“Hubungan Kemampuan Mengajar Guru Pai Dengan Prestasi Belajar Pai Siswa Di Smp Islam Miftahul Huda Cipayung Megamendung Bogor “

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

Winda Amaliyana NIM 809011000156

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

berjudul “Hubungan Kemampuan Mengajar Guru PAI dengan Prestasi Belajar PAI Siswa di SMP Islam Miftahul Huda Cipayung Megamendung Bogor”, Penulisan karya ilmiah ini ini digunakan sebagai salah satu syarat kelulusan Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) program studi Dual Mode System. Dan diharapkan penulis penulisan ini dapat menjadi acuan bagi semua pihak untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan agar lebih berkualitas.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak dan instansi lainnya yang telah membimbing penulis dalam penulisan serta penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ibu Nurlena Rifai, MA. Ph.D Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Bahrissalim,MA dan Bapak Drs. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag. Selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah ikhlas membimbing dan mendidik penulis. Mudah-mudahan Allah selalu melindungi dalam setiap langkah serta memberikan keberkahan dalam kehidupannya.

3. Bapak Drs. Masan, AF, M.Pd selaku pembimbing skripsi yang telah sabar membimbing, memberikan saran, arahan, motivasi, dan telah meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran di sela-sela kesibukannya dalam penyusunan skripsi ini.

4. Didin Jalaludin, S.Ag selaku Kepala SMP Islam Miftahul Huda Serta seluruh dewan guru dan staf yang telah berpartisipasi dalam memperoleh data-data dan yang telah meluangkan waktunya kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.


(6)

6. Suamiku tercinta Ayah Doni Mahathir Anshori, SE dan jagoan kecilku Delfian Shiddiq Mahathir atas semua do’a, cinta, pengorbanan, motivasi dan dukungan kasih sayang hingga terselesainya skripsi ini. Ananda mungkin tidak bisa membalas semuanya itu, ananda hanya bisa mengucapkan syukron kastiron jazakumullah ahsana jaza. Amin\

7. Papa Amri Yakub, Mama Eli, Tetehku (Lia & Indri), Adiku (Isti & Vilma), keponakan yang lucu-lucu dan hebat (Teteh Dada, Kaka Biya, Dede Evan, Dede Husna & Dede Algan) You Are The Best Family. I Love You So…

8. Bunda, Wa Papi, Wa Amey plus Aandanya, Tete dan Om Tete serta seluruh

saudara - saudaraku yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Jazakumullah khairon kastiron.

9. Sahabat-sahabatku (Gajog) dan teman-temanku seperjuangan Dual Mode System yang telah memberikan dorongan, perhatian, kasih sayang, motivasi dan semangatyang tak henti-hentinyauntuk penulis, terimakasih untuk kebersamaannya.

10. Trio Ambisi Plus (Afit, Asep, Dede Plus Ridwan) yang selalu membantu atas segala sesuatu dan memberikan hiburan gratisnya, cireng, bala-bala dll. Semoga kalian sukses. Amin

11. Dijow Cafetaria selaku sponsor seumur hidup. Moga sukses.

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pribadi penulis khususnya dan bagi bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, Agustus 2013 Penulis

Winda Ameliyana


(7)

vii

PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI………... Iii

ABSTRAK……… Iv

KATA PENGANTAR………. V

DAFTAR ISI... Vii

DAFTAR TABEL ………... Ix

DAFTAR GAMBAR…..………. X

DAFTAR LAMPIRAN... Xi

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang……….. 1

B. Identifikasi Masalah……….. 8

C. Pembatasan Masalah………. 8

D. Perumusan Masalah………... 9

E. Tujuan Penelitian………... 9

F. Kegunaan Penelitian……….. 9

BAB II KAJIAN TEORITIS……….. 10

A. Deskripsi Teoritik……….. 10

1. Tenaga Pendidik……….. 11

2. Prestasi Belajar……… 16

a. Pengertian……….. 16

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi………. 17

3. Pendidikan Agama Islam sebagai bidang study di tingkat SMP……. 30

B. Hasil Penelitian yang relevan………. 33

C. Kerangka Berpikir……….. 36


(8)

viii

2. Waktu Penelitian……….. 38

B. Metode Penelitian……….. 39

C. Populasi dan sampel……….. 40

D. Teknik pengumpulan data……….. 41

E. Teknik analisis data……… 43

F. Hipotesis Statistik……….. 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 47

A. Kondisi Sekolah………. 47

1. Deskripsi tempat penelitian……….. 47

2. Sejarah tingkat sekolah……… 51

3. Sarana dan prasarana……… 52

4. Struktur organisasi………... 53

5. Aktivitas SMP Islam Miftahul Huda………... 55

B. Deskripsi data………. 57

1. Kemampuan mengajar guru PAI……… 57

2. Prestasi belajar PAI siswa SMP Islam Miftahul Huda………….. 59

3. Hubungan kemampuan mengajar guru PAI dengan prestasi belajar PAI siswa………... 63

1. Analisis interpretasi data……….. 65

BAB V PENUTUP……… 68

A. Kesimpulan……… 68

B. Implikasi ……… 69

C. Saran……….. 70

DAFTAR PUSTAKA……….. LAMPIRAN-LAMPIRAN………..


(9)

ix

Tabel 1 :Kondisi keadaan siswa kelas VIII (Delapan) SMP Islam MH……….. 41

Tabel 2 : Kisi-kisi angket kemampuan guru dalam mengajar……….. 42

Tabel 3 : Pilihan Jawaban……….. 44

Tabel 4 : Klasifikasi skor angket kemampuan guru dalam mengajar……… 45

Tabel 5 : Kondisi keadaan siswa SMP Islam MH tiga tahun terakhir………….. 50

Tabel 6 : Data pendidik dan kependidikan SMP Islam Miftahul Huda………… 51

Tabel 7: Keadaan tenaga pendidik dan kependidikan SMP Islam MH tahun

pelajaran 2012/2013……….. 57

Tabel 8 : Analisis item skor untuk kemampuan mengajar guru PAI……… 57

Tabel 9:Klasifikasi jumlah skor jawaban siswa dari angket kemampuan

mengajar guru PAI……… 59

Tabel 10: Daftar nilai siswa dalam mata pelajaran PAI semester 1………. 60

Tabel 11: Klasifikasi nilai siswa dalam mata pelajaran PAI……… 61

Tabel 12: Analisis korelasional Variabel X (Kemampuan mengajar guru PAI) dengan variabel Y (Prestasi belajar PAI siswa)……… 62


(10)

x


(11)

xi

Lampiran 1 : Angket Hubungan kemampuan mengajar guru PAI dengan Prestasi belajar PAI siswa………..

Lampiran 2 : Surat permohonan izin penelitian…….………...

Lampiran 3 : Surat Keterangan telah melakukan penelitian..………... Lampiran 4: Copy daftar nilai siswa kelas VII (Delapan) SMP Islam

MH.….………...


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sudah menjadi suatu kebutuhan pokok setiap manusia di era dewasa ini untuk memperoleh pendidikan baik secara formal ataupun informal. Pendidikan merupakan suatu rangkaian aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan berbagai cara atau metode seperti; Observasi, pelacakan, penelitian atau penggalian secara intensif dan berkesinambungan terhadap potensi-potensi diri dan pembawaannya, dengan kata lain proses tersebut dapat dikatakan sebagai proses belajar dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak bisa menjadi bisa. Proses tersebut dapat berupa jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilannya) maupun rohani (pikir, cipta, karsa, rasa dan nurani) sesuai realitas dan nilai-nilai absah yang ada dalam masyarakat. Pendidikan adalah : “Serangkaian kegiatan interaksi yang bertujuan antara manusia dewasa dan peserta didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka pemberian bantuan terhadap perkembangan potensinya


(13)

semaksimal mungkin, agar menjadi manusia dewasa Potensi disini ialah potensi

fisik, emosi, sosial, sikap moral, pengetahuan dan keterampilan” 1 ..

Merujuk pada pengertian di atas, pendidikan merupakan proses budaya untuk menigkatkan harkat dan martabat manusia. Dilihat dari keberlangsungan dari proses pendidikan yang dapat berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dari ketiga lingkungan pendidikan tersebut, sekolah merupakan pendidikan formal. Pendidikan formal adalah “pendidikan yang dilaksanakan secara teratur, sistematis, berjenjang dan dibagi dalam waktu waktu tertentu yang berlangsung dari mulai taman

kanak-kanak hingga perguruan tinggi” 2 .

