34
4.2 Analisis Makna Mantra Pengobatan Tradisional Melayu Sakai dari Aspek Leksikal
Berdasarkan jenis semantiknya, makna dapat dibedakan antara makna leksikal, makna gramatikal, dan makna kontekstual. Pada analisis makna mantra
pengobatan tradisional Melayu Sakai penulis menganalisis makna berdasarkan aspek leksikal. Adapun analisis makna mantra pengobatan tradisional Melayu
Sakai dari aspek leksikal sebagai berikut. 1.
Usok penyakit panas atau demam Usok merupakan sejenis penyakit seperti demam atau panas akibat sesuatu
hal. Menurut kepercayaan masyarakat Melayu Sakai usok dapat disebabkan karena keteguran makhluk halus dan makhluk-makhluk lain dari alam gaib.
Secara medis demam adalah kondisi ketika suhu tubuh berada di atas 37,5 derajat celcius. Untuk menyembuhkan penyakit demam atau panas, mantra yang
digunakan masyarakat Melayu Sakai sebagai berikut. 1
Bahasa Melayu Sakai Bahasa Indonesia
Bismillahirrahmanirrahim ‘dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha
penyayang’ Betanak disosak
‘memasak disesak’ Betungkat batang jerami
‘bertongkat batang jerami’ Setan mendosak
‘setan mendesak’ Aku menawayi
‘aku menawari’ Mustajab kepada si anu ‘mustajab kepada si dia’
Kobul Allah ‘kabul Allah’
Kobul Muhammad ‘kabul muhammad’
Universitas Sumatera Utara
35
Bokat laa ilahaillallah ‘berkat laa ilahailallah’
Pada mantra di atas, kalimat betanak disosak, betungkat batang jeramai merupakan bentuk sampiran mantra yang mengambil unsur pantun. Isi dari
sampiran tersebut terdapat pada baris setan mendosak, aku menawari. Makna dari mantra tersebut yaitu penyakit yang diderita berasal dari setan atau jin yang terus-
menerus membuat badan penderita merasa panas. Karena adanya setan yang mendesak maka dukun akan menghilangkannya dengan mantra. Sementara itu
pada baris mustajab kepada si menyebutkan nama orang yang sakit, memiliki makna bahwa penyakit yang diderita seseorang dapat disembuhkan dengan
mudah. Selain itu pada baris kobul Allah, kobul Muhammad memilik makna atas izin Allah dan nabi Muhammad. Untuk memperkuat keyakinan dan meminta
kesembuhan, dukun berdoa kepada Allah melalui keberkatan kalimat syahadat la ilahaillallah yang artinya tiada Tuhan selain Allah.
2. Pupah
Pupah merupakan penyakit yang ditandai dengan demam tinggi, badan menggigil, dan mempunyai rasa ketakutan. Menurut kepercayaan masyarakat
Melayu Sakai penyakit ini disebabkan oleh makhluk gaib yang disebut anak bajang. Anak bajang suka menangis untuk menakuti manusia sehingga gangguan
makhluk tersebut membuat seseorang terkejut dan mengalami demam tinggi. Pada penyakit pupah mantra yang digunakan masyarakat Melayu Sakai berupa doa
seperti berikut. 2
Bismillahirrahmanirrahim
Universitas Sumatera Utara
36
Allaahumma shalli alaa sayyidina muhammadin tibbil quluubi wadawaaihaa waaafiyatil abdaani wasyifaaihaa wanuuril abshaari wadliyaaihaa waquwwatil
ajsaadi wal arwaahi waghidaa iha waalaa aalihi washahbihi ajmaiin Arti dari doa tersebut yaitu,
Dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang Ya Allah curahkanlah rahmat kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW
sebagai obat hati dan penyembuhnya, penyehat badan dan kesembuhannya dan sebagai penyinar penglihatan mata beserta cahayanya dan merupakan makanan
pokok jasmani maupun rohani. Semoga shalawat dan salam tercurahkan pula kepada keluarga serta para shahabat-shahabatnya.
Dari arti ayat di atas, doa tersebut mengandung makna bahwa untuk menerangkan penglihatannya dan menyembuhkan penyakit dari segala penyakit
memintalah perlindungan kepada Alah karena dengan rahmat dan karunianyalah penyakit dapat disembuhkan. Sementara itu menurut keyakinannya, dukun
meminta kepada Allah dan para utusannya melalui doa dan shalawat atas kesembuhan seseorang.
3. Tuju pangan
Tuju pangan merupakan penyakit yang ditandai dengan perut kembung, ulu hati terasa sakit, semua badan terasa pegal. Menurut kepercayaan masyarakat
Melayu Sakai, penyakit tuju merupakan penyakit yang dibuat atau dikirimkan oleh seseorang kepada orang lain seperti guna-guna. Penyakit ini merupakan
penyakit yang sangat ditakutkan oleh masyarakat Melayu Sakai karena menurut
Universitas Sumatera Utara
37
dukun penyakit ini dapat mematikan. Mantra yang digunakan masyarakat Melayu Sakai pada penyakit tuju pangan sebagai berikut.
3 Bahasa Melayu Sakai
Bahasa Indonesia Bismillahirrahmannirrahimim ‘ dengan nama Allah yang maha
pengasih dan maha penyayang’
Au di juwang au di lombah ‘aur di jurang aur di lembah’
Uwek tuju menuju ‘urat tuju menuju’
Datang antu aku sogah ‘datang hantu aku lawan’
Kumamaco ubat tuju ‘ku membaca obat tuju’
Si Anu nama si sakit ‘si anu’
Bukan si anu nan kono tuju ‘bukan si anu yang dapat tuju’
Anjing babi di seberang lautan ‘anjing babi di seberang lautan’
Nan kono tuju ‘yang dapat tuju’
Bokat lailaha illallah ‘berkat lailaha illallah’
Pada mantra di atas, kalimat Au dijuwang au di lomba, merupakan bentuk sampiran mantra yang mengambil unsur pantun. Baris tersebut bermakna aur atau
bambu yang tumbuh di lombah ‘lembah’. Dalam ilmu magis pada pengobatan
tradisional masyarakat Melayu Sakai, buluh atau bambu mengandung racun. Racun tersebut terdapat pada bulu-bulu dari kulit bambu. Selain itu uat tuju
menuju merupakan baris ke dua dari sampiran mantra yang memiliki makna urat atau akar dari aur
‘bambu’ yang tumbuh di lembah dilemparkan ke suatu arah. Sementara itu dibaris datang hantu aku soga merupakan isi dari sampiran mantra
yang bermakna bahwa bagi dukun yang dianggap mempunyai kekuatan magis
Universitas Sumatera Utara
38
dapat melawan apabila datang hantu. Untuk melawan hantu atau roh jahat yang menyebabkan penyakit tuju, dukun membaca mantra yang diyakininya dapat
menyembuhkan penyakit tuju. Adapun pada baris bukan si A nan kono tuju, anjing babi di seberang lautan nan kono tuju, memiliki makna bahwa seorang
dukun yakin bukan si A yang terkena tuju tetapi anjing dan babi yang di seberang lautan. Untuk memperkuat keyakinan dan meminta kesembuhan, dukun berdoa
kepada Allah melalui keberkatan kalimat syahadat la ilahaillallah yang artinya tiada Tuhan selain Allah.
