Hubungan antara keteladanan guru dengan disiplin belajar siswa di MI Attaufiq Megamendung - Bogor

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Cecep Subhan

NIM: 809018300533

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Hubungan Keteladanan Guru dengan Disiplin Belajar Siswa di MI. ATTAUFIQ, Megamendung-Bogor.

Kata Kunci :Keteladan Guru, Disiplin Belajar Siswa

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana keteladanan guru di MI Attaufiq Megamendung Bogor, Tahun 2012/2013 (2) Bagaimana Disiplin belajar siswa di MI Attaufiq Megamendung Bogor, Tahun pelajaran 2012/2013. (3). Bagaimana Hubungan Keteladanan Guru dengan Disiplin Belajar Siswa Tahun Pelajaran 2012/2013.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Keteladanan guru berkontribusi terhadap disiplin belajar siswa. Dengan demikian untuk meningkatkan disiplin siswa dapat dilakukan dengan cara menjadikan guru sebagai teladan dalam disiplin tersebut.

Berdasar hasil penelitian tersebut disarankan kepada setiap guru untuk dapat menjadi teladan yang baik dalam berdisiplin sehingga diikuti oleh siswa-siswanya. Keteladanan tersebut dapat dilakukan oleh guru melalui dengan cara hadir lebih awal di sekolah, berpakaian rapih dan sopan tidak meroko dilingkungan sekolah, ketepatan masuk dalam kelas, ketepatan waktu dalam meninggalkan kelas, mengikuti upacara, tidak melontarkan kata kasar dan lain-lain.


(6)

ii

Tiada kata yang lebih terpuji selain menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena dengan ridho-Nya penulis dapat rampungkan skripsi ini. Sholawat dan salam yang ditetapkan Alllah SWT atas junjungan alam Nabi Muhammad SAW sebagai penghulu Arab yang telah membawa kedamaian dan rahmat bagi semesta alam, para sahabat, keluarga, dan pengikutnya sampai akhir zaman.

Penulisan skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan yang harus ditempuh dalam menyelesaikan Program Studi Sarjana Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu untuk terwujudnya skripsi ini, ucapan terimakasih penulis tak lupa tujukan kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil. dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan kesabaran yang teramat tulus disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi. Terima kasih banyak.

4. Para dosen yang telah memberikan pengalaman dan ilmunya kepada penulis dengan ikhlas dan sabar selama masa kuliah.

5. Kepala Madrasah, Dewan Guru, Staf, dan siswa MI. ATTAUFIQ, Megamendung-Bogor. yang telah memberikan izin dan membantu kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Isteri tercinta Yati Supriyati dan kedua putra-putraku, yang selalu memberikan motivasi. Semoga kalian selalu sabar dalam mengarungi bahtera kehidupan ini.


(7)

iii

Hanya kepada Allah jua lah penulis mengucapkan rasa syukur atas semua karunia-Nya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikannya, sehingga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Jakarta, September 2013

Cecep Subhan Nim: 809018300533


(8)

iv LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ……….. vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ... 6

1. Keteladanan Guru ... 6

a. Pengertian Keteladanan ... 6

b. Prinsip-prinsip Keteladanan ... 10

c. Hubungan Keteladan dengan Ahklak………… ... 12 . 2. Disiplin Belajar Siswa ... ... 16 a. Pengertian Disiplin ... 16

b. Pengertian Belajar ... 17

c. Prinsip Disiplin Belajar ... 20

d. Bentuk-bentuk Disiplin Belajar Siswa ... 21

B. Kerangka Berpikir ... 26


(9)

v .

B. Metode Penelitian ... 27

C. Populasi dan Sampel ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28

E. Teknik Pengolahan Data ... 30

F. Teknik Analisis dan Interpretasi Data ... 30

G. Hipotesisi Statistik ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 34

1. Letak Geografis ... 34

2. Sejarah Berdiri MI. ATTAUFIQ ... 34

3. Visi dan Misi MI. ATTAUFIQ ... 36

4. Struktur Kepengurusan ... 36

5. Keadaan Guru ... 37

6. Keadaan Siswa ... 38

7. Sarana dan Prasarana MI. ATTAUFIQ ... 38

B. Deskripsi Data ... 39

C. Analisis dan Interpretasi Data ... 50

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

vi

Ta el 3.1. A gket i deks korelasi ”r ” produ t o e t

Tabel 3 . Keadaan guru guru MI ATTAUFIQ Megamendung Bogor Tahun Pelajaran 2011 -2012

Tabel 4 . Keadaan Siswa Siswi MI ATTAUFIQ Megamendung Bogor Tahun Pelajaran 2011 – 2012

Tabel 5. Sarana dan Prasarana MI ATTAUFIQ Megamendung Bogor Tahun Pelajaran 2011 – 2012

Tabel 6. Kehadiran Guru berdasarkan jadwal

Tabel 7. Penyampaian Informasi ketika guru berhalangan hadir Tabel 8. Pemberian Tugas ketika guru berhalangan hadir Tabel 9. Guru Melakukan Apersepsi

Tabel 10. Mengoreksi Tugas yang diberikan

Tabel 11. Ketepatan Waktu Ketika Memulai dan Mengakhiri Pembelajaran Tabel 12. Pembelajaran yang bervariasi

Tabel 13. Penyajian Materi yang bervariasi berdasarkan karakteristik Tabel 14. Pemantauan Terhadap Ruang kelas dan siswa

Tabel 15. Kesemangatan Guru dalam pembelajaran

Tabel 16. Pemberian hadiah untuk siswa yang berprestasi Tabel 17. Pemberian sanksi

Tabel 18. Menciptakan kondisi pembelajaran yang konduktif

Tabel 19. Mensosialisasikan peraturan sekolah Tabel 20. Menerapkan kedisiplinan pada siswa

Tabel 21. Pemberian sanksi atas keterlambatan siswa


(11)

vii Keteladanan

Tabel 26. Keteladanan Guru PAI Menurut pandangan siswa MI ATTAUFIQ Megamendung Bogor .

Tabel 27. Disiplin Belajar siswa di MI. ATTAUFIQ Megamendung Bogor Tabel 28. Uji korelasi antara keteladanan guru dengan disiplin siswa di MI At-Taufiq Megamendung Bogor


(12)

1

A. LATAR BELAKANG

Keberhasilan pendidikan nasional merupakan tanggung jawab bersama yang meliputi keluarga, masyarakat dan pemerintah. Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan adalah terciptanya manusia-manusia yang memiliki kepribadian luhur, beragama dan sebagai makhluk yang berguna bagi dirinya dan masyarakat. Seperti yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, bahwa:

“Pendidikan‎ Nasional‎ berfungsi‎ mengembangkan‎ kemampuan‎ dan‎ membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi‎warga‎Negara‎yang‎demokratis‎serta‎bertanggung‎jawab”.1

Untuk mewujudkan tersebut khususnya dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan guru sebagai tenaga pendidik harus mampu memimpin dan mengayomi segala aspek yang berhubungan dengan kelancaran proses pembelajaran di sekolah. Agar berhasil dalam pembelajaran sangat dibutuhkan keteladanan guru yang didukung oleh pola keteladanan pendidikan.

Proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana terdepan dalam tugasnya memberikan keilmuan dan pengalaman belajar kepada anak didik yang tidak hanya berbentuk teori yang berasal dari buku semata, tetapi juga bahan pengalaman belajar di luar kelas atau lingkungan masyarakat (community Resource). Selain itu guru harus memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan dalam mengelola kelas. Seperti tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada pasal 28, ayat 3 disebutkan bahwa kompetensi sebagai agen pembelajaran pada

1

Abd. Rozak, Fauzan, dan Ali Nurdin, Kompilasi Undang-undang dan Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta: FITK Press, 2010), Cet. Ke-1, h. 6.


(13)

profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.

Dengan demikian, keteladanan seorang guru ada kaitannya dengan salah satu empat kompetensi, yaitu kompetensi kepribadian. Karena setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai dengan ciri-ciri pribadi yang mereka miliki sehingga keteladanan seseorang hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan.

Kepribadian adalah unsur yang menentukan interaksi guru dengan siswa sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola, seluruh kehidupan adalah figur yang paripurna.3

Disiplin yang timbul pada siswa terbentuk karena adanya aturan dan latihan yang tertanam dalam diri seseorang. Lebih jelasnya disiplin adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab, sehingga mereka mentaati segala peraturan yang ditetapkan.4

Dewasa ini banyak orang tua yang merasa bingung karena anak mereka sulit sekali untuk disiplin, seperti disiplin terhadap waktu, belajar, mematuhi tata tertib, dan lain-lain, sementara tuntutan tugas disekolah cukup banyak, dari pekerjaan rumah (PR), ulangan serta mengikuti kegiatan-kegiatan lain yang diselenggarakan oleh sekolah. Sebagai orang tua memang tidak lepas memonitor kegiatan anaknya, berbagai cara telah dilakukan agar anaknya dapat berdisiplin, salah satu cara adalah dengan meminta bantuan dari pihak sekolah, yang pelaksanaanya menjadi tanggung jawab guru sebagai orang tua kedua bagi siswa di sekolah.

Dalam pembelajaran, mendisiplinkan peserta didik harus dilakukan dengan kasih sayang dan harus ditujukan untuk membantu mereka menemukan diri; mengatasi, mencegah timbulnya masalah disiplin, dan berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan. Disiplin dengan kasih

2

Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: GP Press, 2011), Cet. Ke-3. h. 31.

3

Ibid., h. 40. 4


(14)

berdiri sendiri (help for self help).

