BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
Berdasarkan  hasil  penelitian  dan  pembahasan  yang  dilakukan,  maka kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.  Secara  serempak  return  on  equity,  debt  to  equity  ratio,  growth,  dan collaterizable  assets  berpengaruh  signifikan  terhadap  dividend  payout  ratio
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011- 2014.
2.  Secara  parsial  menunjukkan  bahwa  variabel  debt  to  equity  ratio  berpengaruh negatif  dan  signifikan  terhadap  dividend  payout  ratio,  return  on  equity,
growth,  dan  collaterizable  assets  berpengaruh  tidak  signifikan  terhadap dividend payout ratio, perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2011-2014.
5.2 Saran
Dari kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
1.
Bagi  investor  dan  calon  investor,  sebaiknya  mengetahui  kinerja  dan  profil perusahaan terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi
pada perusahaan pertambangan. 2.   Bagi  perusahaan  emiten,  sebaiknya  memperhatikan  kestabilan  pembayaran
dividend  payout  ratio  setiap  tahunnya  karena  investor  akan  lebih  tertarik
Universitas Sumatera Utara
untuk  berinvestasi  pada  perusahaan  yang  stabil  dalam  pembayaran  dividend payout ratio.
3.  Bagi  peneliti  selanjutnya,  diharapkan  untuk  menilai  faktor-faktor  lain  yang mempengaruhi  dividend  payout  ratio  dan  menambah  periodeisasi  data  yang
lebih panjang untuk melakukan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Dividen
Kebijakan  dividen  adalah  keputusan  apakah  laba  yang  diperoleh perusahaan  akan  dibagikan  pemegang  saham  sebagai  dividen  atau  akan  ditahan
guna  pembiayaan  investasi  di  masa  yang  akan  datang.  Apabila  perusahaan memilih  untuk  membagikan  laba  sebagai  dividen,  maka  akan  mengurangi  laba
yang  ditahan  dan  selanjutnya  akan  mengurangi  total  sumber  dana  intern  atau Internal Financing Sartono, 2001.
Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai  pertumbuhan  perusahaan,  sedangkan  dividen  merupakan  aliran  kas
yang dibayar kepada para pemegang saham Riyanto, 2001. Dividen merupakan nilai  pendapatan  bersih  perusahaan  setelah  pajak  dikurangi  dengan  laba  ditahan.
Dividen  ini  untuk  dibagikan  kepada  para  pemegang  saham  sebagai  keuntungan dari  laba  perusahaan.  Rasio  pembayaran  dividen  dividend  payout  ratio  yaitu
perbandingan  antara  dividend  per  share  dengan  earning  per  share.  Keputusan mengenai  jumlah  laba  yang  akan  ditahan  dan  dividen  yang  akan  dibagikan
diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Pernyataan  Standar  Akuntansi  Indonesia  2007,  dalam  PSAK  No.  23,
merumuskan  dividen  sebagai  distribusi  laba  kepada  pemegang  saham  sesuai dengan  proporsi  mereka  dari  jenis  modal  tertentu.  Laba  bersih  perusahaan
berdampak berupa peningkatan saldo laba ditahan retained earnings perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Apabila saldo laba didistribusikan kepada pemegang saham maka saldo laba akan berkurang sebesar nilai yang didistribusikan kepada pemegang saham.
Sebagaimana definisi dividen  yang telah diungkapkan Ross  et  al.  2005  : 606  yang  mendefinisikan  “dividen  sebagai  pembayaran  kepada  pemilik
perusahaan  yang  diambil  dari  keuntungan  perusahaan,  baik  dalam  bentuk  saham maupun  tunai”,  artinya  hanya  perusahaan  yang  membukukan  keuntungan  yang
dapat  membagikan  dividen  karena  dividen  diambil  dari  keuntungan  perusahaan dan bahwa dividen tunai cash dividend umumnya lebih menarik bagi pemegang
saham dibandingkan dengan dividen saham stock dividend. Bagi  perusahaan  go  public,  kebijakan  dividen  merupakan  kebijakan  yang
penting  di  dalam  semua  kebijakan  keuangan  lainnya.  Menurut  Bangun  et  al. 2007, kebijakan dividen adalah kebijakan perusahaan dalam menentukan apakah
akan  membayar  dividen  atau  tidak,  meningkatkan  atau  mengurangi  jumlah dividen, atau membayar dividen dengan jumlah yang sama dengan yang dibagikan
pada periode sebelumnya. Kebijakan dividen dapat dihitung dengan beberapa cara analisis diantaranya adalah Dividend Payout Ratio DPR dan Dividend per Share
DPS.