4. Glogetan
Glogetan adalah penyakit pada kulit yang ditandai dengan munculnya penyakit kulit seperti kurap yang disertai dengan bengkak berwarna merah dan
terasa gatal. Penyakit ini dapat menular ke bagian kulit lainnya jika tidak cepat disembuhkan. Pada penyakit glogetan doa yang digunakan masyarakat Melayu
Sakai sebagai berikut. 4
Bismillahirrahmanirrahim Allahumma robbannasi adzhibilba’ sa isyfi Fa antassyafi la syafalla Syifauka
syifaan la yufadiru saqoma. Arti dari doa tersebut yaitu,
Ya allah, Tuhan manusia, lenyapkanlah segala penyakit, sembuhkanlah, engkau tuhan yang menyembuhkan, tiada kesembuhan kecuali kesembuhan-Mu,
yaitu kesembuhan yang tidak meninggalkan suatu penyakitpun. Dari ayat di atas 4, doa tersebut memiliki makna bahwa seseorang meminta
kesembuhan kepada Tuhan dan mengharapkan penyakit yang ada dibadan hilang
Universitas Sumatera Utara
39
tanpa meninggalkan bekas. Penyakit hanya dapat disembuhkan atas izin Allah sang pencipta.
5. Bisu angin bisu pangan
Bisu angin atau pangan merupakan penyakit kulit seperti benjolan kecil berwarna kemerahan. Dalam dunia medis penyakit ini biasa disebut dengan penyakit
campak. Penyakit ini ditandai dengan badan terasa panas, batuk, muntah, nafsu makan berkurang, nyeri otot, mata merah, dan bejolan merah pada kulit. Mantra
yang digunakan masyarakat Melayu Sakai pada penyakit bisu angin atau pangan berupa doa sebagai berikut.
5 Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma muthfial kabiiri wa mu
kbiroshoghiiri athfi’haa ‘annii Doa di atas mengandung arti, dengan nama Allah yang maha pengasih dan
maha penyayang. Ya Tuhanku, yang maha memudarkan yang besar, membesarkan yang kecil, pudarkanlah hilangkanlah apa yang tumbuh.
Dari ayat di atas 5 , doa tersebut memiliki makna bahwa hanya Allah lah yang dapat memudarkan penyakit yang tumbuh di badan. Apapun penyakit yang
tumbuh dan membesar atas izin Allah penyakit tersebut dapat disembuhkan.
6. Ba’ah
Ba’ah merupakan sejenis bisul besar yang mengandung darah kotor serta nanah di dalam kulit dan menimbulkan rasa nyeri pada kulit. Bisul apabila pecah
dan mengering biasanya akan meninggalkan bekas pada kulit. Bisul biasanya
Universitas Sumatera Utara
40
berawal dari benjolan merah dan lunak di daerah kulit yang lama-kelamaan akan menjadi keras. Di tengah benjolan akan terbentuk puncak berwarna putih yang
akan memecah. Mantra yang digunakan masyarakat Melayu Sakai pada penyakit ba’ah sebagai berikut.
6 Bahasa Melayu Sakai Bahasa Indonesia
Bismilahirahmanirahim ‘dengan nama Allah yang maha
pengasih dan maha penyayang’
Bilalang di topi ayie ‘belalang di tepi air’ Aku lantieng samu tana koeh ‘aku lempar dengan tanah keras’
Sedangkan tulang lai cayie ‘sedangkan tulang menjadi lunak’ Apo layi dagieng sabuku ‘apalah lagi daging seuras’
Kobual aku membuek ubek bisul ‘kabul aku membuat obat bisul’ K
obual Allah kobual Muhammad ‘ kabul Allah kabul Muhammad’ Kobual bagindo rasulallah ‘kabul bagindo rasulallah’
Bokat kalimek lailahhaillallah ‘berkat kalimat lailahailallah’
Pada mantra di atas, kalimat bilalang di topi ayie merupakan bentuk sampiran mantra yang mengambil unsur pantun. Baris ini memiliki makna untuk
memanggil penyakit yang ada di dalam tubuh. Pada baris Aku lantieng samu tana koeh yang merupakan baris ke dua dari sampiran mantra mengandung makna
penyakit yang di derita dapat disembuhkan dengan bahan atau ramuan yang dibuat oleh dukun. Adapun pada baris sedangkan tulang lai cayie, apo layi
dagieng sabuku merupakan isi dari sampiran mantra yang bermakna bahwa penyakit yang keras dapat disembuhkan apalagi penyakit yang ringan. Sementara
Universitas Sumatera Utara
41
itu pada baris kobual aku membuek ubek bisul memiliki makna bahwa sang dukun atau tabib meminta izin kepada yang maha kuasa untuk membuat obat bisul.
Untuk memperkuat keyakinan dan meminta kesembuhan, pada baris kabul Allah kabul muhammad, kabul bagindo rasulullah bokat kalimek lailahailallah yang
bermakna atas nama Allah dan nabi Muhammad baginda Rasulullah dengan mengucapkan kalimat lailahaillah yang artinya tiada Tuhan selain Allah, dukun
berdoa kepada Allah. Pada mantra di atas, secara aspek leksikal terdapat pengulangan anafora dan
antonimi yang ditandai pada kutipan mantra berikut.