Adapun upaya peningkatan disiplin belajar yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah maupun oleh pihak orang tua siswa adalah dengan memberdayakan keberadaan guru, karena guru memiliki peran sebagai pendidik sekaligus sebagai pemimpin bagi siswa serta memiliki tugas dan tanggung jawab yang meliputi: mendidik, mengayomi serta melakukan pembinaan dan peningkatan prestasi akademik siswanya, juga berupaya melakukan pembinaan terhadap perilaku siswanya untuk berbagi kegiatan positif dalam bentuk disiplin, baik disiplin terhadap waktu belajar, disiplin tata peraturan, dan disiplin terhadap tanggung jawab.

Sedangkan orang tua dapat melakukan pengawasan terhadap kegiatan belajar siswa. Disamping itu para pendidik dan orang tua dapat melakukan pembinaan dengan jalan memberikan contoh teladan yang berupa sikap dan perbuatan yang baik.

B . IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka timbul permasalahan antara lain :

a. Kurangnya perhatian guru terhadap siswa. b. Lemahnya contoh sikap keteladanan guru. c. Belum optimalnya sikap keteladanan guru.

d. Kurang adanya pembelajaran tentang sikap dan prilaku keteladanan. e. Kurangnya sinergi antar guru dengan orang tua siswa dalam memberikan

keteladanan.

f. Lemahnya kepribadian yang ditampilkan guru sebagai pendidik. g. Guru kurang memperhatikan sikap dan prilaku tanggung jawab. h. Lemahnya kemampuan guru dalam meningkatkan ilmu (materi ajar). i. Lalainya guru dalam menyiapkan tugas pembelajaran.

j. Rendahnya prestasi belajar siswa. k. Kurangnya disiplin belajar siswa. l. Tidak jelasnya tata tertib siswa.

5


(15)

n. Kurang stabilnya prestasi belajar siswa.

o. Kurang tersedianya sarana dan prasarana pembelajaran. C . PEMBATASAN MASALAH

Dari Identifikasi masalah yang terpapar diatas diperoleh gambaran permasalahan yang begitu luas. Namun menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas dan terpokus. Masalah yang menjadi obyek penelitian dibatasi hanya ada pada analisis hubungan antara keteladanan guru dengan disiplin belajar siswa di MI. Attaufiq Megamendung Bogor Tahun Pelajara 2012/2013.

Pembatasan masalh ini mengandung konsep keteladanan guru dan disiplin belajar siswa dalam mencapai tujuan pendidikan.

D . PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas, maka penulis merumuskan masalahnya pada:

“Apakah terdapat hubungan antara keteladanan guru dengan disiplin belajar siswa”

E . TUJUAN PENELITIAN

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keteladanan guru dengan disiplin belajar siswa di MI. ATTAUFIQ. Namun secara spesifik tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi dan kejelasan tentang:

“Hubungan antara keteladanan guru dengan disiplin belajar siswa”

F . MANFAAT PENELITIAN

Adapun kegunaan penulis harapkan dari hasil penelitian ini yaitu : a. Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan bahan masukan bagi guru

bahwa keberhasilan disiplin belajar siswa, bukan saja dipengaruhi oleh factor dalam diri siswa tetapi juga factor lain, salah satunya adalah keteladanan guru.


(16)

orang tua dan masyarakat lingkungan dalam menghadapi siswa yang kurang mendapatkan perhatian dari guru disekolah.

c. Penelitian ini berguna untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi penulis dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

d. Memberikan informasi yang mungkin berguna bagi para peneliti selanjutnya.

Manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Dapat mengetahui begitu pentingnya bagi guru untuk memiliki sikap keteladanan.

2. Dapat mengetahui bahwasannya keteladanan yang dimiliki guru berdampak positif terhadap siswa.

3. Bersedia menerima kritik dan saran. 4. Mengutamakan kerjasama.

5. Memiliki kesempatan untuk berkembang. 6. Mengembangkan sikap bertanggung jawab.


(17)

6

A. Kajian Teori

1. Keteladanan Guru

a. Pengertian Keteladanan

Keteladanan dalam pendidikan merupakan bagian dari sejumlah metode yang paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral, spiritual, dan sosial. Sebab, seorang pendidik merupakan contoh ideal dalam panda‎ngan anak, yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru, disadari atau tidak, bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat material, inderawi, maupun spiritual. Proses belajar yang paling menonjol dalam penerapan teori daya adalah dengan melalui praktek dan latihan seperti dalam memecahkan soal atau menghapal ataupun mengarang.1

Keteladanan berasal dari kata teladan yang diberi imbuhan ke- (awalan) dan -an (akhriran), teladan berarti berkaitan dengan prilaku yang dapat ditiru dengan panca indra dan anggota tubuh maupun seseorang dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.

Secara umum definisi keteladanan dapat dirumuskan bahwa keteladanan adalah suatu yang patut dicontoh karena kebaikannya. Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia dikatakan bahwa teladan yaitu sesuatu yang patut ditiru atau contoh baik.2 Sedangkan dalam

1

Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran : Kaidah-Kaidah Dasar, (Bandung: CV Wacana Prima, 2008), h. 29.

2


(18)

bahasa‎Arab‎diistilahkan‎dengan‎“uswatun hasanah” yang berarti cara hidup yang diridlai oleh Allah SWT.

Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW dan telah dilakukan pula oleh nabi Ibrahim dan para pengikutnya. Dengan adanya teladan yang baik itu, maka akan menumbuhkan hasrat bagi orang lain untuk meniru atau mengikutinya.3

Keteladanan adalah sesuatu yang sangat prinsipil dalam pendidikan. Tanpa keteladanan proses pendidikan ibarat jasad tanpa ruh. Menurut ahli-ahli psikologi adalah dalam menentukan jenis materi pembelajaran apa yang terbaik untuk melatih membantu atau mengembangkan otak. 4

Jadi yang dimaksud dengan keteladanan dalam pengertiannya sebagai uswatun hasanah adalah suatu cara mendidik, membimbing dengan menggunakan contoh yang baik yang diridloi Allah SWT sebagaimana yang tercermin dari prilaku Rasulullah dalam bermasyarakat dan bernegara.

Apabila seorang pendidik mendasarkan kepada keteladanan, maka konsekwensinya ia harus memberikan teladan kepada para peserta didiknya dengan berusaha mencontoh dan meneladani Rasulullah Muhammad SAW. seperti istilah berikut “Guru iku digugu

lan ditiru”: guru itu ditaati dan ditiru. Sebab itu, Allah SWT menset-up kepribadian Rasulullah untuk dijadikan panutan dan ukuran akhlak bagi semesta alam.

Tingkah laku Nabi Muhammad merupakan contoh suri tauladan bagi umat manusia dalam bermasyarakat. Seperti ditegaskan dalam QS. Al-Ahzab:21

3

Abdul Majid , (Bandung PT. Remaja Rosdakarya ) thn 2005. h 150 4


(19)









M. Sodiq, Kamus

Istilah Agama, (Jakarta: CV. Sientarama, 1988), h. 369.





“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah

dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab : 21)

Adapun metode pendidikan Islam adalah suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang bagaimana cara – cara yang perlu ditempuh atau dipergunakan dalam upaya menyampaikan materi pendidikan agama islam kepada objeknya yaitu manusia ( anak didik), berdasarkan petunjuk atau tuntunan Al-quran dan Al-sunnah.5

Dalam Al-Qur‟an‎banyak‎mengandung‎metode‎pendidikan‎yang‎ dapat menyentuh perasaan, mendidik jiwa dan membangkitkan semangat. Metode tersebut mampu menggugah puluhan ribu kaum muslimin untuk membuka hati manusia agar dapat menerima petunjuk Ilahi dan kebudayaan Islam.

Mestinya, guru, orang tua, kiai, dai dan pekerjaan sejenisnya, dalam skala yang lebih kecil harus mampu menjadi teladan yang sempurna untuk anak-anaknya, sebagaimana Rasul untuk seluruh manusia, sebagaimana Rasul bersabda: “Bahwasanya aku diutus (allah) untuk menyempurnakan keluhuran budi pekerti.”6

Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan pendidik akan mendapat sorotan peserta didik dan orang disekitar orang di lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru.

5

Abdul Majid op,cit. h. 136 6

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf “Nilai-nilai Akhlak/Budipekerti dalam Ibadat dan Tasawuf”, (Jakrta: CV. Karya Mulia, 2005), Cet. Ke-2, h. 26.


(20)

Adapun pendapat pakar pendidikan yang lain tentang keteladanan yang diungkapkan oleh Majid ( 2008 : 150 ) menyatakan bahwa‎“dengan‎adanya‎teladan‎yang‎baik,‎maka‎akan‎menumbuhkan‎ hasrat bagi orang lain untuk meniru atau mengikutinya dan memang sebenarnyalah bahwa adanya contoh ucapan, perbuatan dan contoh tingkah laku yang baik dalam hal apapun, maka hal itu merupakan sesuatu amaliah yang paling penting dan paling berkesan, baik bagi pendidikan anak maupun dalam kehidupan dan pergaulan manusia sehari-hari”.7

Peserta didik cenderung akan meneladani pendidiknya, karena pada dasarnya secara fisikologis anak memang senang meniru, tidak saja yang baik tapi yang jelek juga ditiru. Kecenderungan manusia untuk meniru belajar lewat peniruan menyebabkan keteladanan menjadi sangat penting artinya dalam proses belajar mengajar.