2.1.2 Kebijakan Dividen
1. Pengertian Kebijakan  dividen  dipengaruhi  dua  kepentingan  yang  saling  bertolak
belakang,  yaitu  kepentingan  pemegang  saham  dengan  dividennya,  dan kepentingan perusahaan untuk melakukan reinvestasi dengan menahan laba. Dari
sisi pemegang saham, dividen merupakan salah satu motivator untuk menanamkan
Universitas Sumatera Utara
dana  di  pasar  modal.  Pemegang  saham  lebih  memilih  dividen  yang  berupa  kas dibandingkan  dengan  capital  gain.  Perilaku  ini  diakui  oleh  Gordon-Lintner
sebagai “the  bird in the hand theory” bahwa satu burung ditangan lebih berharga
daripada  seribu  burung  diudara.  Selain  itu  pemegang  saham  juga  dapat mengevaluasi  kinerja  perusahaan  dengan  menilai  besarnya  dividen  yang
dibagikan.  Sedangkan  dari  sisi  perusahaan,  kebijakan  dividen  sangat  penting, karena  jika  perusahaan  memilih  untuk  membagikan  laba  sebagai  dividen  maka
akan mengurangi laba yang ditahan perusahaan, dan selanjutnya mengurangi total sumber  dana  intern  atau  internal  financing.  Sebaliknya  jika  perusahaan  memilih
untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.
2. Kebijakan Pembagian Dividen
Menurut  Sutrisno,  2003  :  304  ada  beberapa  bentuk  dividen  yang  akan dibagikan kepada pemegang saham antara lain :
1. Pembagian dividen secara tunai atau  cash dividend. Pembagian dividen secara tunai terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :
a. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil Kebijakan  Pemberian  yang  stabil  ini  artinya  dividen  akan  diberikan  secara
tetap  per  lembarnya  untuk  jangka  tertentu  walaupun  laba  yang  diperoleh perusahaan  berfluktuasi.  Dividen  stabil  ini  dipertahankan  untuk  beberapa
tahun,  dan  kemudian  bila  laba  yang  diperoleh  meningkat  dan peningkatannya  mantap  dan  stabil,  maka  dividen  juga  akan  ditingkatka
untuk  selanjutnya  dipertahankan  selama  beberapa  tahun.  Kebijakan
Universitas Sumatera Utara
pemberian dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan, yaitu : 1 dapat meningkatkan harga saham, sebab dividen
yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai risiko lebih kecil, 2 dapat  memberikan  kesan  kepada  para  investor  bahwa  perusahaan
mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, 3 dapat menarik investor  yang  memanfaatkan  dividen  untuk  keperluan  konsumsi,  sebab
dividen selalu dibayarkan. b. Kebijakan Dividen Meningkat
Dengan  kebijakan  ini,  perusahaan  akan  membayarkan  dividen  kepada pemegang  saham  dengan  jumlah  yang  selalu  meningkat  dengan
pertumbuhan yang stabil. c. Kebijakan Dividen dengan Ratio yang Konstan
Kebijakan  ini  memberikan  dividen  yang  besarnya  mengikuti  besarnya  laba yang  diperoleh  oleh  perusahaan.  Semakin  besar  laba  yang  diperoleh
semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil,  dividen  yang  dibayarkan  juga  kecil.  Dasar  yang  digunakan  sering
disebut Dividend Payout Ratio. d. Kebijan Pemberian Dividen Reguler yang Rendah ditambah Ekstra
Kebijakan  dengan  cara  ini,  perusahaan  menentukan  jumlah  pembayaran dividen  per  lembar  yang  dibagikan  kecil,  kemudian  ditambahkan  dengan
ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.
