17
2. Pemusatan industri pada suatu wilayah akan mempercepat pertumbuhan
perekonomian, karena pemusatan industri akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antarwilayah sehingga perkembangan industri di wilayah
tersebut akan mempengaruhi perkembangan wilayah-wilayah lainnya. 3.
Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif industri unggulan dengan industri-industri yang relatif pasif yaitu industri
yang tergantung dengan industri unggulanpusat pertumbuhan. Wilayah yang relatif majuaktif akan mempengaruhi wilayah-wilayah yang relatif pasif.
Menurut Mankiw 2004 suatu negara memberikan perhatian lebih kepada pendidikan terhadap masyarakatnya cateris paribus akan menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang lebih baik daripada tidak melakukannya. Dengan kata lain, investasi terhadap sumberdaya manusia melalui kemajuan pendidikan akan
menghasilkan pendapatan nasional atau pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Apabila investasi tersebut dilaksankan secra relatif merata, termasuk terhadap
golongan berpendapatan rendah, maka kemiskinan akan berkurang.
2.4 Pertumbuhan ekonomi regional
Pembangunan derah berkenaan dengan tingkat dan perubahan selama kurun waktu tertentu suatu set variabel-variabel seperti produksi, penduduk, angkatan
kerja, rasio modal tenaga, dan imbalan bagi faktor dalam daerah dibatasi secara jelas. Laju pertumbuhan daerah-daerah dapat diukur menurut output atau tingkat
pendapatan yang berbeda-beda, dan beberapa daerah mengalami kemunduran jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
18
Menurut models Export-Base, pertumbuhan suatu daerah ditentukan oleh eksploitas kemanfaatan alamiah dan pertumbuhan basis eksport daerah yang
bersangkutan yang juga dipengaruhi oleh tingkat permintaan eksternal dari daerah-daerah lain. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan ekspor akan
mengakibatkan berkembangnya
kegiatan-kegiatan penduduk
setempat, perpindahan modal dan tenaga kerja, keuntungan-keuntungan eksternal, dan
perumbuhan regional lebih lanjut. Dengan demikian untuk meningkatkan pertumbuhan suatu daerah memerlukan strategi pembagunan yang harus sesuai
dengan keuntungan lokasi yang dimilikinya dan tidk harus sama dengan strategi pembangunan pada tingkat nasional.
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonominya meningkat atau lebih tinggi jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya baru terjadi jika jumlah barang dan jasa secara fisik yang dihasilkan perekonomian tersebut
bertambah besar pada tahun-tahun berikutnya. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat ditunjukkan oleh pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan pendapatan masyarakat secara keseluruhan sebagai cerminan kenaikan seluruh nilai tambah value added
yang tercipta di suatu wilayah.
2.5 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori-teori pertumbuhan ekonomi yang berkembang antara lain: Sadono Sukirno, 2006:243-270.
Universitas Sumatera Utara
19
2.5.1 Teori Pertumbuhan Klasik
Teori ini dipelopori o leh Adam Smit h, David Ricardo, Malthus, dan John Stuart Mill. Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat
faktor, yaitu jumlah penduduk, jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi yang digunakan. Mereka lebih menaruh perhatiannya pada
pengaruh pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka asumsikan luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi tidak mengalami
perubahan. Teori yang menjelaskan keterkaitan antara pendapatan perkapita den gan jumlah penduduk disebut dengan teori penduduk optimal.
Menurut teori ini,pada mulanya pertambahan penduduk akan menyebabkan kenaikan pendapatan perkapita. Namun jika jumlah penduduk terus bertambah
maka hukum hasil lebih yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu produksi marginal akan mengalami penurunan, dan akan membawa
pada keadaan pendapatan perkapita sama dengan produksi marginal.Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimal. Jumlah penduduk pada
waktu itu dinamakan penduduk optimal. Apabila jumlah penduduk terus meningkat melebihi titik optimal maka pertumbuhan penduduk akan
menyebabkan penurunan nilai pertumbuhan ekonomi.
