135 sealayaknya harus dipertanggungjawabkan. Ketegasan dan reward dari pemimpin
daerah juga diharapkan dapat memberikan efek yang positif dalam perwujudaan Kabupaten Langkat menjadi layak anak.
5.5 Komunikasi Organisasi dan Aktivitas Pelaksanaan
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi di antara pihak-pihak
yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan- kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi. Dan, begitu pula sebaliknya.
Koordinasi tim gugus tugas KLA Kabupaten Langkat saat ini cukup baik dan bentuk koordinasi yang dilakukan juga dengan beberapa cara seperti agenda
pertemuan rapat dan melalui komunikas via handphone seluler. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya jika terjadi masalah terkait perlindungan dan
kesejahteraan anak maupun perempuan mereka bisa langsung berkoordinasi dan mengambil langkah yang tepat dan responsif. Rapat yang dilakukanpun dengan
rasio 3 bulan sekali, agenda rapat yang dilakukan bertempat di kantor Dinas PPKB dan PPA dan juga bisa dilakukan di BAPPEDA Kabupaten angkat.
Dari hasil wawancara sebelumnya penelti menemukan persoalan, bahwa pada awal tahun 2012 dan 2013 koordinasi yang dilakukan sangat kurang,
sehingga itulah yang menjadi salah satu penyebab penghargaan KLA gagal Kabupaten Langkat raih kembali. Namun itu sudah menjadi evaluasi tersendiri
oleh Pemerintah Kabupaten Langkat. Sehingga mulai tahun 2014 hingga saat ini koordinasi yang dilakukan sangat baik, dibuktikan dengan agenda rapat rutin,
Universitas Sumatera Utara
136 kegiatan yang diikuti oleh angggota tim gugus tugas KLA, sosialisasi KLA, dan
agenda-agenda lainnya yang menjadi penunjang penerapan kabupaten layak anak.
5.6 Lingkungan Ekonomi,Sosial dan Budaya
Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan guna memenuhi kinerja implementasi kebijakan publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Metter dan
Horn adalah, sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik
yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dalam kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan
kebijakan harus pula memperhatikan ke kondusifan kondisi lingkungan eksternal. Berkaitan dengan kondisi sosial masyarakat masih ditemukan masyarakat
yang belum mengetahui informasi mengenai kebijakan Kabupaten Layak Anak. Walaupun terkadang kebijakan yang mereka lakukan sudah layak anak.
Contohnya pada saat tim verifikasi kelurahan desa layak anak mengunjungi salah satu desa di kecamatan Bahorok mereka tidak sama sekali memahami konsep desa
layak anak, namum program yang mereka laksanakan sudah masuk ke indikator layak anak seperti
1. mengubah pagar di kantor desa dari yang dahulunya besi runcing
menjadi semen biasa sehingga tidak mencelakakan anak 2.
Kepala Desa mengintruksikan kepada orang tua untuk membuat gerakan maghrib mengaji.
3. Menyediakan tempat bermain dan waktu berekspresi anak dalam
kegaiatan yang ada di desa.
Universitas Sumatera Utara
137 Dari hasil wawancara sebelumnya ditemukan bahwa sebenarnya program
dan kebijakan yang berkaitan kelurahan maupun desa layak anak itu sudah dilakukan masyarakat di Kabupaten Langkat walauapun mereka belum begitu
paham terkait kebijakan kelurahan maupun desa layak anak tersebut. Desa maupun kelurahan yang layak anak harus memnuhi standart dari indikator
penilaian yang ditetepkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Dinas PPKB dan PPA juga merasakan bahwa program dan kebijakan kabupaten layak anak ini direspon baik oleh masyarakat pada umumnya, karena
hal ini berkaitan dengan perlindungan dan kesejahteraan anak-anak mereka juga. Pada dasarnya kepedulian masyarakat ya tinggi akan mempermudah
kinerja pemerintah dalam mewujudkan kabupaten layak anak. Kebijakan KLA juga tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya campur tangan dari dunia
usaha. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI
mengintruksikan agar perusahan-perusahaan tersebut bersatu dan membentuk Asosiasi perusahaan peduli anak dan dapat berpartisipasi dalam mensukseskan
program yang berkaitan dengan anak. Namun sampai saat ini intruksi tersebut belum bisa terlaksanan, dikarena Pemerintah sendiri belum optimal dalam
berkoordinasi ke pihak perusahaan atau dunia usaha yang ada di Kabupaten Langkat. Sudah seharusnya kekuatan dunia usaha ini dimanfaatkan untuk
kepentingan anak.
Universitas Sumatera Utara
138 Kebijakan KLA juga tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya
campur tangan dari kelompok elit politik. Adanya peran elit politik memberikan kemudahan dalam menerapkan kebijakan KLA, karena terkait pembuatan
peraturan dan penganggaran. Berdasarkan hasil wawancara sebelumnya dikatakan bahwa jumlah anggota DPRD Kabupaten Langkat berjumlah 50 orang, kemudian
yang berkomitmen membela kepentingan anak hanya 2 orang. Dari hal tersebut dapat diartikan bahwa pemahaman KLA belum merata di jajaran anggota DPRD
Kabupaten Langkat sehingga ketidaktahuan tersebut menjadi ketidakpeduliaan. Pekerjaan rumah Dinas PPKB dan PPA selain mengadvokasi masyarakat, dan
dunia usaha juga harus mengadvokasi jajaran legislatif , eksekutif dan yudikatif. Agar pekerjaan tersebut bisa optimal harus adanya kerjasama dengan tim gugus
tugas KLA yang sudah menjadi fasilitator KLA .
Universitas Sumatera Utara
139
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN