BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara serempak return on equity, debt to equity ratio, growth, dan collaterizable assets berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011- 2014.
2. Secara parsial menunjukkan bahwa variabel debt to equity ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio, return on equity,
growth, dan collaterizable assets berpengaruh tidak signifikan terhadap dividend payout ratio, perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2011-2014.
5.2 Saran
Dari kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
1.
Bagi investor dan calon investor, sebaiknya mengetahui kinerja dan profil perusahaan terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi
pada perusahaan pertambangan. 2. Bagi perusahaan emiten, sebaiknya memperhatikan kestabilan pembayaran
dividend payout ratio setiap tahunnya karena investor akan lebih tertarik
Universitas Sumatera Utara
untuk berinvestasi pada perusahaan yang stabil dalam pembayaran dividend payout ratio.
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk menilai faktor-faktor lain yang mempengaruhi dividend payout ratio dan menambah periodeisasi data yang
lebih panjang untuk melakukan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Dividen
Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan
guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba
yang ditahan dan selanjutnya akan mengurangi total sumber dana intern atau Internal Financing Sartono, 2001.
Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, sedangkan dividen merupakan aliran kas
yang dibayar kepada para pemegang saham Riyanto, 2001. Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan.
Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Rasio pembayaran dividen dividend payout ratio yaitu
perbandingan antara dividend per share dengan earning per share. Keputusan mengenai jumlah laba yang akan ditahan dan dividen yang akan dibagikan
diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Pernyataan Standar Akuntansi Indonesia 2007, dalam PSAK No. 23,
merumuskan dividen sebagai distribusi laba kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu. Laba bersih perusahaan
berdampak berupa peningkatan saldo laba ditahan retained earnings perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Apabila saldo laba didistribusikan kepada pemegang saham maka saldo laba akan berkurang sebesar nilai yang didistribusikan kepada pemegang saham.
Sebagaimana definisi dividen yang telah diungkapkan Ross et al. 2005 : 606 yang mendefinisikan “dividen sebagai pembayaran kepada pemilik
perusahaan yang diambil dari keuntungan perusahaan, baik dalam bentuk saham maupun tunai”, artinya hanya perusahaan yang membukukan keuntungan yang
dapat membagikan dividen karena dividen diambil dari keuntungan perusahaan dan bahwa dividen tunai cash dividend umumnya lebih menarik bagi pemegang
saham dibandingkan dengan dividen saham stock dividend. Bagi perusahaan go public, kebijakan dividen merupakan kebijakan yang
penting di dalam semua kebijakan keuangan lainnya. Menurut Bangun et al. 2007, kebijakan dividen adalah kebijakan perusahaan dalam menentukan apakah
akan membayar dividen atau tidak, meningkatkan atau mengurangi jumlah dividen, atau membayar dividen dengan jumlah yang sama dengan yang dibagikan
pada periode sebelumnya. Kebijakan dividen dapat dihitung dengan beberapa cara analisis diantaranya adalah Dividend Payout Ratio DPR dan Dividend per Share
DPS.
2.1.2 Kebijakan Dividen
1. Pengertian Kebijakan dividen dipengaruhi dua kepentingan yang saling bertolak
belakang, yaitu kepentingan pemegang saham dengan dividennya, dan kepentingan perusahaan untuk melakukan reinvestasi dengan menahan laba. Dari
sisi pemegang saham, dividen merupakan salah satu motivator untuk menanamkan
Universitas Sumatera Utara
dana di pasar modal. Pemegang saham lebih memilih dividen yang berupa kas dibandingkan dengan capital gain. Perilaku ini diakui oleh Gordon-Lintner
sebagai “the bird in the hand theory” bahwa satu burung ditangan lebih berharga
daripada seribu burung diudara. Selain itu pemegang saham juga dapat mengevaluasi kinerja perusahaan dengan menilai besarnya dividen yang
dibagikan. Sedangkan dari sisi perusahaan, kebijakan dividen sangat penting, karena jika perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen maka
akan mengurangi laba yang ditahan perusahaan, dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih
untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.