Dalam upaya meningkatkan kwalitas pembelajaran melalui penilaian Assessment Reform Group (1999), menyatakan bahwa untuk memperbaiki proses pembelajaran bergantung pada lima factor kunci, yaitu :

a. Siapkan umpan balik (feedback) yang efektif pada siswa, b. Libatkan secara aktif siswa dalam pembelajaran mereka sendiri c. Sesuaikan pengajaran untuk memperoleh catatan hasil penilaian d. Penghargaan sangat mempengaruhi penilaian dalam motivasi

dan kesadaran diri siswa,dan

e. Siswa perlu menilai diri mereka sendiri dan memahami bagaimana memperbaikinya.8

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar dan bertanggung jawab atas setiap perbuatannya

7

Abdul Majid, S.Ag. op.cit h. 150 8

Harun Rasyid & Mansur, Penilaian Hasil Belajar, ( Bandung : CV. WACANA PRIMA, 2009). h. 91


(21)

Disebutkan‎ dsalam‎ kamus‎ besar‎ bahasa‎ Indonesia‎ bahwa‎ kata”‎ keteladanan‟‟‎mempunyai‎akar‎kata‟‟teladan‟‟‎yang‎berarti‎perbuatan‎ yang patut ditiru dan dicontoh. Jadi keteladanan adalah ha-hal yang dapat ditiru atau dicontoh.

Diungkapkan dalam bahasa Arab, bahwa keteladanan berasal dari kata‟‟‎ uswah‟‟‎ dan‎ „‟qodwah‟‟‎ pengertian‎ yang‎ diberikan‎ oleh‎ Al -Ashfahani sebagaimana dikutif Armai Arief, bahwa menurut beliau, berarti suatu keadaan ketika seorang menusia mengikuti manusia lain, apakah dalam kebaikan, kejelekan, kejahatan atau kemurtadan senada dengan Al-ashafani, Ibnu Zakaria mendefinisikan bahwa uswah berarti qudwah yang artinya ikutan, mengikuti yang diikuti, dengan demikian keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh seorang dari orang lain, namun keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan islam yaitu keteladanan yang baik.

dalam hal ini guru tidak hanya berperan sebagai pendidik, tetapi juga sebagai pengajar yang harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar agar peserta didik dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan prilaku yang baik untuk membentuk peserta didik agar mampu menghadapi tuntutan dari lingkungan.

Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa keteladanan erat kaitannya dengan kepribadian. Hal ini menunjukan bahwa keteladanan dan kecintaan yang kita pancarkan kepada anak, serta modal kedekatan yang kita bina dengannya, akan membawa mereka mempercayai pada kebenaran perilaku, sikap dan tindakan kita”.9

b. Prinsip - Prinsip Keteladanan

Guru harus dapat menempatkan diri dan menciptakan suasana yang‎kondusif,‎karena‎fungsi‎guru‎di‎sekolah‎sebagai‎„‟‎Bapak‎„‟kedua

9


(22)

yang bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak. Kihajar Dewantara telah menggariskan pentingnya peranana guru dalam proses pendidikan dengan ungkapan : Ing Ngarsa Sungtulada berarti didepan memberi teladan, asas ini sesuai prinsip modeling yang dikemukakan oleh Saroso atau Bandura, yang sama-sama menekankan pentingnya modeling atau keteladanan yang merupakan cara yang paling ampuh dalam mengubah prilaku inovasi seseorang.

Mengharapkan orang lain untuk menjadi seseorang yang kita inginkan bukanlah masalah mudah. Sangatlah sulit meminta orang lain untuk melakukan apa yang juga kita lakukan dan katakan. Padahal jika kita seorang pemimpin, tentu kita menginginkan anak-anak kita menjadi seperti yang diharapkan.

Dalam kondisi pendidikan seperti ini pengaruh teladan berjalan secara langsung tanpa disengaja. Oleh karena itu, setiap yang diharapkan menjadi teladan hendaknya memelihara tingkah lakunya disertai kesadaran bahwa ia bertanggung jawab di hadapan Allah dalam segala hal yang diikuti oleh orang lain sebagai pengagumnya.

Meskipun guru sudah memberikan contoh keteladanan yang baik akan tetapi masih banyak peserta didik yang tidak mau mencontohkan apa yang telah guru contohkan. Seperti kesiangan masuk sekolah, berpakaian tidak rapi, rambut acak - acakan, tidak menghargai antar sesama manusia selain peserta didiknya tidak mencontohkan apa yang telah guru contohkan ada faktor yang dapat menimbulkan peserta didik berperilaku tidak baik disebabkan oleh broken home misalnya perceraian orang tua, kesibukan orang tua hanya memikirkan pekerjaannya dibanding dengan mengurus anak - anaknya.

Dalam keseluruhan proses pendidikan guru merupakan faktor utama dalam tugasnya sebagaimana pendidik yang mau tidak mau harus dilaksanakan sebagai seorang guru. “Guru‎ merupakan‎ faktor‎


(23)

yang sangat penting dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, khususnya mutu proses dan hasil pembelajaran ”10

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa peran guru baik sebagai pendidik maupun pembimbing pada hakekatnya saling bertalian satu sama lain kedua peran itu berbeda tapi tetap menjadi satu.

c. Hubungan keteladanan dengan akhlak

Dalam hal keteladanan, penulis mengambil kesimpulan bahwa keteladan erat hubungannya dengan akhlak. Karena keteladan erat kaitannya dengan hal tingkah laku yang dapat ditiru oleh orang lain, dalam hal ini adalah siswa. Oleh karena itu, seorang guru hendaklah selalu menjadi seorang panutan yang dapat digugu dan ditiru oleh siswanya maupun oleh masyarakat.

Mengenai keteladanan yang dapat dilakukan seorang guru adalah keteladan yang memiliki sifat, sikap, dan watak yang baik. Berkaitan dengan hal itu, maka akhlak memiliki peran untuk membentuk keteladan. Karena akhlak merupakan prilaku sehari-hari yang dicerminkan dalam ucapan, sikap, dan perbuatan.

Dengan demikian, Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun )قلح( yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.11 Atau isim mashdar (bentuk definitif) dari kata akhaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af „ala, yuf „ilu if „alan yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (kelakuan,‎tabi„at,‎watak‎dasar),‎

al-„adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama).12

10

Sudarwan Danim. Pengembangan Profesi Guru ( Jakarta. KENCANA PRENADA MEDIA GROUP.2011 ) h 100

11

A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. PUSTAKA SETIA, 2010), Cet. Ke-5, h.11. 12

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakrta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. Ke-10, h.1.


(24)

Untuk menjelaskan pengertian akhlak ini, kita dapat merujuk pada beberapa pendapat para pakar dibidangnya, seperti:

Ibn Maskawaih (w. 421 H/1030 M), mengatakan: Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Dalam konsepnya, akhlak adalah suatu sikap mental (balun Lin-nafs) yang mendorong untuk berbuat tanpa pikir dan pertimbangan.13

Imam Al-Ghazali mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut: Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu).14

Al-Qurtuby mengatakan: Akhlak adalah suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab kesopanannya, karena perbuatan itu termasuk bagian dari kejadian.15

Drs. H. A. Mustofa mengemukakan bahwa akhlak adalah tabi‟at‎ atau‎ sifat‎ seseorang,‎ yakni‎ keadaan‎ jiwa‎ yang‎ sudah‎ terlatih,‎ sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angan lagi.16Mahjuddin, menarik definisi lain, akhlak adalah perbuatan manusia yang bersumber dari dorongan jiwanya.17

Akhlak adalah hal-hal yang berkaitan dengan sikap, perilaku, dan sifat-sifat manusia dalam berinteraksi dengan dirinya, dengan sesamanya, dengan makhluk-makhluk lain, dan dengan Allah SWT.18

13

Moh. Ardani, Akhlak – Tasawuf “Nilai-nilai Akhlak/Budipekerti dalam Ibadat dan Tasawuf”, (Jakrta: CV. Karya Mulia, 2005), Cet. Ke-2, h. 27.

14

Mustofa, op. cit., h.12. 15

Mahjuddin, Akhlak Tasawuf I”Mu’jizat Nabi, Karamah Wali, dan Ma’rifah Sufi, (Jakrta: KALAM MULIA, 2009) Cet. Ke-1, h. 3.

16

Mustofa, op.cit., h. 15. 17

Mahjuddin, op.cit., h. 5. 18

Tim LPP-SDM, Ensiklopedi Pendidikan Islam “Metode dan Materi Pendidikan Islam”, (Depok: BINA MUDA CIPTA KREASI, 2010), Cet. Ke-1, h. 1.


(25)

Berkaitan dengan akhlak, maka para Ulama akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan sifat para Nabi dan orang-orang siddiq, sedangkan akhlak yang buruk merupakan sifat syaitan dan orang-orang yang tercela. Maka pada dasarnya, akhlak itu dibagi menjadi dua macam jenis:

1. Akhlak baik atau terpuji (Al-Akhlaqu Al-Mahmudah), yaitu perbuatan baik terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluk yang lain.

