Konstitusionalitas Hukum Islam di Indonesia

Hukum Islam diciptakan karena ia mempunyai maksud dan tujuan, tujuan dari adanya hukum Islam ialah terciptanya kedamaian di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Jadi, hukum Islam bukan bertujuan untuk meraih kebahagiaan yang fana dan pendek di dunia semata. Tetapi juga mengarahkan kebahagiaan yang kekal di akhirat kelak. Inilah yang membedakanya dengan hukum manusia yang menghendaki kebahagiaan di dunia saja. Tujuan hukum Islam tersebut merupakan manifestasi dari sifat rahman dan rahim maha pengasih dan maha penyayang Allah SWT kepada semua makhluknya, rahmatan lil alamin adalah inti dari syari’at atau hukum Islam. Dengan adanya syari’at tersebut dapat di tegakkan perdamaian di muka bumi dengan pengaturan masyarakat yang memberikan keadilan bagi seluruh manusia. Keadilan sangat mulia di mata Allah SWT dan sifat adil merupakan jalan menuju taqwa setelah iman kepada Allah SWT. 32

B. Konstitusionalitas Hukum Islam di Indonesia

Pasca amandemen ke-empat UUD 1945, Pancasila merupakan konsep prismatik, yakni mengambil segi yang baik dari dua konsep yang bertentangan yang kemudian disatukan dengan kenyataan bangsa indonesia dalam setiap perkembangannya. Negara pencasila bukan religion state dan bukan negara sekuler, tetapi negara “the religion nation state ” yang melindungi dan memfasilitasi berkembangnya semua agama yang dipeluk oleh rakyatnya tanpa membedakan banyaknya jumlah pemeluk masing-masing. 32 Djamil, Filsafat Hukum Islam.., h. 11 Negara wajib membina perkembangan agama secara baik dan penuh toleransi sehingga hak asasi setiap orang dapat terlindungi. 33 Hukum Islam, hukum barat, dan hukum adat tidak dapat menjadi bentuknya sendiri yang eksklusif, kecuali sifatnya untuk melayani bukan imperatif terhadap yang sudah berlaku sebagai kesadaran dalam kehidupan sehari-hari. Sumber hukum Islam harus diartikan sebagai sumber hukum materiil dalam arti menjadi bahan atau isi untuk sumber hukum formal. Tetapi bisa juga undang-undang dalam arti formal yang sudah memiliki bentuk menjadi bagian dari peraturan perundang-undangan materiil, artinya menjadi bagian dari peraturan perundang-undangan yang masing-masing sudah mempunyai bentuk dan posisi hierarkis tertentu. 34 Istilah qanun sudah digunakan sejak lama sekali dalam bahasa atau budaya Melayu. Kitab “Undang-Undang Melaka” yang disusun pada abad ke limabelas atau enam belas Masehi telah mengunakan istilah ini. Istilah ini dalam budaya Melayu digunakan semakna dengan adat dan biasanya dipakai ketika ingin membedakan antara hukum yang tertera dalam adat dengan hukum yang tertera dalam kitab fiqih. Kuat dugaan istilah ini masuk ke dalam budaya melayu dari bahasa Arab karena mulai digunakan bersamaan dengan kehadiaran agama Islam dan pengunaan bahasa Arab Melayu di Nusantara. Bermanfaat disebutkan, dalam literatur Barat pun istilah ini sudah digunakan sejak lama, diantaranya merujuk kepada hukum kristen Canon Law yang sudah ada sejak sebelum zaman Islam. 35 Hubungan dengan syariat Islam dalam kaitannya dengan hukum positif ialah 33 M. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi, Jakarta: LP3ES, 2007, h. 3-6. 34 M. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara…, h. 240. 35 M. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara…, h. 240. kaidah-kaidahnya di bidang hukum pidana dan hukum publik lainnya hudud dan ta’zir orang cenderung untuk melihat kepada sanksinya, dan bukan kepada perumusan deliknya. Kalau kita melihat kepada perumusan deliknya, maka delik hudud pada umumnya mengandung kesamaan dengan keluarga hukum yang lain, seperti Hukum Eropa Kontinental dan Hukum Anglo Saxon. Kaidah-kaidah syariat di bidang hukum pidana, hanya mengatur prinsip-prinsip umum, dan masih memerlukan pembahasan di dalam fikih, transformasi ke dalam kaidah hukum positif sebagai hukum materil. Artinya, ayat-ayat hukum yang mengandung kaidah pidana di dalam syariat belum dapat dilaksanakan secara langsung, diperlukan perumusan pembahasan untuk mengimplementasikannya. Negara kita, bukan saja hukum Islam –dalam pengertian syariat– yang dijadikan sebagai sumber hukum, tetapi juga hukum adat, hukum eks kolonial Belanda yang sejalan dengan asas keadilan dan sudah diterima masyarakat, tetapi kita juga menjadikan berbagai konvensi internasional sebagai sumber dalam merumuskan kaidah hukum positif kita. Ketika hukum positif itu telah disahkan, maka yang berlaku itu adalah hukum nasional kita, tanpa menyebut lagi sumber hukumnya. 