Universitas Sumatera Utara
2. Pembagian Stock Dividend Salah  satu  kebijakan  yang  bisa  diambil  oleh  perusahaan  adalah  dengan
memberikan  dividen  tidak  dalam  bentuk  uang,  tetapi  dividen  diberikan  dalam bentuk  saham.  Artinya,  pemegang  saham  akan  diberi  tambahan  saham  sebagai
pengganti cash dividend. Pemberian stock dividend tidak akan mengubah besarnya jumlah modal sendiri, tetapi akan mengubah komposisi modal sendiri perusahaan
yang  bersangkutan.  Karena  pada  dasarnya  pemberian  stock  dividend  ini  akan mengurangi  pos  laba  ditahan  di  neraca  dan  akan  ditambahkan  ke  pos  modal
saham. 3. Kebijakan Stock Split
Apabila harga pasar saham suatu perusahaan terlalu tinggi, mengakibatkan banyak  investor  kurang  berminat  terhadap  saham  perusahaan.  Oleh  karena  itu
perusahaan  bisa  mengambil  kebijaksanaan  untuk  meningkatkan  jumlah  lembar saham  melalui  stock  split  yaitu  pemecahan  nilai  nominal  saham  kedalam  nilai
nominal  yang  lebih  kecil.  Dengan  stock  split  ini  jumlah  lembar  saham  menjadi lebih  banyak,  maka  mengakibatkan  harga  saham  turun.  Oleh  karena  itu  dengan
stock split  harga  saham  menjadi  lebih murah, sehinggan harga psar masih  dalam trading range tertentu.
4. Kebijakan Repurchase Stock Repurchase  Stock  adalah  pembelian  kembali  saham-saham  perusahaan
yang dimiliki oleh pemegang saham atau investor.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Bentuk Kebijakan  Dividen
Menurut  Kieso  et  al.  2005  :  358,  ada  beberapa  jenis  kebijakan  dividen yang digolongkan menjadi beberapa bentuk, yaitu :
1. Dividen Tunai Cash Dividend Dividen  tunai  adalah  bentuk  dividen  yang  paling  wajib  digunakan  oleh
pihak  perusahaan.  Bagi  suatu  perusahaan,  dividen  ini  menyebabkan  penurunan laba yang dibagi dan nilai kas, kewajiban lancar untuk hutang dividen diakui pada
tanggal  pengumuman  dividen.  Kewajiban  ini  dihapus  ketika  cek  dividen dikirimkan kepada para pemegang saham.
2. Dividen Harta Property Dividend Dividen  harta  adalah  dividen  yang  dibagikan  kepada  pemegang  saham
yang  dibayarkan  dengan  aktiva  selain  kas.  Seringkali  aktiva  yang  akan didistribusikan adalah sekuritas perusahaan lain yang dimiliki perusahaan. Dengan
demikian, perusahaan memindahkan hak kepemilikannya dalam sekuritas tersebut kepada  para  pemegang  saham.  Dividen  harta  biasanya  hanya  terjadi  dalam
perseroan  yang  bersifat  tertutup.  Dividen  harta  dinilai  dengan  nilai  terbawa Carrying Value, jika nilai pasar yang wajar tidak dapat ditentukan.
3. Dividend Likuidasi Liquidating Dividend Dividen  likuidasi  yaitu  suatu  pembagian  yang  merupakan  pengembalian
modal  setoran  kepada  pemegang  saham.  Dividen  ini  merupakan  peluang  bagi investasi yang dibukukan dengan mengurangi modal setoran.