Kobual aku membuek ubek bisul Kobual Allah kobual Muhammad
Kobual bagindo rasulallah
Kata kobual ‘kabul’ pada kutipan mantra di atas merupakan satuan lingual
kata yang berada di awal baris mantra secara konsisten diulang di awal baris pada kutipan mantra berikutnya. Pengulangan kata kobual
‘kabul’ menandakan adanya pengulangan repetisi anafora dalam mantra pengobatan Melayu Sakai.
Sementara itu makna antonimi terdapat pada kutipan mantra berikut.
Aku lantieng samu tana koeh, sedangkan tulang lai cayie
‘aku lempar dengan tanah keras, sedangkan tulang menjadi cair’ Koeh
‘keras’ cayie ‘lunak’. Kata koeh ‘keras’ berlawanan makna dengan kata cayie
‘lunak’ yang berfungsi sebagai penolakan terhadap penyakit yang parah sehingga mudah untuk disembuhkan melalui mantra yang dibacakan.
Universitas Sumatera Utara
42
7. Palasik
Pada umumnya penyakit palasik berasal dari daerah Minangkabau Sumatera Barat, tetapi penyakit ini telah dikenal oleh masyarakat lain seperti masyarakat
Melayu. Dalam kepercayaan masyarakat Melayu Sakai palasik merupakan sejenis hantu yang mengganggu ketentraman manusia khususnya anak bayi dan balita.
Masyarakat percaya, apabila terdapat bayi yang memiliki gejala seperti suhu badan tinggi secara tiba-tiba, pucat, menangis terus-menerus terutama pada tengah
malam, tidak bisa tidur atau susah untuk ditenangkan, badan tiba-tiba lemas, dan pada ubun-ubun atau ujung kepala terlihat cekung, maka bayi tersebut terkena
palasik. Untuk menghilangkan hantu palasik dukun hanya membuat pegangan atau penangkal yang ditawari mantra sebagai berikut.
7 Bahasa Melayu Sakai Bahasa Indonesia
Bismillahirrahmanirrahim ‘dengan nama Allah yang maha
pengasih dan maha penyayang’
Menungkup melontang ‘menelungkup menjelentang’
Ubek dikomeh disolek banta ‘obat dikemas diselip bantal’
Mehambualah engkau dai sebalik bukik ‘menghamburlah engkau dari
balik bukit’ Engkau yang mangosok
‘engkau yang menggosok’ kain kocik amak engkau
‘kain kecil ibu engkau’ Mengubuo aku manulak antu palasik
‘mengubur aku menolak hantu palasik’
Dalam batang tubuh anak manusio ‘dalam batang tubuh anak
manusia’
Universitas Sumatera Utara
43
Bokat lailaahaillallahu ‘berkat lailahailallah’
Pada mantra di atas, kalimat manalungkui manjalantang ubek dikomeh disolek banta merupakan bentuk sampiran mantra yang mengambil unsur pantun.
Makna dari baris tersebut yaitu dengan susah payah penangkal palasik dibuat dan dipasangkan ke anak bayi atau balita agar hantu palasik pergi dan tidak bisa
mendekati si anak. Sementara itu baris mehambualah engkau dai sebalik bukik, merupakan isi dari sampiran mantra yang mengandung makna bawa dukun
menyuruh hantu palasik pergi dari atas kepala anak bayi atau balita kerena menurut dukun hantu palasik berada disekitar kepala dan menghisap darah dari
ubun-ubun anak. Pada baris engkau yang mangosok kain kocik amak engkau, yang juga
merupakan isi dari sampiran mantra mengandung makna bahwa hantu palasik berasal dari penganut ilmu hitam yang diwariskan secara turun temurun hanya
kepada keturunan perempuan. Adapun pada baris mengubuo aku manulak antu palasik dalam batang tubuh anak manusio, terdapat makna bahwa dukun
bermaksud untuk mengusir hantu palasik dan menguburnya agar tidak menggangu anak bayi atau balita. Untuk memperkuat keyakinan dan meminta kesembuhan,
dukun berdoa kepada Allah melalui keberkatan kalimat syahadat la ilahaillallah yang artinya tiada Tuhan selain Allah.
Pada data 7 di atas, dapat ditemukan adanya pengulangan anadiplosis pada kutipan mantra berikut.
Mehambualah engkau dai sebalik bukik Engkau yang mangosok
Universitas Sumatera Utara
44
Kata engkau merupakan kata di tengah baris yang diulang di awal baris pada kutipan berikutnya. Hal ini sebagai penanda adanya repetisi anadiplosis dalam
mantra pengobatan Melayu Sakai.
8. Suantau
Suantau merupakan penyakit yang disebabkan oleh keracunan makanan yang dimakan oleh seseorang. Penyakit ini ditandai dengan muntah-muntah, diare,
pusing dan badan terasa lemas. Mantra yang digunakan masyarakat Melayu Sakai pada penyakit suantau sebagai berikut.
8 Bahasa Daerah Bahasa Indonesia
Bismillahirrahmanirrahim ‘dengan nama Allah yang maha
pengasih dan maha penyayang’
Hai penyakik dari sagalu penyakik ‘hai penyakit dari segala penyakit
mangaluou la engkau keluar lah engkau’
Minhumkutubuhum namonyo suantau ‘minhumkutubuhum namanya racun’
Aku tau asa engkau mulo menjadi ‘aku tahu asal engkau mulai menjadi’
Di bawah lidah asa bisuo mulo menjadi ‘di bawah lidah asal bisa mulai
menjadi’ Baghoaklah engkau
‘bergeraklah engkau’ Kok indok baghoak engkau
‘kalau tak bergerak engkau’ Aku indok baghoak lo do
‘aku takkan bergerak juga’ Aku tau asa engkau mulo menjadi
‘aku tau asal engkau mulai menjadi’ Dek aku ko ado tuhan
‘karena aku ini ada tuhan’ Bokat lailahailallah
‘berkat lailahailallah’
Universitas Sumatera Utara
45
Pada mantra di atas, kalimat hai penyakik dari sagalu penyakik mangaluou la ongkau merupakan bentuk sampiran mantra yang mengambil unsur pantun.