Lodge sebagaimana dikutif. Ahmad Tafsir menyatakan bahwa

“pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman. Orang tua mendidik anaknya,

Guru Mendidik muridnya, bahkan Induk binatangpun mendidik anaknya” 3 . Semua yang kita sebut atau yang kita lakukan dapat disebut mendidik kita begitu juga yang disebut dan dilakukan orang lain terhadap kita, dapat disebut mendidik kita. Dalam pengertian luas ini kehidupan adalah pendidikan, dan pendidikan adalah kehidupan. Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa ;

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara4.

Dalam pelaksanaannya aktivitas pendidikan tersbut harus dapat memuat faktor-faktor pendidikan agar pendidikan senantiasa dapat terlaksana dengan baik, lancar, efektif serta intensif. Hal tersebut disebabkan oleh karena faktor

1

Idris & Jamal, Pengantar Pendidikan, Jakarta. Grasindo 1995 h 4

2

Idris & Jamal, Pengantar Pendidikan. Jakarta. Grasindo 1995 h 90

3

Ahmad Tafsir, Kependidikan dalam Persfektif Islam . 1991 h 24

4

Undang-undang RI Nomor 20 Tentang SISDIKNAS. Kompilasi Undang-undang & Peraturan bidang Pendidikan, Abd . Rozak, Fauzan & Ali Nurdin. Jakarta, FITK PRESS 2010 h 4


(14)

pendidikan memuat kondisi-kondisi yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan mendidik, berkaitan dengan hal tersebut, Bernadib menegaskan bahwa faktor-faktor pendidikan terdiri dari lima hal yakni :

1. Faktor anak didik, yaitu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan utama dalam menunjang keberlangsungan pendidikan dan keberadaaannya tidak dapat digantikan faktor lain.

2. Faktor pendidik, yaitu salah satu faktor yang sangat penting, karena pendidik itulah yang akan bertanggung jawab terhadap pendidikan.

3. Faktor tujuan pendidikan, yaitu faktor yang sangat penting, karena tujuan merupakan arah yang hendak dituju dalam pendidikan tersebut.

4. Faktor alat pendidik, yaitu segala sesuatu yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.

5. Faktor alam sekitar (lingkungan), yaitu faktor yang dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya pendidikan5.

Kelima faktor tersebut di atas dalam sebuah sistem pendidikan merupakan unsur-unsur yang saling berkaitan satu sama lain, tiap-tiap faktor dalam sebuah sistem pendidikan berinteraksi secara fungsional untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tersebut. Dalam sebuah sistem pendidikan ada suatu kelemahan terhadap salah satu unsur dalam sistem pendidikan, faktor pendidik merupakan salah satu faktor tumpuan utama dalam keberhasilan pendidikan, karena dengan tenaga pendidik yang berkualitas akan menghasilkan hasil yang berkualitas pula. Peran guru (pendidik) sangat penting dalam mengajar dan mendidik siswa, serta dalam memajukan dunia pendidikan. Tercapainya tujuan pendidikan dan hasil prestasi belajar siswa dan pendidikan bergantung pada kualitas guru. Karena itu guru harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan standar nasional pendidikan seperti latar pendidikan yang sesuai, kemampuan mendidik yang mumpuni, menguasai teknik dan alat pembelajaran dan lain sebagainya agar ia dapat menjalankan tugas dan perannya dengan baik dan berhasil.

Menurut UU no. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan

bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan , melatih, menilai dan mengevaluasi

5


(15)

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar dan pendidikan menengah” 6

. Pengertian tersebut diatas dalam pelaksannaanya dilapangan agar lebih tertib serta dapat menjunjung profesionalisme dan peraturan serta standar yang telah ditetapkan, diperkuat kembali oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan bahwa :

”Kualifikasi guru akademik guru SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA minimum

Diploma empat (D-4) atau sarjana (S-1).” (BSNP,2007c: 6). Dalam PMPN ini

juga disebutkan bahwa : “Guru harus menguasai empat kompetensi utama, yaitu

pedagogis, kepribadian, sosial dan profesional. Keemat kompetensi ini terintegrasi

dalam kinerja guru.” (BSNP, 2007c :8) 7

Rendahnya kualifikasi pendidikan guru tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama rendahnya kesejahteraan guru. Gaji guru hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga tidak ada alokasi dana untuk

melanjutkan pendidikan. Kedua rendahnya kualitas, kualifikasi dan

kompetensi guru. Kompetensi guru yang rendah sering menjadi kendala bagi

guru untuk memperoleh beasiswa (yang jumlahnya terbatas). Ketiga

Rendahnya komitmen guru untuk meraih pendidikan lebih tinggi. 8

Guru dapat melanjutkan sekolah dan/atau menyelesaikan pendidikannya manakala dalam dirinya ada komitmen yang tinggi dan pemikirannya jauh kedepan. Keempat Rendahnya motivasi guru untuk meraih pendidikan lebih tinggi. Motivasi yang tinggi dapat mengalahkan segala kendala yang melekat pada guru. Keberhasilan suatu pendidikan sangat ditentukan dari berbagai faktor, salah satunya ditentukan dari faktor Pendidik atau Guru. Dalam proses belajar mengajar seorang pendidik harus bisa memberikan ilmu pendidikan yang telah dimiliki dengan cara menarik agar siswa tertarik dan mudah memahami dalam mengikuti pelajaran dan siswa menguasai materi yang disampaikan oleh Gurunya. Apalagi yang dididik disini adalah murid-murid SMP yang masih senang bermain dan kurang konsentrasi dalam memperhatikan Gurunya yang sedang mengajar.

6

UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru & Dosen, Dr Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, Jakarta. Kencana Prenada Media Group. 2011 h 3

7

Ibid h 4

8


(16)

Pasti dibutuhkan seorang Guru yang profesional dan memiliki pengalaman yang bagus sehingga dapat merancang proses-proses pembelajaran yang bisa membuat siswa tertarik dan nyaman dalam mengikuti pelajaran yang diberikan. Dengan Guru yang profesional dan pengalaman, maka akan tercapai hasil belajar yang dapat diukur dengan perolehan prestasi belajar siswa yang maksimal dan sesuai dengan harapan.

Keberhasilan pendidikan di sekolah yang utama ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yakni keterpaduan antara kegiatan guru dengan kegiatan siswa. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, maka guru harus memiliki dan menguasai perencanaan kegiatan belajar mengajar, melaksanakan kegiatan yang direncanakan dan melakukan penilaian terhadap hasil dari proses belajar mengajar. Saat ini salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negara kita adalah dengan pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tiap sekolah-sekolah. Namun, hal yang paling penting dalam hal inipun adalah faktor guru, sebab secanggih apaun kurikulum dan sehebat apapun sistem pendidikan tanpa kualitas dan kemampuan guru yang baik, maka semua itu tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, setiap guru harus memiliki kompetensi, latar pendidikan yang sesuai dan kemampuan yang mumpuni dengan apa yang telah diamanatkan oleh undang-undang agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien.

Rendahnya kualifikasi akademik dan kompetensi guru masih terjadi diberbagai belahan wilayah Indonesia, terlebih lagi berkaitan dengan pelajaran agama yang notabennya adalah bertujuan mendidik siswa agar memiliki sikap yang berakhlakul karimah, begitu juga di SMP Islam Miftahul Huda Cipayung Megamendung Bogor masih terdapat Guru dengan kualifikasi yang masih dibawah standard nasional pendidikan yang ditunjukan dengan masih terdapatnya guru yang berijazah SMA (latar pendidikan yang berbeda) dan dari segi pengalaman dan kemampuan yang sangat minim yang tentunya sangat


(17)

berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar yang kurang maksimal dibandingkan dengan Guru yang memiliki kualifikasi yang sesuai dengan standar pendidikan nasional dan latar belakang pendidikan yang sesuai, akan lebih mampu dan berpengalaman dalam pengajaran. Dari perbedaan kualifikasi yang dimiliki Guru tersebut menjadi suatu masalah yang menarik untuk diteliti apakah memang benar perbedaan kualifikasi dan kemampuan mengajar Guru memiliki hubungan terhadap prestasi belajar dan Kemampuan siswa yang diajarnya. Jika kemampuan dan kualitas guru (guru agama) rendah dengan segala aspeknya tersebut diatas, maka layak diajukan pertanyaan tentang hubungan kemampuan mengajar guru dengan prestasi belajar siswa, akhlak siswa serta pencapaian siswa, sebab bisa jadi, kecerdasan intelektual, kehidupan keluarga, kelas sosial, kawan bermain siswalah yang lebih erat hubungannya yang merupakan faktor penting bagi pencapaian siswa, jika guru tidak dapat membuat perubahan pada akhlak dan prestasi siwa.

Pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan profesi, artinya pekerjaan yang menuntut keahlian khusus. Untuk memperoleh keahlian khusus dituntut pula pendidikan yang khusus. Pemerintah telah mencanangkan standar nasional pendidikan (SNP), salah satunya adalah stnadar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Standar kualifikasi pendidik (guru) pada setiap jenjang pendidikan di sekolah atau madrasah adalah Sarjana Strata satu (S1). Seorang guru yang professional harus memiliki ijazah S1 sesuai dengan bidang yang dianjurkannya.

Kondisi kualifikasi guru yang ada di SMP Islam Miftahul Huda khususnya bidang study Pendidikan Agama Islam (PAI) pada saat ini kirang sesuai dengan standar nasional pendidikan dan standar tenaga pendidik atau guru. Kualifikasi akademik dan Kompetensi guru masih cukup jauh dari standar nasional pendidikan seperti masih adanya guru PAI yang memiliki latar pendidikan yang tidak sesuai yakni masih adanya guru yang berijazah SMA, berijazah SMA tetapi memiliki profesi sebagai Ustadz (guru ngaji) dan ada guru yang memiliki ijazah S1 tetapi dengan jurusan lain ditambah lagi dengan kurangnya kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya. Kondisi tersebut jelas akan memberikan pengaruh


(18)

yang negative terhadap hasil belajar atau prestasi belajar siswa khususnya pada bidang study PAI. Kondisi prestasi belajar siswa pada bidang study PAI di SMP Islam Miftahul Huda dapat dikatakan tidak dapat mencapai hasil yang maksimal / tidak dapat memperoleh nilai yang maksimal atau nilai yang tinggi dan hal ini dapat dibuktikan dari nilai yang ada pada buku raport, dimana nilai untuk bidang study PAI rata-rata hanya dapat mencapai nilai ketuntasan minimum saja bahkan masih cukup banyak yang berada dibawah standar ketuntasan minimum.

Rendahnya nilai yang dicapai oleh siswa tadi tiada lain adalah sebuah implikasi negative dari tidak sesuainya standar kualifikasi tenaga pendidik dan kualifikasi akademik serta monotonnya metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru yang bersangkutan atau tidak variatif dalam mengajar, mungkin hal tersebut terjadi karena terbatasnya pengetahuan guru mengenai system serta metode pembelajaran yang baik. Dari masalah diatas ternyata dapat dilihat beberapa bukti nyata antara lain : Rendahnya nilai prestasi belajar siswa, Perolehan nilai maksimal hanya dapat mencapai nilai ketuntasan minimum atau sesuai dengan KKM, masih terdapatnya nilai prestasi belajar siswa dibawah nilai ketuntasan minimum, penerapan hasil belajar yang tidak terwujud, pemahaman pendidikan keagamaan yang sempit, system pembelajaran yang monoton (hanya mengandalkan metode ceramah), pengajaran tidak sesuai dengan silabus serta tidak adanya rencana pembelajaran

Fenomena tersebut diatas menunjukan adanya kesenjangan yang memerlukan penyelesaian dan pemecahan. Dengan membatasi pada SMP Islam Miftahul Huda Cipayung Megamendung Bogor, penulis merasa tergugah untuk mencoba mengungkap tabir dan melakukan penelitian mengenai permasalahan tersebut dengan judul :

‘Hubungan Kemampuan Mengajar Guru PAI dengan Prestasi Belajar PAI


(19)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagai mana yang telah dipaparkan diatas, maka dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Latar belakang pendidikan guru agama tidak sesuai dengan bidangnya.

2. Kurangnya kemampuan mengajar serta minimnya pengalaman yang

dimiliki guru bersangkutan.

3. Masih adanya sebagian guru yang memiliki ijazah S1 tetapi tidak sesuai dengan bidang study yang diampu olehnya

4. System pengajaran monoton atau tidak menggunakan metode bervariasi. 5. Rendahnya pencapaian hasil belajar atau nilai prestasi belajar siswa

6. Masih terdapatnya nilai prestasi belajar siswa dibawah nilai ketuntasan minimum.

7. Pemahaman pendidikan keagamaan yang sempit serta penerapan hasil belajar yang tidak terwujud,

8. Penerapan hasil belajar yang tidak tercapai

9. Pengajaran tidak sesuai dengan syllabus dan rencana pembelajaran

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, untuk lebih memfokuskan pembahasan, maka dibatasi masalah pada hal-hal sebagai berikut :

1. Masalah kemampuan dan kualifikasi guru yang tidak sesuai dengan bidangnya

2. Masalah prestasi belajar siswa pada mata pelajarn PAI yang masih rendah.


(20)

D. Perumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah di atas maka dirumuskan masalah tersebut sebagai berikut :

Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara Kemampuan mengajar guru Agama dengan prestasi belajar PAI siswa pada kelas VIII (delapan) di SMP Islam Miftahul Huda ?

Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang Hubungan antara kemampuan mengajar guru dengan prestasi belajar PAI siswa pada kelas VIII (delapan) di SMP Islam Miftahul Huda.

E. Kegunaan Penelitian

1. Membuktikan kebenaran teori bahwa Hubungan kemampuan mengajar

guru agama dengan prestasi belajar siswa serta pengaruhnya terhadap sikap dan penerapannya.

2. Menambah wawasan penulis tentang teori hubungan kemampuan

mengajar guru dengan prestasi belajar PAI pada khususnya dan bagi para yang membaca pada umumnya.

3. Menginformasikan kepada pihak sekolah tentang pentingnya kesesuaian tenaga pendidik yang sesuai dengan standar kompetensi dan kualifikasi akademik dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar

4. Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

5. Meningkatkan motivasi guru untuk dapat meraih pendidikan yang lebih tinggi serta pengalaman dan kemampuan mengajar yang sesuai dengan standar akademik dan kompetensi guru.


(21)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. DESKRIPSI TEORITIK

Tanaga pendidik memiliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan

belajar mengajar. Sehubungan dengan hal itu, sangat na’if jika kegiatan belajar

mengajar menapikan serta kurang memperhatikan kualitas guru yang sesuai dengan kualifikasi standar akademik dan kompetensi guru. Terlebih lagi guru agama karena hal tersebut tidak hanya berhubungan dengan masalah kualitas pendidikan tetapi juga akan memberikan pengaruh yang langsung terhadap sikap dan perilaku siswa dalam menjalankan kehidupan dilingkungan sekolah ataupun dilingkungan masyarakat terutama akan langsung berimplikasi terhadap prestasi belajar siswa. Tidak sesuainya latar pendidikan guru agama akan berimplikasi pada kualitas pendidikan serta sikap dan perilaku siswa. Terlepas apakah itu berupa hasil prestasi belajar ataupun sikap dan perilaku siswa tadi, yang jelas akan dapat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan dan hasil prestasi yang diraih oleh siswa. Dalam hal ini perlu sekiranya kita lihat dan kaji lebih dalam apakah kemampuan mengajar guru PAI tersebut memiliki hubungan yang positif atau negatif. Apabila terdapat hubungan yang sangat kuat atau signifikan dan positif antara kemampuan mengajar guru agama dengan prestasi belajar, maka hal tersebut akan diikuti oleh meningkatnya pula prestasi belajar, tetapi sebaliknya jika kemampuan mengajar guru agama ini memiliki hubungan yang negatif terhadap prestasi belajar maka akan rendah pula kualitas dan prestasi belajar.


(22)

Maka setidaknya harus menjadi suatu kewajiban bagi setiap guru agama agar dapat menyesuaikan kemampuan dan pendidikannya sesuai dengan standar yang telah diamanatkan undang-undang demi tercapainya tujuan dan hasil pendidikan yang berkualitas.

Dari uraian diatas, jelas kemampuan mengajar guru memiliki hubungan serta pengaruh terhadap prestasi belajar dan tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. kemampuan mengajar guru dapat menghidupkan kembali apa yang telah diamati dimasa lampau terhadap suatu objek dan dapat diantispasi kedalam ruang dan waktu. Guru Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum merupakan figur atau tokoh utama di sekolah yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk meningkatkan kualitas peserta didik dalam bidang pendidikan agama islam1. Hadirja paraba menyatakan terdapat tujuh unsur pokok seorang guru dalam meningkatkan kualitas peserta didik, yaitu : Keimanan, Ibadah, Al-Qur’an, Akhlak, Syariah, Muamalah dan Tarikh, sehingga mereka (Peserta didik) meyakini memahami dan mengamalkan ajaran islam dalam kehidupa sehari-hari baik sebagai pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara2.

