Analisis Framing Artikel Berita 2 Judul

42 Universitas Sumatera Utara Engeline seolah merupakan salah satu terbesar terkait kekerasan dan pembunuhan. Melalui artikel berita pertama yang peneliti analisis, peneliti menemukan viva.co.id ingin menggambarkan bahwa kasus pembunuhan Engeline merupakan kasus yang mengerikan. Hal tersebut terlihat dari cara viva.co.id menguraikan tentang apa yang dialami pada jasad Engeline secara detil. Viva.co.id menjelaskan bagian-bagian tubuh Engeline yang diduga menjadi sasaran kekerasan. Lebih lanjut, viva.co.id turut menguraikan dugaan tewasnya Engeline berdasarkan adanya jeratan tali di leher. Hal tersebut diuraikan sebelum adanya pemeriksaan dari pihak Kepolisian. Dengan kata lain, melalui penggambaran banyaknya luka yang ditemukan pada jasad Engeline, viva.co.id menjelaskan bahwa pelaku melakukan tindak kekerasan yang membuat pembaca merasa iba dan ngeri. Viva.co.id juga menggunakan kata „bocah‟ untuk menggantikan kata Engeline. Peneliti melihat bahwa viva.co.id menggiring persepsi pembaca bahwa kekerasan yang dilakukan pelaku, tidak sepantasnya dialami oleh seorang anak perempuan yang masih kecil dan sedang menempuh pendidikan.

2. Analisis Framing Artikel Berita 2 Judul

: Tragedi Angeline Jangan Sampai Berbuah Misteri Terbit : Jum’at, 12 Juni 2015 | 00:17 WIB Penulis : Aries Setiawan, Reza Fajri, Bayu Nugraha Artikel berita ini merupakan artikel kedua yang dipilih oleh peneliti untuk diketahui frame beritanya. Artikel ini dipilih berdasarkan kelengkapan konten dalam menggambarkan kronologis pembunuhan Engeline. Selain menjelaskan tentang cerita pembunuhan Engeline, dalam artikel ini juga terdapat dua sub judul. Kedua sub judul tersebut selanjutnya masing-masing dinamai „Korban perdagangan anak? ‟ dan „Kepekaan harus dibangun‟. Sesuai dengan sub judul pertama, di dalam artikel ini dibahas dugaan Engeline sebagai korban perdagangan anak karena diasuh oleh keluarga angkat. Sub judul kedua lebih mengaitkan antara kasus Engeline yang sudah terjadi dengan himbauan Komisi Universitas Sumatera Utara 43 Universitas Sumatera Utara Perlindungan Anak KPAI untuk lebih peka dengan kasus kekerasan pada anak yang terjadi pada lingkungan sekitar. Peneliti sengaja membagi analisis framing dalam artikel ini ke dalam bagian-bagian sesuai dengan sub judul yang diberikan. Alasan pembagian ini adalah untuk menjadikan proses menganalisa lebih terstruktur dan mudah dipahami. Perbedaan konten dalam masing-masing sub judul juga menjadi pertimbangan peneliti untuk membagi analisa framing berita tersebut. Jika ditelusuri dari judul yang diberikan, „Tragedi Engeline Jangan Sampai Berbuah Misteri ‟ menandakan viva.co.id ingin mengingatkan bahwa kasus Engeline harus diusut sampai tuntas. Para pelaku pembunuhan ini juga diharapkan viva.coid untuk diselidiki lebih lanjut apakah hanya satu orang atau melibatkan orang lain. Core frame dalam artikel berita ini ingin menunjukkan bahwa kasus Engeline merupakan sebuah kasus besar yang harus diselesaikan sampai akhir. Pencarian para pelaku harus benar-benar dilakukan secara serius. Pencarian tersangka ini selanjutnya dapat dimulai dari orang-orang yang paling dekat dengan kehidupan Engeline. Gagasan inti pada artikel ini juga menduga kemungkinan Engeline sebagai korban perdagangan anak. Selain hal itu, gagasan inti pada artikel ini mengungkapkan bahwa kasus Engeline menjadi sorotan dan pelajaran bagi masyarakat