36 Sistem hukum nasional mengakui dan menghormati pluralisme hukum dalam masyarakat. Undang-undang adalah proses permusyawaratan untuk merumuskan substansi hukum dari berbagai kelompok masyarakat. Masing-masing dipengaruhi oleh norma-norma sosial lain, salah satunya adalah norma agama. Bahkan memperjuangkan norma agama menjadi hukum positif dapat dipahami sebagai perjuangan di jalan Tuhan. Selain itu, juga mungkin dibuat aturan hukum yang berlaku khusus untuk suatu daerah tertentu atau kelompok masyarakat hukum tertentu. Meskipun peradilan nasional bersifat 36 Yusril Ihza Mahendra, “Hukum Islam dan Pengaruhnya terhadap Hukum Nasional Indonesia”, Makalah ‘The International Seminar in Islamic Law in Southeast Asia’ UIN Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 7 – 9 December 2007. terstruktur dalam kerangka sistem nasional, namun materi hukum yang dijadikan pegangan oleh para hakim dapat dikembangkan secara beragam. Apalagi mengingat kebijakan otonomi daerah yang memberikan ruang pada daerah untuk membentuk peraturan sesuai dengan kondisinya masing-masing, beberapa daerah memiliki status otonomi khusus seperti NAD dan Papua. 37 Kenyataan di Indonesia, hukum-hukum yang berkembang dan berlaku di Indonesia sangat beraneka ragam plural, baik dari segi watak maupun asal sumbernya. Padmo Wahjono mengidentifikasi tata hukum Indonesia, antara lain: 38 1 Hukum Barat dari warisan kolonial yang berkarakter individualistik. 2 Hukum Adat yang berkarakter komunal. 3 Hukum Islam yang berkarakter religius. 4 Hukum Anglo Saxon yang berkarakter case-law. 5 Hukum Revolusi yang berwatak tradisionalistik. Sejak diterapkannya mekanisme constitustional review di Indonesia, telah dua kali pengujian undang-undang yang berkaitan dengan kehidupan keagamaan hukum Islam yaitu Putusan MK RI Nomor 12PUU-V2007 tentang UU Perkawinan dan Putusan Nomor 19PUU-VI2008 tentang kewenangan Peradilan Agama. Ajaran Agama Islam, selain diperintahkan menjalankan hukum agama syari’at Islam secara perdata perkawinan, waris, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi yang telah ditegakkan Peradilan Agama. 39 Umat Islam Juga diperintahkan untuk menjalankan hukum agama dibidang pidana jinayat untuk perkara pelanggaran 37 Jimly Asshiddiqie, makalah ”Konstitusi dan Kebhinnekaan”, disampaikan pada acara Seminar “Masa Depan Kebhinnekaan dan Konstitusionalisme di Indonesia: Peluang, Tantangan, dan Solusi”. Diselenggarakan oleh International Center for Islam and Pluralism. Jakarta, 22 Juli 2008. www.jimly.com 38 Marzuki Wahid Rumadi, Fiqh Madzhab Negara: Kritik atas Politik Hukum Islam di Indonesia, Editor: Nurul Huda S.A Yogyakarta: LKiS, 2001, h. 76-77. 39 Pasal 49 ayat 1 d an 2 UU No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. pidana. Kewenangan Peradilan Agama kurang mengakomodir hak konsitusional warga negara yang mayoritas muslim untuk ‘bebas beragama dan beribadat menurut ajaran agama’ menurut ajaran agama agama Islam telah ‘dibatasi’ oleh negara melalui Undang- Undang tersebut. 40 Padahal dalam QS. Al-Maidah ayat 38 diperintahkan:   + , - . 01 2 , 3 4 5  6789, : ; Artinya: Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai balasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana . Tafsiran konstitusionalitas hukum Islam menurut paham kenegaraan Indonesia tentang hubungan antara negara dan agama, Indonesia bukanlah negara agama yang hanya didasarkan pada satu agama tertentu, namun Indonesia juga bukan negara sekuler yang sama sekali tidak memperhatikan agama dan menyerahkan urusan agama sepenuhnya kepada individu dan masyarakat. Indonesia adalah negara yang ber- Ketuhanan Yang Maha Esa yang melindungi setiap pemeluk agama untuk melaksanakan ajaran masing-masing agama. 