2. Akhlak buruk atau tercela (Al-Akhlaqu Al-Madhmumah), yaitu perbuatan buruk terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluk yang lain.19

Dalam pembahasan ini, penulis membatasi hanya meninjau akhlak baik dan buruk terhadap Tuhan dan terhadap manusia dan tidak sampai membahas akhlak baik dan buruk terhadap makhluk di luar manusia. Maka berikut ini, dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Akhlak baik, meliputi antara lain:

a. Bertaubat (Al-Taubah), Seperti firman Allah:











“Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada Kami, pastilah Kami akan bersedekah dan pastilah Kami Termasuk

orang-orang yang saleh.””(QS. At-Taubah [9] : 75). b. Bersabar (Al-Sabru), Seperti firman Allah:

















“Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar.”(QS. Hud [11] :11). c. Bersyukur (Al-Shukru) 20 Seperti firman Allah:

19

Mahjuddin, op.cit., h. 10. 20


(26)











“Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar

kamu bersyukur.”(QS. Al-Baqarah [2] :52). d. Bertawakkal ( Al-Tawakkul )

e. Ikhlas ( Al-Ikhlas )

f. Sopan santun ( Al-Hilmu )

g. Suka Memaafkan ( Al-Afwu )21 Seperti Firman Allahh :















“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan

perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata Dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu Termasuk hamba-hamba Kami

yang terpilih.” (QS. Yusuf [12] : 24 ] 2. Akhlak buruk, yang meliputi antara lain:

a. Takabbur (Al-Kibru). b. Musyrik

c. Munafiq

d. Boros atau Berpoya-foya (Al-Israf) e. Mudah Marah

f. Mengadu-adu (An-Namimah) g. Mengumpat (Al-Ghibah) h. Kikir (Al-Bukhlu)

i. Berbuat Aniaya (Al-Zulmu) j Iri Hati atau Dengki.22 k Egoistik (Ananiyah)

l Pendusta atau Pembohong (Al-Kadzab). 23 2. Disiplin Belajar Siswa

a. Pengertian Disiplin Belajar

21

Mahjuddin, op-cit, h. 28 22

H. Mahjuddin. Op.cit, h. 29-34 23


(27)

Belajar disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk Disiplin belajar proses perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban, karena mengaturr waktu dan disiplin banyak membawa manfaat dan hasil. 24

Good‟s‎ Dictionary‎ of‎ Education,‎ menjelaskan‎ bahwa‎ disiplin‎ adalah‎ “proses‎atau‎hasil‎pengarahan‎atau‎pengendalian‎keinginan,‎dorongan,‎atau‎ kepentingan demi sesuatu cita - cita atau untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa perlu menggunakan berbagai metode mengajar yang efektif.25

belajar disiplin adalah suatu usaha mengkoordinasikan perilaku seseorang pada masa yang akan datang dengan mempergunakan hukum dan ganjaran ditimbulkan atas perbuatan perbuatan atau hal-hal yang baik yang telah dilaksanakannya26

disiplin merupakan padanan kata discipline, yang bermakna tatanan tertentu yang mencerminkan ketertiban.27

Disiplin adalah suatu tata tertib di sekolah, intansi,dsb bidang ilmu yang memiliki objek, sistem dan metode tertentu.28

Disiplin adalah kepatuhan mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan, antara lain :

 Tepat waktu  Taat asas atas janji

 Mengikuti prosedur standar  Bekerja atas standar mutu

 Bekerja sesuai dengan standar hasil  Tepat sasaran

 Tidak melanggar aturan

 Tidak melakukan sesuatu yang dilarang pada tempat tempat terentu.29

24

Lukmanul Hakim, op.cit. h.39 25

Lukmanul Hakim. Ibid, h. 154 26

M. Ngalim Purwanto. MP, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis ( Bandung : PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2007 ), h. 186

27

Sudarwan Danim,op.cit h 137

28

Tim Reality, op.cit.h 207 29


(28)

Dari beberapa arti tentang disiplin di atas dapat diambil kesimpulan bahwa disiplin adalah suatu proses yang terbentuk dalam diri seseorang

berupa kepatuhan, ketaatan dan keteraturan untuk mencapai cita - cita atau tujuan tertentu.

b. Pengertian belajar

Pengertian belajar menurut pandangan psikologi dapat disimpulkan dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli sebagai berikut :

1. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.

2. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh Prilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan prilaku yang suda ada.

3. Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat berupa prilaku yang baik (positif) atau prilaku yang buruk (negatif).

4. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu terjadi melalui usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati me Mikirkan, menghayati meniru, melatih dan mencoba sendiri atau Berarti dengan pengalaman atau latihan. Jadi perubahan prilaku akibat kematangan atau pertumbuhan fisik itu bukan hasil belajar.30

Keberhasilan siswa dalam studinya dipengaruhi oleh cara belajarnya. Belajar secara efektip dan efisien dapat dilakukan oleh siswa yang berdisiplin. Siswa yang memiliki disiplin dalam belajarnya akan berusaha mengatur dan menggunakan strategi dan cara belajar yang tepat baginya. Jadi langkah pertama yang perlu dimiliki agar dapat belajar secara efektip dan efisien adalah kesadaran atas tanggung jawab pribadi dan keyakinan bahwa belajar adalah untuk kepentingan diri sendiri, dilakukan sendiri dan tidak menggantungkan nasib pada orang lain.

Banyak orang yang beranggapan, bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Sedangkan Pembelajaran pada dasarnya membahas tentang apa, siapa, kapan, dimana, bagaimana,

30


(29)

dan mengapa belajar. Pembelajaran itu lebih menekankan pada penambahan pengetahuan. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlansung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga keliang lahat nanti31

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dikemukakan tentang definisi belajar, yaitu: berlatih atau berusaha untuk memperoleh ilmu atau menguasai suatu keterampilan.32Belajar merupakan bagian efektif dari perencanaan pembelajaran.33

„‟Belajar adalah Key Term (Istilah Kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan,‎misalnya‎psikologi‎pendidikan‎dan‎psikologi‎belajar”.34

Selanjutnya belajar sebagai suatu aktifitas internal psikologis meskipun prosesnya sulit untuk dilihat secara nyata tetapi criteria persyaratan dalam prosos belajar itu dapat ditetapkan berdasarkan kondisi yang funda mental dalam setiap kegiatan belajar”.35

Pengertian belajar menurut pandangan psikologi dapat disimpulkan dari beberapa difinisi yang dikemukakan di atas bahwa Belajar adalah sebagai proses untuk memiliki pengetahuan atau ilmu pengetahuan.

Karena demikian pentingnya arti belajar maka bagian terbesar upaya Riset dan experimen psikologi belajarpun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.

Untuk mencapai hasil belajar yang ideal kemampuan para pendidik dalam membimbing belajar murid - muridnya amat dituntut jika guru dalam

31

AriefS.Sadiman,MediaPendidikan,Pengertian,Pengembangan,dan Pemanfaatanya , (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2010) h.2

32

Tim Reality, op. cit., Cet. Ke-1, h. 25

33

Harun Rasyid & Mansur. Op,cit. h, 89 34

Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 1999), h. 55. 35


(30)

keadaan siap atau memiliki profesiensi (berkemampuan tinggi) dalam menunaikan kewajibannya, maka harapan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas sudah tentu akan tercapai.36

Selain memiliki strategi belajar siswa yang tepat, siswa juga perlu memperhatikan metode atau cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dalam belajarnya. Seperti yang kita ketahui belajar bertujuan untuk mendapat pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan. Cara yang demikian itu jika dilakukan dengan penuh kesadaran dan disiplin tinggi maka akan menjadi suatu kebiasaan, dan kebiasaan dalam belajar.

Demikianlah cara-cara belajar yang perlu diperhatikan oleh setiap siswa, karena dengan memiliki cara belajar yang baik akan membantu siswa dalam mencapai prestasi yang tinggi, dan cara tersebut dapat dilaksanakan dengan baik secara teratur setiap hari, apabila siswa memiliki sikap disiplin. Jadi siswa yang pada dirinya tertanam sikap disiplin akan selalu mencari dan menentukan cara belajar yang tepat baginya.

Dengan demikian seseorang dikatakan telah belajar apabila ia mampu mengungkapkan apa yang telah ia pelajarinya dan terdapat perubahan-perubahan tingkah-laku dalam dirinya.

Perubahan yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan berada secara kekal dalam diri individu, setidak-tidaknya untuk masa tertentu.

Berdasarkan eksperimen di atas, Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons, itulah sebabnya teori koneksionisme‎ juga‎ disebut‎ “S.R‎ Bond‎ Theory”‎ dan‎ “S.R‎ Psychology‎ of‎ Learning”‎selain‎itu,‎teori‎ini‎juga‎terkenal‎dengan‎sebutan‎“Trial and Error Learning” Istilah itu menunjuk pada panjangnya waktu atau banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan.37

Jadi yang dimaksud disiplin belajar adalah kepatuhan mentaati peraturan dalam proses untuk memiliki pengetahuan atau kepatuhan mentaati peraturan dalam belajar

36

Muhibin Syah, op. cit., h. 59 37


(31)

c. Prinsip Disiplin Belajar

Menurut prinsip-prinsip belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku lainnya, yakni dengan Reward (Ganjaran/memberi hadiah atau Mengganjar) dan Punishment (hukuman/memberi hukuman), dengan perilaku perilaku yang mengakibatkan hukuman, ia senantiasa berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang berlu ia perbuat.

Dalam suatu proses belajar, banyak segi yang sepatutnya dicapai sbagai hasil belajar, yaitu meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang konsep, kemampuan menerapkan konsep, kemampuan menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai kemanfaatan suatu konsep, menyenangi dan memberi respons yang positif terhadap sesuatu yang dipelajari, dan diperoleh kecakapanmelakukan suatu kegiatan tertentu. 38 Timbulnya aneka ragam pendapat para ahli tersebut diatas adalah fenomena perselisihan yang wajar, karena adanya perbedaan titik pandang. Selain itu, perbedaan antara situasi belajar dengan situasi dengan belajar lainnya yang diamati oleh para ahli juga dapat menimbulkan perbedaan pandangan. Situasi belajar menulis, misalnya tentu tidak sama dengan situasi belajar matematika. Namun demikian, dalam beberapa hal tertentu yang mendasar mereka sepakat seperti dalam penggunaan istilah‎ “berubah”‎ dan‎ tingkah‎ laku,‎ belajar‎ disiplin memendang bahwa otak manusia terdiri dari sejumlah daya yang beraneka ragam, belajar disiplin pada prinsipnya adalah melatih daya-daya mental tersebut.

