34
4.2.2 Kadar Natrium, Kalium, dan Kalsium dalam Daun Girang
Sampel yang digunakan dalam penetapan kadar natrium, kalium dan kalsium adalah daun girang muda dan daun girang tua. Penetapan kadar natrium,
kalium dan kalsium dilakukan secara spektrofotometri serapan atom. Konsentrasi dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan regresi kurva kalibrasi larutan
baku masing-masing mineral. Data dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 8 – 10 halaman 52 – 57.
Berdasarkan Tabel 4.1 di bawah dapat diketahui bahwa kadar natrium dan kalium daun girang muda lebih besar daripada daun girang tua. Sedangkan kadar
mineral kalsium daun girang muda lebih kecil daripada daun girang tua.
Tabel 4.1 Kadar natrium, kalium, dan kalsium pada sampel serta persentase
perbedaannya.
Mineral Kadar Sampel mg100g
Persentase Perbedaan Kadar
Daun girang muda Daun girang tua
Natrium 79,9992
75,1995 6,00
Kalium 631,0526
530,9961 15,86
Kalsium 470,9033
1039,5513 54,70
Analisis dilanjutkan dengan perhitungan statistik Perhitungan dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 11 - 14 halaman 58 – 70. Data yang didapat
kemudian dihitung berapa besar selisih perbedaan kadar masing-masing mineral pada sampel yaitu perbedaan kadar natrium, kalium dan kalsium pada daun girang
muda dan tua Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 15 halaman 71. Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa persentase perbedaan
natrium, kalium dan kalsium hasil analisis bervariasi. Persentase perbedaan
Universitas Sumatera Utara
35
natrium paling kecil dibandingkan dengan kalium dan kalsium. Menurut Rosmarkam dan Yuwono 2002, tanaman sering mengandung unsur Na dalam
jumlah yang berbeda-beda. Walaupun dalam tanaman tidak mengandung Na, tanaman tidak menunjukkan adanya gangguan metabolisme.
Dari hasil analisis, persentase perbedaan kalium dan kalsium lebih tinggi dibandingkan dengan natrium. Menurut Rosmarkam dan Yuwono 2002, umur
tanaman berpengaruh terhadap kadar kalsium. Makin tua umur tanaman, makin tinggi kadar kalsium organ tanaman tersebut. Hal ini berbeda dengan kalium yang
makin tua makin berkurang. Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mitchel 1936,
yang melakukan penelitian kecenderungan kandungan nitrogen, posfor, kalium, dan kalsium pada daun beberapa tanaman hutan selama masa tumbuh. Mitchel
menemukan bahwa kandungan N, P dan K di daun semua spesies uji menurun cukup cepat selama periode pertumbuhan daun, tetapi menjadi relatif konstan
selama masa awal daun menguning. Di setiap spesies uji, konsentrasi kalsium meningkat terus-menerus selama seluruh periode pertumbuhan.
Tabel 4.2 Hasil uji beda nilai rata-rata kadar natrium, kalium, dan kalsium antar
sampel No.
Mineral Sampel
t
hitung
t
tabel
Hasil 1.
Natrium Daun Girang Muda
7,8174 3,1693
Beda Daun Girang Tua
2. Kalium
Daun Girang Muda 268,3336
3,1693 Beda
Daun Girang Tua
3. Kalsium
Daun Girang Muda -301,9072
-3,1693 Beda
Daun Girang Tua
Universitas Sumatera Utara
36
Berdasarkan Hasil uji beda nilai rata-rata kadar natrium, kalium, dan kalsium antar sampel tertera pada Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan kadar natrium, kalium, dan kalsium yang signifikan dengan tingkat kepercayaan 99 pada daun girang muda dan daun girang tua yang diperoleh dari
hasil analisis. Pada hasil pengukuran kadar kalsium daun girang tua, diperoleh kadar
kalsium cukup tinggi. Kadar kalsium yang tinggi ini diduga dapat mengurangi masalah tetani yang disebabkan hipokalsemia. Menurut Marcus 2001 penurunan
sedikit saja aktivitas Ca
2+
dapat menurunkan nilai ambang eksitasi, yang mengarah pada tanda-tanda Chovestek dan Trosseau positif, seizure tetanus, dan
laringospasme. Influks Ca
2+
ke dalam sel diduga terjadi melalui difusi terfasilitasi yang diperantai oleh pembawa dan melalui penukaran Ca
2+
untuk Na
+
. Ca
2+
berperan penting dalam kopling eksitasi-kontraksi otot. Potensial aksi menstimulasi pelepasan Ca
2+
dari retikulum sarkoplasma. Ca
2+
yang dilepaskan mengaktifkan kontraksi melalui pengikatannya pada troponin, sehingga
meniadakan efek penghambatan troponin terhadap interaksi aktin-miosin. Relaksasi otot terjadi jika Ca
2+
dipompa kembali ke dalam rertikulum sarkoplasma, memulihkan penghambatan troponin.
4.2.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi