Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Anatomi

sampai Oktober 2010 didapatkan kasus polip nasal sebanyak 21 orang terdiri dari 15 pria 71,4 dan 6 wanita 28.6 Harahap 2010. Sardjono Soejak dan Sri Herawati dikutip dari Nurmusa 1980 melaporkan penderita polip nasi sebesar 4,63 dari semua pengunjung poliklinik THT RS. Dr. Sutomo Surabaya. Rasio pria dan wanita 2-4:1 Hanis dkk 2010. Saat ini belum didapatkan data mengenai gambaran kejadian penderita polip nasi di RSUP H. Adam Malik Medan, karena itulah penulis mencoba untuk melakukan penelitian tentang profil penderita polip nasi di bagian THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana gambaran kejadian polip nasi di bagian THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan tahun 2010.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum Mengetahui gambaran kejadian polip nasi dibagian THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan tahun 2010. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui proporsi penderita polip nasi berdasarkan kelompok umur Universitas Sumatera Utara 2. Mengetahui proporsi penderita polip nasi berdasarkan jenis kelamin. 3. Mengetahui proporsi penderita polip nasi berdasarkan keluhan utama dan keluhan tambahan 4. Mengetahui proporsi penderita polip nasi berdasarkan stadium polip nasi. 5. Mengetahui proporsi penderita polip nasi berdasarkan jenis histopatologi. 6. Mengetahui proporsi penderita polip nasi berdasarkan infeksi sinus paranasal yang terlibat dilihat dari hasil ct-scan . 7. Mengetahui proporsi penderita polip nasi berdasarkan hidung yang terlibat dilihat dari nasoendoskopi. 8. Mengetahui proporsi penderita polip nasi berdasarkan penatalaksanaan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk memperoleh data tentang polip nasi di RSUP H. Adam Malik Medan. 2. Sebagai bahan pertimbangan untuk penatalaksanaan terhadap kasus polip nasi. 3. Sebagai bahan untuk pengembangan keilmuan dibidang ilmu kesehatan dibidang Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok dan Bedah Kepala Leher. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya sehingga menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Setiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior Corbrigde,1998. Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai ala nasi, tepat dibelakang nares anterior, disebut sebagai vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang memiliki banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut yang disebut dengan vibrise Ballenger 1997;Hilger 1989. Septum Nasi Dinding medial rongga hidung adalah septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang rawan, dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan periostium pada bagian tulang sedangkan diluarnya dilapisi juga oleh mukosa hidung Hollinshead 1996; Corbridge 1998. Bagian tulang terdiri dari: 1. Lamina perpendikularis os etmoid Lamina perpendikularis os etmoid terletak pada bagian supero-posterior dari septum nasi dan berlanjut ke atas membentuk lamina kribriformis dan Krista gali. 2. Os Vomer Os vormer terletak pada bagian postero-inferior. Tepi belakang os vomer merupakan ujung bebas dari septum nasi. 3. Krista nasiis os maksila Universitas Sumatera Utara Tepi bawah os vomer melekat pada krista nasiis os maksila dan os palatina. 4. Krista nasiis os palatine Lund 1997; Corbridge 1998 Gambar 1. Anatomi Hidung Netter F Bagian tulang rawan terdiri dari 1. Kartilago septum kartilago kuadrangularis Kartilago septum melekat dengan erat pada os nasi, lamina perpendikularis os etmoid, os vomer dan krista nasiis os maksila oleh serat kolagen. 2. Kolumela Kedua lubang berbentuk elips disebut nares, dipisahkan satu sama lain oleh sekat tulang rawan dan kulit yang disebut kolumela Lund 1997; Corbridge 1998. Dinding lateral rongga hidung dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontsalis os maksila, os lakrimalis, konka inferior dan konka media yang merupakan bagian dari os etmoid, konka inferior, lamina perpendikularius os palatum, dan lamina pterigoides medial. Pada dinding lateral terdapat empat buah Universitas Sumatera Utara konka. Yang terbesar dan letaknya paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil adalah konka media, yang lebih kecil lagi konka superior, sedangkan yang terkecil ialah konka suprema dan konka suprema biasanya rudimenter. Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior, dan suprema merupakan bagian dari labirin etmoid. Diantara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang dinamakan dengan meatus. Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior, medius dan superior. Dinding inferior merupakan dasar hidung yang dibentuk oleh prosesus palatina os maksila dan prosesus horizontal os palatum Ballenger 1997; Hilger 1989. Dinding superior atau atap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os nasi, prosesus frontalis os maksila, korpus os etmoid dan korpus os sphenoid. Sebagian besar atap hidung dibentuk oleh lamina kribrosa yang dilalui filament-filamen n.olfaktorius yang berasal dari permukaan bawah bulbus olfaktorius berjalan menuju bagian teratas septum nasi dan permukaan kranial konka superior Ballenger 1997; Hilger 1989. Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Anatomi Hidung Netter F Perdarahan Bagian postero-inferior septum nasi diperdarahi oleh arteri sfenopalatina yang merupakan cabang dari arteri maksilaris dari arteri karotis eksterna. Septum bagian antero-inferior diperdarahi oleh arteri palatina mayor juga cabang dari arteri maksilaris yang masuk melalui kanalis insisivus. Arteri labialis superior cabang dari arteri fasialis memperdarahi septum bagian anterior mengadakan anastomose membentuk pleksus Kiesselbach yang terletak lebih superfisial pada bagian anterior septum. Daerah ini disebut juga Little’s area yang merupakan sumber perdarahan pada epistaksis Lund 1997. Arteri karotis interna memperdarahi septum nasi bagian superior melalui arteri etmoidalis anterior dan superior Lund 1997. Universitas Sumatera Utara Bagian bawah rongga hidung mendapat perdarahan dari cabang arteri maksilaris interna, diantaranya ialah ujung arteri palatina mayor dan arteri sfenopalatina yang keluar dari foramen sfenopalatina bersama nervus sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang ujung posterior konka media. Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari cabang-cabang arteri fasialis Ballenger 1997. Vena sfenopalatina mengalirkan darah balik dari bagian posterior septum ke pleksus pterigoideus dan dari bagian anterior septum ke vena fasialis. Pada bagian superior vena etmoidalis mengalirkan darah melalui vena oftalmika yang berhubungan dengan sinus sagitalis superior Lund 1997. Persarafan Bagian antero-superior septum nasi mendapat persarafan sensori dari nervus etmoidalis anterior yang merupakan cabang dari nervus nasosiliaris yang berasal dari nervus oftalmikus n.V1. Sebagian kecil septum nasi pada antero- inferior mendapatkan persarafan sensori dari nervus alveolaris cabang antero- superior. Sebagian besar septum nasi lainnya mendapatkan persarafan sensori dari cabang maksilaris nervus trigeminus n.V2. Nervus nasopalatina mempersarafi septum bagian tulang, memasuki rongga hidung melalui foramen sfenopalatina berjalan berjalan ke septum bagian superior, selanjutnya kebagian antero-inferior dan mencapai palatum durum melalui kanalis insisivus Hollinshead 1966. Sistem limfatik Aliran limfatik hidung berjalan secara paralel dengan aliran vena. Aliran limfatik yang berjalan di sepanjang vena fasialis anterior berakhir pada limfe submaksilaris Lund 1997. Universitas Sumatera Utara

2.2 Definisi