Makna dari baris tersebut yaitu dukun berusaha menarik semua penyakit agar cepat keluar dari badan seseorang yang terkena penyakit. Selain itu pada baris
minhumkutubuhum namonyo suantau, yang juga merupakan sampiran dari mantra bermakna bahwa dukun memberi nama pada sebuah penyakit yang meracuni
seseorang dengan sebutan minhumkutubuhum. Pada baris Aku tau asal ongkau mula menjadi di bawah lidah asal bisuo mulo
menjadi, merupakan isi dari sampiran mantra yang bermakna bahwa dukun mengetahui dari mana asal racun datang. Dikatakan di bawah lidah bisuo mulo
menjadi, karena racun itu berasal dari makanan atau minuman yang dimakan oleh seseorang yang terkena racun. Adapun pada baris baghoghaklah ongkau kok tak
baghoghak ongkau, Aku takkan baghoghak lo do, terdapat makna bahwa dukun mengusir penyakit agar cepat sembuh dari badan si sakit. Jika penyakit tidak
sembuh, dukun tidak akan pergi sebelum penyakit tersebut dapat disembuhkan. Sementara itu pada baris Aku tau asal ongkau mola menjadi dek akugho ado
tuhan, memiliki makna bahwa dengan penuh keyakinan dukun mengetahui asal penyakit dan penyakit akan sembuh atas izin yang maha kuasa. Untuk
memperkuat keyakinan dan meminta kesembuhan, dukun berdoa kepada Allah melalui keberkatan kalimat syahadat la ilahaillallah yang artinya tiada Tuhan
selain Allah. Pada mantra 8 di atas, ditemukan pengulangan anafora dan pengulangan
mesodiplosis yang ditandai pada kutipan mantra berikut.
Aku indok baghoak lo do
Universitas Sumatera Utara
46
Aku tau asa engkau mlo menjadi
Kata aku pada kutipan pada di atas merupakan satuan lingual kata yang berada di awal baris mantra secara konsisten diulang di awal baris pada kutipan mantra
berikutnya. Pengulangan kata aku menandakan adanya pengulangan repetisi anafora dalam mantra pengobatan Melayu Sakai. Sedangkan repetisi mesodiplosis
ditemukan juga pada kutipan mantra berikut.
Kok indok baghoak engkau Aku indok baghoak lo do
Kata baghoak ‘bergerak’ merupakan satuan lingual kata yang berada di
tengah-tengah baris atau kalimat secara konsisten diulang pada baris mantra berikutnya. Hal ini sebagai penunjuk adanya repetisi mesodiplosis dalam mantra
pengobatan Melayu Sakai.
9. Luko di kulik
Luko di kulik merupakan sebuah kondisi kerusakan pada bagian atas kulit, biasanya kulit menjadi merah dan berdarah. Luka dapat disebabkan oleh benda
tajam, ledakan, gigitan hewan, konsleting listrik dan berbagai penyebab lainnya. Mantra yang digunakan masyarakat Melayu Sakai pada penyakit luko di kulik
sebagai berikut. 9 Bahasa Melayu Sakai
Bahasa Indonesia Bismillahirrahmanirrahim
‘dengan nama Allah yang maha pengasih
dan maha penyayang’ Bosi melukwo
‘besi meluka’ bosi menangka
‘besi menangkal’
Universitas Sumatera Utara
47
Cubo engkau membinasuokan dagiang ‘coba engkau membinasakan
daging’ Engkau duhaku kepaduo Allah
‘engkau durhaka kepada Allah’
Tetutup tekunci ‘tertutup terkunci’
Tehungkai tepakai ‘terbuka terpakai’
Bokat doa la ilahailallah ‘berkat doa la ilahailallah’
Pada kalimat bosi melukwo bosi menangka merupakan bentuk sampiran mantra yang mengambil unsur pantun. Makna dari baris tersebut yaitu apabila
kulit mudah terluka maka dengan mudah luka dapat disembuhkan. Adapun pada baris cubo engkau membinasuokan dagiang, engkau duhaku kepaduo Allah,
merupakan isi dari sampiran mantra yang mengandung makna jika luka dapat merusak kulit sampai ke daging maka engkau yang menyebabkan luka akan
dihancurkan oleh Allah. Sementara itu baris tetutup tekunci, tehungkai tepakai, mengandung makna bahwa luka yang membuat kulit terbuka dapat tertutup
seperti semula. Untuk memperkuat keyakinan dan meminta kesembuhan, dukun berdoa kepada Allah melalui keberkatan kalimat syahadat la ilahaillallah yang
artinya tiada Tuhan selain Allah. Pada mantra 9 di atas, secara aspek leksikal ditemukan pengulangan
anadiplosis dan makna antonimi yang terdapat pada kutipan mantra berikut.
Cubo engkau membinasuokan dagiang Engkau duhaku kepaduo Allah
Universitas Sumatera Utara
48
Kata engkau merupakan kata di tengah baris mantra yang secara konsisten diulang di awal baris pada kutipan berikutnya. Pengulangan kata engkau pada
baris pertama dan kedua menandai adanya repetisi anadiplosis dalam mantra pengobatan Melayu Sakai. Sementara itu makna antonimi ditemukan pada kutipan
mantra berikut.
Tetutup tekunci, tehungkai tepakai
‘tertutup terkunci, terbuka terpakai’ Tetutup ‘tertutup’tehungkai ‘terbuka’. Dari contoh kutipan mantra di atas,
terlihat bahwa k ata tetutup ‘tertutup’ berlawan makna dengan kata tehungkai
‘terbuka’.
10. Tekihia terkilir atau patah Tekihia merupakan gangguan sendi akibat gerakan pada sendi yang tidak
biasa, dipaksakan atau bergerak secara tiba- tiba. Umumnya tekihia ‘terkilir’ dapat
menyebabkan rasa yang sangat sakit dan bengkak pada bagian yang terkilir. Semakin parah tingkat terkilir yang terjadi maka bengkak dan rasa nyeri yang
dirasakan akan semakin parah. Mantra yang digunakan masyarakat Melayu Sakai dalam pengobatan tekihia sebagai berikut.