2. Kebijakan Pembagian Dividen
Menurut Sutrisno, 2003 : 304 ada beberapa bentuk dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham antara lain :
1. Pembagian dividen secara tunai atau cash dividend. Pembagian dividen secara tunai terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :
a. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil Kebijakan Pemberian yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara
tetap per lembarnya untuk jangka tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa
tahun, dan kemudian bila laba yang diperoleh meningkat dan peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen juga akan ditingkatka
untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Kebijakan
Universitas Sumatera Utara
pemberian dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan, yaitu : 1 dapat meningkatkan harga saham, sebab dividen
yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai risiko lebih kecil, 2 dapat memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan
mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, 3 dapat menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab
dividen selalu dibayarkan. b. Kebijakan Dividen Meningkat
Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan
pertumbuhan yang stabil. c. Kebijakan Dividen dengan Ratio yang Konstan
Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh
semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil, dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering
disebut Dividend Payout Ratio. d. Kebijan Pemberian Dividen Reguler yang Rendah ditambah Ekstra
Kebijakan dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan
ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.
Universitas Sumatera Utara
2. Pembagian Stock Dividend Salah satu kebijakan yang bisa diambil oleh perusahaan adalah dengan
memberikan dividen tidak dalam bentuk uang, tetapi dividen diberikan dalam bentuk saham. Artinya, pemegang saham akan diberi tambahan saham sebagai
pengganti cash dividend. Pemberian stock dividend tidak akan mengubah besarnya jumlah modal sendiri, tetapi akan mengubah komposisi modal sendiri perusahaan
yang bersangkutan. Karena pada dasarnya pemberian stock dividend ini akan mengurangi pos laba ditahan di neraca dan akan ditambahkan ke pos modal
saham. 3. Kebijakan Stock Split
Apabila harga pasar saham suatu perusahaan terlalu tinggi, mengakibatkan banyak investor kurang berminat terhadap saham perusahaan. Oleh karena itu
perusahaan bisa mengambil kebijaksanaan untuk meningkatkan jumlah lembar saham melalui stock split yaitu pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai
nominal yang lebih kecil. Dengan stock split ini jumlah lembar saham menjadi lebih banyak, maka mengakibatkan harga saham turun. Oleh karena itu dengan
stock split harga saham menjadi lebih murah, sehinggan harga psar masih dalam trading range tertentu.
4. Kebijakan Repurchase Stock Repurchase Stock adalah pembelian kembali saham-saham perusahaan
yang dimiliki oleh pemegang saham atau investor.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Bentuk Kebijakan Dividen
Menurut Kieso et al. 2005 : 358, ada beberapa jenis kebijakan dividen yang digolongkan menjadi beberapa bentuk, yaitu :
1. Dividen Tunai Cash Dividend Dividen tunai adalah bentuk dividen yang paling wajib digunakan oleh
pihak perusahaan. Bagi suatu perusahaan, dividen ini menyebabkan penurunan laba yang dibagi dan nilai kas, kewajiban lancar untuk hutang dividen diakui pada
tanggal pengumuman dividen. Kewajiban ini dihapus ketika cek dividen dikirimkan kepada para pemegang saham.
2. Dividen Harta Property Dividend Dividen harta adalah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham
yang dibayarkan dengan aktiva selain kas. Seringkali aktiva yang akan didistribusikan adalah sekuritas perusahaan lain yang dimiliki perusahaan. Dengan
demikian, perusahaan memindahkan hak kepemilikannya dalam sekuritas tersebut kepada para pemegang saham. Dividen harta biasanya hanya terjadi dalam
perseroan yang bersifat tertutup. Dividen harta dinilai dengan nilai terbawa Carrying Value, jika nilai pasar yang wajar tidak dapat ditentukan.
3. Dividend Likuidasi Liquidating Dividend Dividen likuidasi yaitu suatu pembagian yang merupakan pengembalian
modal setoran kepada pemegang saham. Dividen ini merupakan peluang bagi investasi yang dibukukan dengan mengurangi modal setoran.
Universitas Sumatera Utara
4. Dividen Saham Stock Dividend Dividen saham merupakan pembagian dividen bukan dalam bentuk uang
tunai, namun dengan memberikan dalam bentuk lembar saham. Jadi pembagian stock dividend akan meningkatkan jumlah saham yang dimiliki shareholders.