Keberhasilan guru pendidikan agama dalam menanamkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta mengembangkan akhlak mulia (Akhlakul karimah) kepada peserta didik melalui pengelolaan dan pengembangan proses belajar mengajar di sekolah, merupakan cermin keberhasilan pendidikan agama islam khususnya dan pendidikan nasional pada umumnya.

1. Tenaga Pendidik (Guru)

Seperti telah disinggung pada bab sebelumnya bahwa Pekerjaan guru adalah pekerjaan profesi sebagai tenaga pendidik yang memiliki peranan sangat penting dalam tercapainya keberhasilan proses belajar mengajar, karena peranannya yang

1

Hadirja Paraba, Wawasan Tugas Tenaga Guru dan Pembina Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Friska Agung Insani 1999 h

2


(23)

sangat penting tersebut maka setiap guru harus didukung oleh kemampuan yang mumpuni, pendidikan yang sesuai serta pengalaman yang cukup agar dapat menjalankan fungsinya dengan profesional.

Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran sesuai dengan perundang-undangan, Peraturan pemerintah mengenai Standar Nasional Pendidikan nomor 19 tahun 2005 (PP RI NO.19 Tahun 2005) pada bagian kesatu pasal 28 menyatakan :

Pasal 28

1. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan / atau sertfikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

3. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi :

a. Kompetensi pedagigik b. Kompetensi kepribadian c. Kompetensi Profesional d. Kompetensi Sosial

4. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau serifikat keahlian sebagai mana maksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan dan diperlikan dapat diangakat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.

5. Kualifikasi akademi dan kompetensi sebagai agen pelbagai pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampi dengan (4) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan peraturan menteri.3

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tantang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasionel Pendidikan (BSNP). Kompetensi yang dimaksudkan disini adalah meliputi :

3


(24)

1. Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagodik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

3. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang mutlak harus dimiliki seorang guru. Dalam 4Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 dinyatakan bahwa kompetensi profesional adalah

“Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam

yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar

kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan”.

Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa setiap tenaga pendidik atau guru harus mampu menjalankan tugasnya secara profesional dengan segala bentuk ketentuan yang diamanatkan oleh undang-undang. Terdapat tiga tingkatan kualifikasi profesional guru sebagai tenaga kependidikan:

 Tingkatan Capability personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif.

 Guru sebagai Inovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Para guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang tepat terhadap pembaharuan dan sekaligus merupakan penyebar ide pembaharuan yang efektif.

 Guru sebagai visioner, selain menghayati kualifikasi yang tadi, guru juga harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya. 5

4

Fachrudin & Ali Idrus. Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta, Gaung Persada 2011 h 34

5


(25)

4. Kompetensi Sosial

Kompetensi social adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyaakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali, peserta didik dan masyarakat sekitar.

Berdasarkan hal tersebut diatas hendaknya setiap guru harus mampu melihat jauh kedepan dalam menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan, atau dengan kata lain bahwa setiap tenaga pendidik atau guru harus dapat menjalankan tugasnya secara profesional. Menurut surya dalam Fachrudin S dan Ali Idrus mengungkapkan bahwa guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik materil maupun metode6. Dengan kata lain guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru untuk merencanakan program pengajaran, melaksanakan proses belajar mengajar, melakukan evaluasi hasil belajar, memenuhi standar kompetensi serta dapat melakukan proses belajar mengajar secara aktif dan efektif.

Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih serta memiliki pengalaman dibidangnya, seorang guru profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal antara lain: memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidangnya, memiliki kemampuan berkomunikasi dengan siswanya, mempunyai jiwa yang kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus melalui organisasi profesi, pendidikan, pelatihan, buku, seminar dan semacamnya. Fachrudin S dan Ali Idrus mengemukakan delapan ciri guru yang profesional, antara lain:

a. Lebih mementingkan pelayanan yang ideal dibandingkan dengan

kepentingan pribadi.

6


(26)

b. Sebagai seorang pekerja profesional secara relatif memerlukan waktu yang panjang untuk mempelajari konsep-konsep seperti rinsip-prinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya.

c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.

d. Memiliki kode etik yang mengatur keanggitaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja.

e. Membutuhkan kegiatan intelektual yang tinggi

f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan , dipilin diri dalam profesi dan kesejahtaraan anggotanya.

g. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi dan

kemandirian

h. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup dan menjadikan diri sebagai profesional yang permanen7.

Berdasarkan uraian diatas dapat kita pahami bahwa pada dasarnya guru adalah ujung tombak dari pendidikan dimana guru harus dapat menjalankan perannya secara profesional dalam melaksanakan fungsi dan tugas keguruannya dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan agar dapat tercapainya tujuan pendidikan yang maksimal dan prestasi belajar siswa yang tinggi. Kualifikasi akademik dan kompetensi guru sebagai agen pembelajaran berdasarkan Undang-undang yang dikembangkan oleh BNSP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.23 Dalam PERMENDIKNAS RI No. 16 Tahun. 2007 (Pasal 1 dan 2) mengenai Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan pula bahwa:

Pasal 1

a. Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang

berlaku secara nasional.

b. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

7

Robert W R dalam Fachrudin & Ali Idrus Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta, Gaung Persada 2011 h 52


(27)

Pasal 2

Ketentuan mengenai guru dalam jabatan yang belum memenuhi kualifikasi akademik diploma (D-IV) atau Sarjana (S1) akan diatur dengan Peraturan Menteri tersendiri.24 8

Uraian di atas jelas mengungkapkan seitap tenaga pendidik harus dapat menjalankan fungsinya secara profesional. Profesionalisme guru kiranya merupakan kunci pokok kelancaran dan kesuksesan proses pembelajaran disekolah. Karena hanya guru yang profesional yang dapat menciptakan situasi aktif serta diyakini mampu mengantarkan siswa dalam pembelajaran untuk menemukan, mengeloa dan memadukan perolehannya dan memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan nilai maupun keterampilan hidupnya9. Guru profesional diyakini mampu memungkinkan siswa berpikir, bersikap dan bertindak kreatif. Dengan kata lain bahwa setiap guru hendaknya memiliki kualifikasi yang mumpuni agar dapat tercapainya mutu pendidikan yang berkualitas.

2. Prestasi Belajar

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar akan sangat erat kaitannya dengan kualitas yang berarti akan berimplikasi terhadap hasil yang diukur oleh perolehan prestasi belajar. Berarti dalam pendidikan hasil yang dimaksud disini adalah lulusan yang berkualitas dan berprestasi tinggi. Lulusan yang berkualitas dapat dihasilkan jika didukung oleh berbagai aspek pendidikan yang berkualitas pula yang diciptakan atau didukung oleh tenaga pendidik yang profesional sesuai dengan latar belakang dan keahliannya.

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok 10 dalam keterangan lainnya disampaikan bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan

8

http://www.unissula.ac.id/v1/download/Peraturan/PP_19_2005_STANDAR_NAS_PENDDKN.P DF/2008/01/09/

9

Fachrudin & Ali Idrus Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta, Gaung Persada 2011

10


(28)

kerja11. Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Menurut Slameto bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya12.

Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu. Sedangkan menurut Nurkencana mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran13. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Terdapat dua faktor utama yang dapat mempengaruhi Prestasi belajar siswa antara lain :

1. Faktor dari dalam diri siswa (intern) 2. Faktor dari luar (faktor ekstern) 14

11Mas’ud dalam Djamarah, Prestasi Belajar & Kompetensi Guru.

Surabaya, Usaha Nasional 1994 h 21

12

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta, Rieneka Cipta 2003 h 2

13

Nurkencana, Evaluasi hasil belajar mengajar, Surabaya, Usaha Nasional 2005 h 62

14


(29)

1. Faktor dari dalam diri siswa (intern)

Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu dibahas yaitu faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan.

a. Faktor Jasmani

Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.

1. Faktor kesehatan

Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika keadaan badannya lemah dan kurang darah ataupun ada gangguan kelainan alat inderanya. 2. Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat ini berupa buta, setengah buta, tulis, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain.

b. Faktor psikologis

Dapat berupa intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapan.

1. Intelegensi

Intelegensi atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dan cepat efektif mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

2. Perhatian

perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal atau sekumpulan obyek. Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan


(30)

pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa belajar dengan baik, usahakan buku pelajaran itu sesuai dengan hobi dan bakatnya.

3. Bakat

Bakat adalah the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih. bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang15.