Universitas Sumatera Utara
4. Dividen Saham Stock Dividend Dividen  saham  merupakan  pembagian  dividen  bukan  dalam  bentuk  uang
tunai,  namun  dengan  memberikan  dalam  bentuk  lembar  saham.  Jadi  pembagian stock  dividend  akan  meningkatkan  jumlah  saham  yang  dimiliki  shareholders.
Perusahaan  sering  kali  membayar  stock  dividend  sebagai  pengganti  atau pelengkap  dividen  kas.  Dividen  saham  memungkinkan  perusahaan  untuk  tetap
menggunakan aset bersih yang dihasilkan dari laba bersih dan bersamaan dengan itu menawarkan tambahan saham kepemilikan kepada pemegang saham.
2.1.4 Teori Dividen
1. Residual Dividend Theory Teori  dividen  yang  dinamakan  residual  dividend  theory,  seperti  yang
dikutip  dari  Keown  et  al.  2003,  menyatakan  bahwa  dividen  yang  dibayarkan seharusnya  sejumlah  modal  yang  tersisa  dari  alokasi  pendanaan  proyek  atau
investasi dalam gambaran menguntungkan. Van Horne 2005 : 299, berpendapat bahwa  teori  ini  juga  menyatakan  bahwa  dividen  tidak  relevan,  karena
mengasumsikan investor memiliki preferensi yang sama antara kas yang dijadikan dividen  atau  yang  ditahan  perusahaan.  Apabila  proyek  atau  investasi  yang
ditargetkan perusahaan menjanjikan return lebih besar dari pada required return, maka  investor  lebih  senang  jika  perusahaan  menahan  kas  dari  pada
memberikannya sebagai  dividen. Begitu pula sebaliknya.  Lebih  lanjut,  Keown  et al.  2003,  memberikan  kesimpulan  bahwa  pada  teori  ini,  kebijakan  dividen
dipengaruhi oleh :
Universitas Sumatera Utara
1. Kesempatan investasi perusahaan, 2. Struktur modal, dan
3.  Ketersediaan  dari  modal  yang  dihasilkan  sendiri  atau  internal internally generated capital
Menurut  Keown  et  al.  2003,  kebijakan  dividen  adalah  pengaruh  yang pasif  karena  tidak  memiliki  pengaruh  langsung  pada  harga  pasar  saham.  Maka
teori  diatas  menyatakan  bahwa dividen akan dibagikan bila perusahaan  memiliki dana sisa residu, dan apabila perusahaan tidak memiliki dana sisa tersebut maka
tidak  akanada  pembagian  dividen.  Keputusan  dividen  adalah  residual  karena perusahaan  lebih  cenderung  membiayai  investasinya  dengan  pendanaan  internal
dari  laba  ditahan  retained  earnings  dibandingkan  pendanaan  eksternal  hutang atau  saham.  Karena  pendanaan  internal  tentu  saja  jauh  lebih  murah,  dan  tidak
akan  ada  percampuran  dari  pihak  perusahaan  lain,  baik  dari  dalam  maupun  dari luar perusahaan.
2. Clientele Effect Theory
Dalam  Keown  et  al.  2003,  teori  mengenai  clientele  effect  menjelaskan bahwa  investor  memiliki  tipikal  serta  preferensi  yang  berbeda-beda  atas  return
dalam  investasi  saham.  Investor  individu  dan  institusional  yang  kebutuhannya mendesak atau current income akan lebih memilih berinvestasi pada perusahaan-
perusahaan  yang  memberikan  pembayaran  dividen  kas  yang  besar.  Sedangkan investor lainnya, terutama bagi yang cenderung menghindari pajak, lebih memilih
berinvestasi  pada  perusahaan-perusahaan  yang  memberikan  dividen  yang  kecil namun capital gain yang besar.