2.5.2 Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
Teori ini dikembangkan hampir pada waktu yang bersamaan oleh Roy F. Harrod 1984 di Inggris dan Evsey D. Domar 1957 di Amerika Serikat. Mereka
menggunakan proses perhitungan yang berbeda tetapi memberikan hasil yang sama, sehingga keduanya dianggap mengemukakan ide yang sama dan disebut
Universitas Sumatera Utara
20
teori Harrod-Domar. Teori ini melengkapi teori Keynes, dimana Keynes melihatnya dalam jangka pendek kondisi statis, sedangkan Harrod-Domar
melihatnya dalam jangka panjang kondisi dinamis. Teori Harrod-Domar didasarkan pada asumsi :
a Perkonomian bersifat tertutup.
b Hasrat menabung MPS = s adalah konstan.
c Proses produksi memiliki koefisien yang tetap constant return to scale.
d Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan tingkat
pertumbuhan penduduk. Model ini menerangkan dengan asumsi supaya perekonomian dapat
mencapai pertumbuhan yang kuat steady growthdalam jangka panjang. Asumsi yang dimaksud di sini adalah kondisi dimana barang modal telah mencapai
kapasitas penuh, tabungan memiliki proposional yang ideal dengan tingkat pendapatan nasional, rasio antara modal dengan produksi Capital Output
RatioCOR tetap perekonomian terdiri dari dua sektor Y = C + I.Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar
membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap seluruh
kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut :
g = K = n Dimana :
g = Growth tingkat pertumbuhan output K = Capital tingkat pertumbuhan modal
n = Tingkat pertumbuhan angkatan kerja
Universitas Sumatera Utara
21
Harrod-Domar mendasarkan teorinya berdasarkan mekanisme pasar tanpa campur tangan pemerintah. Akan tetapi kesimpulannya menunjukkan bahwa
pemerintah perlu merencanakan besarnya investasi agar terdapat keseimbangan dalam sisi penawaran dan permintaan barang.
2.5.3 Teori Pertumbuhan Neo-klasik
Teori pertumbuhan neo-klasik dikembangkan oleh Robert M. Solow 1970 dan T.W. Swan 1956. Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan
penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi.Perbedaan utama denganmodel Harrod-Domar adalah
dimasukkannya unsur kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain itu, Solow- Swan menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya
substitusi antara kapital K dan tenaga kerja L. Dengan demikian, syarat-syarat adanya pertumbuhan ekonomi yang baik dalam model Solow-Swan kurang
restriktif disebabkan kemungkinan substitusi antara tenaga kerja dan modal. Hal ini berarti ada fleksibilitas dalam rasio modal-output dan rasio modal-tenaga
kerja. Teori Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat
menciptakan keseimbangan, sehingga pemerintah tidak perlu terlalu banyak mencampuri atau mempengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga sumber yaitu, akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan
peningkatan teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan teknik, sehingga produktivitas capital meningkat. Dalam model tersebut, masalah
Universitas Sumatera Utara
22
teknologi dianggap sebagai fungsi dari waktu. Teori neo-klasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar
kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna, perekonomian bisa tumbuh maksimal. Sama seperti dalam ekonomi
model klasik, kebijakan yang perlu ditempuh adalah meniadakan hambatan dalam perdagangan, termasuk perpindahan orang, barang, dan modal. Harus dijamin
kelancaran arus barang, modal, dan tenaga kerja, dan perlunya penyebarluasan informasi pasar. Harus diusahakan terciptanya prasarana perhubungan yang baik
dan terjaminnya keamanan, ketertiban, dan stabilitas politik. Analisis lanjutan dari paham neoklasik menunjukkan bahwa untuk terciptanya suatu pertumbuhan yang
mantap steady growth , diperlukan suatu tingkat saving yang tinggi dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali.
2.5.4 Teori Schumpeter
Teori ini menekankan pada inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha dan mengatakan bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh jiwa usaha
enterpreneurship dalam masyarakat yang mampu melihat peluang dan berani mengambil risiko membuka usaha baru, maupun memperluas usaha yang telah
ada. Dengan pembukaan usaha baru dan perluasan usaha, tersedia lapangan kerja tambahan untuk menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap tahunnya.
Didorong oleh adanya keinginan untuk memperoleh keuntungan dari inovasi tersebut, maka para pengusaha akan meminjam modal dan mengadakan investasi.
Investasi ini akan mempertinggi kegiatan ekonomi suatu negara. Kenaikan
Universitas Sumatera Utara
23
tersebut selanjutnya juga akan mendorong pengusaha-pengusaha lain untuk menghasilkan lebih banyak lagi sehingga produksi agregat akan bertambah.
