinas Pasar Kabupaten Boyolali, 2010 Keterangan
: : Pasar tradisional yang terpilih sebagai lokasi penelitian
Tabel 4 menunjukkan bahwa Pasar Kota Boyolali dan Pasar Sunggingan adalah dua pasar yang memiliki jumlah pedagang ikan lele
paling banyak apabila dibandingkan dengan pasar tradisional lainnya di Kabupaten Boyolali. Oleh sebab itu, Pasar Kota Boyolali dan Pasar
Sunggingan menjadi pasar tradisional yang terpilih sebagai lokasi penelitian. Pertimbangan lain dalam memilih kedua pasar tradisional
tersebut karena konsumen Pasar Kota Boyolali dan Pasar Sunggingan berasal dari berbagai wilayah yang ada di Kabupaten Boyolali, sehingga
dianggap dapat mewakili seluruh konsumen pasar tradisional yang ada di Kabupaten Boyolali.
commit to user 35
3. Metode Penentuan Sampel Responden Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode judgement sampling. Menurut Kinnear dan Taylor 1995, metode judgement sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
apa yang dipertimbangkan bahwa unit atau unsur penarikan sampel tersebut akan dapat membantu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
riset yang sedang dikerjakan. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli ikan lele di pasar tradisional Kabupaten
Boyolali. Konsumen yang diambil sebagai sampel adalah konsumen yang mewakili rumah tangga konsumen yang membeli ikan lele untuk
dikonsumsi sendiri, tidak untuk dijual kembali dan yang sudah berkeluarga karena dianggap sudah memiliki pertimbangan yang bersifat
rasional dalam membeli ikan lele. Metode penentuan jumlah sampel dilakukan dengan metode
sampling tunggal, yaitu dengan mengambil sampel dengan ukuran tertentu dan diambil dengan cara tertentu pula Sudjana, 1992. Menurut
Djarwanto dan Pangestu 1994, apabila besar populasi tidak diketahui, maka penentuan jumlah sampel dilakukan dengan rumus penduga proporsi
dengan keyakinan 1- α dan besarnya error tidak melebihi suatu harga
tertentu. Rumus untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil adalah sebagai berikut :
N p
p 1
96 ,
1 E
- =
Karena besarnya populasi tidak diketahui, maka P1-P juga tidak diketahui. Nilai P selalu berada di antara 0 dan 1, sehingga besar populasi
maksimal adalah : TP
= P-P
2
D
f
P = 1- 2P
2P = 1
P = 0,5
commit to user 36
Harga maksimal dari fP adalah P1-P = 0,25. Jadi, besarnya sampel jika digunakan confident level 95 dan kesalahan yang terjadi sebesar 0,1
adalah :
2
1 ,
96 ,
1 25
, N =
= 96,04 Jumlah responden dibulatkan menjadi 96 responden Dari uraian di atas, dapat diperoleh jumlah responden yang diambil
di dua pasar tradisional dalam penelitian ini adalah 96 responden. Pengambilan jumlah responden untuk masing-masing pasar tradisional
dilakukan dengan metode proporsional random sampling menurut jumlah pedagang ikan lele, yaitu banyaknya responden dari setiap pasar diambil
sebanding dengan ukuran pedagang ikan lele yang berjualan pada setiap pasar tersebut Sudjana, 1992. Dengan kata lain, jumlah pedagang ikan
lele di setiap pasar tradisional akan mencerminkan jumlah responden ikan lele di pasar tradisional tersebut. Pengambilan jumlah responden untuk
masing-masing pasar secara proporsional menggunakan rumus : Ni
= x 96
Ni = Jumlah responden setiap pasar
Nk = Jumlah pedagang ikan lele pada setiap pasar sampel
N = Total jumlah pedagang ikan lele pada pasar sampel
96 = Jumlah keseluruhan responden yang diamati
Tabel 4 menunjukkan bahwa pedagang ikan lele yang berjualan di Pasar Kota Boyolali adalah sebanyak 9 orang dan di Pasar Sunggingan
adalah sebesar 6 orang. Perhitungan dari penerapan rumus di atas digunakan untuk menentukan jumlah responden tiap pasarnya dan
diperoleh hasil seperti Tabel 5 berikut ini :
commit to user 37
Tabel 5. Tempat Pembelian Ikan Lele, Jumlah Pedagang Ikan Lele, dan Jumlah Responden di Pasar Kota Boyolali dan Pasar Sunggingan
No. Nama Pasar
Jumlah Pedagang Ikan Lele orang
Jumlah Responden orang
1. 2.
Pasar Kota Boyolali Pasar Sunggingan
9 6
58 38
Total 15
96 Sumber : Dinas Pasar Kabupaten Boyolali 2010, dianalisis
Pembagian jumlah responden di kedua pasar tradisional di Kabupaten Boyolali, yaitu Pasar Kota Boyolali sebanyak 58 responden dan Pasar
Sunggingan sebanyak 38 responden. Sehingga, pengambilan responden pada penelitian ini dilakukan dengan mengambil 58 responden yang
membeli ikan lele di Pasar Kota Boyolali dan 38 responden yang membeli ikan lele di Pasar Sunggingan, kemudian dilakukan wawancara kepada
responden untuk mengumpulkan data.
C. Jenis dan Sumber Data