Universitas Sumatera Utara
3. Bird In The Hand Theory Menurut  Keown  et  al.  2003,  bird  in  the  hand  theory  merupakan  teori
yang memiliki keyakinan bahwa pendapatan dividen memberikan nilai yang lebih tinggi  kepada  investor  dibandingkan  pendapatan  capital  gain.  Karena  dividen
dinilai memiliki tingkat kepastian yang lebih tinggi dari pada capital gain. 4. Signaling Theory
Selain  itu  perubahan  dalam  kebijakan    dividen  dapat  dijadikan  investor sebagai  sinyal  mengenai  keadaan  keuangan  perusahaan,  khususnya  mengenai
earnings  power.  Jadi,  kenaikan  dividen  yang  melebihi  perkiraan  dapat  menjadi sinyal  bagi  investor  bahwa  manajemen  memprediksikan  kenaikan  laba  yang
signifikan  di  masa  depan,  begitu  pula  sebaliknya.  Hal  ini  berdasarkan  pada signaling theory.
Wirjokulito  et  al,  2003  merangkum  beberapa  penelitian  yang memperkenalkan model persinyalan di dalam kebijakan dividen perusahaan. Teori
ini  menjelaskan  bahwa  dividen  berisi  informasi  mengenai  tingkat  keuntungan sekarang  maupun  di  masa  yang  akan  datang.  Hipotesis  persinyalan  menjelaskan
bahwa  perusahaan  menggunakan  dividen  untuk  memberikan  sinyal  adanya informasi  asimetris,  yang  artinya  bahwa  dividen  tersebut  dapat  mengubah
ekspektasi  perusahaan  atas  keuntungan  di  masa  yang  akan  datang  dan  membuat perubahan  atas  harga  saham  biasa.  Penelitian  Aharony  dan  Swary  1980  yang
dikutip oleh Wirjokulito et al. 2003 yang memusatkan perhatian pada hubungan antara  sinyal  dan  pergerakan  saham,  bahwa  penggunaan  dividen  sebagai  sinyal
Universitas Sumatera Utara
akan bereaksi positif terhadap peningkatan dividen harga saham meningkat dan negatif terhadap pemotongan dividen penurunan harga saham.
Dalam  signaling  theory  ini  juga  mengatakan  bahwa  penurunan  dividen terlihat  manajemen  yang  tidak  optimis  terhadap  kemajuan  perusahaan  dan  akan
memberikan  sinyal  negatif  bagi  pasar.  Sebaliknya,  peningkatan  dividen menunjukkan bahwa manajemen yakin akan prospek masa depan perusahaan dan
merupakan sinyal yang direspon positif oleh pasar. 5. Tax Preference Theory
Jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka saham  yang memiliki nilai  pertumbuhan tinggi  menjadi lebih
menarik.  Sebaliknya,  jika  capital  gain  dikenai  pajak  yang  sama  dengan pendapatan  atas  dividen,  maka  keuntungan  capital  gain  menjadi  berkurang.
Namun demikian karena pajak atas capital gain akan dibayar setelah saham dijual, sementara  pajak  atas  dividen  harus  dibayar  setiap  tahun  setelah  pembayaran
dividen. Selain itu periode investasi juga mempengaruhi pendapatan investor. Jika investor  hanya  membeli  saham  untuk  jangka  waktu  satu  tahun,  maka  tidak  ada
bedanya  antar  pajak  atas  capital  gain  dan  pajak  atas  dividen.  Jadi  investor  akan meminta tingkat keuntungan setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang
memiliki dividen yield yang tinggi dari pada saham dengan yield yang rendah. Berdasarkan  teori  tax  preference,  investor  mungkin  menyetujui  menahan
laba dari pada menerima pembagian dividen karena alasan yang berkaitan dengan pajak.  Perlakuan  yang  menguntungkan  dari  capital  gain  melebihi  dividen  akan
Universitas Sumatera Utara
mengarahkan  investor  untuk  lebih  memilih  pembayaran  yang  lebih  rendah  dari pada pembayaran dividen dalam jumlah yang lebih tinggi.
