Perekonomian Provinsi Aceh dan Kabupaten Aceh Tenggara Menganalisis Daya Saing Komoditas Unggulan

44 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Aceh Tenggara Sumber: Data Olahan BPS Aceh Tenggara, 2014

4.2 Perekonomian Provinsi Aceh dan Kabupaten Aceh Tenggara

Sektor pertanian menjadi usaha andalan bagi penduduk Provinsi Aceh. Perekonimian Provinsi Aceh sangat dipengaruhi oleh sektor pertanian, dalam hal ini sektor pertanian merupakan salah satu sumber yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap pembentukan pertumbuhan ekonomi di Aceh. Kinerja sektor pertanian juga menunjukkan peningkatan yang signifikan dilihat dari pendapatan yang semakin meningkat yang diperoleh dari sektor pertanian begitu juga di Kabupaten Aceh Tenggara. No Kecamatan Penduduk 1 Lawe Alas 17.177 2 Babul Rahmah 8.327 3 Tanoh Alas 4.582 4 Lawe Sigala-gala 18.407 5 Babul Makmur 13.910 6 Semadam 11.651 7 Lauser 6.980 8 Bambel 15.752 9 Bukit Tusam 8.382 10 Lawe Sumur 7.394 11 Babussalam 27.043 12 Lawe Bulan 12.733 13 Bandur 14.244 14 Darul Hasanah 12.905 15 Ketambe 9.385 16 Dateng Pokhisen 7.387 Total 196.249 Universitas Sumatera Utara 45 Tabel 4.3 Pendapatan Berdasarkan Sektor Pertanian N o Daerah Pendapatan Sektor Pertanian 2010 2011 2012 2013 2014 1 Provinsi Aceh 19.445.637,4 21.100.406,4 22.856.797,4 25.207.879,2 27.508.546,7 2 Kabupaten Aceh Tenggara 834.553,2 943.225,2 1.036.556,7 1.180.758,9 1.266.584,6 Sumber: Data Olahan BPS Tabel 4.4 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku N o Daerah Pendapatan Sektor Pertanian 2010 2011 2012 2013 2014 1 Provinsi Aceh 101.545.237 104.874.211 108.914.898 111.992.282 113.836.046 2 Kabupaten Aceh Tenggara 2.337.741,7 2.464.436,1 2.578.093 2.721.063,7 2.821.939 Sumber: Data Olahan BPS Dari tabel diatas dapat dilihat peningkatan yang cukup besar setiap tahunnya baik dari Provinsi Aceh maupun Kabupaten Aceh Tenggara. Pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian dalam 3 tahun terakhir rata-rata mencapai 5 dengan kontribusi pangsa pasar sebesar 27. Sektor pertanian memberikan kontribusi cukup besar terhadap pembentukan pertumbuhan ekonomi.

4.3 Menganalisis Daya Saing Komoditas Unggulan

Dalam menganalisis daya saing komoditas unggulan yang akan dijadikan salah satu produk ekspor, maka dapat dilakukan dengan cara :  Ekspor Share Produk Ekspor share produk dapat diperoleh dengan cara membandingkan nilai ekspor komiditas suatu negara dengan total ekspor dunia, berikut dapat dilihat nilai ekspor share produk. Universitas Sumatera Utara 46 Tabel 4.5 Ekspor Share Produk No Keteranga 2010 2011 2012 2013 2014 Rata- rata 1 Ekspor Share Produk 0,034 0.032 0,036 0,038 0.040 0.036 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setiap tahunnya eskpor share mengalami fluktuasi atau naik turunnya nilai. Hal ini disebabkan karena jumlah ekspor negara juga mengalami penurunan setiap tahunnya. Untuk meningkatkan nilai ekspor share produk maka diperlukannya peran pemerintah agar membantu serta membuat kebijakan-kebijakan yang dapat membantu meningkatnya nilai ekspor negara.  Kontribusi Produk Unggulan dalam Perdagangan Internasional Ekspor Nilai kontribusi produk unggulan dalam perdagangan internasional ekspor dapat dilihat pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Kontribusi Produk Unggulan dalam Perdagangan Internasional No Keteranga 2010 2011 2012 2013 2014 Rata- rata 1 Kontribusi Produk Unggulan dalam Perdagangan Internasional 3,41 4,47 4,31 4,46 5,25 4,38 Universitas Sumatera Utara 47 Gambar 4.2 Kontribusi Produk Unggulan dalam Perdagangan Internasional Dari diagram diatas dapat jelaskan bahwa kontribusi produk unggulan dalam perdagangan internasional setiap tahunnya mengalami peningkatan, hal ini berarti memiliki dampak positif dalam upaya meningkatkan neraca perdangan Indonesia dan sangat diperlukan peran pemerintah agar lebih dapat menjalin kerja sama ekonomi baik bilateral maupun regional.  Revealled Comparative Advantage RCA Keunggulan kompearatif atau daya saiang ungguan produk dapat dilihat pada tabel 4.7 Tabel 4.7 Revealled Comparative Advantage RCA No Keteranga 2010 2011 2012 2013 2014 Rata- rata 1 Revealled Comparative Advantage RCA 0,034 0,032 0,036 0,038 0,040 0.036 3,41 4,47 4,31 4,46 5,25 2010 2011 2012 2013 2014 Universitas Sumatera Utara 48 Dari tabel diatas dapat lihat bahwa nilai Recealled Comparative Advantage hampir setiap tahunnya mengalami peningkatan, hal ini berarti daya saiang komuditas memiliki nilai yang positif tetapi secara teori daya saing komuditas ini dikatakan lemah karena nilai RCA 1atau sampai mendekati angka 0.  Index of Trade Cincentration Indek ini digunakan untuk mengukur kerentanan terhadap pasar, nilai indeks ini dapat dilihat pada tabel 4.8 Tabel 4.8 Index of Trade Cincentration No Keteranga 2010 2011 2012 2013 2014 Rata- rata 1 Index of Trade Cincentration 0,0341 0,0319 0,0363 0,0381 0,0395 0.0359 Tabel diatas merupakan nilai untuk mengukur kerentanan terhadap pasar, setiap tahunnya nilai tersebut mengalami peningkatkan tetapi ini belum memberikan gambaran yang baik dalam persaingan pasar.  Indek Spesialisasi Perdagangan ISP Indeks Spesialisasi Perdagangan ISP digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan perkembangan suatu produk. ISP ini dapat menggambarkan apakah untuk suatu jenis produk, Indonesia cenderung menjadi negara eksportir atau importir, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.9 Tabel 4.9 Indek Spesialisasi Perdagangan ISP No Keteranga 2010 2011 2012 2013 2014 Rata- rata 1 Indek Spesialisasi Perdagangan ISP 0,218 0,242 0,194 0,205 0,237 0.219 Universitas Sumatera Utara 49 Dari hasil perhitungan indek spesialisasi perdagangan IPS yang dapat dilihat pada tabel 4.9 maka dapat disimpulkan bahwa negara Indonesia merupakan negara yang cendung sebagai importir dikarenakan nilai rata-rata indek spesialisasi perdagangan kurang dari 0,5 ISP 0,5.

4.4 Metode Location Quotient