Mendisiplinkan peserta didik bertujuan untuk membantu menemukan diri, mengatasi dan mencegah timbulnya problem-problem disiplin, serta berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran sehingga mereka mentaati segala peraturan yang ditetapkan


(32)

Guru harus mampu mendisiplinkan peserta didik, terutama disiplin diri (selfdescifline), guru harus mampu membantu peserta didik

Berdasarkan uraian-uraian di atas yang telah dikemukakan, maka kami dapat disimpulkan sebagai berikut

a. Seorang guru yang baik dapat memberikan keteladanan berupa sikap, tindakan atau perbuatan, tutur kata, perilaku atau kepribadian di kelas maupun diluar kelas sesuai dengan tata krama yang berlaku sehingga dapat membentuk watak yang baik pada diri seseorang.

b. Guru harus mampu menciptakan suatu kondisi belajar yang sebaik - baiknya sehingga dapat menimbulkan rasa simpatik bagi anak - anak didiknya.

c. Guru yang baik adalah guru yang melaksakan ibadah keagamaan, mampu menciptakan hubungan yang harmonis dengan siapapun, memiliki moralitas yang tinggi, menggunakan bahasa yang sopan, bersikap ramah, menghargai potensi anak, kreatif, dan obyektif, berpenampilan selalu rapi, sopan, bersih dan disiplin.

d. Tujuan motifasi seorang guru adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemampuannya untuk meningkatkan prestasi belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan kurikulum sekolah.

e. Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen dari proses pendidikan merupakan alat mencapai tujuan dalam suatu sistem pendidikan.

f. Keteladanan seorang guru dapat menimbulkan Disiplin minat disiplin belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

d. Bentuk-bentuk Disiplin Belajar Siswa

Disiplin tidak tumbuh dengan sendirinya melainkan melalui suatu proses belajar yang pada akhirnya membentuk kekuatan dalam diri untuk berbuat tanpa paksaan.


(33)

Dalam membentuk dan memberikan disiplin pada anak, ada empat unsur‎ penting‎ yaitu‎ :‎ “Hukum‎ peraturan‎ yang‎ berfungsi‎ sebagai‎ pedoman‎ penilaian, sanksi atau hukuman bagi pelanggaran peraturan itu, Hadiah untuk perilaku atau usaha yang baik, Konsisten, mencakup ketiga asfek di atas, hadiah itu sendiri ada dua macam, yaitu hadiah yang datang dari luar ( extrinsik) seperti pujian, dan hadiah yang datang dari dalam diri sendiri (intrinsik ) yaitu perasaan puas karena mengetahui bahwa respons yang diberikan terhadap suatu stimulus adalah tepat dan benar.39

Hukuman dan sanksi Menurut Drs. M. Ngalim “Hukum‎berasal‎dari‎ kata kerja latin Punire dan berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan, menurut teori ini, hukuman diadakan sebagai pembalasan dendam terhadap kelainan dan pelanggaran yang telah dilakukan seseorang tentu saja teori ini tidak boleh dipakai dalam pendidikan sekolah. 40

Dalam kehidupan masyarakat secara umum metode yang paling sering digunakan untuk mendisiplinkan warganya adalah dengan memberikan hukuman. Hal yang sama dilakukan oleh orang tua atau guru dalam mendidik anak atau siswanya.

Hukuman‎ dapat‎ berdampak‎ positif‎ bagi‎ disiplin‎ anak.‎ “Hukuman‎ penting dalam perkembangan moral anak antara lain menghalangi, mendidik serta disiplin. Hukuman ini dilakukan terhadap pelanggaran-pelanggaran norma-norma etika.” 41 Akan tetapi hukuman yang diberikan pada anak harus sesuai dengan usia dan tingkat perkembangannya, selain itu hukuman harus konsisten.

Penghargaan tidak selalu dalam bentuk materi tetapi dapat berupa kata-kata, pujian, senyuman atau tepukan punggung. Apapun bentuk penghargaan yang digunakan, penghargaan itu harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Penghargaan harus memiliki nilai edukatif yang penting bagi anak agar terdisiplin sehingga mereka terpacu untuk meningkatkan disiplin.

39

Lukmanul Hakiim. op.cit. h. 30 40

M. Ngalim Purwanto, op.cit. h. 187 41


(34)

Dengan demikian, untuk menjalankan aturan maka diperlukan adanya sebuah konsistensi dalam diri seorang penegak disiplin. Karena dengan adanya sebuah konsistensi tersebut, ketetapan tidak ada perubahan, disesuaikan antara apa yang dikatakan dengan perbuatan.

Suatu kesalahan biasa yang dikenal oleh para orang tua yang mempunyai masalah-masalah mendisiplinkan anak ialah kurangnya sikap konsisten, yaitu: tidak tetap menjalankan sikap itu, tetapi berpasang surut dan angin - anginan.

Dari unsur disiplin di atas, semuanya sangat penting ditanamkan kepada anak. Dimana jika siswa melakukan kebiasaan-kebiasaan dan tindakan-tindakan maka guru perlu mengawasinya.

Sebagaimana dijelaskan oleh M. Ngalim Purwanto sebagai berikut : “Jadi‎dengan‎sendirinya‎maksud‎ganjaran‎itu‎ialah‎sebagai‎alat‎untuk‎ mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang, karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan.

Selanjutnya pendidikan bermaksud juga supaya dengan ganjaran itu anak menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang telah dapat dicapainya.”42

Akan tetapi jika seseorang siswa melanggarnya, maka seorang guru perlu memberi hukuman itu hendaknya agar siswa dapat merubah perbuatannya yang tidak baik menjadi baik, sebagaimana dijelaskan oleh Balnadi‎Sutadipura‎sebagai‎berikut‎:‎“Jika‎dalam‎usaha‎membentuk‎si‎anak‎ didik kita itu terpaksa memberi hukuman, maka syarat-syarat berikut hendaknya kita perhatikan.

Agar masalah disiplin ini bisa tertanam pada seluruh siswa, personal sekolah dalam membina disiplin tidak cukup hanya disaat berlangsungnya proses belajar mengajar di dalam kelas saja, namun perlu mencapai beberapa cara pendekatan misalnya pada kesempatan upacara, lewat perayaan-perayaan, kegiatan extrakurikuler atau kegiatan lainnya.

42


(35)

Terdapat tiga cara di dalam menanamkan disiplin yang umum digunakan antara lain :

1. Otoriter : Peraturan dan Pengaturan yang keras untuk melaksanakan yang diinginkan.

2. Permisif : Memberikan sedikit disiplin atau tidak disiplin secara tidak membimbing anak untuk tidak berperilaku.

3. Demokratis : Menggunakan penjelasan, mengapa peraturan itu dibuat dan memperoleh kesempatan mengemukakan pendapatnya.

Dari ketiga cara menanamkan disiplin kepada anak hanya metode demokratislah yang baik digunakan, karena metode ini dapat membantu anak untuk mengerti mengapa peraturan itu dibuat, dan diberi penjelasan tentang peraturan yang harus dipatuhi dalam kata-kata yang dapat dimengerti dan siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat mereka tentang peraturan itu.

Uraian tersebut sejalan dengan pendapat Harun Rasyid yang mengatakan‎ bahwa:‎ ”kebiasaan belajar mempengaruhi belajar antara lain dalam hal pembuatan jadwal belajar dan pelaksanaannya, membaca dan membuat catatan, mengulangi pelajaran konsentrasi serta dalam mengerjakan tugas, karena tugas selalu ada dalam kegiatan kelas sehari-hari,maka hal itu dapat menjadi sumber pengetahuan yang melimpah tentang strategi belajar dan prestasi siswa,yang mana bias digunakan secara formatif.”43

Demikianlah cara-cara belajar yang perlu diperhatikan oleh setiap siswa, karena dengan memiliki cara belajar yang baik akan membantu siswa dalam mencapai prestasi yang tinggi, dan cara tersebut dapat dilaksanakan dengan baik secara teratur setiap hari, apabila siswa memiliki sikap disiplin. Jadi siswa yang pada dirinya tertanam sikap disiplin akan selalu mencari dan menentukan cara belajar yang tepat baginya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:

43


(36)

1. Disiplin adalah sikap mental tertentu, untuk mengetahui dan mengikuti aturan

2. Disiplin dilandasi dengan pengetahuan tentang aturan perilaku bagi kehidupan manusia, yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

3. Disiplin menyangkut sikap gerakan yang teratur, dan sikap tingkah laku yang menunjukkan kesungguhan yang diharapkan timbul dari dalam hati untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya ataupun diucapkannya.

