satu citra serbaneka multiple image yang diintergrasikan terhadap citra perusahaan.
f. Citra penampilan performance image
Citra ini lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaiman kinerja atau penampilan diri para professional pada perushaan tersebut.
Citra politik merupakan salah satu efek dari komunikasi politikdalam paradigma atau perspektif mekanistis, yang pada umunya dipahami sebagai
kesan yang melekat dibenak individu atau kelompok. Citra itu dapat berbeda dengan realitas yang sesungguhnya atau tidak merefleksikan kenyataan
objektif Citra politik memiliki empat fase Baudrillard dalam Arifin 2011:193
menyebut empat fase tersebut yaitu; 1 representasi dimana citra merupakan cermin suatu realitas; 2 ideologi di mana citra menyembunyikan dan
memberikan gambaran yang salah akan realitas; 3 citra memnyembunyikan bahwa tidak ada realitas; dan 4 citra tidak memliki sama sekali hubungan
dengan realitas apapun.
3
Citra poltik dapat dipahami sebagai gambaran seseorang tentang politik kekuasaan, kewenangan, otoritas, kerjasama, konflik dan konsesus
yang memiliki makna, kendatipun tidak selamanya sesuai dengan realitas politik yang sebenarnya.
B. Ideologi dan Hegemoni
Ideologi merupakan sebuah kesadaran palsu. Kesadaran tentang hubungan antara individu dengan masyarakat disekitarnya, dan juga kesadaran
3
Anwar Arifin, Komunikasi politik, h. 178
tentang realitas sosial. Salah satu konsep mengenai ideologi adalah ideology structuralis. Ideologi strukturalis ini disampaikan oleh Althusser. Ideologi
berdasarkan konsep Althusser adalah dialektika yang dikarakteristikan dengan kekuasaan yang tidak seimbang atau dominasi. Althusser melihat bahwa
ideologi adalah sebuah praktik daripada gagasan atau ide.
4
Dalam menyebarkan ideologi, media merupakan salah satu alat yang efektif untuk digunakan bagaimana kekuasaan yang dominan mempengaruhi
kelompok yang tidak dominan. Hal penting dari teori ideologi dari pemikiran Althusser adalah subjek dan ideologi. Althusser berpendapat bahwa ideologi
adalah hasil rumusan individu-individu yang dalam pemberlakuannya tidak hanya menuntut individu yang bersangkutan melainkan juga membutuhkan
subjek. Sebagai seorang Marxis strukturalis, Althusser berpandangan bahwa
kehidupan manusia sebagai subjek identik dengan subjek bagi struktur, dimana struktur tadi bukan ciptaannya melainkan ciptaan kelompok dominan.
Karena struktur itu diciptakan untuk identik dengan kepentingan kelompok dominan tersebut.
5
Dapat dikatakan juga bahwa ideologi merupakan sebuah alat untuk meciptakan masyarakat ataupun membuat masyarakat sesuai
dengan kepentingan sebuah kelompok yang dominan yang identik dengan kepercayaan dan kesadaran yang dianut oleh kelompok kuasa tersebut.
Bila membicarakan masalah mengenai ideologi dan kelompok dominan yang berhasil mengontrol kelompok yang tidak dominan milik
Althusser, maka ini pasti memicu kita untuk mengetahu teori mengenai
4
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h.98
5
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 99
hegemoni yang dibangun oleh Antonio Gramsci. Antonio Gramsci menekankan bagaimana sebuah kelompok dominan dapat diterima oleh
kelompok yang akan didominasi dalam suatu proses yang damai tanpa adanya kekerasan. Pandangan Gramsci mengenai hegemoni yaitu keadaan dimana
individu menjadi tidak menyadari adanya dominasi dalam kehidupan mereka. Gramsci menyatakan bahwa sistem sosial yang mereka dukung justu telah
mengeksploitasi diri mereka sendiri. Dalam hal ini persetujuan merupakan faktor penting. Masyarakat akan memberikan persetujuan jika mereka
diberikan imbalan. Pada akhirnya, orang akan lebih menyukai hidup dalam masyarakat dengan berbagai pemberian tersebut dan menerima dengan
ideologi budaya dominan.
6
Teori hegemoni Gramsci menekankan bahwa didalam kehidupan sosial masyarakat pasti ada sebuah pertarungan untuk memperebutkan penerimaan
dari publik. Bagi sebuah kelompok dominan diperlukan usaha yang besar untuk menyebarkan ideologi dan kebenarannya agar dapat diterima, tanpa
adanya perlawanan dari masyarakat. Dalam konsep hegemoni ini ada salah satu strategi kunci, yaitu nalar awam common sense. Ketika kelompok
dominan mampu menciptakan sebuah gagasan atau ide menjadi sebuah common sense yang tentunya diterima secara umum maka pada dasarnya
hegemoni sudah terjadi. Proses penciptaan common sense itulah yang selama ini berhubungan dengan praktik jurnalistik.
6
Morissan, Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masyarakat, h. 166
C. Wacana Kritis