4. Minat

Minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, wawasan akan bertambah luas sehingga akan sangat mempengaruhi peningkatan atau pencapaian prestasi belajar siswa yang seoptimal mungkin karena siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya.

5. Motivasi

Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.

15


(31)

6. Kematangan

Kematangan adalah sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru.

Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan adalah suatu organ atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang apabila dalam diri makhluk telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing-masing kematang itu datang atau tiba waktunya dengan sendirinya, sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil jika anak itu sudah siap atau matang untuk mengikuti proses belajar mengajar.

7. Kesiapan

Preparedes to respon or react, artinya kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi16.

Jadi, dari pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa kesiapan siswa dalam proses belajar mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, dengan demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak positif bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam menerima suatu mata pelajaran dengan baik.

c. Faktor kelelahan

Ada beberapa faktor kelelahan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena ada substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah kurang lancar pada bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat terus menerus karena memikirkan masalah yang

16

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta, Rieneka Cipta 2003 h 59


(32)

berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa, tidak sesuai

dengan minat dan perhatian”.

Dari uraian di atas maka kelelahan jasmani dan rohani dapat mempengaruhi prestasi belajar dan agar siswa belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya seperti lemah lunglainya tubuh. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan rohani seperti memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa tidak sesuai dengan minat dan perhatian. Ini semua besar sekali pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Agar siswa selaku pelajar dengan baik harus tidak terjadi kelelahan fisik dan psikis.

2. Faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern)

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

a. Faktor keluarga

Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat mempengaruhi dari keluarga antara lain: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah.

1. Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak, hal ini dikarenakan keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama17. Keluarga yang sehat besar artinya untuk mendidik dalam ukuran kecil, tetapi bersifat

17


(33)

menentukan mutu pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa dan negara.

Dari pendapat di atas dapat dipahami betapa pentingnya peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang mendidik anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.

2. Relasi antar anggota keluarga

yang penting dalam keluarga adalah relasi orang tua dan anaknya. Selain itu juga relasi anak dengan saudaranya atau dengan keluarga yang lain turut mempengaruhi belajar anak. Wujud dari relasi adalah apakah ada kasih sayang atau kebencian, sikap terlalu keras atau sikap acuh tak acuh, dan sebagainya.

3. Keadaan keluarga

keadaan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak karena dipengaruhi oleh beberapa faktor dari keluarga yang dapat menimbulkan perbedaan individu seperti kultur keluarga, pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, hubungan antara orang tua, sikap keluarga terhadap masalah sosial dan realitas kehidupan.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa keadaan keluarga dapa mempengaruhi prestasi belajar anak sehingga faktor inilah yang memberikan pengalaman kepada anak untuk dapat menimbulkan prestasi, minat, sikap dan pemahamannya sehingga proses belajar yang dicapai oleh anak itu dapat dipengaruhi oleh orang tua yang tidak berpendidikan atau kurang ilmu pengetahuannya.

4. Pengertian orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi


(34)

pengertian dan mendorongnya sedapat mungkin untuk mengatasi kesulitan yang dialaminya.

5. Keadaan ekonomi keluarga

keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya.

6. Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar Oleh karena itu perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, agar mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal.

7. Suasana rumah

Suasana rumah sangat mempengaruhi prestasi belajar, bahwa suasana rumah merupakan situasi atau kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak-anak berada dan belajar18. Suasana rumah yang gaduh, bising dan semwarut tidak akan memberikan ketenangan terhadap diri anak untuk belajar.

Suasana ini dapat terjadi pada keluarga yang besar terlalu banyak penghuninya. Suasana yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota keluarga yang lain yang menyebabkan anak bosan tinggal di rumah, suka keluar rumah yang akibatnya belajarnya kacau serta prestasinya rendah.

18


(35)

b. Faktor sekolah

Faktor sekolah dapat berupa cara guru mengajar, ala-alat pelajaran, kurikulum, waktu sekolah, interaksi guru dan murid, disiplin sekolah, dan media pendidikan, yaitu :

1. Guru dan cara mengajar

faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor penting, bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya turut menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa. Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses , yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.

Dalam kegiatan belajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menhidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Dengan demikian cara mengajar guru harus efektif dan dimengerti oleh anak didiknya, baik dalam menggunakan model, tehnik ataupun metode dalam mengajar yang akan disampaikan kepada anak didiknya dalam proses belajar mengajar dan disesuaikan dengan konsep yang diajarkan berdasarkan kebutuhan siswa dalam proses belajar mengajar.

2. Model pembelajaran

Model atau metode pembelajaran sangat penting dan berpengaruh sekali terhadap prestasi belajar siswa,. Dalam hal ini model atau metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak hanya terpaku pada satu model pembelajaran saja, akan tetapi harus bervariasi yang disesuaikan dengan konsep yang diajarkan dan sesuai dengan


(36)

kebutuhan siswa,. Dimana guru harus bisa menilih dan menentukan metode pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran. Adapun model-model pembelajaran itu, misalnya : model pembelajaran kooperatif, pembelajaran kontekstual, problem solving dan lain sebagainya, dimana model atau metode ini berpengaruh terhadap proses belajar siswa dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

3. Alat-alat pelajaran

Untuk dapat hasil yang sempurna dalam belajar, alat-alat belajar adalah suatu hal yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, misalnya perpustakaan, laboratorium, dan

sebagaianya. sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan

perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar anak.

4. Kurikulum

Kurikulum diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, kegiatan itu sebagian besar menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Kurikulum yang tidak baik akan berpengaruh tidak baik terhadap proses belajar maupun prestasi belajar siswa.

5. Waktu sekolah

Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu sekolah dapat pagi hari, siang, sore bahkan malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa.


(37)

6. Interaksi guru dan murid

Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim, menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar. Oleh karena itu, siswa merasa jenuh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif di dalam belajar.

7. Disiplin sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah ini misalnya mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan pelaksanaan tata tertib, kedisiplinan pengawas atau karyawan dalam pekerjaan administrasi dan keberhasilan atau keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain-lain.

8. Media pendidikan

Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belaajr anak dalam jumlah yang besar pula. Media pendidikan ini misalnya seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media lainnya yang dapat mendukung tercapainya prestasi belajar dengan baik.

c. Faktor Lingkungan Masyarakat

Faktor yang mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa antara lain teman bergaul, kegiatan lain di luar sekolah dan cara hidup di lingkungan keluarganya.

1. Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang telalu banyak misalnya berorganisasi,


(38)

kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.

2. Teman Bergaul

Anak perlu bergaul dengan anak lain, untik mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk perangainya. Perbuatan tidak baik mudah berpengaruh terhadap orang lain, maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul.

Agar siswa dapat belajar, teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek perangainya pasti mempengaruhi sifat buruknya juga, maka perlu diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus bijaksana.

3. Cara Hidup Lingkungan

Cara hidup tetangga disekitar rumah di mana anak tinggal, besar pengaruh terhadap pertumbuhan anak. Hal ini misalnya anak tinggal di lingkungan orang-orang rajib belajar, otomatis anak tersebut akan berpengaruh rajin juga tanpa disuruh.

Faktor eksternal ini dapat menimbulkan pengaruh positif antara lain dilihat dari :

1. Ekonomi keluarga,

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain. Juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis


(39)

menulis, buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.

2. Guru dan cara mengajar

Guru dan cara mengajar merupakan faktor yang penting bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu menyampaikan pengatahuan itu kepada anak-anak didiknya. Ini sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa karena guru yang berpengetahuan tinggi dan cara mengajar yang bagus akan memperlancar proses belajar mengajar sehingga siswa dengan mudah menerima pengetahuan yang disampaikan oleh gurunya.

3. Interaksi guru dan murid

Interaksi guru dan murid dapat mempengaruhi juga dengan prestasi belajar, karena interaksi yang lancar akan membuat siswa itu tidak merasa segan berpartisipasi secara aktif di dalam proses belajar mengajar.

4. Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegaiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, kegiatan keagamaan, dan lain-lain.

5. Teman bergaul

Anak perlu bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisainya karena siswa dapat belajar dengan baik apabila teman bergaulnya baik tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk perangainya.

6. Cara hidup lingkungan

Cara hidup tetangga di sekitar rumah besar pengaruhnya pada pertumbuhan anak Hal ini misalnya anak yang tinggal di lingkungan orang-orang yang


(40)

rajin belajar otomatis anak tersebut akan berpengaruh rajin belajar tanpa disuruh.