B. Hasil Penelitian

Penelitian yang sejalan dengan penelitian ini diantaranya yang pernah dilakukan oleh Haryono. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui Keteladanan guru dan disiplin belajar siswa ditinjau dari kemampuan guru mengajar. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa keteladanan guru dan disiplin belajar, dipengaruhi oleh factor kemampuan guru dalam mengajar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kelancaran siswa dalam berdisiplin. Hasil penelitian ini antara lain menyimpulkan bahwa siswa yang tinggal dilingkungan yang dekat dengan pendidikan lebih cepat terpengaruh, bila dibandingkan dengan siswa yang berasal dari lingkungan yang jauh dari tempat atau lokasi pendidikan. Hasil penelitian tersebut memberikan dukungan serta motivasi dan relevansi keteladanan guru dan disiplin belajar siswa. Hal ini memotifasi peneliti untuk mengangkat masalah Hubungan antara keteladanan Guru dengan Disiplin belajar siswa di MI At-Taufiq Megamendung Bogor, tahun pelajaran 2011/2012.

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan adalah suatu proses interaksi dua arah yang terjadi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan lingkungan yang didalamnya membahas tentang teori-teori yang hendak dapat disikapi dan diterapkan dengan dunia nyata atau kehidupan siswa. Jadi proses belajar dapat


(37)

terjadi dimana saja dan kapan saja tidak terlepas dari guru saja. Lingkunganpun mendukung kegiatan belajar-mengajar tersebut, seperti orangtua dan masyarakat.

Keteladanan erat kaitannya dengan pendidikan akhlak, karena antara keteladanan dan akhlak merupakan suatu proses pembiasaan terhadap sifat-sifat baik atau akhlak karimah seperti adab, watak, atau budi pekerti yang dilakukan oleh seseorang tanpa melalui pertimbangan terlebih dahulu.

Jadi akhlak yang baik itu tidak dapat dibentuk oleh seseorang hanya dengan pendidikan di sekolah saja, akan tetapi untuk menanamkan akhlak yang baik D. Hipotesis Penelit

‘’ Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat

kebenarannya.44

Hipotesis dapat diartikan sebagai kesimpulan sementara terhadap masalah yang diajukan. Dalam kegiatan penelitian, yang dapat menjadi sumber masalah‎adalah‎adanya‎kesenjangan‎antara‎„‟yang‎seharusnya‎terjadi‟‟‎dengan‎ „‟yang‎ sebenarnya‎ terjadi‟‟‎ dengan‎ demikian,‎ yang‎ menjadi‎ masalah‎ adalah‎ „‟apa‎ yang‎menjadi‎penyebab‎timbulnya‎kesenjangan‎antara‎ yang‎sebenarnya‎ terjadi‎dengan‎yang‎seharusnya‎terjadi‎„‟

Dalam dunia akademik, suatu masalah terlebih dahulu dijawab secara teoritik. Berdasarkan konsep teoritik tersebut maka dapat diajukan suatu hipotesis. Dengan hipotesis tersebut suatu masalah sudah dapat dijawab, namun jawaban tersebut masih bersipat teoritik dan bersifat sementara. Oleh sebab itu, diperlukan data lapangan untuk memastikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ho: Tidak terdapat hubungan antara Keteladanan guru dengan disiplin belajar siswa kedisiplinan belajar siswa.

Ha: Terdapat hubungan antara Keteladanan guru dengan disiplin belajar siswa.

44


(38)

27 A. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI. AT-TAUFIQ kampong Ciletuh Rt.05/01, Desa Cipayung girang Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Adapun waktu Penelitian ini dimulai dari bulan Agustus-September 2013.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan studi korelasional. Deskriptif adalah suatu penelitian yang memaparkan data yang diperoleh di lapangan dengan menggunakan anailsis statistik sedangkan studi korelasional adalah penelitian yang menghubungkan dua variabel. Dalam hal ini variabel bebas (X) adalah Keteladanan guru dihubungkan dengan variabel terikat (Y) yaitu Disiplin belajar siswa.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.1 Populasi tersebut diatas maka yang menjadi populasi penelitian ini adalah siswa MI. At-Taufiq

Sampel adalah sesuatu yang digunakan contoh dari bagian yang lebih besar.2 Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka populasi terjangkaunya adalah siswa kelas V (lima) yang berjumlah 20 siswa. Adapun sampel penelitian ini diambil secara porposive sampling yaitu siswa kelas V (lima)

1

.Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan N&D, ( Bandung: Alfabeta,2010 .h 117

2


(39)

berjumlah 20 orang siswa. Alasan penetapan kelas V ini didasarkan kepada pertimbangan bahwa kelas V ini adalah kelas yang tertinggi saat ini yang memiliki masa pembinaan disiplin dibanding dengan kelas-kelas lain.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengumpulkan beberapa teknik untuk pengumpulan data yang sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti.

Adapun teknik pengumpulan data tersebut adalah :

1. Observasi, yaitu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.3 Observasi merupakan metode pertama digunakan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan sikap dan prilaku keteladanan guru.

2. Angket (Kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.4

Angket digunakan untuk memberikan daftar pernyataan dan pertanyaan dalam rangka menggali data tentang persepsi/pendapat siswa tentang hubungan keteladanan guru dengan disiplin belajar siswa.

Adapun isi angket terdiri dari 20 item yang dibagi pada dua bagian yaitu, contoh keteladanan guru yang menggunakan pengukuran efektif yang berjumlah 10 item, sedangkan untuk disiplin belajar siswa berjumlah 10 item.

3. Wawancara adalah Proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap

3

Cholid Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), Cet. Ke-5, h. 70.

4


(40)

muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.5

Teknik ini digunakan dalam rangka tanya jawab antara penanya dengan responden, yaitu satu orang guru guna mengetahui sejauh mana hubungan keteladanan guru dengan disiplin belajar siswa.

Adapun instrumen angket yang peniliti buat mengacu pada kisi - kisi sebagai berikut :

Tabel 3.1

Kisi - Kisi Instrumen Angket Pengaruh Keteladanan Guru Terhadap

Disiplin Belajar Siswa

No. Variabel Masalah

Aspek / Masalah Jumlah Pertanyaan

Pertanyaan Nomor 1. Keteladanan

Guru

Kehadiran Guru 2 1,2

Tepat Waktu 3 3, 4, 5

Kerjasama dengan 2 6, 7

Siswa

Semangat Kerja 2

8,9

Tanggung Jawab 1 10

2. Disiplin Belajar Tata Tertib 3 1, 2,3

Motivasi 1 4

Kehadiran 2 5,6

Tugas Piket 3 7,8

Tepat waktu 2 9, 10

E. Teknik Pengolahan Data

1. Editing adalah proses pemeriksaan keabsahan jawaban-jawaban dari responden tentang kelengkapan dan ketetapan pengisian angket. 2. Koding adalah proses pemberian kode terhadap jawaban-jawaban

angket atas pertanyaan di dalam angket.

3. Skoring adalah proses pemberian nilai atau bobot pada setiap jawaban yang ada dalam angket, dan jawaban-jawaban responden.

5


(41)

4. Tabulating yaitu proses penghitungan jawaban yang telah diberikan dalam bentuk tabel, selanjutnya dinyatakan dalam bentuk frekwensi dan prosentase.

F. Teknik Analisis dan Interpretasi Data 1. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari penyebaran angket kepada siswa diolah dengan cara sistematik melalui beberapa rumus statistik yaitu nilai rata - rata hitung ( mean ), distribusi frekwensi dan korelasi product moment.

a. Nilai rata - rata hitung (Mean)

Adalah jumlah keseluruhan angka (bilangan) yang ada, dibagi dengan banyaknya angket (bilangan) tersebut.

Dalam mencapai mean dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, tergantung dari data yang akan dicari meannya itu, apakah data tunggal yang sebagian atau seluruh skornya berfrekwensi lebih daru satu yang pada tiap - tiap skor atau nilai yang ada terlebih dahulu harus dikalikan dengan frekuwensinya masing - masing, setelah itu jumlahkan, dan akhirnya dibagi dengan N2.

Adapun rumus meannya adalah :

Keterangan :

Mx : Mean yang kita cari

∑Fx : Jumlah dari hasil perkalian antara masing - masing skor

dengan frekuensinya N : Number of cases


(42)

b. Tabel Distribusi Frekuensi

Tabel Distrubusi relative, atau dinamakan tabel prosentase yang disajikan disini bukanlah frekuensi yang sebenarnya, melainkan frekuensi yang dituangkan dalam bentuk angka perenan.

Rumus dari Tabel Distribusi Frekuensi Relatif adalah :

Keterangan :

P : Angka Presentase

F : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N : Number of cases ( Jumlah Frekuensi / Banyaknya Individu )

c. Korelasi Product Moment

Dalam menguji hubungan keteladanan dengan disiplin belajar siswa, digunakan statistik “r” korelasi product moment dengan rumus:

Keterangan:

rxy : Angka indeks korelasi “r” Product Moment.

N : Number of Cases (Jumlah Sampel)

∑XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y ∑X : Jumlah seluruh skor X

∑Y : Jumlah seluruh skor Y.6 X : Variabel bebas

Y : Variabel terikat.

6

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), Cet. Ke-23, h. 206.


(43)

2. Interpretasi Data

Setelah menganalisis hubungan antara dua variabel di atas, penulis memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment yang dilakukan melalui dua cara sebagai berikut: a. Memberikan interpretasi secara kasar atau sederhana yaitu

dengan mencocokkan hasil penelitian dengan angka indeks korelasi “r” Product Moment, seperti dibawah ini:

Tabel 3.2

Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment Besarnya “r”

Product Moment (rxy)

Interpretasi

0,00 – 0,20

Antara variabel X dan Variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah / sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y)

0,20 – 0,40 Antara variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah

0,40 – 0,70 Antara variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukupan

0,70 – 0, 90 Antara variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

0,90 – 1,00 Antara variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.7

b. Memberikan interpretasi dengan cara berkonsultasi pada tabel nilai “r” Product Moment, dengan prosedur sebagai berikut: 1) Merumuskan hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil

(H0).

