12
Negara berupa tanah adalah pengaturan yang baru, sehingga dapat dikatakan bahwa tesis ini adalah asli dari hasil tulisan penulis.
Tesis ini disusun melalui referensi buku-buku dan informasi dari media cetak maupun media elektronik. Dengan demikian keaslian penulisan tesis ini dapat
dipertanggungjawabkan, terutama secara ilmiah atau secara akademik.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Teori diartikan sebagai suatu sistim yang berisikan preposisi-preposisi yang telah diuji kebenarannya.
19
Teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi,
20
dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak
benarannya.
21
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis mengenai suatu kasus atau permasalahan problem yang menjadi bahan
perbandingan, pegangan teoritis.
22
Kerangka teori yang akan dijadikan pisau analisis dalam penelitian ini adalah aliran hukum positif yang analitis dari Jhon Austin, yang
mengartikan hukum itu sebagai a command of the lawgiver perintah dari pembentuk undang-undang atau penguasa, yaitu suatu perintah mereka yang memegang
19
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press 1986, hal 6
20
J.J.J. M. Wuisman, dengan penyunting M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I asas- asas,Jakarta: FE UI, 1996, hal .203
21
Ibid., hal 16
22
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung :Mandar Maju, 1994,hal 80
Universitas Sumatera Utara
13
kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan, hukum dianggap sebagai suatu sistem yang logis, tetap, dan bersifat tertutup closed logical system. Hukum secara
tegas dipisahkan dari moral dan keadilan tidak didasarkan penilaian baik-buruk. Selain menggunakan teori positivisme hukum dari Jhon Austin dalam
menganalisis, tesis ini juga menggunakan teori kepastian hukum, teori kepastian hukum yang juga dipelopori oleh Auguste Comte yang mengatakan pada dasarnya
kaidah hukum itu sendiri tanpa melibatkan kaidah-kaidah di luar non hukum etika, hukum tidak lagi dikonsepsi sebagai azas moral metayuridis, yang abstrak tentang
keadilan, melainkan ius yang telah mengalami positivisasi sebagai lege atau lex.
23
Ajaran Kepastian hukum ini berasal dari ajaran Yuridis-Dogmatik yang didasarkan pada aliran pemikiran positivis di dunia hukum, yang cenderung melihat
hukum sebagai sesuatu yang otonom, yang mandiri, karena bagi penganut pemikiran ini, hukum tak lain hanya kumpulan aturan. Bagi penganut aliran ini, tujuan hukum
tidak lain dari sekedar menjamin terwujudnya kepastian hukum. Kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang hanya membuat suatu aturan hukum
yang bersifat umum. Sifat umum dari aturan-aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan keadilan atau kemanfaatan, melainkan
semata-mata untuk kepastian.
24
23
Otje Salman dan Anthon F Susanto, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka kembali, Bandung: Reifika Aditama, 2009,hal.80
24
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, Jakarta:Penerbit Toko Gunung Agung,2002, Hal 82-83
Universitas Sumatera Utara
14
Hans Kelsen dalam Pure Theory of Law mengatakan penerapan hukum harus menggunakan pendekatan metode normative-yuridis yang bersih dari anasir-anasir
seperti sosiologis, politis, historis dan etika dimana konsepsi hukum positif adalah hukum dalam kenyataan das sollen bukan apa yang dicita-citakan das Sein
25
Rumah Susun adalah alternatif tempat tinggal di daerah perkotaan, karena penduduk yang semakin berkembang dari waktu ke waktu. walaupun pembangunan
rumah susun yang dibangun di kota awalnya menjadi solusi bagi keterbatasan tempat tinggal di perkotaan, saat ini kenyataan di lapangan lahan untuk pembangunan rumah
susun pun semakin terbatas, terutama lahan untuk pembangunan rumah susun umum dan rumah susun khusus, yang merupakan rumah susun yang dibangun untuk
masyarakat berpenghasilan rendah. Pembangunan perumahan yang layak huni, khususnya bagi masyarakat
berpenghasilan rendah, sudah menjadi kelaziman di banyak negara termasuk Indonesia. Sebagai organisasi habitat internasional, Indonesia telah ikut meratifikasi
klausul tentang rumah layak huni sebagai kebutuhan dasar manusia.
26
Perumahan yang layak adalah perumahan yang memenuhi syarat-syarat teknik, kesehatan,
keamanan, keselamatan, dan norma-norma sosial budaya.
27
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 amandemen pasal 28 huruf H pasal 1 disebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat
25
Otje Salman S, Filsafat Hukum, Perkembangan dan Dinamika masalah, Bandung :Refika Aditama, 2009, hal. 66
26
Serfianto Dibyo Purnomo, Iswi Hariyani, dan Cita Yustisia Serfiyani,Op.Cit., hal.177
27
Ibid., hal 183
Universitas Sumatera Utara
15
tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Sehingga dalam hal ini pemerintah juga harus
memiliki peranan untuk mewujudkan hal tersebut. Saat ini yang banyak dibangun adalah apartemen maupun condominium
mewah untuk masyarakat kelas atas, karena pembangunan rumah susun mewah lebih menguntungkan bagi developer pengembang, sehingga menjadi tugas pemerintah
untuk menyediakan lahan bagi pembangunan rumah susun umum dan khusus. Dengan
kesediaan lahan
yang minim
maka akhirnya
pemerintah mengeluarkan Undang-Undang tentang rumah susun yang baru yang dalam
pengaturannya memberikan peluang digunakannya barang milik negara berupa tanah untuk dibangun rumah susun umum dan rumah susun khusus tersebut, penggunaan
barang milik negara berupa tanah tersebut dapat dilakukan dengan kerjasama pemanfaatan yang terdapat pengaturannya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38
tahun 2008 Jo.Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah dan terdapat pula pengaturannya dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 96PMK.062007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik
Negara. Dengan adanya aturan dalam Pasal 18 huruf a maka seluruh aset tanah milik
negara baik dari pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah, dapat dimanfaatkan
Universitas Sumatera Utara
16
untuk pembangunan rusun di wilayah yang kebutuhan perumahannya cukup tinggi, namun ketersediaan lahan tidak memadai.
28
2. Konsepsi