Perusahaan sering kali membayar stock dividend sebagai pengganti atau pelengkap dividen kas. Dividen saham memungkinkan perusahaan untuk tetap
menggunakan aset bersih yang dihasilkan dari laba bersih dan bersamaan dengan itu menawarkan tambahan saham kepemilikan kepada pemegang saham.
2.1.4 Teori Dividen
1. Residual Dividend Theory Teori dividen yang dinamakan residual dividend theory, seperti yang
dikutip dari Keown et al. 2003, menyatakan bahwa dividen yang dibayarkan seharusnya sejumlah modal yang tersisa dari alokasi pendanaan proyek atau
investasi dalam gambaran menguntungkan. Van Horne 2005 : 299, berpendapat bahwa teori ini juga menyatakan bahwa dividen tidak relevan, karena
mengasumsikan investor memiliki preferensi yang sama antara kas yang dijadikan dividen atau yang ditahan perusahaan. Apabila proyek atau investasi yang
ditargetkan perusahaan menjanjikan return lebih besar dari pada required return, maka investor lebih senang jika perusahaan menahan kas dari pada
memberikannya sebagai dividen. Begitu pula sebaliknya. Lebih lanjut, Keown et al. 2003, memberikan kesimpulan bahwa pada teori ini, kebijakan dividen
dipengaruhi oleh :
Universitas Sumatera Utara
1. Kesempatan investasi perusahaan, 2. Struktur modal, dan
3. Ketersediaan dari modal yang dihasilkan sendiri atau internal internally generated capital
Menurut Keown et al. 2003, kebijakan dividen adalah pengaruh yang pasif karena tidak memiliki pengaruh langsung pada harga pasar saham. Maka
teori diatas menyatakan bahwa dividen akan dibagikan bila perusahaan memiliki dana sisa residu, dan apabila perusahaan tidak memiliki dana sisa tersebut maka
tidak akanada pembagian dividen. Keputusan dividen adalah residual karena perusahaan lebih cenderung membiayai investasinya dengan pendanaan internal
dari laba ditahan retained earnings dibandingkan pendanaan eksternal hutang atau saham. Karena pendanaan internal tentu saja jauh lebih murah, dan tidak
akan ada percampuran dari pihak perusahaan lain, baik dari dalam maupun dari luar perusahaan.
2. Clientele Effect Theory
Dalam Keown et al. 2003, teori mengenai clientele effect menjelaskan bahwa investor memiliki tipikal serta preferensi yang berbeda-beda atas return
dalam investasi saham. Investor individu dan institusional yang kebutuhannya mendesak atau current income akan lebih memilih berinvestasi pada perusahaan-
perusahaan yang memberikan pembayaran dividen kas yang besar. Sedangkan investor lainnya, terutama bagi yang cenderung menghindari pajak, lebih memilih
berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang memberikan dividen yang kecil namun capital gain yang besar.
Universitas Sumatera Utara
3. Bird In The Hand Theory Menurut Keown et al. 2003, bird in the hand theory merupakan teori
yang memiliki keyakinan bahwa pendapatan dividen memberikan nilai yang lebih tinggi kepada investor dibandingkan pendapatan capital gain. Karena dividen
dinilai memiliki tingkat kepastian yang lebih tinggi dari pada capital gain. 4. Signaling Theory
Selain itu perubahan dalam kebijakan dividen dapat dijadikan investor sebagai sinyal mengenai keadaan keuangan perusahaan, khususnya mengenai
earnings power. Jadi, kenaikan dividen yang melebihi perkiraan dapat menjadi sinyal bagi investor bahwa manajemen memprediksikan kenaikan laba yang
signifikan di masa depan, begitu pula sebaliknya. Hal ini berdasarkan pada signaling theory.
