139
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian analisis yang telah penulis kemukakan di bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan menarik
suatu kesimpulan berdasarkan penelitian lapangan yang telah dilakukan dan memberikan saran terkait dengan Implementasi Pengembangan Kebijakan
KabupatenKota Layak Anak di Kabupaten Langkat.
6.1. Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan dari penelitian ini, antara lain:
Untuk melihat Implementasi Pengembangan Kebijakan KLA di
Kabupaten Langkat dapat dilihat melalui variabel-variabel berikut ini:
1. Kebijakan Pengembangan KabupatenKota Layak Anak KLA
merupakan keikutsertaan Indonesia dalam komitmen dunia menciptakan Dunia Layak Anak. KabupatenKota layak anak
merupakan pengewejentahan dari kesepakatan internasional mengenai perlunya dunia layak bagi anak a world fit for children
yang dilandasi konvensi PBB hak anak tahun 1989. Mengacu pada kesepakan internasional dan sebagai wujud pelaksanaan
undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, negara berkomitmen mengupayakan terwujudnya indonesia layak
anak melalui pengembangan KLA di semua kabupatenkota di seluruh Indonesia.
Sejak tahun 2012 hingga sekarang pengembangan kebijakan kabupaten layak anak sedang digalak-
Universitas Sumatera Utara
140 galakkan di kabupaten Langkat, melalui dinas PPKB dan PPA
Kabupaten Langkat sebagai leading sector beserta tim gugus tugas KLA yang diberi mandat oleh Bupati Langkat melalui surat
keputusannya. Hal yang menjadi dasar dilaksanakaannya kebijakan KLA di Kabupaten Langkat selain adanya peraturan menteri no 13
tahun 2011. kemudian dilakukan pembinaan dalam bentuk seminar KLA yang dihadiri oleh para petinggi SKPD se
Kab.Langkat, penguatan tim fasilitator KLA Kab.Langkat , sekaligus juga ada kegiatan pembinaan ditingkat desakelurahan
layak anak dari tahun 2012 sampai sekarang. 2.
Berkaitan dengan pemenuhan hak-hak anak di kabupaten Langkat masih ditemukan beberapa kelemahan-kelemahan yang berkaitan
dengan pemahaman Sumberdaya manusia tersebut terhadap KLA Masih ditemukannnya pimpinan wilayah kelurahan maupun desa
yang pemahamannya masih minim terkait KLA sehingga kebijakan ini kuat di kabupaten, namun menjadi lemah ketika
diimplementasikan di tingkat kelurahan dan desa. Ditambah lagi sering sekali terjadi perpindahan dan pemutasian yang terjadi di
lingkungan kepegawaian suatu instansi, sehingga itu menjadi persoalan bagi tim gugus tugas KLA Kabupaten Langkat , dari hal
tersebut menjadi dasar sulitnya terkadang komunikasi dan koordinasi dalam pemenuhan hak-hak anak. Ketidakmerataan
pemahaman terkait KLA yang terjadi di tatanan SKPD dan pimpinan wilayah administratif kelurahan dan desa tentu akan
Universitas Sumatera Utara
141 menjadi penghambat dari penerapan kebijakan KLA di Kabupaten
Langkat. Dinas PPKB dan PPA yang merupakan leading sector KLA sedang mengupayakan agar seluruh SKPD dan pimpinan
wilayah dari tingkat kecamatan hingga desa dapat memahami dan menerapkan kebijakan KLA di masing-masing institusi dengan
advokasi dan pembinaan yang dilakukan. Berkaitan dengan
penganggaran kebijakan KLA di Kabupaten Langkat berasal dari APBD Kabupaten Langkat. Dana CSR dari perusahan-perusahaan
di Kabupaten Langkat belum bisa diarahkan untuk membantu program-program yang berkaitan dengan anak. Anggaran
Kebijakan Kabupaten Layak anak hanya 300 juta itupun sudah di distribusikan ke setengahnya ke P2TP2A selaku lembaga
pembantu pemerintah dalam mengadvokasi dan melindungi anak. Biaya untuk program KLA hanya 57 Juta. Tidaklah mungkin
dengan biaya seminim tersebut bisa mengadvokasi 23 kecamatan, 37 kelurahan dan 240 desa di Kabupaten Langkat. Mengenai
targertan Kabupaten Langkat menjadi Kabupaten layak anak menurut hasil wawancara diprediksi 5 sampai 10 tahun kedepan
dengan catatan bahwa anggaran sudah optimal dan masyarakat dan dunia usaha dapat lebih bersinergis dalam penerapan kebijakan
KLA. 3.