Faktor eksternal yang dapat menimbulkan pengaruh negatif bagi prestasi anak adalah:

a. Cara mendidik

Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah anaknya sekolah akan menjadi anak yang kurang bertanggung jawab dan takut menghadapi tantangan atau kesulitan. Juga orang tua yang mendidik anaknya secara keras maka anak tersebut manjadi penakut dan tidak percaya diri.

b. Interaksi guru dan murid

Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intern menyebabkan proses balajar mengajar menjadi kurang lancar juga anak merasa jauh dari guru maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajarnya. Guru yang mengajar bukan pada keahliannya, serta sekolah yang memiliki fasilitas dan sarana yang kurang memadai maka bisa menyebabkan prestasi belajarnya rendah.

Berdasarkan uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa mutu pendidikan yang berkualitas dan prestasi belajar siswa dapat tercipta dari proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh sistem, organisasi serta tenaga yang profesional. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor serta pengaruhnya, baik internal (siswa) ataupun eksternal termasuk disitu adalah guru sebagai tenaga pendidik yang dapat mempengaruhi segala ketercapaian siswa dalam memperoleh prestasi belajar yang maksimal.

Pendidikan dianggap suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan kualitas sumber daya insani untuk pembangunan suatu bangsa. Sering kali kebesaran suatu bangsa diukur dari sejauh mana masyarakatnya mengenyam pendidikan. semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh


(41)

masyarakatnya, maka semakin majulah bangsa tersebut. Kualitas pendidikan tidak saja dilihat dari kemegahan fasilitas pendidikan yang dimiliki, tetapi sejauh mana output (lulusan) suatu pendidikan dapat membangun sebagai manusia yang sempurna sebagaimana tahapan pendidikan.

Pada hakikatnya pendidikan yang menyumbang terhadap pembangunan bangsa adalah pendidikan yang dilakukan secara terstruktur (dalam arti memiliki kurikulum dan pengelolaan yang sistematis). Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan bangsa tentu bukan hanya sekedar penyelenggaraan pendidikan, tetapi pendidikan yang berkualitas yang dapat menghasilkan lulusan yang beprestasi, baik dari sisi input, proses, output, maupun outcome. 19Input pendidikan yang bermutu adalah guru-guru yang bermutu (profesional), peserta didik yang bermutu, kurikulum yang bermutu, fasilitas yang bermutu dan berbagai aspek penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Proses pendidikan yang bermutu adalah proses pembelajaran yang bermutu. Output pendidikan yang bermutu adalah lulusan yang memiliki kompetensi yang disyaratkan, dan outcome pendidikan yang bermutu adalah lulusan yang berprestasi tinggi yang mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi atau terserap pada dunia usaha atau dunia industri.

3. Pendidikan Agama Islam sebagai Bidang Study di Tingkat SMP

Pendidikan Agama Islam merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka menanamkan dan mempersiapkan anak didik dalam meyakini, menghayati dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan. Dalam pendidikan yang lebih dipentingkan adalah pembentukan pribadi anak. Disamping itu Zuhairini memberikan “batasan pendidikan agama islam sebagai suatu usaha, sistematis da pragmatis dalam membantu anak didik supaya mereka dapat hidup dengan ajaran islam”20.

Selanjutnya Zakiyah Darajat mengartikan pendidikan agama islam sebagai berikut :

19 Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, 2002 20


(42)

a. Pendidikan agama islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama isalam serta menjadikannnya sebagai pandangan hidupnya.

b. Pendidikan agama islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran islam.

c. Pendidikan agama islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai pendidikannya ia dapat memahami,

Menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam yang telah diyakininya itu debagai pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat.21

Pengertian tersebut merupakan penjabaran dari pengertian pendidikan agama islam yang terdapat dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sisitem pendidikan Nasioanal, pada pasal 30 ayat 2 yang dalam penjelasannya dikatkan:

“pedidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik

menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan niali-nilai

ajaran agamanya dan/atau menjadi ilmu ahli agama”22 .

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama islam adalah pendidikan yang amenyeluruh yakni menyangkut pendidikan materi dan immateri serta menyangkut kehidupan dunia dan akherat. Di samping itu pendidikan agama islam merupakan suatu mata pelajaran dilaksanakan pada suatu lembaga pendidika tertantu dengan harapan setelah selesai pendidikan agam islam dapat dijadikannya sebagai pedoman dan penghayatan selama hidupnya sehingga dapat menuju kearah yang diridoi oleh Allah SWT. Sekalipun dalam rumusannya pendidikan agama islam sabai mata pelajaran tetapi dalam pelaksanaannya tidak menyangkut pemberian ilmu pengetahuan semata, melainkan yang lebih utama adalah pembantukan, bembinaan dan pengembangan pribadi musllim yang taat kepada Allah SWT serta dapat mengamalkan seluruh ajaran agama islam.

21

Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam,1999 hal 86

22


(43)

2. Dasar pendidikan agama islam

Pada dasarnya pendidikan pelaksanaan agama islam mempunyai dasar-dasar yang kuat, dalam hal ini bahwa dasar-dasar tersebut dapat ditinjau dari tiga aspek, yuridis/hukum, religius dan social psikilogi. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan dasar-dasar tersebut, yaitu :

a. Segi yuridis atau hukum yaitu dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari peraturan perundang-undangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama disekolah atau lembaga pendidikan formal di Indonesia. Dasar dari segi yuridis formal sebagai pada tiga bagia, yaitu :

1. Dasar ideal, yaitu dasar dari falsafah Negara pancasila di mana sila

yang pertama adalah “ketuhanan yang maha esa”.

2. Dasar struktur atau konstitusoanal, yaitu dasar dari UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi sebagai berikut :

b. Negara berdasarkan atas ketuhana Yang Maha Esa

c. Negara menjamin tiap-tiap kemerdakaan penduduk untuk

memeluk agama dan memeluk dan kepercayaan itu.

3. Dasar operasional, yaitu dasar secara langsung mengatur

pelaksanaan pendidikan sakolah-sekolah di Indonesia, hal tersebut terdapat dalam ketetapan MPR No.IV tahun 1978 yang kemudian dikokohkan kembali pada tap. MPR No.IV/MPR/19718 ketetapan MPR No. II/MPR/1983.

b. Dasar raligius adalah dasar-dasar yang bersumber daru agama islam yang tertera dalam al-Quran dan al-Hadits.

c. Dasar sosial psikologis yaitu semua manuasi dalam hidupnya

membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut agama, demikian juga orang-orang muslim memerlukan pendidikan islam agar dapat mengarahkan fitrah mereka kea rah yang benar.23

3. Tujuan Pendidikan Islam

Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan umum, yaitu bimbingan anak didik agar mereka menjadi muslim sejati, beriman teguh, beramal sholeh dan berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan Negara. Tujuan Pendidikan Agama tersebut adalah “merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh setiap orang yang melaksanakan pendidikan agama. Karena dengan menanamkan

23


(44)

keimanan beragama dalam diri seseorang akan menambah ketaatan dalam menjalankan kewajiban agama”24.

Selanjutnya untuk mencapai tujuan aspek ketaqwaan kepada Allah SWT yang merupakan tujuan umum pendidikan agama islam dalam bidang study pendidikan agama islam ditempuh dengan cara :

a. Membina manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran dengan baik, sempurna, sehingga mencerminkan sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya.

b. Mendorong manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

c. Mendidik ahli-ahli agama yang cukup terampil dibidangnya.

Adapun tujuan khusus Pendidikan Agama Islam untuk SMP menurut Zulhairinni adalah :

a. Memberikan Ilmu Pengetahuan Agama Islam

b. Memberikan pengertian agama islam yang sesuai dengan tingkat

kecerdasannya.

c. Memupuk jiwa agama anak.

d. Membimbing anak didik agar mereka mampu beramal shaleh dan berakhlak

mulia25.

B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

1 PENULIS : DIAN MAYA SHOFIANA

JUDUL PENELITIAN :

PROFESIONALISME

GURU DAN HUBUNGANNYA

DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MTS AL-JAMII.AH TEGALLEGA CIDOLOG SUKABUMI

JENIS KARANGAN ILMIAH : SKRIPSI

TEMPAT PENELITIAN : MTS AL-JAMII.AH TEGALLEGA

CIDOLOG SUKABUMI

PERGURUAN TINGGI :

UIN SYARIF HIDAYATULLOH JAKARTA

24

Ibid 2001 h 45

25


(45)

HASIL PENELITIAN :

1. Dari jawaban siswa mengenai

profesionalisme guru dalam bidang studi Fiqih, sebagian besar siswa berpendapat bahwa guru bidang studi Fiqih MTs Al-Jamii.ah Tegallega

Cidolog Sukabumi berada pada

kualifikasi sedang. Sedangkan menurut pendapat sebagian iswa yang lain, guru

empunyai tingkat kompetensi

profesional yang rendah. Dengan

demikian, sesuaidengan data yang ada, profesionalisme guru dalam bidang studi Fiqih di MTs Al-Jamii.ah Tegallega Cidolog Sukabumi adalah berada pada rata-rata sedang atau cukup baik.

