126 dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam
kebijakan, program dan kegiatan untuk pemenuhan hak-hak anak. Agustino dalam Dasar-Dasar Kebijakan Publik 2008:141 menjelaskan
bahwa model pendekatan yang dirumuskan oleh Metter dan Horn disebut dengan a model of the policy implementation.
Proses implementasi ini merupakan sebuah abstraksi atau performansi suatu implementasi kebijakan yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk
meraih kinerja implementasi kebijakan publik yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan variabel. Model ini mengandaikan bahwa implementasi
kebijakan berjalan secara linier dari keputusan politik yang tersedia, pelaksana, dan kinerja kebijakan publik.
Ada enam variabel menurut Metter dan Horn, yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik tersebut adalah sebagai berikut Agustino, 2008:142 ukuran dan
tujuan kebijakan, sumberdaya, karakteristik agen pelaksana sikap atau kecenderungan komunikasi antarorganisasi, dan aktivitas pelaksana lingkungan
ekonomi, sosial, dan politik.. Sudah sejauh mana penerapan kebijakan kabupaten layak anak di Kabupaten Langkat dapat ditinjau dari variabel-variabel tersebut
yang akan dideskripsikan sesuai dengan bab sebelumnya. Adapun variabel implementasi kebijakan , yaitu :
5.1 Ukuran dan tujuan kebijakan
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika dan hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio
kultur yang berada di level pelaksana kebijakan dan pengawas kebijakan. Ketika
Universitas Sumatera Utara
127 ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal bahkan terlalu utopis untuk
dilaksanakan di level warga, maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan publik hingga titik yang dapat dikatakan berhasil.
Kebijakan Pengembangan KabupatenKota Layak Anak KLA merupakan keikutsertaan Indonesia dalam komitmen dunia menciptakan Dunia
Layak Anak. KabupatenKota layak anak merupakan pengewejentahan dari kesepakatan internasional mengenai perlunya dunia layak bagi anak a world fit
for children yang dilandasi konvensi PBB hak anak tahun 1989. Mengacu pada kesepakan internasional dan sebagai wujud pelaksanaan undang-undang nomor 23
tahun 2002 tentang perlindungan anak, negara berkomitmen mengupayakan terwujudnya indonesia layak anak melalui pengembangan KLA di semua
kabupatenkota di seluruh Indonesia. Sejak tahun 2012 hingga sekarang pengembangan kebijakan kabupaten
layak anak sedang digalak-galakkan di kabupaten Langkat, melalui dinas PPKB dan PPA Kabupaten Langkat sebagai leading sector beserta tim gugus tugas KLA
yang diberi mandat oleh Bupati Langkat melalui surat keputusannya. Hal yang menjadi dasar dilaksanakaannya kebijakan KLA di Kabupaten Langkat selain
adanya peraturan menteri no 13 tahun 2011. kemudian dilakukan pembinaan dalam bentuk seminar KLA yang dihadiri oleh para petinggi SKPD se
Kab.Langkat, penguatan tim fasilitatorKLA Kab.Langkat , sekaligus juga ada kegiatan pembinaan ditingkat desakelurahan layak anak dari tahun 2012 sampai
sekarang. Dasarnya pelaksanaan KLA di Kabupaten Langkat juga berkaitan dengan
dari UU nomor 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak, atas dasar itu pula
Universitas Sumatera Utara
128 pemerintah Kabupaten Langkat mengeluarkan peraturan daerah Kabupaten
Langkat nomor 03 tahun 2013 tentang perlindungan anak Di Kabupaten Langkat sendiri belum ada Peraturan daerah yang fokus terhadap
Kebijakan Kabupaten Layak Anak yang ada hanyalah peraturan daerah yang berakitan dengan perlindungan anak.
Langkah- langkah yang dilakukan pemerintah Kabupaten Langkat dinilai sudah tepat diawal pelaksanaan sudah melakukan pembentukan terhadap
instrumen-instrumen penting dalam mensukseskan program KLA yaitu antara lain dengan terbentuknya tim gugus tugas KLA Kabupaten Langkat, Forum Anak
Kabupaten hingga ke tingkat kecamatan , dan Penghunjukan dan Penetapan Desa Kelurahan Yang Mengembangkan Desa Kelurahan Layak Anak di Kabupaten
Langkat.hal tersebut menjadikan pada tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Langkat mendapatkan penghargaan Kabupaten Layak Anak tingkat pratama. Sebuah
pencapaian yang luar biasa di tahun-tahun awal pelaksanaan kebijakan KLA. Namun berkelang satu tahun setelah itu Pemerintah Kabupaten Langkat
tidak mampu mempertahankan prestasinya. hal tersebut dikarenakankan komitmen yang belum optimal dari tim gugus tugas KLA, sehingga dinas PPKB
dan PPA sulit untuk bergerak. Namun ditahun 2014 hingga saat ini Dinas PPKB dan PPA terus membuat terobosan baru agar tim gugus tugas KLA bisa lebih
terkordinir dan dapat menerapkan kebijakan KLA dengan optimal. Berkaitan dengan pengumpulan data anak di kabupaten Langkat, masih
bisa dikatakan belum uptodate, karena data yang di harapakan kabupaten yang layak anak adalah data yang terpilah dan data tersebut dijadikan bahan untuk
melihat problematika anak serta kebutuhan anak yang harus diberikan oleh
Universitas Sumatera Utara
129 pemerintah.
Berkaitan dengan problematika anak di Kabupaten Langkat penanganannya dinilai masih belum optimal. Berkaitan dengan anak jalanan
walaupun sudah ada peksos pekerja sosial namun tetap saja masih terdapat anak jalanan di Kabupaten Langkat yang bekerja sebagai peminta-minta.berkaitan
dengan korban kekerasan juga di Kabupaten Langkat juga sangat tinggi angkannya di januari- desember 2016 saja sudah mencapai 131 kasus kekerasan
berjenis kekerasan fisik, KDRT, Seksual, trafficking dan lain-lain. Atas dasar itu pula peneliti melihat bahwa tingginya angka kasus kekerasan tersebut juga
menjadi menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh semua pihak, tentunya dengen kerja sama dengan semua elemen baik itu pemerintah,
aparat,swasta dan masyarakat.
5.2 Sumberdaya