9
2.2.1 Natrium
Natrium penting untuk membantu mempertahankan volume dan keseimbangan cairan tubuh. Kadarnya dalam cairan tubuh diatur oleh mekanisme
homeostatis. Banyak individu mengkonsumsi natrium melebihi dari yang dibutuhkan. Pembatasan natrium seringkali dianjurkan pada pasien gagal jantung
kongestif, sirosis hati dan hipertensi. Asupan yang kurang dari normal yang dimulai sejak masa kanak-kanak akan berlanjut sampai dewasa dapat membantu
pencegahan hipertensi pada individu tertentu. Akan tetapi pembatasan natrium pada wanita sehat selama kehamilan tidak dianjurkan Dewoto, 2012.
Hipernatremia jarang ditemui pada individu sehat tetapi dapat terjadi setelah diare atau muntah yang lama terutama pada bayi, pada gangguan ginjal,
fibrosis kistik atau insufisiensi korteks adrenal atau pada penggunaan diuretik tiazid. Keringat yang berlebihan dapat mengakibatkan kehilangan natrium yang
banyak dan perlu diganti dalam bentuk air dan NaCl Dewoto, 2012.
2.2.2 Kalium
Perbedaan kadar kalium kation utama dalam cairan intrasel dan natrium kation utama dalam cairan ekstrasel mengatur kepekaan sel, konduksi impuls
saraf dan kesetimbangan dan volume cairan tubuh Dewoto, 2012. Meskipun defisiensi jarang terjadi pada individu yang mendapat makanan
cukup, hipokalemia dapat terjadi pada anak-anak yang makanannya tidak mengandung protein. Penyebab hipokalemia yang paling sering ialah diare yang
berkepanjangan terutama pada anak, hiperaldosteronisme, terapi cairan parenteral yang tidak tepat atau tidak mencukupi, penggunaan kortikosteroid atau laksan
Universitas Sumatera Utara
10
jangka lama. Aritmia jantung dan gangguan neuromuskular merupakan akibat hipokalemia yang paling berbahaya Dewoto, 2012.
2.2.3 Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak didapatkan didalam tubuh. Untuk absorpsinya diperlukan vitamin D, kebutuhan kalsium meningkat
pada masa pertumbuhan, selama laktasi dan pada wanita pascamenopause. Bayi yang mendapat susu buatan memerlukan tambahan kalsium. Selain itu asupan
kalsium juga perlu ditingkatkan bila makanan banyak mengandung protein danatau fosfor. Banyak peneliti yang menganjurkan asupan sekitar 1,2 ghari
untuk pasien alkoholik, sindrom malabsorpsi dan pasien-pasien yang mendapat kortikosteroid, isoniazid, tetrasiklin, atau antasid yang mengandung aluminium
Dewoto, 2012.
2.2.4Hubungan Mineral dengan Kontraksi Otot Tubuh dan Kejang
Pada keadaan istirahat, bagian interior akson mamalia yang khas sekitar 70 mV negatif terhadap eksterior. Potensial istirahat pada dasarnya adalah potensial
difusi, terutama berdasarkan pada konsentrasi �
+
yang lebih besar didalam aksoplasma dibandingkan dengan cairan ekstraseluler dan permeabilitas membran
akson saat istirahat relatif tinggi terhadap ion ini. ��
+
dan ��
−
terdapat pada konsentrasi yang lebih tinggi di dalam cairan ekstraseluler daripada didalam
aksoplasma, tapi membran akson saat istirahat sangat kurang permeabel terhadap ion-ion ini. Oleh karena itu, perannya kecil terhadap potensial istirahat. Gradien
konsentrasi ion-ion ini dipertahankan oleh transport aktif yang tergantung energi atau mekanisme pompa, yang melibatkan adenosin trifosfatase ATPase yang
Universitas Sumatera Utara
11
diaktivasi oleh Na
+
pada bagian dalam membran dan oleh K
+
pada permukaan luar membran Hoffman dan Taylor, 2001
Bila ada depolarisasi yang mencapai ambang rangsang maka permeabilitas terhadap Na
+
sangat meningkat Na
+
masuk ke dalam aksoplasma dan menyebabkan potensial istirahat yang negatif tadi menuju netral dan bahkan
menjadi positif disebut polarisasi negatif. Ini diikuti repolarisasi, yaitu kembalinya potensial istirahat dengan terhentinya pemasukan Na
+
dan keluarnya K
+
. Perubahan potensial tersebut di atas disebut potensial aksi saraf yang akan berjalan sepanjang akson sampai di ujung saraf, disini potensial aksi saraf memicu
pelepasan transmiter. Transmiter yang dilepaskan dari ujung saraf praganglion ialah asetilkolin Ach. Ikatan Ach dengan reseptornya akan meningkatkan
permeabilitas membran pascasinaps terhadap Na
+
dan K
+
. Proses ini merupakan dasar terjadinya potensial lempeng saraf yang akan merangsang membrane otot di
sekitarnya dan menimbulkan potensial aksi otot, yang kemudian diikuti kontraksi otot secara keseluruhan Setiawati dan Gan, 2007.
Peningkatan sedang konsentrasi Ca
2+
dalam cairan ekstrasel mungkin tidak memberi pengaruh yang dapat terdeteksi secara klinis terhadap aparatus
neuromuskular. Namun, jika hiperkalsemia semakin parah, nilai ambang eksitasi saraf dan otot meningkat. Manifestasi keadaan ini secara klinis adalah kelemahan
otot, letargi, dan bahkan koma. Sebaliknya, penurunan sedikit saja aktivitas Ca
2+
dapat menurunkan nilai ambang eksitasi, yang mengarah pada tanda-tanda Chovestek dan Trosseau positif, seizure tetanus, dan laringospasme. Influks Ca
2+
ke dalam sel diduga terjadi melalui difusi terfasilitasi yang diperantai oleh pembawa dan melalui penukaran Ca
2+
untuk Na
+
. Beberapa saluran Ca
2+
pada
Universitas Sumatera Utara
12
membran sel diatur oleh berbagai hormon dan neurotransmiter serta potensial membran. Di hati, Ca
2+
intrasel terisolasi secara reversibel oleh retikulum endoplasma: di otot rangka, Ca
2+
intasel terisolasi secara reversibel oleh retikulum sarkoplasma Marcus, 2001.
Ca
2+
berperan penting dalam kopling eksitasi-kontraksi otot. Potensial aksi menstimulasi pelepasan Ca
2+
dari retikulum sarkoplasma. Ca
2+
yang dilepaskan mengaktifkan kontraksi melalui pengikatannya pada troponin, sehingga
meniadakan efek penghambatan troponin terhadap interaksi aktin-miosin. Relaksasi otot terjadi jika Ca
2+
dipompa kembali ke dalam rertikulum sarkoplasma, memulihkan penghambatan troponin Marcus, 2001.
2.3 Spektrofotometri Serapan Atom