Wirjokulito et al, 2003 merangkum beberapa penelitian yang memperkenalkan model persinyalan di dalam kebijakan dividen perusahaan. Teori
ini menjelaskan bahwa dividen berisi informasi mengenai tingkat keuntungan sekarang maupun di masa yang akan datang. Hipotesis persinyalan menjelaskan
bahwa perusahaan menggunakan dividen untuk memberikan sinyal adanya informasi asimetris, yang artinya bahwa dividen tersebut dapat mengubah
ekspektasi perusahaan atas keuntungan di masa yang akan datang dan membuat perubahan atas harga saham biasa. Penelitian Aharony dan Swary 1980 yang
dikutip oleh Wirjokulito et al. 2003 yang memusatkan perhatian pada hubungan antara sinyal dan pergerakan saham, bahwa penggunaan dividen sebagai sinyal
Universitas Sumatera Utara
akan bereaksi positif terhadap peningkatan dividen harga saham meningkat dan negatif terhadap pemotongan dividen penurunan harga saham.
Dalam signaling theory ini juga mengatakan bahwa penurunan dividen terlihat manajemen yang tidak optimis terhadap kemajuan perusahaan dan akan
memberikan sinyal negatif bagi pasar. Sebaliknya, peningkatan dividen menunjukkan bahwa manajemen yakin akan prospek masa depan perusahaan dan
merupakan sinyal yang direspon positif oleh pasar. 5. Tax Preference Theory
Jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki nilai pertumbuhan tinggi menjadi lebih
menarik. Sebaliknya, jika capital gain dikenai pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain menjadi berkurang.
Namun demikian karena pajak atas capital gain akan dibayar setelah saham dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran
dividen. Selain itu periode investasi juga mempengaruhi pendapatan investor. Jika investor hanya membeli saham untuk jangka waktu satu tahun, maka tidak ada
bedanya antar pajak atas capital gain dan pajak atas dividen. Jadi investor akan meminta tingkat keuntungan setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang
memiliki dividen yield yang tinggi dari pada saham dengan yield yang rendah. Berdasarkan teori tax preference, investor mungkin menyetujui menahan
laba dari pada menerima pembagian dividen karena alasan yang berkaitan dengan pajak. Perlakuan yang menguntungkan dari capital gain melebihi dividen akan
Universitas Sumatera Utara
mengarahkan investor untuk lebih memilih pembayaran yang lebih rendah dari pada pembayaran dividen dalam jumlah yang lebih tinggi.
Berdasarkan POH Pecking Order Hypothesis, yang dikemukakan oleh Myers dan Majluf 1984, perusahaan lebih mengutamakan dana internal dari
pada dana eksternal dalam aktivitas pendanaan. Kecukupan dana internal dapat dilihat dari besarnya laba, laba ditahan, atau arus kas. Apabila dana eksternal
dibutuhkan, maka perusahaan lebih mengutamakan penggunaan utang dari pada ekuitas. Ide dasar POH sangat sederhana, yaitu perusahaan membutuhkan dana
eksternal hanya apabila dana internal tidak cukup dan dana eksternal yang lebih diutamakan adalah utang daripada emisi saham. Myers dan Majluf 1984
menyatakan bahwa asimetri informasi menyebabkan perusahaan lebih mengutamakan dana internal dari pada dana eksternal karena asimetri informasi
tersebut menyebabkan pendanaan eksternal terlalu mahal bagi perusahaan. Myers dan Majluf 1984 berpendapat bahwa perusahaan tergantung pada
internal funds karena ingin memaksimalkan kekayaan pemegang saham yang sudah ada. Penjualan saham baru bukan kepentingan dari pemegang saham yang
sudah ada tetapi hanya akan mengakibatkan penurunan nilai saham yang sudah ada. Perusahaan akan memilih hutang dibanding external equity, apabila
memerlukan dana eksternal. Dengan penerbitan hutang bebas risiko risk free debt tidak punya dampak terhadap nilai saham yang sudah ada ataupun dengan
penerbitan hutang yang berisiko mempunyai pengaruh lebih sedikit terhadap nilai saham yang sudah ada dibandingkan dengan menerbitkan saham baru.
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis pecking order menurut Myers 1984. Didasarkan pada empat asumsi, yaitu :
1. Dividend policy bersikap konstan sticky, 2. Lebih baik dana internal dibanding eksternal,
3. Bila menggunakan dana eksternal pilih surat berharga bebas risiko, 4. Jika diperlukan banyak dana eksternal maka memilih urutan surat berharga dari
risk free debt, risk debt, convertible security, saham preferen, common stock. 2.1.5 Return on Equity
Return on Equity yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap total modal sendiri ekuitas yang berasal dari setoran modal pemilik, laba tak dibagi
dan cadangan lain yang dikumpulkan oleh perusahaan. Semakin tinggi Return on Equity menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri
untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih. Return on Equity digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan Sartono, 2001 : 124.