7


(44)

2) Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah diajukan dengan jalan membandingkan besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai, baik pada taraf signifikan 1% maupun 5% dengan terlebih dahulu mencari derajat bebas (db) atau degrees of freedom (df) yang rumusnya adalah sebagai berikut:

df = N - nr keterangan:

df : Degrees of freedom. N : Number of cases.

nr : banyaknya variabel yang dikorelasikan.8

Pada kesimpulannya adalah jika hasil “r”hitung lebih besar dari “r”tabel,

maka korelasinya dianggap signifikan atau Ho ditolak dan Ha diterima.

Namun jika “r”hitung lebih kecil “r”tabel, Maka korelasi tidak signifikan atau

Ho diterima dan Ha ditolak.

G. Hipotesis Statistik

Setelah menganalisis semuanya, barulah penulis memperoleh dua hipotesis yaitu hipotesis nihil (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha), maka

diperoleh hipotesis statistik sebagai berikut: Ho: ρ = 0 (berarti tidak ada hubungan)

Ha: ρ ≠0. (berarti ada hubungan) 9

8

Ibid., h. 194.

9


(45)

34 A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Letak Geografis

Madrasah Ibtidaiyah (MI) At-Taufiq terletak di Kampung Ciletuh RT. 05 / 01 Desa Cipayung Girang Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Keberadaannya yang strategis, (MI) At-Taufiq dapat dijangkau oleh setiap siswa. Untuk sampai ke Madrasah ini dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan umum roda dua atau roda empat. Selain itu juga dapat dijangkau dengan berjalan kaki. Bagi siswa yang tempat tinggalnya berada di sekitar lingkungan madrasah dan bagi siswa yang berada diluar daerah disediakan asrama.

Bangunan gedung MI At-Taufiq terletak di tengah - tengah pemukiman penduduk yang mayoritas penduduknya beragama Islam (religius) dan juga berada di lingkungan yang masyarakatnya antusias dan peduli terhadap pendidikan anak-anak mereka, baik pendidikan di MI At-Taufiq sendiri maupun pendidikan lainnya.

Adapun batas - batas lokasi MI At-Taufiq Megamendung Bogor adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Barat perbatasan dengan Rumah Warga b. Sebelah Utara perbatasan dengan Kebun Warga c. Sebelah Timur perbatasan dengan Jalan Warga d. Sebelah Selatan perbatasan dengan Rumah Warga 2. Sejarah Berdirinya

Madrasah Ibtidaiyah (MI) At-Taufiq berdiri pada tahun 1960 yang didirikan oleh Kyai M. Uking Bulqiyah (Alm), E. Sasmita (Alm), Cecep Subhan di atas tanah Waqaf seluas 307,45 M2, yang merupakan waqaf (akte) dari Bapak Kyai M. Uking Bulqiyah (Alm) kepada Ibu Mintarsih / Nini Namah selaku anak dari Bapak M. Uking Bulqiyah (Alm). Tanah


(46)

tersebut dijadikan sebuah Sekolah Dasar yang berbasis dan berciri khas keislaman.

MI At-Taufiq merupakan suatu lembaga pendidikan formal tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag). Pada tahun 1960 MI At-Taufiq dipimpin langsung oleh Bapak Kyai Uking Bulqiyah, kemudian pada tahun 1970 kepemimpinan dilanjutkan oleh Bapak E. Sasmita sampai dengan tahun 2007, Estafet kepemimpinan kemudian diserahkan kepada Bapak Cecep Subhan.

Pada prinsipnya MI At-Taufiq sudah mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari beberapa prestasi yang pernah diraih dalam berbagai kegiatan perlombaan. Sementata untuk proses pembelajarannya telah menggunakan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan orientasi pada pengembangan kompetensi peserta didik / siswa yang unggul dalam segala bidang.

MI At - Taufiq memiliki bangunan fisik yang cukup baik dan bisa dikatakan sesuai dengan kebutuhan. Jenis bangunan madrasah sudah permanen berdiri di atas lahan seluas 307,45 M2 dengan panjang 24,30 M2 dan lebar 14,30 M2 dengan status tanah waqaf serta memiliki empat ruang kelas dan satu ruang kantor.

3. Visi dan Misi a. Visi

“Bertujuan meningkatkan mutu pendidikan yang bermanfaat bagi pembangunan agama, nusa dan bangsa di masa mendatang dengan pengabdian La Illahai Kalimatillah yang ditunjang oleh disiplin tinggi dan profesionalisme dan mempererat ukhuwah islamiyah”

b. Misi

“Melahirkan manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlaq mulia, beramal shaleh, berjiwa sosial, berdedikasi serta pengetahuan teknologi sesuai dengan perkembangan zaman”


(47)

(48)

5. Keadaan Guru

Guru - guru MI At - Taufiq berjumlah 8 Orang dan 1 Kepala Madrasah, berikut tabel nama - nama guru MI At – Taufiq Megamendung Bogor.

Tabel 3.

Keadaan guru - guru MI At-Taufiq Megamendung Bogor Tahun Pelajaran 2011 / 2012

No. N a m a L/P Tempat Tanggal

Lahir Jabatan

1. Cecep Subhan L Bogor, 10 Juli 1968 Kepala Madrasah 2. Ade Nurlatifah,

S.PdI P Bogor, 01 Juli 1982 Guru Kelas I

3. Yati Supriyati P Bogor, 21 Desember

1970 Guru Kelas II

4. Rian Andriani P Bogor, 21 Juni 1984 Guru Kelas III 5. N. Yati Sumiati,

S.PdI P Bogor, 03 Mei 1974 Guru Kelas IV

6. Ira Sukmawati,

S.PdI P

Bogor, 29 Oktober

1977 Guru Kelas V

7. Anda Suhanda L Bogor, 20 Juli 1968 Guru Kelas VI 8. Herawati P Bogor, 06 Maret 1986 Guru Bidang Studi 9. Imam Bachtiar L Bogor, 26 April 1990 Guru Bidang Studi


(49)

6. Keadaan Siswa

Siswa dan siswi di MI. At-Taufiq berjumlah 143 siswa. Berikut ini tabel jumlah siswa MI. At-Taufiq Megamendung Bogor.

Tabel 4.

Keadaan siswa - siswi MI At-Taufiq Megamendung Bogor Tahun Pelajaran 2011 / 2012

Banyaknya Siswa

Jumlah Kls. I Kls. II Kls. III Kls. IV Kls. V Kls. VI

L P L P L P L P L P L P

10 16 9 11 14 15 12 20 15 5 10 6 143

7. Sarana dan Prasarana

Salah satu faktor penunjang proses belajar mengajar adalah tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Sarana berfungsi untuk memudahkan proses belajar mengajar dengan baik dan menghasilkan prestasi siswa yang optimal. Berikut tabel sarana dan prasarana MI At-Taufiq Megamendung Bogor.

Tabel 5.

Sarana dan Prasarana MI At - Taufiq Megamendung Bogor Tahun Pelajaran 2011 / 2012

No. Nama / Jenis Volume Kondisi

1. Bangunan 350 M2

2. Ruang Belajar 4 Ruang Baik

3. Ruang Guru 1 Ruang Baik

4. Ruang Tamu 1 Ruang Baik

5. Meja dan Bangku Siswa 48 Pasang Rusak

6. Meja Guru dan Kursi 4 Pasang Rusak

7. Papan Tulis 4 Buah Baik


(50)

9. Lemari Buku 3 Buah Rusak

10. Komputer 1 Unit Rusak

11. Dispenser 1 Unit Baik

12. Jam Dinding 1 Buah Baik

13. Buku Pegangan Guru Cukup Baik

14. Buku Sumber Cukup Baik

15. Bola Dunia 1 Buah Baik

16. Peta Pulau 4 Buah Rusak

17. Peta Kabupaten 2 Buah Rusak

18. Peta Indonesia 1 Buah Rusak

19. Bendera Merah Putih 1 Buah Baik

20. Bendera Pramuka 1 Buah Baik

21. Papan Rekapitulasi Guru Ada Baik 22. Papan Rekapitulasi Siswa Ada Baik

23. Papan Tata Tertib Ada Baik

24. Papan Susunan Program Ada Baik

25. Papan Susunan Organisasi Ada Baik

26. Papan Pengumuman Ada Baik

B. Deskripsi Data

Data yang didapat oleh penulis dalam penelitian ini yaitu data hasil wawancara, observasi, dan angket. Angket yang disajikan terdiri dari dua macam data, yaitu mengenai Keteladanan Guru dan Disiplin Belajar Siswa.

Pembahasan mengenai hasil angket dengan membuat tabulasi yang merupakan proses mengubah data dari instrumen pengumpulan data (angket) menjadi tabel angka (persentase), dapat dilihat pada tabel-tabel beriku


(51)

1. Keteladanan Guru

Tabel 6.

Kehadiran guru berdasarkan jadwal

No. Alternatif Jawaban F %

1 a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

14 6 0 0 70 30 0 0

Jawaban 20 100

Bila dilihat dari hasil tabel 6 di atas, guru selalu hadir berdasarkan jadwal yang sudah ditentukan. Yakni siswa yang menyatakan selalu mencapai angka tertinggi (70%), sering mencapai (30%), kemudian kadang-kadang dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%).

Dengan demikian intensitas kehadiran guru sesuai dengan dengan jadwal berada pada taraf maksimal.

