Jenis-jenis Alat Sambung Grading System

commit to user 6 Salah satu sifat mekanik kayu yang sangat penting dalam analisis tahanan sambungan adalah kuat tumpu kayu disekitar alat sambung dowel bearing strength. Kuat tumpu kayu dipengaruhi oleh kandungan air, berat jenis kayu, dan diameter alat sambung. Hasil pengujian Rammer dan Winistrofer 2001 menunjukkan bahwa kuat tumpu kayu pada kandungan air 15, 12, 6, dan 4 adalah berturut-turut sebesar 1,23; 1,36; 1,63; 1,72 kali kuat tumpu kayu pada kandungan air 20. Smith 1988 melakukan pengujian kuat tumpu kayu dengan beberapa macam nilai berat jenis yang tergolong pada kayu lunak soft woods dan kayu keras hardwoods. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kuat tumpu kayu meningkat seiring dengan peningkatan berat jenis kayu. Wilkinson 1991 mengusulkan Persamaan 2.1. ž ŧ = 114,45 , ƴ5 2.1 Dengan: Fe = kuat tumpu kayu G = berat jenis kayu

2.2.2. Alat Sambung

Analisis tahanan sambungan dengan menggunakan teori model kelelehan seperti pada SNI-5 Tata Cara Perancangan Konstruksi Kayu 2002 menjelaskan bahwa salah satu sifat mekanik alat sambung baut atau paku yang perlu diketahui adalah tegangan lentur Bending yield stress. Pengujian tegangan lentur alat sambung paku atau baut dapat dilakukan sesuai ASTM F 1575-03. Sketsa pengujian tegangan lentur alat sambung ditentukan sebagai titik perpotongan garis offset 0,05D pada kurva beban lendutan.

2.2.2.1. Jenis-jenis Alat Sambung

Salah satu sifat atau karakteristik yang dapat dibandingkan dari berbagai macam alat sambung kayu yang pernah dipergunakan adalah kurva beban vs sesaranslip. Kurva ini menunjukan besarnya dukungan sambungan dan sesaran yang terjadi antara alat commit to user 7 sambung dengan kayu yang disambungnya. Hasil pengujian yang dilakukan Racher 1995 untuk beberapa macam alat sambung dapat dilihat pada Gambar 2.2. Gambar 2.2. Kurva beban sesaran alat sambung Racher,1995

2.2.2.2. Grading System

Klasifikasi kekuatan kayu dilakukan secara masinal melalui pengujian kuat lentur kayu sehingga modulus elastisitas lentur kayu Ew dapat diperoleh. Kemudian sifat mekanik lainnya seperti kuat tarik Ft, kuat desak Fc, dan kuat geser Fv ditentukan berdasarkan nilai modulus elastisitas lentur yang telah diperoleh. Tabel 2.1. Nilai kuat acuan MPa berdasarkan atas penilaian secara maksimal pada kadar air 15 Kode Mutu Ew Fb F t F c Fv F c E26 25000 66 60 46 6,6 24 E25 24000 62 58 45 6,5 23 E24 23000 59 56 45 6,4 22 Sumber: SNI-5 2002. Jenis alat sambung: a Lem 12,5. 10 3 mm 2 b Cincin belah 100 mm c Kokot Buldog 62 mm d Dowel 14 mm e Baut 14 mm f Punched plate 104 mm 2 g Paku 4,4 mm commit to user 8 Tabel 2.1. Lanjutan Kode Mutu Ew Fb F t F c Fv F c E23 22000 56 53 43 6,2 21 E22 21000 54 50 41 6,1 20 E21 20000 56 47 40 5,9 19 E20 19000 47 44 39 5,8 18 E18 17000 42 39 35 5,4 16 E17 16000 38 36 34 5,4 15 E16 15000 35 33 33 5,2 14 E15 14000 32 31 31 5,1 13 E14 13000 30 28 30 4,9 12 E13 14000 27 25 28 4,8 11 E12 13000 23 22 27 4,6 11 E11 12000 20 19 25 4,5 10 E10 11000 18 17 24 4,3 9 Sumber: SNI-5 2002 Dimana: Ew: modulus elastisitas lentur Fb : kuat lentur F t : kuat tarik sejajar serat F c : kuat tekan sejajar serat Fv : kuat geser F c : kuat tekan tegak lurus serat Ew = 16500 G 0,7 G = berat jenis kayu commit to user 9 Semakin besar nilai berat jenis suatu kayu, maka semakin besar pula nilai kuat tumpu kayunya. Umumnya alat sambung paku digunakan pada kayu dengan berat jenis tidak tinggi mengingat mudahnya paku untuk tekuk buckling. Tekuk pada paku juga disebabkan oleh tingginya nilai banding antara panjang dan diameter paku angka kelangsingan sebagai ciri khas alat sambung paku. Tabel 2.2. Kuat tumpu paku Fe untuk berbagai nilai berat jenis kayu Berat Jenis Kayu G 0,4 0,45 0,50 0,55 0,60 0,65 0,70 Nilai F e Nmm 2 21,21 26,35 31,98 38,11 44,73 51,83 59,40 Sumber: Awaludin 2005

2.3. Analisis Sambungan Baut