Hubungan Antara Penurunan dan Beban Perhitungan Data Pengujian Kuat Tumpu

commit to user 36 = D :,D = :, ƒD D :,D :, ƒD = 0,368 grcm 3 Nilai G pada kadar air 15 digunakan untuk menentukan modulus elastisitas lentur E w dengan Persamaan 4.6. = 16000 :,I 4.6 = 16000 :,I = 16000x0,368 :,I = 7950,031 MPa Hasil perhitungan E w yaitu 7950,031 MPa tidak tercantum dalam nilai kuat acuan MPa berdasarkan atas penilaian secara maksimal pada kadar air 15 yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 sehingga kayu LVL dalam penelitian ini belum dapat ditentukan klasifikasi kode mutunya dalam SNI-5,2002.

4.2. Pengujian Kuat Tumpu

4.2.1. Hubungan Antara Penurunan dan Beban

Awaludin 2007 dalam Bearing Properties of Shorea Obtusa Beneath a Laterally Loaded Bolt menjelaskan bahwa kayu dengan pembebanan sejajar terhadap serat leleh setelah mencapai pembebanan maksimum sehingga beban yang digunakan untuk evaluasi kuat tumpu menggunakan beban terbesar yang dapat dicapai. Beban tersebut berada pada posisi Ultimate Load setelah itu garis kurva mengalami penurunan secara drastis. Sedangkan pada pembebanan tegak lurus sejajar serat setelah awal keretakan yang ditunjukan dengan Load Decrease pada kurva beban masih meningkat dengan baik. Gambar kurva tersebut ditunjukkan oleh Gambar 4.1. commit to user 37 Gambar 4.1. Kurva pengujian pembebanan sejajar dan tegak lurus terhadap serat Pada penelitian ini beban maksimum yang diperoleh dari pengujian dengan sudut pembebanan 0° atau sejajar terhadap serat diperoleh dari Sampel E1 yang dapat menerima beban sebesar 500 kg dengan Ultimate Load pada penurunan 0,015 mm seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.2. Gambar 4.2. Grafik hubungan penurunan dan beban Sampel E1 sudut 0° 100 200 300 400 500 600 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 B e b a n k g Penurunan mm Sampel E1 Ultimate Load commit to user 38 Sampel A3 dengan sudut pembebanan 90° atau tegak lurus terhadap serat menunjukkan bahwa beban yang dapat diterima pada saat Load Decrease adalah 275kg dengan penurunan 0,015 mm seperti yang diilustrasikan pada Gambar 4.3. Nilai beban yang meningkat setelah terjadi awal keretakan tidak dapat digunakan untuk perhitungan kuat tumpu karena kenaikan nilai beban setelah awal keretakan tergantung pada kondisi pengujian. Gambar 4.3. Grafik hubungan penurunan beban Sampel A3 sudut 90°

4.2.2. Perhitungan Data Pengujian Kuat Tumpu

Berdasarkan hasil pengujian di Laboratorium Bahan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, maka didapat data-data berupa beban maksimum dan penurunan yang diderita benda uji kayu LVL. Dengan data tersebut dan dengan data- data lain dapat dihitung nilai kuat tumpu dari benda uji kayu LVL. Perhitungan kuat tumpu kayu LVL menggunakan Persamaan 4.7, di bawah ini contoh perhitungan benda uji ke-1 A1. Diketahui data: P beban = 268,75 kg = 2687,5 N d diameter baut = 7 mm t tebal kayu = 21 mm 50 100 150 200 250 300 350 400 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 B e b a n k g Penurunan mm Sampel A3 Load Decrease commit to user 39 Kuat Tumpu Fe = 6 22 ʌ 4.7 Fe = 6 = ʌ˒0I,ƒ I ʌD = 18,282 22 ʌ = 182,82 2 ʌ Tabel 4.1. Hasil perhitungan kuat tumpu kayu LVL No Jenis No Sampel Kuat Tumpu Fe Nmm 2 Kuat Tumpu Rata-rata Nmm 2 1 Kayu LVL sudut pembebanan 90° A1 18.282 17.361 A2 13.605 A3 18.707 A4 20.408 A5 16.156 A6 17.007 2 Kayu LVL sudut pembebanan 60° B1 16.156 17.290 B2 17.857 B3 17.857 B4 16.156 B5 17.007 B6 18.707 3 Kayu LVL sudut pembebanan 45° C1 23.810 21.259 C2 21.259 C3 22.109 C4 17.857 C5 21.259 C6 21.259 4 Kayu LVL sudut pembebanan 30° D1 15.306 20.479 D2 22.109 D3 17.007 D4 22.109 D5 22.534 D6 23.810 5 Kayu LVL sudut pembebanan 0° E1 34.014 28.841 E2 30.612 E3 21.684 E4 29.762 E5 28.061 E6 28.912 commit to user 40

4.2.3. Perbandingan Hubungan Antara Pengujian dan Estimasi Kuat Tumpu