Landasan Teori KONSEP LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

12 2.1.5 Mantra Mantra memiliki pengertian bahwa perkataan atau ucapan yang dapat mendatangkan daya gaib misalnya dapat menyembuhkan, mendatangkan celaka, dan sebagainya, susunan kata berunsur puisi seperti rima, irama yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun untuk menandingi kekuatan gaib yang lain.Laelasari, 2008:153 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa mantra adalah kalimat yang diucapkan dengan diulang-ulang atau dilafalkan secara khusus untuk mendatangkan daya gaib, susunan kata yang berunsur puisi yang dianggap mengandung kekuatan gaib KBBI, 2005:713.

2.2 Landasan Teori

Menurut Chaer 1994, makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya, dapat dibedakan antara makna leksikal, makna gramatikal, dan makna kontekstual. Oleh karena itu, pada analisis makna akan dibahas makna berdasasrkan aspek leksikal. Analisis makna dari aspek leksikal merupakan hubungan antar unsur dalam wacana secara semantis. Aspek leksikal dalam wacana dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu 1 repitisi pengulangan, 2 antonimi lawan kata, 3 kolokasi sanding kata, 4 hiponimi hubungan atas bawah, 5 sinonimi padan kata, dan 6 ekuivalensi kesepadanan Sumarlam, 2010:55 Universitas Sumatera Utara 13 1. Repitisi pengulangan Repitisi yaitu pengulangan satuan lingual bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks tuturan Sumarlam, 2010:55. a. Pengulangan Anafora Pengulangan anafora merupakan pengulangan satuan lingual berupa kata atau frasa pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya Sumarlam, 2010:56. b. Pengulangan Anadiplosis Pengulangan anadiplosis merupakan pengulangan kata atau frasa terakhir dari baris atau kalimat itu menjadi kata atau frasa pertama pada baris berikutnya Sumarlam, 2010:57. c. pengulangan epistrofa Pengulangan epistrofa merupakan pengulangan satuan lingual kata atau frasa pada akhir baris atau akhir kalimat secara berturut-turut. 2. Antonimi lawan kata Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang lain; atau satuan lingual yang maknanya berlawananberoposisi dengan satuan lingual yang lain Sumarlam, 2010:63. 3. Kolokasi sanding kata Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan. Kata-kata yang berkolokasi adalah kata-kata yang cenderung dipakai dalam suatu Universitas Sumatera Utara 14 ranah tertentu untuk mendukung suatu tema tertentu Sumarlam, 2010:119 4. Hiponimi Hiponimi dapat diartikan sebagai satuan bahasa kata, frasa, kalimat yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain. 5. Sinonimi Sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya. 6. Ekuivalensi Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma. Sementara itu pada analisis nilai budaya, penulis menggunakn teori Antropolinguistik. Antropolinguistik adalah cabang linguistik yang mempelajari variasi dan penggunaan bahasa dalam hubungannya dengan perkembangan waktu, perbedaan tempat komunikasi, sistem kekerabatan, pengaruh kebiasaan etnik, kepercayaan, etika berbahasa, adat-istiadat, dan pola-pola kebudayaan lain dari suatu suku bangsa Sibarani, 2004: 50. Antropolinguistik menitikberatkan pada hubungan antara bahasa dan kebudayaan di dalam suatu masyarakat. Antropolinguistik juga mempelajari unsur-unsur budaya yang terkandung dalam pola-pola bahasa yang dimiliki oleh penuturnya serta mengkaji bahasa dalam hubungannya dengan budaya penuturnya secara menyeluruh. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahawa bahasa sendiri tidak terlepas dari kebudayaan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Universitas Sumatera Utara 15 Kebudayaan merupakan seperangkat peraturan atau norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya, melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat diterima oleh seluruh anggota masyarakat tersebut. Dengan demikian, kebudayaan terdiri atas nilai-nilai, kepercayaan, dan persepsi abstrak tentang jagat raya yang berada dibalik, dan yang tercermin dalam perilaku manusia. Nilai budaya merupakan suatu gejala abstrak, ideal, dan tidak inderawi atau kasat mata. Nilai Budaya hanya bisa diketahui melalui pemahaman dan penafsiran tindakan, perbuatan, dan tuturan manusia. Mahsun, 2001:2 Foley 1997 mengatakan bahwa linguistik antropologi memandang bahasa melalui prisma konsep antropologi inti, yakni budaya, dengan demikian berusaha mencari “makna” meaning di balik penggunaan use, kesalahpenggunaan misuse, dan ketidakpenggunaan non-use bahasa, bentuknya yang berbeda, register dan gayanya. Linguistik antropologi merupakan disiplin ilmu interpretatif yang mengupas bahasa secara mendalam untuk menemukan pemahaman-pemahaman kultural. Foley mengangap antropolinguistik sebagai bidang ilmu untuk mencari makna meaning bahasa dan sekaligus sebagai metode untuk memahami budaya. Dalam analisis nilai budaya teori C.Kluckhohn, sistem nilai budaya dalam setiap kebudayaan mengandung lima masalah dasar dalam kehidupan manusia. Masalah dasar dalam kehidupan manusia yang menjadi landasan bagi kerangka variasi sistem nilai budaya adalah, 1 masalah hakikat dari hidup manusia, 2 masalah hakikat dari karya manusia, 3 masalah hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu, 4 masalah hakikat dari hubungan manusia dengan alam Universitas Sumatera Utara 16 sekitarnya, 5 masalah hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya. Kridalaksana, 1989 Mantra dalam pengobatan tradisional merupakan salah satu jenis kearifan lokal. Jenis kearifan lokal menurut Sibarani , 2012:133 mengandung nilai-nilai budaya antara lain: 1 “kesejahteraan” , 2 kerja keras, 3 disiplin, 4 pendidikan, 5 kesehatan, 6 gotong-royong, 7 pengelolaan gender, 8 pelestarian dan kreativitas budaya, 9 peduli lingkungan, 10 “kedamaian”, 11 kesopansantunan, 12 kejujuran, 13 kesetiakawanan sosial, 14 kerukunan dan penyelesaian konflik, 15 komitmen, 16 pikiran positif, dan rasa syukur 17 religi. Sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup.

2.3 Tinjauan Pustaka