Tabel 7.

Penyampaikan informasi ketika guru berhalangan hadir

No. Alternatif Jawaban F %

2 a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

12 7 1 0 60 35 5 0

Jawaban 20 100

Pada tabel 7 di atas menunjukkan angka pernyataan siswa yang menjawab selalu (60%) dan sering mencapai (35%), sedangkan yang menyatakan kadang-kadang hanya (5%) dan tidak pernah berada pada taraf (0%).


(52)

Tabel 8.

Pemberian tugas ketika guru berhalangan hadir

No. Alternatif Jawaban F %

3 a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

8 12 0 0 60 40 0 0

Jawaban 20 100

Begitupun pada tabel 8 di atas, menghasilkan pernyataan yang baik. Hal itu terbukti dari pernyataan responden yang menyatakan selalu (40%) dan sering berada pada taraf (60%), sedangkan kadang-kadang dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%).

Tabel 9.

Guru melakukan apersepsi

No. Alternatif Jawaban F %

4 a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

13 7 0 0 65 35 0 0

Jawaban 20 100

Sedangkan pada pada tabel 9 diatas terbukti bahwa guru selalu melakukan apersepsi ketika mengawali pembelajarannya, hal itu dapat dibuktikan dengan pernyataan responden yang menyatakan selalu berada pada taraf (65%) dan sering mencapai (35%), sedangkan kadang-kadang dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%).

Dengan demikian, intensitas tanggung jawab guru dalam pembelajarannya berjalan sangat baik.


(53)

Tabel 10.

Mengoreksi tugas yang diberikan

No. Alternatif Jawaban F %

5 a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

4 16

0 0

20 80 0 0

Jawaban 20 100

Berdasarkan dari pernyataan siswa pada tabel 10 diatas, bahwa responden yang menyatakan selalu mencapai (20%), dan sering berada pada taraf tinggi (80%). Sedangkan kadang-kadang dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%).

Tabel 11.

Ketepatan waktu ketika memulai dan mengakhiri pembelajaran

No. Alternatif Jawaban F %

6 a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

11 2 7 0

55 10 35 0

Jawaban 20 100

Sedangkan pada tabel 11 responden yang menyatakan selalu mencapai (55%), sering (10%), kadang-kadang (35%), dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%).


(54)

Tabel 12.

Pembelajaran yang bervariasi

No. Alternatif Jawaban F %

7 a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

5 15 0 0 25 75 0 0

Jawaban 20 100

Adapun yang tedapat pada tabel 12 menunjukkan bahwa pernyataan siswa yang menyatakan selalu mencapai (25%) dan sering mencapai (75%). Sedangkan kadang-kadang dan tidak pernah berada pada taraf nihil (0%).

Dengan demikian, intensitas kedisiplinan guru PAI dalam pembelajaran berjalan cukup baik.

Tabel 13.

Penyajian materi yang bervariasi berdasarkan karakteristik siswa

No. Alternatif Jawaban F %

8 a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

13 4 3 0 65 20 15 0

Jawaban 20 100

Pada tabel 13 di atas menunjukkan bahwa guru dalam menerapkan metode pembelajaran terhadap perbedaan siswa berada pada taraf cukup baik. Karena pada taraf ini, pernyataan selalu dan sering lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan pernyataan kadang-kadang yang hanya mencapai 3 responden


(1)

HASIL OBSERVASI

DI MI ATTAUFIQ CILETUH CIPAYUNG GIRANG, KECAMATAN MEGAMENDUNG, KABUPATEN BOGOR, TAHUN PELAJARAN

2012/2013

Setelah penulis meninjau lebih jauh melalui observasi dari kegiatan-kegiatan lainnya ada beberapa hal yang harus dianalisis dan diperbaharui sehingga hubungan antara keteladan guru dengan disiplin belajar siswa agar menjadi positif dan supaya mendapat perhatian yang lebih baik dari semua pihak terutama dengan lembaga – lembaga yang lain dalam satu kecamatan.

Selain dari itu ada beberapa hal lainnya yang disarankan dalam belajar kurang efektif dalam pelaksanaannya.dan dari segi kesiswaan,apabila diperhatikan dengan lebih mendalam MI.AT TAUFIQ ini kurang begitu memperhatikan tentang pentingnya masalah keagamaan. Hal ini bisa dilihat dari kegiatan siswa yang melaksanakan proses PBM pada siang hari khususnya. Saat waktu sholat dzuhur, para siswa kurang diarahkan untuk lebih mementingkan ibadah. Saya melihat tentang kegiatan siswa pada waktu itu, Lebih banyak berada pada ruang lingkup kegiatan bermain. Selain dari hal tersebut Madrasah AT TAUFIQ ini juga kurang begitu memfasilitasi tempat peribadatan dengan baik.

Kenyataan seperti di atas bukan berarti bahwa masalah ini kurang cukup baik dari segi keagamaan, akan tetapi saya juga menilai bahwa kekurangan tersebut tidak hanya disebabkan oleh kurangnya perhatian dari pihak Madrasah saja,namun hal ini juga disebabkan karena jumlah siswa yang sudah melebihi kapasitas kelas yang ada. Hal do atas juga bisa berakibat kepada kurang efektifnya KPBM yang dilaksanakan, karena denagan jumlah siswa yang selalu banyak,maka KPBM terpaksa dibagi kepada dua waktu yaitu pagi dan siang hari.Apabila kita telaah, KPBM yang dilaksanakan siang hari biasanya kurang begitu efektif apabila dengan keadaan Madrasah yang tempatnya dekat dengan jalan umum yang sering dilalui kendaraan atau angkutan umum yang cenderung semakin mengganggu KPBM yang sedang berlangsung . Dengan demikian setelah saya melakukan observasi di Madrasah tersebut saya penulis berusaha agar


(2)

dalam kegiatan KPBM banyak kekurangan - kekurangannya, apabila tidak adanya sarana dan prasarananya sebagai bahan penunjang sehingga dapat dilakukan dengan cara observasi.Hal diatas harus segera diatasi dengan baik dengan salah satu cara adalah dengan cara memberikan sarana peribadatan yang cukup menampung siswa , serta membimbing dan mengarahkan siswa kepada pengetahuan akan pentingnya kedudukan Agama untuk mencapai kedisiplinan dalam kehidupannya. Selain dari pada hal di atas , Madrasah juga saya menyadari akan kekurangan tersebut , Hal ini mungkin didasarkan atas keterbatasan Madrasah serta kekurangan tentang bagaimana cara menjalankan suatu kegiatan pendidikan yang sesuai hingga bisa dikatakan bahwa setiap usaha untuk mengembangkan dan memperbaiki kualitas maupun kuantitas biasanya banyak kendala atau hambatan baik dari dalam maupun dari luar namun emikian MI A t-TAUFIQ selalu berusaha mengatasinya.

Adapun hambatan hambatan atau kendala yang dihadapi MI At-TAUFIQ adalah sebagai berikut:

a. Faktor dari dalam antara lain

1. Dana yang diterima dengan dikeluarkan oleh sekolah belum memenuhi syarat

2. Belum terjalin koordinasi yang baik antara satu lembaga dengan lembaga yang lain

3. Dan lain –lain b. Faktor dari luar antara lain

1. Munculnya sekolah –sekolah baru yang letaknya berdekatan antara satu dengan yang lainnya

2. Belum adanya sarana transportasi (Angkutan Umum)

3. Masyarakat masih memandang,bahwa belajar di madrasah tidak bisa menjadikan jaminan untuk bisa bekerja di kantor – kantor

4. Banyak sekali orang tua yang tidak mampu

Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut,maka pihak madrasah melakukan perbaikan – perbaikan atau pambinaan – pembinaan seperti :


(3)

b. Meningkatkan honorarium stap pengajar /Administrasi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh pihak sekolah

c. Mencari dana tambahan di luar melalui kerjasama dengan Instansi lain atau mencari para donatur tetap atau tidak tetap

d. Memberikan pelayanan yang lebih baik lagi kepada siapa saja yang berkepentingan

e. Mengadakan pembinaan /penataran kursus-kursus kepada tenaga pengajar,tata usaha dan lain-lain yang terdekat


(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama : CECEP SUBHAN Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 10 Juli 1968 Jenis Kelamin : Laki - laki

Agama : Islam Kewarganegaraan : Indonesia Suku Bangsa : Sunda Status : Nikah Nama Istri : Yati Supriati

Nama Anak : Imam Bachtiar Rama Sukmadinata

Alamat : Kp. Ciletuh Rt,05/01 Desa, Cipayung giran

Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Pekerjaan : Guru

Alamat Pekerjaan : Kp. Ciletuh Rt. 05/01 Desa Cipayung girang Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor A. DATA ORANG TUA

- Nama Ayah : E. Sasmita ( Alm ) - Nama Ibu : N. Shopijah

- Alamat Orang Tua : Kp. Cipayung, Rt. 02/03

Ds. Cipayung Girang, Kec. Megamendung-Bogor B. PENDIDIKAN FORMAL

1. Tahun 1976 - 1982 Lulus MI Miftahul Huda Cipayung - Bogor 2. Tahun 1982 - 1985 Lulus MTS Miftahul Huda Cipayung-Bogor 3. Tahun 1985 – 1988 Lulus MA Miftahul Huda Cipayung- Bogor C. PENGALAMAN KERJA

Mengajar di MI Attaufiq Ciletuh sejak tanggal 01 Juli 1989

Sampai dengan sekarang, dan Kemudian tahun 2008 mengajar di SMP Islam Miftahul Huda sampai dengan sekarang