Berdasarkan  POH  Pecking  Order  Hypothesis,  yang  dikemukakan  oleh Myers  dan  Majluf  1984,  perusahaan  lebih  mengutamakan  dana  internal  dari
pada  dana  eksternal  dalam  aktivitas  pendanaan.  Kecukupan  dana  internal  dapat dilihat  dari  besarnya  laba,  laba  ditahan,  atau  arus  kas.  Apabila  dana  eksternal
dibutuhkan,  maka  perusahaan  lebih  mengutamakan  penggunaan  utang  dari  pada ekuitas.  Ide  dasar  POH  sangat  sederhana,  yaitu  perusahaan  membutuhkan  dana
eksternal  hanya  apabila  dana  internal  tidak  cukup  dan  dana  eksternal  yang  lebih diutamakan  adalah  utang  daripada  emisi  saham.  Myers  dan  Majluf  1984
menyatakan  bahwa  asimetri  informasi  menyebabkan  perusahaan  lebih mengutamakan  dana  internal  dari  pada  dana  eksternal  karena  asimetri  informasi
tersebut menyebabkan pendanaan eksternal terlalu mahal bagi perusahaan. Myers dan Majluf 1984 berpendapat bahwa perusahaan tergantung pada
internal  funds  karena  ingin  memaksimalkan  kekayaan  pemegang  saham  yang sudah ada. Penjualan saham  baru bukan kepentingan dari pemegang saham  yang
sudah    ada  tetapi  hanya  akan  mengakibatkan  penurunan  nilai  saham  yang  sudah ada.  Perusahaan  akan  memilih  hutang  dibanding  external  equity,  apabila
memerlukan  dana  eksternal.  Dengan  penerbitan  hutang  bebas  risiko  risk  free debt  tidak  punya  dampak  terhadap  nilai  saham  yang  sudah  ada  ataupun  dengan
penerbitan hutang yang berisiko mempunyai pengaruh lebih sedikit terhadap nilai saham yang sudah ada dibandingkan dengan menerbitkan saham baru.
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis  pecking  order  menurut  Myers  1984.  Didasarkan  pada  empat asumsi, yaitu :
1. Dividend policy bersikap konstan sticky, 2. Lebih baik dana internal dibanding eksternal,
3. Bila menggunakan dana eksternal pilih surat berharga bebas risiko, 4. Jika diperlukan banyak dana eksternal maka memilih urutan surat berharga dari
risk free debt, risk debt, convertible security, saham preferen,  common stock. 2.1.5 Return on Equity
Return on Equity yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap total modal  sendiri  ekuitas  yang  berasal  dari  setoran  modal  pemilik,  laba  tak  dibagi
dan cadangan lain yang dikumpulkan oleh perusahaan. Semakin tinggi Return on Equity  menunjukkan  semakin  efisien  perusahaan  menggunakan  modal  sendiri
untuk  menghasilkan  laba  atau  keuntungan  bersih.  Return  on  Equity  digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan dalam
menghasilkan  keuntungan  dengan  memanfaatkan  ekuitas  yang  dimiliki  oleh perusahaan Sartono, 2001 : 124.
2.1.6 Debt to Equity Ratio
Rasio  utang  jangka  panjang  dengan  modal  sendiri  digunakan  untuk mengukur  jumlah  aktiva  perusahaan  yang  dibiayai  oleh  hutang  atau  modal  yang
berasal dari kreditur Syamsuddin, 2007 : 71. Rasio utang ini dikenal juga salah satu dari leverage ratio  yang juga dapat digunakan untuk melihat seberapa besar
risiko  perusahaan  financial  risk.  Semakin  besar  hutang  yang  dimiliki
Universitas Sumatera Utara
perusahaan,  maka  semakin  besar  kewajiban  perusahaan  untuk  melunasi  hutang ataupun membayar bunga atas hutang yang dimiliki secara periodik. Hal ini dapat
mengurangi jumlah dividen yang akan didapatkan oleh pemegang saham. 2.1.7 Growth
Pertumbuhan  perusahaan  yang  diukur  dengan  total  aset  perusahaaan  dan merupakan
variabel yang
dipertimbangkan dalam
keputusan dividen.