10 Bahasa Melayu Sakai Bahasa Indonesia
Bismillahirrahmanirrahim ‘dengan nama Allah yang maha
pengasih dan maha penyayang’
Jati tumbuh di ateh bukik ‘jati tumbuh di atas bukit’
Aka menjulang sampai ke lauik ‘akar menjulang ke laut’
Uwek yang kendur udah kutegang ‘urat yang kendur sudah kutegang’
Universitas Sumatera Utara
49
Uwek yang putuih udah kusambuang ‘urat yang putus sudah kusambung’
Patah tulang beuganti sendi ‘patah tulang berganti sendi’
Badan usah usak binasuo ‘badan jangan rusak binasa’
Bokat La ilaha illallah ‘berkat lailahailallah’
Pada mantra di atas, kalimat jati tumbuh di ateh bukik aka menjulang sampai ke lauik merupakan bentuk sampiran mantra yang mengambil unsur pantun.
Makna baris tersebut yaitu pohon jati melambangkan tulang yang keras, kuat dan tidak mudah patah. Sementara itu aka menjulang sampai ke lauik, bermakna
badan yang terkilir akan disembuhkan sampai ke akarnya. Adapun pada baris uwek yang kendur udah kutegang, uwek yang putuih udah kusambung, merupakan
isi dari sampiran mantra memiliki makna urat tulang yang terkilir apabila kendur maka ditegangkan seperti semula dan apabila tulang patah maka akan mudah
tersambung. Pada baris patah tulang beuganti sendi, mengandung makna bahwa tulang
yang patah atau terkilir dapat menghasilkan pertumbuhan baru untuk memperbaiki tulang yang patah. Selain itu pada baris badan usah usak binasuo,
mengandung makna agar badan tidak rusak maka tulang yang patah atau terkilir dapat disembuhkan. Untuk memperkuat keyakinan dan meminta kesembuhan,
dukun berdoa kepada Allah melalui keberkatan kalimat syahadat la ilahaillallah yang artinya tiada Tuhan selain Allah.
Pada mantra 10 di atas, secara aspek leksikal terdapat pengulangan anafora dan pengulangan mesodiplosis yang ditandai pada kutipan mantra berikut.
Uwek yang kendur udah kutegang
Universitas Sumatera Utara
50
Uwek yang putuih udah kusambuang
Kata uwek pada kutipan mantra tersebut merupakan satuan lingual kata yang berada di awal baris mantra secara konsisten diulang di awal baris pada kutipan
mantra berikutnya. Pengulangan kata uwek ‘urat’ menandakan adanya
pengulangan repetisi anafora dalam mantra pengobatan Melayu Sakai. Sementara itu, pengulangan repetisi mesodiplosis terdapat pada kata udah
‘sudah’ yang merupakan satuan lingual kata yang berada di tengah-tengah baris atau kalimat secara konsisten diulang pada baris mantra berikutnya. Pengulangan
kata udah ‘sudah’ pada baris pertama dan baris kedua mantra menandakan adanya
repetisi mesodiplosis dalam mantra pengobatan Melayu Sakai. Selain itu makna antonimi ditemukan pada kutipan mantra berikut.
Uwek yang putuih udah kusambuang
‘urat yang pitus sudah kusambung’ Putuih
‘putus’ sambuang ‘sambung’. Kata putuih ‘putus’ yang terdapat pada kutipan mantra di atas, berlawanan makna dengan kata sambuang
‘sambung’.
11. Tekono keteguran Menurut masyarakat Melayu Sakai tekono atau keteguran adalah suatu
penyakit yang disebabkan karena ditegurnya seseorang oleh makhluk gaib. Penyakit ini ditandai dengan sakit kepala dan panas badan yang tidak turun-turu
selama lima hari. Untuk mengetahui seseorang mengalami tekono atau keteguran dilihat saat pelemparan kunyit. Apabila kunyit yang dilempar pertama sama-sama
tertutup maka sesorang tersebut mengalami penyakit tekono dan jika kunyit yang dilempar sampai tiga kali tetapi tidak sama-sama terbuka maka orang tersebut
Universitas Sumatera Utara
51
tidak tekono atau keteguran. Setelah mengetahui apakah seseorang tekono atau keteguran maka kunyit dipilih kembali dengan membaca mantra. Mantra yang
digunakan masyarakat Melayu Sakai pada penyakit tekono sebagai berikut. 11 Bahasa Melayu Sakai
Bahasa Indonesia Bismillahirrahmanirrahim
‘dengan nama Allah yang maha pengasih
dan maha penyayang’ Gamit si gelamit sangkuik di gulang-gulang
‘gamit si gelamit tersangkut di gulang-
gulang’ Waktu setan menggamit di situ jugo
‘waktu setan menggamit di situ juga semangek si anu hilang
semangat si nama si sakit hilang’
Jangan engkau bohuang kunyit ‘jangan engkau bohong kunyit’
Durhaka engkau kepaduo Allah ‘durhaka engkau kepada Allah’
Asa engkau dayi tanah ‘asal engkau dari tanah’
baliek engkau kepadou tanah ‘ kembali engkau kepada tanah’
Kobual Allah kobual Muhammad ‘ kabul Allah kabul Muhammad’
Mustajab kepada si nama orang sakit ‘mustajab kepada si nama orang
sakit’ Bokat laa ilahaillallah
‘berkat lailahailallah’
Pada mantra di atas, kalimat gamit si gelamit sangkuik di gulang-gulang merupakan bentuk sampiran mantra yang mengambil unsur pantun. Makna dari
baris tersebut yaitu gamit si gelamit diartikan sesuatu atau seseorang yang disentuh oleh setan, sedangkan di gulang-gulang diartikan sebagai gubuk yang
terdapat di sawah atau ladang. Sementara itu pada baris waktu setan menggamit di
Universitas Sumatera Utara
52
situ jugo semangek si menyebutkan nama yang sakit hilang, memiliki makna bahwa di mana pun setan menyentuh disitulah penyakit datang. Adapun pada
baris jangan engkau bohuang kunyit, durhaka engkau kepaduo Allah, merupakan isi dari sampiran mantra yang memiliki makna bahwa kunyit yang digunakan
sebagai bahan pengobatan akan memberi kesembuhan kepada seseorang atas izin Allah. Selain itu pada baris asa engkau dayi tanah, baliek engkau kepaduo tanah,
bermakna jika setan yang menyebabkan penyakit berasal dari tanah maka akan dikembalikan ke tanah. Untuk memperkuat keyakinan dan meminta kesembuhan,
dukun berdoa kepada Allah melalui keberkatan kalimat syahadat la ilahaillallah yang artinya tiada Tuhan selain Allah.