2. Nilai rata-rata prestasi hasil belajar Fiqih siswa kelas VII dan VIII MTs Al-Jamii.ah Tegallega Cidolog Sukabumi tergolong cukup baik atau sedang.

3. Terdapat korelasi positif yang

signifikan antara rofesionalisme guru dalam bidang studi Fiqih dengan prestasi hasil belajar Fiqih siswa MTs

Al-Jamii.ah Tegallega Cidolog

Sukabumi. Profesionalisme guru

tersebut dapat mempengaruhi prestasi hasil belajar siswa 50%. Adapun 50% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain.

2 PENULIS : ERIK SUKMAWAN, S.Pd.I

JUDUL PENELITIAN :

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN GURU DAN

KOMPENSASI TERHADAP MUTU PENDIDIKAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH MIFTAHUL HUDA CIPAYUNG GIRANG

MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR

JENIS KARANGAN ILMIAH : TESIS

TEMPAT PENELITIAN :

MADRASAH IBTIDAIYAH MIFTAHUL HUDA CIPAYUNG GIRANG


(46)

BOGOR

PERGURUAN TINGGI :

PROGRAM PASCA SARJANA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMIJAKARTA

HASIL PENELITIAN :

1. Terdapat pengaruh positif antara variabel Latar Belakang Pendidikan Guru (X1) terhadap Mutu Pendidikan (Y) diperoleh nilai hasil analisa sebesar 0,727 sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil analisis bernilai positif, tingkat pengaruhnya Kuat. Maka dilakukan uji hipotesis yang diperoleh dengan nilai thitung sebesar = 2.327 > t0,05(30) = 1,697, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada pengaruh signifikan.

2. Terdapat pengaruh positif antara variabel Kompensasi (X2) terhadap variabel Mutu Pendidikan (Y)

diperoleh nilai sebesar 0,823 sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil analisis bernilai positif dan pengaruhnya sangat kuat. Maka dibuktikan melalui uji hipotesis variabel Kompensasi (X2) yang diperoleh yakni karena nilai thitung = 4.607 > t0,05(30) = 1,697, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada pengaruh yang nyata dan signifikan.

3. Secara simultan ada pengaruh positif antara variabel independen Latar Belakang Pendidikan Guru (X1) dan Kompensasi (X2) terhadap variabel dependen Mutu Pendidikan (Y) dengan komputer program SPSS Versi 12 for Windows diperoleh nilai Model

Summary atau nilai R sebesar 0,853 dan sedangkan nilai R Square sebesar 0,727 atau 72,7%, jadi tingkat pengaruhnya kuat. Sedangkan hasil uji ANOVA atau Fhitung di dapat nilai sebesar 38.698 dimana > dari Ftabel(31) sebesar 2,91 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 karena 0,000 < 0,05, maka dapat

dikatakan secara bersama-sama


(47)

variabel Mutu Pendidikan (Y) di MI Miftahul Huda Megamendung Kabupaten Bogor.

C. KERANGKA BERPIKIR

Guru adalah termasuk suatu profesi yang memerlukan keahlian tertentu dan memiliki tanggung jawab yang harus dikerjakan secara profesional. Karena guru adalah individu yang memiliki tanggung jawab moral terhadap kesuksesan anak didik yang berada dibawah pengawasannya, maka keberhasilan siswa akan sangat dipengaruhi oleh kinerja yang dimiliki seorang guru. Oleh karena itu, guru profesional diharapkan akan memberikan sesuatu yang positif yang berkenaan dengan keberhasilan prestasi belajar siswa. Dalam pelaksanaannya, tanggung jawab guru tidak hanya terbatas kepada proses dalam pentransferan ilmu pengetahuan. Banyak hal yang menjadi tanggung jawab guru, yang salah satunya adalah memiliki kompetensi idealnya sebagaimana guru profesional. Kompetensi di sini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis. Dengan kata lain, guru yang profesional ini memiliki keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga dia mampu melaksanakan tugasnya secara maksimal dan terarah.

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar, seorang guru profesional harus

terlebih dahulu mampu merencanakan program pengajaran. Kemudian

melaksanakan program pengajaran dengan baik dan mengevaluasi hasil pembelajaran sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, seorang guru profesional akan menghasilkan anak didik yang mampu menguasai pengetahuan baik dalam aspek kognitif, afektif serta psikomotorik. Dengan demikian, seorang guru dikatakan profesional apabila mampu menciptakan proses belajar mengajar yang berkualitas dan mendatangkan prestasi belajar yang baik. Demikian pula dengan siswa, mereka baru dikatakan memiliki prestasi belajar yang maksimal apabila telah menguasai materi pelajaran dengan baik dan mampu


(48)

mengaktualisasikannya. Prestasi itu akan terlihat berupa pengetahuan, sikap dan perbuatan.

Kehadiran guru profesional tentunya akan berakibat positif terhadap perkembangan siswa, baik dalam pengetahuan maupun dalam keterampilan. Oleh sebab itu, siswa akan antusias dengan apa yang disampaikan oleh guru yang bertindak sebagai fasilitator dalam proses kegiatan belajar mengajar. Bila hal itu terlaksana dengan baik, maka apa yang disampaikan oleh guru akan berpengaruh terhadap kemampuan atau prestasi belajar anak. Karena, disadari ataupun tidak, bahwa guru adalah faktor eksternal dalam kegiatan pembelajaran yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan proses kegiatan pembelajaran itu. Untuk itu, kualitas guru akan memberikan pengaruh yang sangat berarti terhadap proses pembentukan prestasi anak didik. Maka oleh karena itu, dengan keberadaan seorang guru profesional diharapkan akan mampu memberikan pengaruh positif terhadap kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar serta mampu memaksimalkan hasil prestasi belajar siswa dengan sebaik-baiknya.

D. Hipotesis Penelitian

Ha: Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kemampuan mengajar guru dengan prestasi belajar siswa di SMP Islam Miftahul Huda Cipayung Megamendung Bogor.


(49)

38 BAB III

LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah SMP Islam Miftahul Huda yang beralamat di Jl. Raya Puncak Cipayung No. 58 Kelurahan Cipayung Girang Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor 16770.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan selama tiga bulan terhitung mulai awal maret 2013 sampai dengan akhir Mei 2013 dengan membagi kedalam tiga tahap sebagai berikut :


(50)

39

NO Tahap Ke Waktu Keterangan

1 I (satu) 01 – 31 Maret 2013 Pengumpulan Informasi awal

2 II (Dua) 01 – 30 April 2013 Pengumpulan data

3 III (tiga) 01 – 20 Mei 2013 Pengolahan Data

4 IV (Empat) 21 – 31 Mei 2013 Penyelesaian Penulisan

Laporan Penelitian

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang digunakan adalah metode survey dengan teknik korelasional. Metode survey adalah sebuah metode yang digunakan dengan cara terjun langsung ke lapangan atau tempat penelitian untuk dapat mengetahui kondisi-kondisi yang berhubungan dengan penelitian secara langsung dan melakukan pengamatan-pengamatan serta digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu secara alamiah (bukan buatan) tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuisioner, wawancara terstruktur dan lain-lain.

Sedangkan teknik korelasional adalah teknik analisis statistik yang mengenai hubungan antar dua variable atau lebih. digunakan dengan melakukan berbagai perhitungan statistic untuk dapat mengetahui hubungan antar variabel. Selanjutnya untuk melakukan teknik korelasional terdapat tiga tujuan sebagai berikut :

a. Ingin mencari bukti (berlandaskan pada data yang ada), apakah memang benar antara variabel yang satu dan variabel yang lain terdapat hubungan atau korelasi.

b. Ingin menjawab pertanyaan apakah hubungan antara variabel itu (jika memang ada hubungannya), termasuk hubungan yang cukup kuat, cukupan, ataukah lemah.

c. Ingin memperoleh kejelasan dan kepastian (secara matematik), apakah hubungan antar variabel itu merupakan hubungan yang berarti atau


(51)

40

meyakinkan (signifikan), ataukah hubungan yang tidak berarti atau tidak meyakinkan.1

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”2 . Populasi target dalam penelitian ini seluruh siswa SMP Islam Miftahul Huda Cipayung Megamendung Bogor yang berjumlah 313 orang siswa, sedangkan populasi terjangkaunya adalah seluruh kelas VIII (delapan) SMP Islam Miftahul Huda Cipayung Megamendung Bogor yang berjumlah 113 orang siswa (Lihat Tabel ).