Pertumbuhan perusahaan yang tinggi lebih disukai untuk mengambil keuntungan pada  investasi  yang  memiliki  prospek  yang  baik  Saxena,  1999.  Hal  ini
didasarkan  pada  keyakinan  kreditur  atas  dana  yang  ditanamkan  ke  dalam perusahaan  dijamin  oleh  besarnya  aset  yang  dimiliki  perusahaan  Robert  Ang,
1997.  Manajemen  sering  mengalami  kesulitan  untuk  memutuskan  pembagian dividen  apakah  akan  membagikan  dividennya  atau  akan  menahan  laba  untuk
diinvestasikan  kembali  kepada  proyek-proyek  yang  menguntungkan  guna meningkatkan pertumbuhan growth perusahaan.
2.1.8 Collaterizable Assets
Perusahaan  sebagai  kreditur  menggunakan  aset  tetap  sebagai  jaminan pinjamannya.  Besarnya  aset  tetap  yang  digunakan  kreditur  sebagai  jaminan
disebut  collaterizable  assets  Taswan,  2003.  Penjaminan  aset  tetap  adalah  aset dalam  bentuk  property,  surat  berharga,  atau  harta  lain  yang  telah  terikat  sebagai
jaminan  untuk  mendukung  penerbitan  obligasi,  surat  utang,  atau  pinjaman. Semakin  besar  collaterizable  assets,  semakin  besar  dana  perusahaan  yang
diinvestasikan pada aktiva tetap, sehingga semakin kecil dividen yang dibagikan.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa  penelitian  mengenai  kebijakan  dividen  telah  banyak  dilakukan
oleh beberapa peneneliti, diantaranya adalah sebagai berikut : Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu No
. Peneliti
tahun Judul
Penelitian Variabel
Penelitian Teknik
Analisis Data Hasil
Penelitian
1.
Sakir dan Fadli 2014
Influence of Manager
Ownership, Debt Policy,
Profitability, Firm Size, and
Free Cash Flow on
Dividend Policy
Dependen : Kebijakan
Dividen Independen :
1. Managerial Ownership
2.  Debt Policy 3. Profitability
4. Firm Size 5. Free Cash
Flow Regresi   Linier
Berganda 1. Arus Kas dan
Kepemilikan Manajerial secara
signifikan berpengaruh
terhadap kebijakan dividen
2. Profitabilitas, kebijakan hutang,
dan ukuran perusahaan
memiliki pengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap Kebijakan Dividen
2.
Ahmad dan Wardani 2014
The Effect of Fundamental
factor to Dividend
Policy Dependen :
Kebijakan Dividen
Independen : 1.Profitability
2.Liquidity 3.Leverage
4.Growth 5.Firm Size
Logit Regression 1.Likuiditas dan
ukuran perusahaan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kebijakan
dividen.
2.Pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen
3.
Zurigat dan Khaled 2013
The effect of ownership
structure on dividend
policy Dependen :
Kebijakan Dividen
Independen : Institusional
ownership firm size, growth,
free cash flow, leverage
1.Full Adjustment Model
2. Partial Adjustment Model
1. kepemilikan institusional
berpengaruh positif dan signifikan
2. kepemilikan managerial tidak
berpengaruh signifikan terhadap
kebijkan dividen.
4.
Islamiyah 2012
Pengaruh free cash flow,
profitabilitas, likuiditas,
leverage, dan growth
terhadap kebijakan
dividen Dependen :
Kebijakan Dividen
Independen : 1.  free cash fow
2. profitabilitas 3.  likuiditas
4. leverage 5. growth
6. dividend payout ratio
Regresi Linier Berganda
1.  free cash flow, profitabilitas,
likuiditas, leverage, dan growth secara
bersama-sama tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kebijakan dividen
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 No
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis Data
Hasil Penelitian
5.