Berkaitan dengan agen pelaksana atau implementor kebijakan KLA di Kabupaten Langkat sudah dibentuk melalui SK Bupati
Kabupaten Langkat mengenai Tim Gugus Tugas KLA. Secara
Universitas Sumatera Utara
142 keseluruhan semua stakeholder dan SKPD sudah tergabung di
gugus tugas KLA. Namun pada faktanya dilapangan hanya sebgaian saja yang aktif, itupun SKPD yang berkiatan dengan
pelayanan dasar. Terkait hambatan yang dialami oleh tim gugus tugas KLA dalam pelaksanaan KLA di Kabupaten Langkat
utamannya adalah belum menyeluruhnya Sumberdaya manusia dari SKPD yang memilik pemahaman terkait KLA, sehingga
menyulitkan ketika sumberdaya tersebut dipindahkan ke instansi lain menimbulkan kekosongan walaupun sudah digantikan dengan
pegawai yang baru, tetapi tetap saja harus mulai dari nol lagi. 4.
Peran musrenbang sendiri juga sangat optimal dalam mensukseskan kebijakan KLA. Pemerintah Kabupaten langkat juga
sudah tanggap terkait partisipasi anak dalam pembangunan, dengan mengikut sertakan forum anak dalam musrenbang itu saja sudah
menjadi bukti keseriusan pemerintah dalam mensukseskan kebijakan KLA. BAPPEDA Kabupaten Langkat selaku ketua tim
gugus tugas Kabupaten Langkat sudah mengintruksikan seluruh SKPD agar membuat kegiatan maupun program yang menyentuh
tentang ibu dan anak. Namun peneliti melihat kinerja BAPPEDA belum begitu dominan dalam mengontrol dan mengawal penerapan
kebijakan KLA ditiap SKPD. Sehingga terjadi ketidakmerataan program yang berkaitan dengan KLA.
5. Koordinasi tim gugus tugas KLA Kabupaten Langkat saat ini
cukup baik dan bentuk koordinasi yang dilakukan juga dengan
Universitas Sumatera Utara
143 beberapa cara seperti agenda pertemuan rapat dan melalui
komunikas via handphone seluler. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya jika terjadi masalah terkait perlindungan dan kesejahteraan
anak maupun perempuan mereka bisa langsung berkoordinasi dan mengambil langkah yang tepat dan responsif. Rapat yang
dilakukanpun dengan rasio 3 bulan sekali, agenda rapat yang dilakukan bertempat di kantor Dinas PPKB dan PPA dan juga bisa
dilakukan di BAPPEDA Kabupaten angkat. 6.
Berkaitan dengan kondisi sosial masyarakat masih ditemukan masyarakat yang belum mengetahui informasi mengenai kebijakan
Kabupaten Layak Anak. Walaupun terkadang kebijakan yang mereka lakukan sudah layak anak. Contohnya pada saat tim
verifikasi kelurahan desa layak anak mengunjungi salah satu desa di kecamatan Bahorok mereka tidak sama sekali memahami
konsep desa layak anak, namum program yang mereka laksanakan . Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
RI mengintruksikan agar perusahan-perusahaan tersebut bersatu dan membentuk Asosiasi perusahaan peduli anak dan dapat
berpartisipasi dalam mensukseskan program yang berkaitan dengan anak. Namun sampai saat ini intruksi tersebut belum bisa
terlaksanan, dikarena Pemerintah sendiri belum optimal dalam berkoordinasi ke pihak perusahaan atau dunia usaha yang ada di
Kabupaten Langkat. Sudah seharusnya kekuatan dunia usaha ini dimanfaatkan untuk kepentingan anak. Kebijakan KLA juga tidak
Universitas Sumatera Utara
144 akan terlaksana dengan baik tanpa adanya campur tangan dari
kelompok elit politik. Adanya peran elit politik memberikan kemudahan dalam menerapkan kebijakan KLA, karena terkait
pembuatan peraturan dan penganggaran. Berdasarkan hasil wawancara sebelumnya dikatakan bahwa jumlah anggota DPRD
Kabupaten Langkat berjumlah 50 orang, kemudian yang berkomitmen membela kepentingan anak hanya 2 orang.
6.2. Saran