Dasar Hukum PPh Pasal 21 Pengertian PPh Pasal 21 Pemotong PPh Pasal 21

3 Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang 4 Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang, dan 5 Mempertanggungjawabkan pajak yang terutang Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada WP itu sendiri. c. With Holding System Sistem pemungutan pajak yang member wewenang pada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh WP sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan, keputusan Presiden, dan peraturan lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetor, dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.

B. Pajak Penghasilan Pasal 21 PPh Pasal 21

1. Dasar Hukum PPh Pasal 21

a. Undang-undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No.16 Tahun 2009. Universitas Sumatera Utara b. Undang-Undang No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No.28 Tahun 2009. c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.45 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota ABRI, dan para Pensiunan atas Penghasilan yang dibebankan kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah. d. Peraturan Pemerintah No.149 Tahun 2000 tentang Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan berupa uang pesangon, uang tebusan, dan tunjangan hari tua THT. e. Peraturan Menteri Keuangan No.250PMK.032008 tentang besarnya biaya jabatan atau biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pegawai tetap atau pensiunan. f. Peraturan Menteri Keuangan No.252PMK.032008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi. g. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No.PER-57PJ2009 tanggal 25 Mei 2009 tentang Perubahan Direktur Jenderal Pajak No.Per- 31pj2009 tanggal 25 Mei 2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 dan atau PPh Pasal 26 sehubungan dengan Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi. Universitas Sumatera Utara h. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-32PJ2009 tanggal 25 Mei 2009 tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21 danatau Pasal 26 dan Bukti PemotonganPemungutan PPh Pasal 21 danatau Pasal 26. i. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-38PJ2009 tanggal 23 Juni 2009 tentang Bentuk Formulir Surat Setoran Pajak SSP.

2. Pengertian PPh Pasal 21

Pajak Penghasilan PPh adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak. Sedangkan PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan jasa, kegiatan dengan nama dan bentuk apapun yang diterima atau diperoleh WP orang pribadi dalam negeri. Besarnya PPh Pasal 21 dikenakan tarif sesuai dengan Pasal 17 Undang-Undang PPh, kecuali pada berbagai kegiatan yang dikenakan tarif sesuai dengan peraturan pemerintah.

3. Pemotong PPh Pasal 21

Pemotong PPh Pasal 21, yang selanjutnya sisingkat sebagai pemotong pajak adalah orang pribadi, badan atau BUT yang membayar kepada wajib pajak perseorangan dalam negeri, baik berupa gaji, pensiun, jasa, dan yang sejenisnya. Adapun pemotong PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Pemberi kerja orang pribadi atau badan, baik merupakan pusat maupun cabang, perwakilan, unit, atau BUT yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai. b. Bendaharawan Pemerintah termasuk bendaharawan pemerintah pusat, pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan. c. Yayasan termasuk yayasan di bidang kesejahteraan, rumah sakit, pendidikan, kesenian, olahraga, kebudayaan, lembaga, kepanitiaan, asosiasi, perkumpulan, organisasi, massa, organisasi social politik, dan organisasi lain dalam bentuk apapun, dalam segala bidang kegiatan yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa. d. Dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan Tabungan Hari Tua THT atau Jaminan Hari Tua JHT kepada wajib pajak. Universitas Sumatera Utara e. Perusahaan, badan, dan BUT yang membayar honorarium atau pembayaran lainnya sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan jasa kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan. f. Penyelenggara kegiatan termasuk badan pemerintah, organisasi termasuk organisasi internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lain yang menyelenggarakan kegiatan yang membayar honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentuk apapun. Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Bendahara yang ditunjuk sebagai Pemungut Pajak adalah : a. Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara; b. Pejabat yang ditunjuk oleh MenteriKetua Lembaga sebagai BendaharaBendahara proyek sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 4 huruf c dan Pasal 18 ayat 2 Keputusan Presiden Rebuplik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004; c. Bendahara Pemerintah Pusat dan Daerah. Istilah lain untuk jabatan Bendahara adalah Pemegang Kas. Universitas Sumatera Utara

4. Subjek PPh Pasal 21