luas. Kasus ini menjadi bukti kongkretnya kasus kekerasan anak yang terjadi di tengah masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan rasa peka dan peduli masyarakat luas terhadap kasus-kasus kekerasan anak yang terjadi di sekitar lingkungan sosial. Pada core frame terdapat condensing symbol, yang terdiri atas framing devices dan reasoning devices. Melalui artikel ini, ditemui framing devices sebagai berikut: 1. Metaphors Eriyanto 2001 menjelaskan bahwa metaphors merupakan perumpamaan dan pengandaian. Jika dilihat pada artikel ini, penggunaan metaphors terlihat pada kalimat: “Kasus kematian bocah perempuan berparas manis itu semakin menyayat hati .” Universitas Sumatera Utara 44 Universitas Sumatera Utara Penggunaan kata „menyayat hati‟ menunjukkan bahwa kasus tewasnya Engeline menjadi sebuah kasus yang memilukan. Jika dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyayat hati berarti melukai hati, menyakiti hati, menyedihkan hati. Peneliti percaya bahwa viva.co.id ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa kasus kematian Engeline merupakan sebuah kasus yang luar biasa menyedihkan. Kata „menyayat hati‟ menjadi gambaran betapa kejamnya pembunuhan terhadap Engeline. 2. Exemplaar Exemplaar digunakan untuk menjelaskan kondisi tubuh Engeline ketika ditemukan. Lebih dari itu juga dijelaskan bagian tubuh Engeline yang menjadi sasaran kekerasan. “Berdasarkan hasil autopsi tim forensik RSUP Sanglah, di tubuh gadis cilik itu terdapat banyak luka. Di antaranya memar paha kanan samping luar, memar di bokong kanan, pinggang kanan dan perut kanan bawah. ” Melalui teks tersebut, diuraikan bagian-bagian tubuh Engeline yang ditemukan banyak luka. Melalui uraian tersebut, viva.co.id seakan ingin menyentuh perasaan pembaca setelah mengetahui kondisi luka pada korban. Lebih dari itu, Engeline yang turut digambarkan sebagai anak perempuan yang masih kecil dengan adanya luka di sekujur tubuh tentu membuat pembaca menjadi iba. Exemplaar pada artikel berita ini juga ditemukan pada kalimat, “Menurut Sudana, saat Angeline dibunuh, Margareth sedang berada di dalam rumah. Angeline dibunuh persis di depan kamar Margareth. Namun anehnya, Margareth mengaku tidak tahu kejadian pembunuhan anak angkatnya tersebut. ” Teks tersebut diuraikan secara mendalam mengenai tempat dibunuhnya Engeline. Uraian tersebut menjelaskan posisi Margareth ketika Engeline dibunuh dan menjawab dugaan-dugaan yang sempat diberikan kepada Margareth sebagai pembunuh Engeline. Viva.co.id memberikan kalimat yang kontras dengan menjabarkan ketidaktahuan Margareth dengan lokasi yang menjadi tempat pembunuhan. Universitas Sumatera Utara 45 Universitas Sumatera Utara Viva.co.id mengemas teks tersebut seakan menjadi hal yang tidak wajar ketika seseorang berada di dalam tempat yang sama dengan kejadian perkara, dan tidak mengetahui adanya kasus pembunuhan. Secara tidak langsung, Viva.co.id ingin mendalami fakta bahwa Margareth menjadi seseorang yang layak untuk diperiksa keterlibatannya atas kematian Engeline. 