23 kadar sari larut etanol, penetapan kadar abu total dan penetapan kadar abu tidak
larut asam.
3.5.1 Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk luar, ukuran permukaan, diameter dan organoleptis teripang. Gambar teripang segar,
simplisia dan serbuk simplisia dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 46-47.
3.5.2 Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia hewan teripang ditaburkan di atas kaca objek yang telah ditetesi dengan larutan
kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup deck glass, kemudian diamati di bawah mikroskop. Gambar mikroskopik teripang dapat dilihat pada Lampiran 4,
halaman 48.
3.5.3 Penetapan kadar air
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi destilasi toluen WHO, 1998. Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin,
tabung penyambung dan tabung penerima.
a. Penjenuhan toluen
Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu alas bulat, dipasang alat penampung dan pendingin, kemudian didestilasi selama 2
jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml.
b. Penetapan kadar air simplisia
Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama dimasukkan ke dalam labu yang berisi toluen yang telah dijenuhkan, kemudian labu
dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur
Universitas Sumatera Utara
24 2 tetes untuk tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan
destilasi dinaikkan sampai 4 tetes tiap detik. Bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen setelah semua air terdestilasi,. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit,
kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml setelah air dan toluen memisah sempurna. Selisih
kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen.
3.5.4 Penetapan kadar sari larut air
Penetapan kadar sari larut air dilakukan dengan metode gravimetri menurut Depkes RI 1995. Prosedurnya adalah sebanyak 5 g serbuk simplisia
dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air-kloroform 2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6
jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar
rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105ºC sampai bobot tetap. Kadar sari larut air dihitung dalam persen.
3.5.5 Penetapan kadar sari larut etanol
Penetapan kadar sari larut etanol dilakukan dengan metode gravimetri menurut Depkes 1995. Prosedurnya adalah sebanyak 5 g serbuk simplisia
dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96 dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam.
Kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang
telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105ºC sampai bobot tetap. Kadar sari larut etanol dihitung dalam persen.
Universitas Sumatera Utara
25
3.5.6 Penetapan kadar abu total
Penetapan kadar abu total dilakukan dengan metode gravimetri menurut Depkes 1995. Prosedurnya adalah sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan
ditimbang seksama dimasukan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran
dilakukan pada suhu 600ºC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu total dihitung dalam persen.
3.5.7 Penetapan kadar abu tidak larut asam
Penetapan kadar abu tidak larut asam dilakukan dengan metode gravimetri menurut Depkes RI 1995. Prosedurnya adalah abu yang diperoleh dalam
penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas
saring bebas abu lalu dipijar sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu tidak larut dalam asam dihitung dalam persen. Hasil
perhitungan karakteristik dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 49-52.
3.6 Pemeriksaaan Golongan Senyawa Kimia 3.6.1 Pemeriksaan glikosida
Sampel uji ditimbang sebanyak 3 g, lalu disari dengan 30 ml campuran etanol 95 dengan air 7:3 dan 10 ml asam sulfat 2 N, direfluks selama 2 jam,
didinginkan dan disaring. Sebanyak 20 ml filtrat ditambahkan, ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal II asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan 5 menit lalu
disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran isopropanol dan kloroform 2:1, dilakukan berulang sebanyak 3 kali. Sari air dikumpulkan dan diuapkan pada
temperatur tidak lebih dari 50° C. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan
Universitas Sumatera Utara
26 sisa digunakan untuk percobaan berikut : 0,1 ml larutan percobaan dimasukkan
dalam tabung reaksi dan diuapkan di atas penangas air. Sebanyak 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molish ditambahkan pada sisa penguapan. Secara perlahan lahan
ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas kedua cairan menunjukkan ikatan gula Depkes RI,
1995.
3.6.2 Pemeriksaan saponin
Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia dimasukkan dalam tabung reaksi ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama10
detik, jika terbentuk buih yang mantap setinggi 1 sampai 10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida
2N menunjukkan adanya saponin Depkes RI, 1995.
3.6.3 Pemeriksaan steroidatriterpenoida
Sebanyak 1 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam, disaring, filtrat diuapkan dalam cawan penguap, dan pada sisanya ditambahkan 1
tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat pereaksi Liebermann- Burchard. Apabila terbentuk warna ungu atau merah atau biru hijau menunjukkan
adanya steroidatriterpenoida Harbone, 1987.
3.7 Pembuatan Ekstrak Etanol Teripang
Pembuatan ekstrak teripang dengan metode perkolasi menggunakan pelarut etanol.
Sebanyak 350 g serbuk teripang dimasukkan kedalam bejana tertutup, lalu direndam dengan cairan penyari selama 3 jam. Kemudian massa dimasukkan ke
dalam perkolator, lalu pelarut etanol dituang secukupnya sampai terdapat selapis
Universitas Sumatera Utara
27 larutan penyari di atas serbuk simplisia, mulut perkolator ditutup dengan plastik
dan aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam. Setelah 24 jam kran perkolator dibuka dan cairan perkolat dibiarkan menetes dengan kecepatan 1mlmenit dan
ditampung kedalam botol Perkolasi dihentikan setelah tetesan terakhir perkolat tidak berwarna lagi atau apabila sebanyak 500 mg cairan perkolat diuapkan di atas
penangas air tidak meninggalkan sisa atau apabila tidak bereaksi dengan pereaksi Liebermann-Burchard. Perkolat dipekatkan dengan bantuan alat penguap rotary
evaporator pada suhu 40-60°C hingga diperoleh ekstrak kental teripang. Bagan
pembuatan ekstrak etanol dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 53.
3.8 Fraksinasi Teripang
Fraksinasi dilakukan secara ekstraksi cair-cair ECC menggunakan pelarut n-heksan dan etilasetat.
a. Fraksinasi dengan n-heksan
Sebanyak 10 g ekstrak etanol pekat teripang ditambahkan 20 ml etanol dan 100 ml air suling, kemudian diektraksi dengan n-heksan sebanyak 50 ml
menggunakan corong pisah dilakukan sebanyak 3 kali. Lapisan n-heksan dipisahkan dan kemudian diuapkan hingga diperoleh fraksi n-heksan pekat.
b. Fraksinasi dengan etilasetat