Selanjutnya Schumpeter menyatakan bahwa jika tingkat kemajuan suatu perekonomian semakin tinggi maka keinginan untuk melakukan inovasi semakin
berkurang, hal ini disebabkan oleh karena masyarakat telah merasa mencukupi kebutuhannya. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi akan semakin lambat
jalannya dan pada akhirnya tercapai tingkat keadaan tidak berkembang stationary state. Namun keadaan tidak berkembang yang dimaksud di sini berbeda dengan
pandangan klasik. Dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi. Sedangkan dalam pandangan
klasik, keadaan tidak berkembang terjadi pada waktu perekonomian berada pada kondisi tingkat pendapatan masyarakat sangat rendah.
2.6 Pendapatan Regional
Informasi hasil pembangunan ekonomi yang telah dicapai dapat dimanfaatkan sebagai bahan perencanaan maupun evaluasi pembangunan. Untuk
dapat mengukur seberapa jauh keberhasilan pembangunan, khususnya di bidang ekonomi salah satu alat yang dapat dipakai sebagai indikator pertumbuhan
ekonomi di suatu wilayah adalah melalui penyajian angka-angka pendapatan regional. Pendapatan regional didefinisikan sebagai nilai produksi barang-barang
dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam suatu wilayah selama satu tahun Sukirno, 1985:17. Sedangkan menurut Tarigan 2007:13,
pendapatan regional adalah tingkat pendapatan masyarakat pada suatu wilayah
Universitas Sumatera Utara
24
analisis. Tingkat pendapatan regional dapat diukur dari total pendapatan wilayah ataupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut.
Beberapa istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan pendapatan regional, diantaranya adalah:
1. Produk Domestik Regional Bruto PDRB.
PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto gross value added yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu.
Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produksi output dikurangi dengan biaya antara intermediate cost. Komponen-komponen nilai tambah bruto
mencakup komponen-komponen faktor pendapatan upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan, penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jadi
dengan menghitung nilai tambah bruto dari dari masing-masing sektor dan kemudian menjumlahkannya akan menghasilkan Produk Domestik Regional
Bruto PDRB. Sektor-sektor perekonomian berdasarkan lapangan usaha yang tercakup dalam PDRB, yaitu:
a. Pertanian.
b. Pertambangan dan Penggalian.
c. Industri Pengolahan.
d. Listrik, Gas dan Air Bersih.
e. BangunanKonstruksi.
f. Perdagangan, Hotel dan Restoran.
g. Pengangkutan dan Komunikasi.
h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
25
i. Jasa-jasa.
2. Produk Domestik Regional Netto PDRN atas Dasar Harga Pasar. PDRN
dapat diperoleh dengan cara mengurangi PDRB dengan penyusutan. Penyusutan yang dimaksud di sini adalah nilai susut aus atau pengurangan
nilai barang-barang modal mesin-mesin, peralatan, kendaraan dan lain- lainnya karena barang modal tersebut dipakai dalam proses produksi. Jika
nilai susut barang-barang modal dari seluruh sektor ekonomi dijumlahkan, hasilnya merupakan penyusutan keseluruhan.
3. Produk Domestik Regional Netto PDRN atas Dasar Biaya Faktor. Jika
pajak tidak langsung netto dikeluarkan dari PDRN atas Dasar Harga Pasar, maka didapatkan Produk Regional Netto atas Dasar Biaya Faktor Produksi.
Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, bea ekspor, bea cukai, dan pajak lain-lain, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseroan. Perhitungan
pendapatan regional metode langsung dapat dilakukan melalui tiga pendekatan Tarigan, 2007:24, yaitu:
1. Pendekatan Pengeluaran Expenditure Approach.
Pendekatan pengeluaran adalah penentuan pendapatan regional dengan menjumlahkan seluruh nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang
diproduksi di dalam suatu wilayah. Total penyediaan barang dan jasa dipergunakan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta
yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto investasi, perubahan stok dan eskpor netto ekspor-impor.
2. Pendekatan Produksi Production Approach.
Universitas Sumatera Utara
26
Perhitungan pendapatan regional berdasarkan pendekatan produksi dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan oleh
tiap-tiap sektor produksi yang ada dalam perekonomian. Maka itu, untuk menghitung pendapatan regional berdasarkan pendekatan produksi, maka
pertama-tama yang harus dilakukan ialah menentukan nilai produksi yang diciptakan oleh tiap-tiap sektor di atas. Pendapatan regional diperoleh
dengan cara menjumlahkan nilai produksi yang tercipta dari tiap-tiap sektor.
3. Pendekatan Penerimaan Income Approach.
Dengan cara ini pendapatan regional dihitung dengan menjumlahkan pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam memproduksi
barang-barang dan jasajasa. Jadi yang dijumlahkan adalah: upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung netto.
2.7 Pembangunan Ekonomi