3. Catchphrases Menurut Gamson dan Modigliani dalam Eriyanto, 2001: 262, catchphrases terdiri atas frase yang menarik, kontras, menonjol dalam suatu wacana. Catchphrases digolongkan pada istilah, bentukan kata, atau frase kata yang merujuk pada pemikiran atau semangat tertentu. Melalui artikel berita ini, catchphrases terlihat pada, “Saat ini Agus ditetapkan sebagai pelaku tunggal.” Peneliti menjadikan „pelaku tunggal‟ sebagai frase yang merujuk pada pemikiran tertentu. Tunggal dalam hal ini berarti satu orang atau seorang diri. Hal tersebut menggambarkan bahwa pelaku kekerasan dan pembunuhan terhadap Engeline adalah satu orang. Portal berita online, Viva menggunakan kata „pelaku tunggal‟ untuk merujuk pada Agus sebagai satu-satunya orang yang bertanggung jawab atas kasus Engeline dan ditetapkan sebagai tersangka. Selain kata tersebut, „pelaku tunggal‟ disandingkan dengan kata „saat ini‟ yang berarti masih memungkinkan adanya pelaku lain yang terlibat. Sementara penyelidikan masih berlangsung, maka masih ada kemungkinan ditetapkannya orang lain sebagai tersangka. Viva.co.id melalui kalimat tersebut menunjukkan bahwa kasus Engeline masih belum selesai dan dugaan-dugaan adanya tersangka baru masih mungkin terjadi. 4. Depiction Azhari 2015 menjelaskan bahwa depiction merupakan cara menggambarkan fakta dengan memaknai kata, istilah, atau kalimat konotatif agar khalayak terarah ke citra tertentu. Penjelasan tersebut terlihat pada kalimat, Universitas Sumatera Utara 46 Universitas Sumatera Utara “Tubuhnya dikubur di belakang rumah di Jalan Sedap Malam, Denpasar. Rumah orangtua angkat Angeline, Margareth Magawe. Kondisinya mengenaskan. ” Kondisi Angeline digambarkan dengan istilah „mengenaskan‟, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti menyedihkan atau memilukan. Melalui teks ini, viva.co.id ingin menyampaikan kepada khalayak bahwa tubuh Engeline ketika ditemukan membuat orang lain merasa sedih atau pilu. 5. Visual Images Melalui artikel ini, wajah Engeline menjadi foto yang digunakan viva.co.id. Terlihat bahwa Engeline menggunakan seragam sekolahnya yang berwarna biru-putih. Lebih dari itu, tergambar jelas Engeline membawa tas ransel berwarna merah muda dan sepatu berwarna senada dengan kaki putih. Pembaca dapat melihat wajah Engeline yang memberikan senyum ketika dirinya difoto, dengan keterangan foto „Angeline semasa hidup‟. Dari penjabaran tersebut, dapat diketahui foto ini diabadikan ketika Engeline akan berangkat sekolah atau telah pulang dari sekolah. Peneliti menemukan bahwa viva.co.id ingin menunjukkan bahwa Engeline sebagai korban kekerasan merupakan seorang anak yang masih kecil dan sedang duduk di bangku sekolah. Penjelasan pada framing devices tersebut kemudian didukung oleh pola- pola yang digunakan dalam reasoning devices, di antaranya adalah: 1. Roots Pada artikel ini menunjukkan bahwa penemuan Engeline yang sempat dinyatakan hilang dan ditemukan dalam keadaan tewas membuat sedih banyak pihak. Viva.co.id mengkontruksi dengan menggambarkan proses pencarian Engeline yang cukup lama dan hasil temuan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan hingga membuat khalayak pilu. “Pencarian bocah perempuan di Bali, Angeline, yang dinyatakan hilang sejak Sabtu, 16 Mei 2015 berakhir pilu. Dia ditemukan tak bernyawa, Rabu, 10 Juni 2015, sekitar pukul 11.30 WIB. ” Universitas Sumatera Utara 47 Universitas Sumatera Utara 2. Appeals to Principle Perangkat penalaran pada artikel yang diterbitkan viva.co.id ini terlihat dengan menggunakan klaim-klaim moral appeals to principle, seperti penjelasan berupa penekanan pada frekuensi pemerkosaan yang dilakukan tersangka Agus kepada Engeline. Di samping itu, kondisi Engeline yang juga diperkosa ketika sudah dalam keadaan meninggal turut dijelaskan secara berulang-ulang. Viva.co.id