adalah konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan yang diberikan oleh pengusaha restoran. Sementara itu, yang menjadi wajib
pajak adalah pengusaha restoran Perda DKI Jakarta No. 8 Tahun 2003 Ps. 5 ayat 2, yaitu orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam
lingkungan perusahaan atau pekerjaanya melakukan usaha di bidang rumah makan. Dengan demikian, subjek pajak dan wajib pajak pada pajak
restoran tidak sama. Konsumen yang menikmati pelayanan restoran merupakan subjek pajak yang membayar menanggung pajak sedangkan
pengusaha restoran bertindak sebagai wajib pajak yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari konsumen subjek pajak.
Dalam menjalankan kewajiban perpajakannya, wajib pajak dapat diwakili oleh pihak tertentu yang diperkenankan oleh undang-undang dan
peraturan daerah tentang pajak restoran. Wakil wajib pajak bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran pajak terutang. Selain itu, wajib
pajak dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.
5. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Restoran
a. Dasar Pengenaan Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang
dilakukan kepada restoran Perda DKI Jakarta No. 8 Tahun 2003 Ps. 6. Jika pembayaran dipengaruhi oleh hubungan istimewa, harga jual
atau pengantian dihitung atas dasar harga pasar yang wajar pada saat pembelian makanan dan atau minuman. Contoh hubungan istimewa
adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa restoran dengan pengusaha restoran, baik langsung atau tidak langsung, berada
dibawah pemilikan atau penguasaan orang pribadi atau badan yang sama.
Pembayaran adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh subjek pajak kepada wajib pajak untuk harga jual baik jumlah uang yang
dibayarkan maupun penggantian yang seharusnya diminta wajib pajak sebagai penukaran atas pembelian makanan dan atau minuman,
termasuk pula semua tambahan dengan nama apa pun juga dilakukan berkaitan dengan usaha restoran. Contoh pembayaran, misalnya
seseorang menikmati hidangan yang disediakan oleh restoran “XYZ” dan melakukan pembayaran atas Marihot P. Siahaan, 2005:276:
Makanan Rp. 100.000,00
Minuman Rp. 30.000,00 +
Jumlah Rp. 130.000,00
Service charge 10 Rp. 13.000,00 +
Jumlah pembayaran Rp. 143.000,00
b. Tarif Tarif pajak restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10 dan
ditetapkan dengan peraturan daerah kabupatenkota yang bersangkutan Perda DKI Jakarta No. 8 Th. 2003 Ps. 7. Hal ini dimaksudkan untuk
memberi keleluasaan kepada pemeritah kabupatenkota untuk menetapkan tarif pajak yang dipandang sesuai dengan kondisi masing-
masing daerah kabupatenkota. Maka, setiap daerah kabupatenkota diberi kewenangan untuk menetapkan besarnya tarif pajak yang
mungkin berbeda dengan kabupatenkota lainnya, asalkan tidak lebih dari 10
c. Perhitungan Pajak Restoran Besarnya pokok pajak restoran yang terutang dihitung dengan
cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak Perda No. 8 Tahun 2003 Ps. 8. Secara umum perhitungan pajak restoran adalah
sesuai dengan rumus berikut: Pajak terutang = tarif pajak x dasar pengenaan pajak
= tarif pajak x jumlah pembayaran yang dilakukan kepada restoran
Berdasarkan pembayaran yang dilakukan oleh subjek pajak kepada restoran “XYZ” pada poin a di atas dan apabila besarnya tarif
pajak yang ditetapkan pada kota di mana restoran “XYZ” berlokasi adalah 10, maka dapat dihitung besarnya pajak hotel yang terutang,
yaitu sebesar: 10 x Rp. 143.000,00 = Rp. 14.300,00. Marihot P. Siahaan, 2005:276.
D. Pendapatan Daerah