Pada mantra 11 di atas, secara aspek leksikal terdapat pengulangan mesodiplosis yang ditandai pada kutipan mantra berikut.
Jangan engkau bohuang kunyit Durhaka engkau kepaduo Allah
Asa engkau dayi tanah Baliek engkau kepadou tanah
Kata engkau merupakan satuan lingual kata yang berada di tengah-tengah baris atau kalimat secara konsisten diulang pada baris mantra berikutnya. Hal ini
sebagai penunjuk adanya repetisi mesodiplosis dalam mantra pengobatan Melayu Sakai.
12. Sakik Gigi Sakik gigi merupakan nyeri yang dirasakan di dalam atau di sekitar gigi yang
terasa saat saraf di gigi teriritasi. Sakit gigi disebabkan oleh kerusakan atau
Universitas Sumatera Utara
53
kebusukan gigi seperti gigi berlubang. Penyakit ini ditandai dengan adanya rasa nyeri pada gigi dan bengkak di sekitar gigi bahkan hingga ke pipi dan rahang.
Mantra yang digunakan masyarakat Melayu Sakai pada pengobatan sakik gigi sebagai berikut.
12 Bahasa Melayu Sakai Bahasa Indonesia
Bismillahirrahmanirrahim ‘dengan nama Allah yang maha
pengasih dan maha penyayang’
Kayu auo tongah padang ‘kayu ara ditengah padang’
Uwek parang mamarang ‘akar perang memerang’
Kulik parang mamarang ‘kulit perang memerang’
Daon parang mamarang ‘daun perang memerang’
Mamarang segalu pagharangan ‘memerang segala sakit gigi’
Kobual aku mambuek peghangan gigi ‘kabul aku membuat obat sakit gigi’
Kobual Allah kobual Muhammad ‘kabul Allah kabul Muhammad’
Bokat kalimek lailahailallah ‘berkat kalimat Lailahailallah’
Pada mantra di atas, kalimat kayu auo tongah padang merupakan sampiran mantra yang mengambil unsur pantun. Makna dari baris tersebut yaitu kayu ara
yang terletak di tengah padang merupakan pohon yang dari zaman nabi sering digunakan sebagai obat untuk bermacam-macam penyakit. Orang-orang
terdahulu menganggap bahwa buah ara adalah makanan terbaik bagi mereka yang lemah karena sakit dan dalam proses penyembuhan. Dukun menyebutkan kayu
ara agar obat yang dibuatnya mempunyai kasiat sama seperti buah ara yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Sementara itu pada baris uwek parang
Universitas Sumatera Utara
54
mamarang, aka parang mamarang, kulik parang mamarang, daon parang mamarang, memiliki makna bahwa dari urat, akar, kulit, daun dan semua yang
terdapat pada pohon ara dapat dijadikan sebagai bahan untuk menyembuhkan penyakit.
Pada baris mamarang segalu pagharangan merupakan isi dari sampiran mantra yang memiliki makna dapat melawan semua penyakit yang berada
disekitar gigi. Selain itu pada baris kobual Aku mambuek peghangan gigi, terdapat makna bahwa dukun meminta izin menurut keyakinannya untuk membuat obat
gigi. Untuk memperkuat keyakinan dan meminta kesembuhan, dukun berdoa kepada Allah melalui keberkatan kalimat syahadat la ilahaillallah yang artinya
tiada Tuhan selain Allah. Pada mantra 12 di atas, secara aspek leksikal terdapat pengulangan anafora,
pengulangan anadiplosis dan pengulangan mesodiplosis yang ditandai pada kutipan mantra berikut.
Kobual aku mambuek peghangan gigi Kobual Allah kobual Muhammad
Kata kobual ‘kabul’ pada kutipan mantra di atas merupakan satuan lingual
kata yang berada di awal baris mantra secara konsisten diulang di awal baris pada kutipan mantra berikutnya. Pengulangan kata kobual
‘kabul’ menandakan adanya pengulangan repetisi anafora dalam mantra pengobatan Melayu Sakai.
Sementara itu pengulangan anadiplosis terdapat pada kutipan mantra berikut.
Daon parang mamarang Mamarang segalu pagharangan
Universitas Sumatera Utara
55
Kata mamarang merupakan kata di tengah baris mantra yang secara konsisten diulang di awal baris pada kutipan berikutnya. Pengulangan kata mamarang
‘memerang’ pada baris pertama dan kedua menandai adanya repetisi anadiplosis dalam mantra pengobatan Melayu Sakai. Sedangkan pengulangan mesodiplosis
terdapat pada kutipan mantra berikut.
Uwek parang mamarang Kulik parang mamarang
Daon parang mamarang
Kata parang ‘perang’ merupakan satuan lingual kata yang berada di tengah-
tengah baris atau kalimat secara konsisten diulang pada baris mantra berikutnya. Hal ini sebagai penunjuk adanya repetisi mesodiplosis dalam mantra pengobatan
Melayu Sakai.
13. Sakik matu Sakik matu atau sakit mata merupakan segala gangguan atau penyakit yang
membuat mata terasa sakit. Penyakit ini umumnya ditandai dengan mata terasa pedih, merah, berair, dan bengkak. Mantra yang digunakan masyarakat Melayu
Sakai pada pengobatan sakik matu berupa doa sebagai berikut. 13 Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma inni as-aluka wa atawajjaha ilaika binabiyyika muhammadin nabiyyin rahmati sallalaahu’alaihi wassalam. Ya muhammadu, inni tawajjahtu
bika ilaa rabbi fii haa jaatii hadzihi liituqdiya lii, allahumma syaffi’hu fiyya.
Universitas Sumatera Utara
56
Arti doa di atas yaitu, ya Allah, aku mohon dan menghadap kepadamu bersama nabi-mu, muhammad, nabi yang terbanyak mendapat rahmat dari
engkau. Ya nabi Muhammad sesungguhnya aku menghadap bersama mu kepada tuhan ku karena kepentingan ku ini, harapan semoga dikabulkanNya untuk ku, ya
Allah sembuhkanlah aku. Dari arti doa tersebut, terdapat makna bahwa seseorang meminta dan memohon
kepada Allah atas rahmat yang diberi bersama para nabi untuk kepentingan kesehatannya sehingga penyakit yang dideritanya dapat disembuhkan.