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti

dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu”3 .

Sampel dari penelitian ini diambil dari populasi terjangkau berjumlah 40 orang siswa yang dipilih secara acak. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel acak sederhana (Sample Random Sampling). Pengambilan sampel secara acak sederhana ini dipilih karena :

a. Seluruh siswa kelas VIII (Delapan) memiliki karakteristik yang sama baik dari sisi kemampuan dan latar belakang ekonomi keluarga, oleh sebab itu, semua siswa yang ada di kelas VIII

1

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta 2011 h 188

2

Sugiyono, MetodePenelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2010 h 117

3


(52)

41

(Delapan) SMP Islam Miftahul Huda memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel.

b. Seluruh siswa kelas VIII (Delapan) berada dalam masa pengenalan yang cukup terhadap lingkungan sekolah, mata pelajaran, guru bidang study dan lain-lain, sehingga tetap memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel.

Tabel 1 : Kondisi Keadaan Siswa Kelas VIII (Delapan) SMP Islam Miftahul Huda

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah Total

1 A Laki-laki 22 39

Perempuan 17

2 B Laki-laki 18 37

Perempuan 19

3 C Laki-laki 17 37

Perempuan 20

Total Siswa Kelas VIII (delapan) 113

Pengambilan sampel ini akan diambil secara acak dengan cara setiap nama siswa kelas VIII (delapan) yang berjumlah 113 siswa diberi nomor, kemudian dari 113 nomor itu diambil secara acak sebanyak 40 orang siswa yang kemudian dijadikan sebagai sampel.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Angket

Adalah alat pengumpulan data yang berupa daftar pertanyaan secara tertulis yang akan dibagikan kepada responden dalam penelitian yakni siswa.


(53)

42

Dalam hal ini penulis menggunakan angket sistem tertutup yang berisikan pertanyaan-pertanyaan dengan disertai alternatif-alternatif jawaban yang telah disediakan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun dalam bentuk kuesioner diberikan kepada responden dengan tujuan agar responden dalam memberikan jawaban sesuai dengan tema sentral penilaian ini.

Angket ini diberikan kepada siswa untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan profesional yang dimiliki oleh guru dalam proses belajar mengajar. Angket dibuat dengan model Likert yang mempunyai empat kemungkinan jawaban yaitu ; selalu, sering, kadang-kadang dantidak pernah. Empat jawaban tersebut berarti berjumlah genap, yang berjumlah genap ini dimaksud untuk menghindari kecenderungan responden bersikap ragu-ragu dan tidak mempunyai jawaban yang jelas. Penyusunan angket kompetensi guru mengacu kepada aspek-aspek kemampuan guru (kompetensi profesionalisme guru) yang terdiri dari 25 item dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 2 : Kisi-kisi angket Kemampuan Guru dalam Mengajar

Sub Variabel Indikator Nomor Angket Fase Persiapan

(Kegiatan Awal)

Kemampuan Guru memencanakan program pembelajaran

1, 7, 9, 11, 12, 21

Fase

Pelaksanaan (Kegiatan Inti)

a. Menguasai bahan pelajaran 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20

b. Melaksanakan/mengelola proses belajar mengajar

Fase Evaluasi (Kegiatan Alhir)

c. Menilai kemajuan proses belajar mengajar


(54)

43 2. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan suatu tehnik yang dilakukan untuk memperoleh data mengenai hal-hal variabelyang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti dan lain-lain. Tehnik ini digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan secara autentik seperti data tentang nilai prestasi belajar.

3. Observasi

Teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian dengan tujuan agar dapat diperoleh data-data secara obyektif dan untuk mendukung data yang diperoleh dari hasil penyebaran angket.

4. Wawancara

Adalah teknik pengumpulan data secara langsung untuk mendapatkan data atau informasi yang valid yang berkenaan dengan penelitian. Wawancara ini dilakukan hanya untuk mendukung data hasil angket.

E. Tehnik Analisis Data

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan korelasional, yang memecahakan suatu kasus yang diteliti. Data yang dikumpulkan berasal dari hasil wawancara secara langsung maupun dari data-data tertulis seperti kusioner di sebaran pada siswa yang bersangkutan Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini akan menggunakan ukuran dan teknik pengujian secara statistik agar dapat diperoleh kesimpulan yang valid dengan menggunakan metode korelasi.

Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami bukan oleh orang yang mengumpulkan data saja, tapi juga oleh orang lain. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:


(55)

44

1. Editing

Dalam pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan adalah editing. Ini berarti bahwa semua angket harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan dan kebenaran pengisian angket sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.

2. Scoring

Setelah melalui tahapan editing, maka selanjutnya penulis memberikan skor terhadap pertanyaan yang ada pada angket. Selanjutnya kuesioner diberikan bobot sesuai dengan tingkat kepentingan model skala Likert.Skala Likert ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian:4. Untuk mengetahui nilai dari ketiga instrumen penelitian ini mempunyai empat kemungkinan jawaban yakni sebagai berikut :

Tabel 3 : Pilihan Jawaban

No Jawaban Disingkat Bobot

1 Selalu S 4

2 Sering Sr 3

3 Kadang-kadang K 2

4 Tidak Pernah TP 1

Kemudian hasil seluruh jawaban siswa dengan melihat rata-rata jumlah skor, dengan klasifikasi sebagai berikut:

4


(56)

45

Tabel 4 : Klasifikasi Skor Angket Kemampuan Guru dalam Mengajar Klasifikas Keterangan Jumlah Skor Jawaban

25 – 50 Rendah

51 – 75 Sedang

76 – 100 Tinggi

F. Hipotesis statistic

Selanjutnya adalah penghitungan terhadap hasil skor yang telah ada. Karena penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada korelasi antara kemampuan mengajar guru dengan prestasi belajar siswa, maka yang dipakai adalah rumus

‘‘ r ’’ product moment. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut: N xy – ( X ) (  Y )

r

xy =

{ N X² - (  X )² } { N Y² - (  Y )²}

rxy : Angka indeks korelasi .r. product moment N : Jumlah responden

xy : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y

x : Jumlah seluruh skor x

y : Jumlah seluruh skor y

Kemudian memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi .r. product

moment dengan interpretasi kasar atau sederhana, yaitu dengan mencocokkan perhitungan dengan angka indeks korelasi .r.product moment. Selanjutnya untuk

menentukan data penelitian ini signifikan atau tidak, interpretasi juga menggunakan tabel nilai .r. (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya


(57)

46

df = N - nr

df : degrees of freedom

N : Number of Cases

Nr : Banyaknya variabel (kemampuan mengajar guru dan Prestasi belajar PAI Siswa).

Rumus selanjutnya adalah untuk mencari kontribusi variabel X terhadap variabel Y dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

KD = r² x 100 %

KD : Koefision Determination (kontribusi variabel X terhadap variabel Y). R : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y.


(58)

47 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Sekolah

1. Deskripsi Tempat Penelitian

Lembaga pendidikan formal SMP Islam Miftahul Huda berlokasi di desa Cipayung girang salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor, desa ini merupakan pemekaran dari desa cipayungyang dilakukan pada tahun 1978 dan telah dikukuhkan sebagai desa otonom pada tahun 1981 dengan nomor statistik 350. Berdasarkan klimatologi di daerah ini memiliki iklim sedang dan berada pada ketinggian 610 diatas permukaan laut, jarak dari Ibu kota Jakarta adalah 60 km, 110 km jarak dari Ibu Kota Propinsi, 34 km dari Ibu Kota Kabupaten dan 5 km dari Ibu kota Kecamatan.

Luas daerah desa Cipayung Girang Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor adalah 135 Ha yang berbatasan dengan :


(1)

sebelumnya?

22 Setelah selesai pembelajaran, apakah guru PAI mampu menyimpulkan materi pelajaran dengan baik ?

23 Apakah soal-soal yang diberikan guru PAI dalam ulangan sesuai dengan materi yang diajarkan?

24 Bila guru PAI member tugas, apakah selalu dinilai dan diberikan kepada siswa?

25 Apabila hasil test siswa rendah, apakah siswa diberikan kesempatan memperbaiki?


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)