menunjukkan bahwa kasus pemerkosaan yang dilakukan Agus setelah Engeline wafat merupakan suatu hal yang sangat tidak lumrah terjadi. “Sudah tewas, sudah jadi mayat, Agus masih memperkosa lagi. Jadi total, dua kali dia memperkosa Angeline, ujar Sudana. ” 3. Consequence Efek consequence dalam artikel ini menunjukkan bahwa proses investigasi kasus pembunuhan Engeline tidak berhenti sampai tahap ditetapkannya Agus sebagai tersangka. Melalui narasumber yag dipilih viva.co.id, Kapolda Bali menunjukkan bahwa pihak Kepolisian juga akan terus mencari penyebab pasti meninggalnya Engeline. Hal tersebut ditambah dengan pencarian orang yang bertanggung jawab atas kematian Engeline. Viva.co.id secara tidak langsung menunjukkan masih ada kemungkinan keluarga Engeline terlibat dalam kasus pembunuhan ini. “Kapolda Bali, Inspektur Jenderal Ronny F Sompie, mengatakan keluarga Angeline pasti dimintai informasi untuk mencari tahu penyebab dan siapa yang bertanggung jawab atas kematian Angeline. ” Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa di dalam artikel ini juga terdapat dua sub judul. Sub judul pertama diberikan judul „Korban perdagangan anak? ‟. Jika dilihat dari konten yang ada pada sub judul ini, viva.co.id ingin menjelaskan kemungkinan Engeline sebagai korban perdagangan anak. Core frame gagasan inti dalam sub judul ini mengarahkan khalayak untuk tidak terlalu banyak menduga atas penyebab dan pelaku pembunuhan Engeline. Core frame Universitas Sumatera Utara 48 Universitas Sumatera Utara pada sub judul ini juga terdiri atas framing devices dan reasoning devices. Framing devices dapat terlihat seperti berikut: 1. Metaphors Peneliti tidak menemukan penggunaan metaphors yang ada pada artikel ini. Jika dilihat dari isi berita secara keseluruhan, tidak ditemukan kata atau teks yang menganalogikan dan memberikan makna tersirat terhadap sesuatu hal. 2. Exemplaar Jika diamati konten sub judul ini, peneliti melihat penggunaan exemplaar pada penjelasan tentang adanya kemungkinan orang lain, yang terlibat dalam kasus pembunuhan Engeline. “Namun, Ronny memastikan, penyidik masih mendalami kemungkinan adanya tersangka lain yang terlibat. Baik sebagai penyuruh, atau turut seta melakukan, atau membantu melakukan dalam kasus pembunuhan Angeline. ” Peneliti menemukan sekali lagi viva.co.id menguraikan bahwa kemungkinan adanya orang lain yang turut bertanggung jawab atas kematian Engeline. Peneliti beranggapan apa yang dicantumkan viva.co.id bukanlah tanpa tujuan. Dugaan-dugaan yang diberikan lewat teks pada artikel seolah ingin mengkonstruksi khalayak untuk mengiyakan adanya tersangka lain. Sementara itu, proses hukum dan investigasi masih berjalan. 3. Catchphrases Frase yang menonjol dan digunakan oleh viva.co.id lewat artikel ini terlihat pada, “Tapi, Rita mengaku terkejut dengan penetapan Agus sebagai pelaku tunggal dalam kasus pembunuhan disertai pemerkosaan terhadap Angeline. Pasalnya, dalam kasus hilangnya Angeline, pihak yang disebut-sebut bertanggung jawab sebelumnya adalah keluarga angkat Angeline. ” Universitas Sumatera Utara 49 Universitas Sumatera Utara Melalui teks tersebut, viva.co.id menggambarkan perasaan narasumber ketika mengetahui Agus sebagai tersangka tunggal. Penggunaan kata „terkejut‟ oleh viva.co.id yang menjelaskan tentang suatu hal yang sulit dipercayai masyarakat luas secara umum. Kalimat selanjutnya menunjukkan bahwa kemungkinan adanya tersangka kedua yang berasal dari pihak keluarga angkat Angeline. Lagi-lagi viva.co.id lewat teks yang disampaikan dan pernyataan yang diberikan narasumber menguraikan Agus tidak bertanggung jawab sendiri atas kematian Engeline. 