2.1.6 Debt to Equity Ratio
Rasio utang jangka panjang dengan modal sendiri digunakan untuk mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau modal yang
berasal dari kreditur Syamsuddin, 2007 : 71. Rasio utang ini dikenal juga salah satu dari leverage ratio yang juga dapat digunakan untuk melihat seberapa besar
risiko perusahaan financial risk. Semakin besar hutang yang dimiliki
Universitas Sumatera Utara
perusahaan, maka semakin besar kewajiban perusahaan untuk melunasi hutang ataupun membayar bunga atas hutang yang dimiliki secara periodik. Hal ini dapat
mengurangi jumlah dividen yang akan didapatkan oleh pemegang saham. 2.1.7 Growth
Pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan total aset perusahaaan dan merupakan
variabel yang
dipertimbangkan dalam
keputusan dividen.
Pertumbuhan perusahaan yang tinggi lebih disukai untuk mengambil keuntungan pada investasi yang memiliki prospek yang baik Saxena, 1999. Hal ini
didasarkan pada keyakinan kreditur atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya aset yang dimiliki perusahaan Robert Ang,
1997. Manajemen sering mengalami kesulitan untuk memutuskan pembagian dividen apakah akan membagikan dividennya atau akan menahan laba untuk
diinvestasikan kembali kepada proyek-proyek yang menguntungkan guna meningkatkan pertumbuhan growth perusahaan.
2.1.8 Collaterizable Assets
Perusahaan sebagai kreditur menggunakan aset tetap sebagai jaminan pinjamannya. Besarnya aset tetap yang digunakan kreditur sebagai jaminan
disebut collaterizable assets Taswan, 2003. Penjaminan aset tetap adalah aset dalam bentuk property, surat berharga, atau harta lain yang telah terikat sebagai
jaminan untuk mendukung penerbitan obligasi, surat utang, atau pinjaman. Semakin besar collaterizable assets, semakin besar dana perusahaan yang
diinvestasikan pada aktiva tetap, sehingga semakin kecil dividen yang dibagikan.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian mengenai kebijakan dividen telah banyak dilakukan
oleh beberapa peneneliti, diantaranya adalah sebagai berikut : Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu No
. Peneliti
tahun Judul
Penelitian Variabel
Penelitian Teknik
Analisis Data Hasil
Penelitian
1.
Sakir dan Fadli 2014
Influence of Manager
Ownership, Debt Policy,
Profitability, Firm Size, and
Free Cash Flow on
Dividend Policy
Dependen : Kebijakan
Dividen Independen :
1. Managerial Ownership
2. Debt Policy 3. Profitability
4. Firm Size 5. Free Cash
Flow Regresi Linier
Berganda 1. Arus Kas dan
Kepemilikan Manajerial secara
signifikan berpengaruh
terhadap kebijakan dividen
2. Profitabilitas, kebijakan hutang,
dan ukuran perusahaan
memiliki pengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap Kebijakan Dividen
2.
Ahmad dan Wardani 2014
The Effect of Fundamental
factor to Dividend
Policy Dependen :
Kebijakan Dividen
Independen : 1.Profitability
2.Liquidity 3.Leverage
4.Growth 5.Firm Size
Logit Regression 1.Likuiditas dan
ukuran perusahaan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kebijakan
dividen.
2.Pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen
3.
Zurigat dan Khaled 2013
The effect of ownership
structure on dividend
policy Dependen :
Kebijakan Dividen
Independen : Institusional
ownership firm size, growth,
free cash flow, leverage
1.Full Adjustment Model
2. Partial Adjustment Model
1. kepemilikan institusional
berpengaruh positif dan signifikan
2. kepemilikan managerial tidak
berpengaruh signifikan terhadap
kebijkan dividen.
4.