Santoso dan pratiwi 2012
Analisis faktor-faktor
yang mempengaruh
i kebijakan dividen, studi
empiris pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
Dependen : Kebijakan
Dividen Independen :
1. leverage 2. growth
3. collaterizable
assets 4. kepemilikian
institusional 5. ukuran
perusahaan 6. dividend
payout ratio Regresi Linier
Berganda 1. leverage, growth,
dan coll. Asset tidak berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan dividen
2. kepemilikian institusional
berpengaruh secara signifikan terhadap
kebijakan dividden
3. ukuran perusahaan memiliki pengaruh
terhadap kebijkakan dividen
6. Margaretha dan
Putra 2010 The
Determinant Factor of
Dividend Policy at Non
Finance Listed
Company Dependen :
Kebijakan Dividen
Independen : 1. Profitability
2.Cash Flow 3.Tax
4. Sales Growth -  Debt to Equity
Ratio Regresi   Linier
Berganda 1. Profitabilitas
berpengaruh positif terhadap Dividend
Payout Ratio, 2. Arus kas dan Pajak
berpengaruh positif terhadap Dividend
Payout Ratio 3. Pertumbuhan
Penjualan, dan Debt to Equity
Ratio berpengaruh negatif terhadap
Dividend Payout Ratio.
5. Latiefasari
2010 Analisis
Faktor-Faktor yang
Mempengaruh i Kebijakan
Dividen Dependen :
Kebijakan Dividen
Independen : 1. Current Ratio
2. DER 3.Collaterizable
Assets 4. Growth
5. ROE Regresi Linier
Berganda 1.Collaterizable
Assets berpengaruh positif dan
signifikan terhadap DPR
2. CR dan ROE berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap DPR
3. DER dan Growth berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap
DPR
8. Lestanti 2009
Analisis Pengaruh
Rasio Profitabilitas,
Hutang, dan Likuiditas
Terhadap Kebijakan
Dividen Perusahaan
Independen : Kebijakan
Dividen Independen :
1.ReturnCommo n on Equity
2.  DER = Debt to Equity
Ratio 3. CURR =
Current Ratio Regresi Linier
Berganda 1. ROCE memiliki
hubungan positif dan signifikan
2. DER memiliki hubungan negatif
dan signifikan 3. CURR tidak
berpengaruh signifikan
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 No
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis Data
Hasil Penelitian
7. Sanjaya 2009
Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan
Dividen pada Perusahaan
Publik di Indonesia
Dependen : Kebijakan
Dividen Independen :
1.Kepemilikan Manajerial
2.Kepemilikan Institusional
3.Ukuran Perusahaan
4.Tingkat Pertumbuhan
-  Kebijakan Hutang
Regresi Berganda 1. Kepemilikan
Institusional dan Pertumbuhan
Perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap DPR
2. Kepemilikan Manajerial, Ukuran
Perusahaan, dan Kebijakan
Hutangtidak berpengaruh
7. Fira 2009
Analisi Faktor- Faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan
Dividend Payout Ratio
Studi Kasus Pada
Perusahaan Yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2005-
2007 Dependen :
Kebijakan Dividen
Independen : 1. Cash Ratio
2. Growth 3. Firm Size
4. Return on
Asset 5. Debt to Total
Asset 6. Debt to
Equity Ratio Regresi Linier
Berganda 1. Dari hasil analisis
regresi dapat diketahui bahwa
secara bersama- sama variabel
independen memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap variabel
dependen
Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian sekarang  menggunakan  populasi  perusahaan  pertambangan  yang  terdaftar  di
Bursa  Efek  Indonesia,  dan  menggunakan  data  keuangan  tahun  2011-2014, sementara  penelitian  terdahulu  menggunakan  populasi  perusahaan  manufaktur
yang  terdaftar  di  Bursa  Efek  Indonesia  dan  menggunakan  data  keuangan  tahun 2008-2010.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual 2.3.1 Pengaruh Return on Equity terhadap Dividend Payout Ratio