4. Depiction Peneliti menemukan pelabelan pada konten berita pada sub judul ini melalui kalimat, “Terlalu dini sekali kalau kita menduga ada indikasi perdagangan anak dalam kasus Angeline. Saya kira terlalu jauh, kata Yuliana ” Pada kalimat tersebut dijelaskan bahwa anggapan masyarakat tentang indikasi perdagangan anak masih terlalu cepat. Lewat kata „terlalu dini ‟, viva.co.id seolah ingin menepis dugaan yang beredar tentang kaitan terbunuhnya Engeline dan adanya isu perdagangan anak. 5. Visual Images Sub judul ini tidak menyantumkan foto atau ilustrasi tambahan yang mendukung isi artikel. Foto atau ilustrasi yang ada merupakan foto Engeline yang menggunakan seragam sekolah dan sudah dijelaskan sebelumnya pada analisa di artikel utama. Framing devices tersebut kemudian didukung oleh roots, appeals to principle, dan consequence yang tergolong pada reasoning devices. 3. Roots Melalui sub judul ini, roots menunjukkan bahwa masih ada hal-hal yang harus dijadikan pertimbangan agar proses penyelidikan kasus Engeline bersifat profesional, seimbang, dan sesuai dengan aturan perundang-undangan. Universitas Sumatera Utara 50 Universitas Sumatera Utara “Ronny menegaskan masih ada asas praduga tak bersalah. Inilah yang menjadikan penyidik harus tetap profesional, proporsional, sesuai dengan prosedur perundang-undangan. ” Peneliti juga menemukan kalimat kausal pada konten sub judul ini, yaitu, “Komisioner KPAI, Susanto, berharap kepolisian dapat mengungkap kasus ini hingga tuntas. Jika kasus tidak dituntaskan, maka akan terjadi preseden buruk bagi perlindungan anak. ” Melalui kalimat tersebut, viva.co.id melalui narasumber yang dipilih ingin menunjukkan bahwa kasus Engeline merupakan suatu cerminan bagi perlindungan anak. Tuntas atau tidaknya kasus Engeline menjadi dasar bahwa pihak-pihak terkait juga turut andil dalam hal perlindungan anak. 3. Appeals to Principle Klaim-klaim moral yang disematkan pada sub judul ini terletak pada himbauan untuk khalayak, agar tidak terlalu menduga atas apa yang sebenarnya terjadi pada kasus Engeline. Himbauan itu juga sesuai dengan apa yang semestinya dilakukan terhadap kasus-kasus lain pada umumnya, yaitu menunggu hingga proses penyelidikan selesai oleh pihak berwajib. “Yuliana meminta seluruh pihak untuk tidak menduga-duga kasus ini, dan menunggu hasil investigasi pihak kepolisian. ” 3. Consequences Peneliti menemukan efek pada konten sub judul ini yan menjelaskan bahwa adanya dugaan Engeline sebagai korban perdagangan manusia dalam jaringan paedofil, harus tetap diselidiki. Viva.co.id menjelaskan bahwa dugaan yang muncul pada khalayak harus turut didalami lebih lanjut. Hal tersebut dilakukan juga untuk mengetahui kemungkinan adanya korban lain, selain Engeline. “Meski begitu, dia berharap polisi tetap harus mendalami apakah Agus terlibat dalam jaringan paedofil atau tidak. Apakah dia Universitas Sumatera Utara 51 Universitas Sumatera Utara melakukan kekerasan seks terhadap Angeline, atau ada korban lainnya. ” Judul „Kepekaan harus dibangun‟ menjadi sub judul kedua pada artikel ini. Jika dilihat dari konten, viva.co.id turut mengkonstruksi bahwa kasus Engeline bukan merupakan kasus perdana adanya kekerasan anak di Indonesia. Artikel