Islamiyah 2012
Pengaruh free cash flow,
profitabilitas, likuiditas,
leverage, dan growth
terhadap kebijakan
dividen Dependen :
Kebijakan Dividen
Independen : 1. free cash fow
2. profitabilitas 3. likuiditas
4. leverage 5. growth
6. dividend payout ratio
Regresi Linier Berganda
1. free cash flow, profitabilitas,
likuiditas, leverage, dan growth secara
bersama-sama tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kebijakan dividen
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 No
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis Data
Hasil Penelitian
5.
Santoso dan pratiwi 2012
Analisis faktor-faktor
yang mempengaruh
i kebijakan dividen, studi
empiris pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
Dependen : Kebijakan
Dividen Independen :
1. leverage 2. growth
3. collaterizable
assets 4. kepemilikian
institusional 5. ukuran
perusahaan 6. dividend
payout ratio Regresi Linier
Berganda 1. leverage, growth,
dan coll. Asset tidak berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan dividen
2. kepemilikian institusional
berpengaruh secara signifikan terhadap
kebijakan dividden
3. ukuran perusahaan memiliki pengaruh
terhadap kebijkakan dividen
6. Margaretha dan
Putra 2010 The
Determinant Factor of
Dividend Policy at Non
Finance Listed
Company Dependen :
Kebijakan Dividen
Independen : 1. Profitability
2.Cash Flow 3.Tax
4. Sales Growth - Debt to Equity
Ratio Regresi Linier
Berganda 1. Profitabilitas
berpengaruh positif terhadap Dividend
Payout Ratio, 2. Arus kas dan Pajak
berpengaruh positif terhadap Dividend
Payout Ratio 3. Pertumbuhan
Penjualan, dan Debt to Equity
Ratio berpengaruh negatif terhadap
Dividend Payout Ratio.
5. Latiefasari
2010 Analisis
Faktor-Faktor yang
Mempengaruh i Kebijakan
Dividen Dependen :
Kebijakan Dividen
Independen : 1. Current Ratio
2. DER 3.Collaterizable
Assets 4. Growth
5. ROE Regresi Linier
Berganda 1.Collaterizable
Assets berpengaruh positif dan
signifikan terhadap DPR
2. CR dan ROE berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap DPR
3. DER dan Growth berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap
DPR
8. Lestanti 2009
Analisis Pengaruh
Rasio Profitabilitas,
Hutang, dan Likuiditas
Terhadap Kebijakan
Dividen Perusahaan
Independen : Kebijakan
Dividen Independen :
1.ReturnCommo n on Equity
2. DER = Debt to Equity
Ratio 3. CURR =
Current Ratio Regresi Linier
Berganda 1. ROCE memiliki
hubungan positif dan signifikan
2. DER memiliki hubungan negatif
dan signifikan 3. CURR tidak
berpengaruh signifikan
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 No
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis Data
Hasil Penelitian
7. Sanjaya 2009
Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan
Dividen pada Perusahaan
Publik di Indonesia
Dependen : Kebijakan
Dividen Independen :
1.Kepemilikan Manajerial
2.Kepemilikan Institusional
3.Ukuran Perusahaan
4.Tingkat Pertumbuhan
- Kebijakan Hutang
Regresi Berganda 1. Kepemilikan
Institusional dan Pertumbuhan
Perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap DPR
2. Kepemilikan Manajerial, Ukuran
Perusahaan, dan Kebijakan
Hutangtidak berpengaruh
7. Fira 2009
Analisi Faktor- Faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan
Dividend Payout Ratio
Studi Kasus Pada
Perusahaan Yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2005-
2007 Dependen :
Kebijakan Dividen
Independen : 1. Cash Ratio
2. Growth 3. Firm Size
4. Return on
Asset 5. Debt to Total
Asset 6. Debt to
Equity Ratio Regresi Linier
Berganda 1. Dari hasil analisis
regresi dapat diketahui bahwa
secara bersama- sama variabel
independen memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap variabel
dependen
Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian sekarang menggunakan populasi perusahaan pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, dan menggunakan data keuangan tahun 2011-2014, sementara penelitian terdahulu menggunakan populasi perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menggunakan data keuangan tahun 2008-2010.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual 2.3.1 Pengaruh Return on Equity terhadap Dividend Payout Ratio