Kebijakan Pemerintah Daerah Di Bidang Sosial Keagamaan

2 2 2 -3 2 , , 1 0 2 2 2 -3 2 , , Sumber: Polres Indramayu 2008, http:indramayukab.go.id

C. Kebijakan Pemerintah Daerah Di Bidang Sosial Keagamaan

Adapun kebijakan pemerintah daerah Indramayu dalam bidang sosial keagamaan adalah sebagai berikut: 77 1. Perda No. 7 Tahun 1999 dan perubahannya No. 4 tahun 2001 tentang prostitusi 2. Perda No 2 Tahun 2003 tentang wajib belajar Madrasah Diniyah Awaliyah 3. Perda No. 30 tahun 2001 tentang pelarangan peredaran dan pengunaan minuman keras revisi perda No.7 tahun 2005 4. Surat Edaran Membaca Al-Qur’an 15 menit sebelum beraktifitas 5. Surat Edaran Mengumandangkan adzan secara serentak tepat waktu pada setiap waktu sholat dan mendirikan shalat berjamaah dimasjid, musholla, langgar yang ada dilingkungan kantor, dinas, instansi, sekolah, madrasah, perusahaan dan masyarakat 6. Surat Edaran menghentikan atau menutup aktifitas perkantoran selama 20 menit yaitu 10 menit sebelum dansesudah sholat fardlu 7. Surat Edaran Berpakaian baju taqwa atau busana muslim jilbab pada setiap hari jum’at bagi pegawai dilingkungan pemerintah kabupaten 77 Kebijakan Pemerintah Kabupaten Indramayu Bidang Keagamaan dan Hukum, Bagian Kesra dan Hukum Setda Kabupaten Indramayu. Lihat juga dalam Mulih Harja, Kebijakan Keagamaan di Kabupaten Indramayu, Jendela Informasi Wong Dermayu, edisi 15 Agustus – 15 September 2004 8. Surat Edaran membiasakan puasa senin kamis 9. Surat Edaran membiasakan mengeluarkan zakat, infaq, shodaqoh melalui BAZ untuk kepentingan ummat manusia. Secara umum, peraturan-peraturan daerah tersebut tidak mencantumkan secara jelas istilah syariat Islam, sehingga lebih tepat dikatakan sebagai peraturan-peraturan soial keagamaan yang berhubungan dengan penertiban kehidupan publik. Namun fakta dilapangan politisi lokal membenarkan adanya upaya Islamisasi, namun tidak melalui aspirasi kelompok masyarakat tertentu untuk menerapkan syariat Islam, tetapi lebih kepada kebijakan top down eksekutif untuk kepentingan pencitraan. Selain itu juga adanya keterbatasan legislator di daerah terhadap pengetahuan ke-Islaman yang mereka miliki. 78 Fungsi Peraturan derah merupakan fungsi yang bersifat atribusi yang berdasarkan Undang-undang No.5 tahun 1974 pasal 39, dan juga merupakan fungsi delegasian dari Keputusan Presiden. Fungsi Peraturan daerah ini dirumuskan secara negatif oleh pasal 39 Undang-Undang No.5 Tahun 1974 sebagai berikut: 79 1. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan kepentingan umum. 2. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. yang dimaksud disini adalah tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan diTingkat Pusat. 78 Arskal Salim, Peraturan Daerah Berbasis Syariat…, h. 79 Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan Dasar- dasar dan Pembentukannya, Yogyakarta: Kanisius 1998, h.121 3. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan peraturan daerah yang lebih tinggi. Ketentuan ini merupakan syarat bagi pembentukan Peraturan Daerah Tingkat II. 4. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang belum diatur oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Dalam hal ini suatu peraturan daerah tingkat I itu boleh mengatur masalah-masalah yang belum diatur oleh peraturan- peraturan ditingkat pusat saja, tetapi bagi Peraturan Daerah Tingkat II hal-hal yang boleh diatur bukan saja masalah-masalah yang belum daiatur oleh peraturan ditingkat puasat, tetapi juga hal-hal yang belum diatur oleh Peraturan Daerah Tingkat I dan keputusan Gubernur Kepala Derah Tingkat I. 5. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang belum diatur oleh Peraturan Daerah yang lebih Tinggi. Ketentuan ini diperuntukkan bagi Peraturan Daerah Tingkat II. 6. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak mengatur rumah tangga daerah bawahannya. Ketentuan ini diperuntukkan bagi Peraturan Daerah Tingkat I. dalam hal ini Peraturan Derah Tingkat I tidak boleh mengatur masalah-masalah yang sebenarnya merupakan kewenangan daerah Tingkat II. Fungsi Keputusan Kepala daerah adalah menyelenggarakan pengaturan dalam rangka pelaksanan Peraturan Daerah yang bersangkutan atau tugas Pemerintahan. Keputusan Kepala Daerah dalam hal ini merupakan fungsi delegasi dari Peraturan Daerahnya, atau dari suatu Keputusan Presiden, dan Berdasarkan UU No 10 Tahun 2004. 80 80 Bandingkan, Jimly Asshiddiqie, Menurutnya semua pejabat tinggi pemerintahan yang memegang kedudukan politis berwenang mengeluarkan keputusan-keputusan yang bersifat administratif, misalnya untuk mengangkat danmemberhentikan pejabat, membentuk dan membubarkan kepanitiaan, dan sebagainya. Secara hukum, semua jenis putusan tersebut dianggap penting dalam perkembanganhukum nasional. Akan tetapi, pengertian peraturan perundang-undangan dalam artisempit perlu dibatasi ataupun sekurang-kurangnya dibedakan secara tegas karenaelemen pengaturan regeling kepentingan publik dan Dalam perda menyangkuthubungan-hubungan hukum atau hubungan hak dan kewajiban di antara sesama warga negara dan antara warganegara dengan negara dan pemerintah. Dalam, Jimly Asshiddiqie, Tata Urut Perundang- Undangan Dan Problema Peraturan Daerah, http:www.legalitas.org.idArtikel HTNtata urutan per UUan Jimly. htm

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KEBIJAKAN SOSIAL