ini menjelaskan pula bahwa anak cenderung menjadi objek kekerasan oleh orang dewasa. Gagasan inti yang ingin disampaikan melalui artikel berita ini adalah diperlukan peran serta seluruh lapisan masyarakat, untuk lebih peka dalam kasus kekerasan pada anak yang terjadi di sekitar. Minimnya kepekaan masyarakat dianggap dapat menaikkan angka kekerasan yang dilakukan pada anak. Gagasan inti yang digunakan viva.co.id pada sub judul ini diikuti oleh condensing symbol. Selanjutnya, condensing symbol tersebut diikuti oleh framing devices dan reasoning devices. Adapun framing devices yang ditemukan dalam konten sub judul ini adalah: 1. Metaphors Metaphors telihat digunakan dalam konten sub judul ini. Ungkapan atau analogi yang digunakan oleh viva.co.id tersebut terdapat pada kalimat, “Tapi, kasus yang dialami Angeline kembali membuka mata kita bahwa anak Indonesia masih terancam .” Penggunaan kata „membuka mata‟ pada kalimat tersebut menunjukkan bahwa kasus pembunuhan Engeline menyadarkan khalayak terkait kondisi anak Indonesia. Viva.co.id menggambarkan bahwa adanya kasus Engeline menjelaskan jika masih ada ditemui kasus kekerasan pada anak di tengah masyarakat. 2. Exemplaar “Komisioner KPAI, Rita Pranawati, juga menyoroti kepekaan dari masyarakat yang masih kurang. Selain masyarakat, pihak keluarga dan korban juga menjadi faktor kasus kekerasan anak kurang terangkat ke publik. ” Universitas Sumatera Utara 52 Universitas Sumatera Utara Melalui narasumber yang dipilih, viva.co.id mengkonstruksi bahwa kurang diperhatikannya kasus kekerasan anak oleh publik karena beberapa faktor. Kepekaan masyarakat yang masih kurang dan pihak keluarga dan korban dijadikan sebagai penyebab kasus kekerasan anak tidak terekspos. Peneliti melihat bahwa viva.co.id ingin menjelaskan jika faktor internal dan lingkungan paling dekat dari korban kekerasan memiliki andil yang besar agar kasus kekerasan pada anak dapat disorot publik. 3. Catchphrase Catchphrase yang digunakan pada isi dari teks ini terlihat penjelasan untuk mengetahui adanya kasus perlindungan anak, bukan hanya menjadi beban kepolisian semata. “Pada akhirnya, kata Arist, beban kepolisian pun akan ringan. Sebab informasi sudah tertampung di tim reaksi cepat perlindungan anak tingkat desa atau RT. ” Viva.co.id seolah menggambarkan bahwa selama ini pihak kepolisian yang bertanggung jawab penuh atas kasus kekerasan pada anak yang terjadi di masyarakat. Melalui teks tersebut, viva.co.id menyoroti peran dan kepekaan dari masyarakat dapat membantu kinerja kepolisian untuk meminimalisir adanya kasus kekerasan pada anak. 4. Depiction Label depiction yang terlihat dalam teks ini menjelaskan bahwa kasus kekerasan yang terjadi pada anak di Indonesia, lewat kasus Engeline sudah dalam kondisi mengkhawatirkan. Kondisi tersebut digambarkan dengan penggunaan kata “darurat” dalam kalimat, “Hal ini harus segera dilakukan karena masalah kekerasan anak sudah darurat. Kepekaan masyarakat harus cepat-cepat dibangun, ujar Arist. ” Universitas Sumatera Utara 53 Universitas Sumatera Utara 5. Visual images Jika diamati sub judul kedua ini juga tidak disertakan foto atau ilustrasi yang digunakan viva.co.id. Foto hanya terdapat pada artikel utama, yaitu foto Engeline yang menggunakan seragam sekolah dan tersenyum ke arah kamera. Untuk penjelasan mengenai foto ini dalam visual images sudah dijabarkan sebelumnya. Reasoning devices yang membangun core frame