41 Hukum nasional harus menjamin keutuhan ideologi dan integrasi wilayah negara, serta membangun toleransi beragama yang berkeadilan dan berkeadaban. Dengan demikian, hukum nasional dapat menjadi faktor integrasi yang merupakan alat perekat dan pemersatu bangsa. Pelayanan negara kepada warga negara tidak didasarkan pada 40 Menurut pemohon, Negara Indonesia bukanlah negara Islam, melainkan negara yang menjamin tiap-tiap penduduk agar dapat beribadat sesuai agamanya masing-masing, maka hendaknya Negara menegakkan hukum agama syari’at Islam hanya untuk umat Islam saja, dan menegakkan syariat agama lain jika memungkinkan. Lihat, Putusan Mahkamah Konstitusi No. 19PUU-VI2008 41 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 19PUU-VI2008. ukuran besar mayoritas dan kecil minoritas pemeluk agama, suku ataupun ras. 42 Kaitannya dengan pemberlakuan hukum Islam, dapat dikatakan bahwa hukum Islam memang menjadi sumber hukum nasional, tetapi hukum Islam bukanlah satu- satunya sumber hukum nasional, sebab selain hukum Islam, hukum adat, dan hukum barat, serta sumber tradisi hukum lain pun menjadi sumber hukum nasional. Hukum Islam dapat menjadi salah satu sumber materiil sebagai bahan peraturan perundang- undangan formal. Hukum Islam sebagai sumber hukum dapat digunakan bersama-sama dengan sumber hukum lainnya, sehingga menjadi bahan pembentukan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai hukum nasional. 43 Pasca otonomi khusus Propinsi NAD dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 Pasal 31 1 dinyatakan bahwa: “Ketentuan pelaksanaan Undang-Undang ini yang menyangkut kewenangan Pemerintah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, ” sedang pada ayat 2 dinyatakan bahwa “Ketentuan pelaksanaan Undang-Undang ini yang menyangkut kewenangan Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ditetapkan dengan Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.” Sedang pengertian Qanun, dalam Pasal 1 angka dinyatakan “Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah Peraturan Daerahsebagai pelaksanaan undang-undang di wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dalam rangka penyelenggaraan otonomi khusus ”. Dari ketentuan ini 42 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 19PUU-VI2008. 43 Keyakinan atau kebebasan menjalankan ajaran agama itu bersifat boleh dibatasi atau diatur derogable right ditangguhkan pelaksanaannya. Padahal, konsep restriksi derogable dan non-derogable dalam Deklaration Universal of Human Right DUHAM karena banyak negara yang khawatir bahwa kebebasan tanpa batas dapat mengganggu stabilitas dalam negeri dan menggerogoti wewenang sistem perundang-undangannya. lihat, Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik edisi revisi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 222-224. lihat juga, pandangan John Rawl dalam menolak pengurangan hak atas individu dengan alasan kemanfaatan yang lebih banyak, menolak ketidak-adilan atas sedikit orang untuk keadilan banyak orang. Rawl menghendaki distributive of justice, lihat, John Rawl, A Theory of Justice, Cambridge: The Belknap Press of harvard university, 1971. terlihat bahwa Qanun Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam untuk selanjutnya di singkat qanun adalah peraturan untuk melaksanakan otonomi khusus dalam hal yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi. Dengan demikian walaupun dari satu segi qanun adalah peraturan daerah, tetapi dari segi lain qanun tidak tunduk kepada peraturan pemerintah karena qanun berada langsung di bawah undang-undang. 44 Penting untuk mendudukan qanun dalam tata urutan perundang-undangan, karena Qanun Provinsi NAD merupakan Peraturan Daerah Provinsi, yang dapat mengesampingkan peraturan Perundang-undangan yang lain dengan mengikuti asas lex specialis deregat lex generalis. Sehingga Mahkamah Agung berwenang melakukan uji materiel terhadap Qanun“ 45 . Bahkan, qanun dapat menyingkirkan peraturan pemerintah dan keputusan presiden sekiranya hal itu menyangkut otonomi khusus yang menjadi kewenangan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 46

C. Kebijakan Sosial Keagamaan 1. Pengertian Kebijakan Sosial Keagamaan