14. Bisuo ula atau lipan Bisuo ula atau lipan adalah penyakit yang disebabkan oleh gigitan hewan
berbisa seperti ular, kalajengking, lipan dan hewan berbisa lainnya. Penyakit ini umumnya ditandai dengan adanya bekas gigitan pada kulit yang menyebabkan
kulit luka, memerah, bengkak dan kulit terasa panas. Mantra yang digunakan masyarakat Melayu Sakai pada pengobatan penyakit bisuo ula atau lipan sebagai
berikut. 14 Bahasa Melayu Sakai
Bahasa Indonesia Bismillahirrahmanirrahim
‘dengan nama Allah yang maha pengasih
dan maha penyayang’ Aku menawayi acun
‘aku menawar racun’ Aku tau asa acun
‘aku tau asal racun’ Anak lidah asa acun
‘anak lidah asal racun’ Cabuik bisuo engkau
‘cabut bisa engkau’ Naikkan bisuo tawarku
‘naikkan bisa tawarku’
Universitas Sumatera Utara
57
Bokat lailahaillallah ‘berkat lailahailallah’
Dari mantra di atas, kalimat aku menawar acun merupakan sampiran mantra yang mengambil unsur pantun. Makna dari baris tersebut yaitu dukun akan
menawari atau menghilangkan kekuatan racun akibat bisa yang ditimbulkan dari gigitan binatang. Sementara itu pada baris Aku tau asa acun, anak lidah asa acun,
mempunyai makna bahwa dukun mengetahui racun berasal dari dalam mulut binatang yang menggigit. Adapun pada baris cabuik bisa engkau, naikkan bisa
tawarku merupakan isi dari sampiran mantra yang mempunyai mkana bahwa dukun bermaksud untuk mencabut bisa yang ada dalam tubuh dengan obat yang
sudah ia tawari dan memohon untuk memberikan kekuatan terhadap ramuan yang dibuatnya sehingga apa yang ditawarinya dapat mengalahkan bisa atau racun.
Untuk memperkuat keyakinan dan meminta kesembuhan, dukun berdoa kepada Allah melalui keberkatan kalimat syahadat la ilahaillallah yang artinya tiada
Tuhan selain Allah. Pada mantra 14 di atas, secara aspek leksikal terdapat pengulangan anafora
dan pengulangan mesodiplosis yang ditandai pada kutipan berikut.
Aku menawar acun Aku tau asa acun
Kata aku pada kutipan mantra di atas merupakan satuan lingual kata yang berada di awal baris mantra secara konsisten diulang di awal baris pada kutipan
mantra berikutnya. Pengulangan kata aku menandakan adanya pengulangan repetisi anafora dalam mantra pengobatan Melayu Sakai. Sementara itu
pengulangan mesodiplosis terdapat pada kutipan mantra berikut.
Universitas Sumatera Utara
58
Aku tau asa acun Anak lidah asa acun
Cabuik bisuo engkau Naikkan bisuo tawarku
Kata asa dan bisuo merupakan bentuk pengulangan yang berada di tengah- tengah baris atau kalimat secara konsisten diulang pada kutipan mantra
berikutnya. Hal ini sebagai penunjuk adanya repetisi mesodiplosis dalam mantra pengobatan Melayu Sakai.
15. Panyakik gulo penyakit gula Penyakik gulo atau dalam dunia medis biasa disebut diabetes adalah penyakit
akibat gangguan dalam metabolisme tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tingginya kadar gula
dalam darah ini karena kurang maksimalnya pemanfaatan gula oleh tubuh sebagai sumber energi. Penyakit ini ditandai dengan tekanan darah yang tinggi, mudah
merasa lelah, luka yang lama sembuh, pandangan yang kabur, sering mengalami infeksi misalnya pada kulit dan gusi. Mantra yang digunakan masyarakat Melayu
Sakai pada pengobatan penyakik gulo sebagai berikut. 15 Bahasa Melayu Sakai
Bahasa Indonesia Bismillahirrahmannirrahim
‘dengan nama Allah yang maha pengasih dan
maha penyayang’ Hai bumi linduangilah aku
‘hai bumi lindungilah aku’ Hai langit payungilah aku
‘hai langit payungilah aku’ Hai segalu penyakik di badan
‘hai segala penyakit di badan’
Universitas Sumatera Utara
59
Menyingkielah engkau ‘menyingkirlah engkau’
Balieklah ke asa mulo ‘kembalilah ke asal mula’
Bokat laiillahaillallah ‘berkat lailahailallah’
Dari mantra di atas, kalimat hai bumi linduangilah aku merupakan sampiran mantra yang mengambil unsur pantun. Baris tersebut memiliki makna bahwa sang
dukun meminta kepada pencipta bumi agar melindunginya untuk tetap berpijak pada keyakinannya dalam menyembuhkan penyakit. Sementara itu pada baris hai
langit payungilah aku, yang juga merupakan baris ke dua dari sampiran mantra memiliki makna bahwa sang dukun mengisyaratkan langit sebagai pelindung
dirinya terhadap roh-roh jahat yang ingin merusak dan mendatangkan penyakit kepada manusia. Adapun pada baris menyingkielah engkau, merupakan isi dari
sampiran mantra yang memiliki makna sebagai pengusir penyakit yang ada di dalam tubuh seseorang. Selain itu di baris balieklah ke asa mulo, terdapat makna
bahwa sang dukun mengetahui asal penyakit tersebut datang dan penyakit dapat dikembalikn ke tempat asalnya. Untuk memperkuat keyakinan dan meminta
kesembuhan, dukun berdoa kepada Allah melalui keberkatan kalimat syahadat la ilahaillallah yang artinya tiada Tuhan selain Allah.
Pada mantra 15 di atas, secara aspek leksikal terdapat pengulangan anafora yang ditandai pada kutipan berikut.