dalam teks ini adalah sebagai berikut: 1. Roots “Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Komnas PA Arist Merdeka Sirait, melihat kepekaan masyarakat terkait kekerasan terhadap anak masih sangat kurang. Hal inilah yang menyebabkan, peristiwa kekerasan terhadap anak kurang terekspos. ” Roots yang digunakan tersebut menjelaskan bahwa ada korelasi kurang pekanya masyarakat terhadap kasus kekerasan pada anak, dengan kurang tereksposnya hal tersebut. Viva.co.id melalui Komnas Perlindungan Anak menggambarkan bahwa penyebab kasus kekerasan anak kurang diangkat ke publik adalah faktor sosial itu sendiri. Peneliti melihat bahwa kalimat yang bersifat kausal disengaja untuk mengubah sikap khalayak untuk lebih peka dalam kasus kekerasan pada anak yang terjadi di sekitar. 2. Appeals to Principle Appeals to principle atau disebut juga dengan klaim-klaim moral atau premis dasar ditemukan pada penjelasan tentang anak secara ironi. Viva.co.id mengemas klaim-klaim moral tersebut pada kalimat, “Anak yang seharusnya dilindungi, justru menjadi objek dari kekerasan yang dilakukan orang dewasa. ” Secara jelas, viva.co.id menggambarkan bahwa kodrati seorang anak harus dilindungi. Kalimat tersebut dilanjutkan dengan hal yang bersifat ironi. Secara tidak langsung, pada kalimat tersebut viva.co.id ingin Universitas Sumatera Utara 54 Universitas Sumatera Utara menjelaskan sudah menjadi kewajiban dari orang dewasa untuk melindungi anak-anak, khususnya dari tindak kekerasan. Di samping itu, apa yang terjadi lewat kasus Engeline menunjukkan bahwa orang dewasa lah yang justru melakukan kekerasan tersebut. 3. Consequence Setelah mengetahui konten dari teks tersebut, dapat diketahui efek consequence adalah: “Menurutnya, tim reaksi cepat perlindungan anak seharusnnya dikoordinasikan oleh pemerintah kota atau kabupaten. Sehingga harus diwajibkan pendiriannya oleh Pemerintah Daerah. ” Melalui pernyataan narasumber yang ditampilkan, viva.co.id menjelaskan bahwa jawaban dari persoalan kurang pekanya masyarakat adalah dengan dibentuk tim reaksi cepat perlindungan anak. Viva.co.id menyoroti bahwa tim ini ditanggungjawabi oleh pemerintah kota. Peneliti melihat viva.co.id ingin menjelaskan harus ada juga peran pemerintah untuk membantu dalam melindungi anak. Lewat tim yang dibentuk tadi, diharapkan dapat meminimalisir adanya kasus kekerasan yang terjadi pada anak. Framing yang dibangun viva.co.id melalui artikel berita kedua ini adalah tentang kasus pembunuhan Engeline yang membuat sedih banyak pihak. Viva.co.id menunjukkan bahwa Agus Tai Maindamai, yang ditetapkan sebagai tersangka telah melakukan tindakan kekerasan yang sangat sadis. Viva.co.id juga mengarahkan bahwa ada kemungkinan besar pelaku lain yang terlibat dalam kasus pembunuhan Engeline. Viva.co.id menguraikan kemungkinan-kemungkinan Ibu Angkat Engeline, Margareth Megawe juga turut andil dalam pembunuhan Engeline. Viva.co.id juga turut membingkai artikel berita ini dengan menunjukkan adanya dugaan di tengah masyarakat tentang Engeline sebagai korban perdagangan anak. Viva.co.id menyampaikan kepada pembaca untuk tidak menduga dan menunggu proses penyelidikan. Di samping itu, adanya kasus Universitas Sumatera Utara 55 Universitas Sumatera Utara Engeline, menurut viva.co.id menjadi pelajaran kepada seluruh elemen masyarakat untuk lebih peduli dengan kasus kekerasan yang terjadi pada anak.

3. Analisis Framing Artikel Berita 3 Judul