Hai bumi linduangilah aku Hai langit payungilah aku
Hai segalu penyakik di badan
Universitas Sumatera Utara
60
Kata hai pada kutipan mantra di atas, merupakan satuan lingual kata yang berada di awal baris mantra secara konsisten diulang di awal baris pada kutipan
mantra berikutnya. Pengulangan kata hai pada baris pertama, kedua, dan ketiga mantra menandakan adanya pengulangan repetisi anafora dalam mantra
pengobatan Melayu Sakai
16. Boguk Boguk adalah penyakit menular yang menyebabkan bengkak dan rasa sakit
pada kelenjer parotis di antara telinga dan rahang, sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Pada umumnya
penyakit boguk ditandai dengan demam, sakit kepala, pembengkakan pada satu atau kedua kelenjer parotid, mulut kering dan hilang selera makan. Mantra yang
digunakan masyarakat Melayu Sakai pada pengobatan boguk sebagai berikut. 16 Bahasa Melayu Sakai
Bahasa Indonesia Bismillahirrahmanirrahim
‘dengan nama Allah yang maha pengasih dan
maha penyayang’ Dulang-dulang topi aie
‘dulang-dulang tepi air’ Hinggok di tanah tumbuh
‘hinggap di tanah tumbuh’ Tulang indok lotiah
‘tulang tidak lelah’ Bongkak luluh
‘bengkak luluh’ Hilangkanlah bongkak si anu
‘hilangkanlah bengkak si nama yang sakit’
Kobul Allah ‘ kabul Allah’
Bokat lailahaillallah ‘berkat lailahailallah’
Universitas Sumatera Utara
61
Dari mantra di atas, kalimat dulang-dulang topi aie merupakan bentuk sampiran mantra yang mengambil unsur pantun. Baris tersebut memiliki makna
yaitu dulang-dulang yang diartikan sebagai sebuah nampan atau talam kecil yang dibuat dari kayu. Talam kecil ini biasa digunakan oleh masyarakat Melayu untuk
tempat mencuci barang sepuhan yang mempunyai nilai tinggi. Sementara itu pada baris hinggok di tanah tumbuh yang juga merupakan baris ke dua dari sampiran
mantra memiliki makna bahwa dulang-dulang yang terbuat dari kayu apabila jatuh ke tanah akan tumbuh. Baris tersebut mengisyaratkan bahwa penyakit boguk yang
jatuh ke badan dengan mudah tumbuh dan membengkak. Adapun pada baris tulang indok lotih, bongkak luluh, merupakan isi dari sampiran mantra yang
memiliki makna bahwa tulang dapat menahan penyakit boguk sampai bengkak yang ada di leher sembuh dengan sendirinya. Untuk memperkuat keyakinan dan
meminta kesembuhan, dukun berdoa kepada Allah melalui keberkatan kalimat syahadat la ilahaillallah yang artinya tiada Tuhan selain Allah.
17. Rematik Rematik merupakan kondisi tubuh yang sangat menyakitkan karena
disebabkan oleh pembengkakan, peradangan, dan nyeri pada sendi atau otot. Rematik merupakan penyakit yang menyerang bagian tubuh pada anggota gerak,
seperti pada sendi, otot, tulang dan jaringan sekitar sendi. Penyakit rematik ditandai dengan nyeri sendi dan bengkak, kekakuan sendi terutama di pagi hari
dan mudah kelelahan. Mantra yang digunakan masyarakat Melayu Sakai pada pengobatan rematik sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
62
17 Bahasa Melayu Sakai Bahasa Indonesia
Bismillahirrahmanirrahim ‘dengan nama Allah yang maha
pengasih dan maha penyayang’
Hai jumbalang ‘hai jumbalang’
Tuwon poilah engkau ‘turun pergilah engkau
dai batang tubuh si anu ‘ dari batang tubuh si nama orang
sakit’ Engkau yang datang dai hutan
‘engkau yang datang dari hutan’ Betompek di boncah-boncah
‘bertempat di rawa-rawa’ Aku tau asa engkau menjadi
‘aku tau asal engkau’ Aku baliekkan engkau
‘aku kembalikan engkau’ Ke tompek asa engkau
‘ketempat asal engkau’ Kobul Allah
‘kabul Allah’ Bokat lailahailallah
‘berkat lailahailallah’
Dari mantra di atas, kalimat hai jumbalang tuwon poilah engkau dai batang tubuh merupakan bentuk sampiran mantra yang mengambil unsur pantun. Baris
mantra tersebut memiliki makna bahwa jumbalang merupakan sesosok jin yang menyebabkan penyakit pada badan manusia. Dukun bermaksud untuk memanggil
jin ini dan menyuruhnya pergi dari tubuh dengan menyebutkan nama orang yang sakit. Kepercayaan awal masyarakat Melayu Sakai sebelum kedatangan agama
adalah animisme di mana mereka percaya semua benda di dunia ini mempunyai roh sehingga mereka juga menganggap penyakit yang datang disebabkan adanya
pengaruh jin atau setan.
Universitas Sumatera Utara
63
Pada baris engkau yang datang dai utan, betompek di boncah-boncah juga merupakan bentuk sampiran mantra yang memiliki makna bahwa dukun
mengetahui jin yang menyebabkan penyakit ini berasal dari hutan dan bertempat di rawa-rawa. Menurut dukun jin atau setan sangat suka hidup di tempat yang
kosong dan berair. Adapun pada baris Aku tau asa engkau menjadi, aku baliekkan engkau ke tompek asa engkau merupakan isi dari sampiran mantra yang memiliki
makna bahwa dukun akan mengembalikan jin ke tempat asalnya agar penyakit yang ada di dalam badan hilang dibawa oleh jin atau setan. Untuk memperkuat
keyakinan dan meminta kesembuhan, dukun berdoa kepada Allah melalui keberkatan kalimat syahadat la ilahaillallah yang artinya tiada Tuhan selain Allah.
Pada mantra 17 di atas, secara aspek leksikal terdapat pengulangan mesodiplosis yang ditandai pada kutipan mantra berikut.
Tuwon poilah engkau dai batang tubuh si.. Engkau yang datang dai hutan
Kata dai merupakan kata yang berada di tengah-tengah baris atau kalimat secara konsisten diulang pada kutipan mantra berikutnya. Hal ini sebagai
penunjuk adanya repetisi mesodiplosis dalam mantra pengobatan Melayu Sakai.
4.3 Nilai-Nilai Budaya dalam Pengobatan Tradisional Melayu Sakai