2. Analisis Kognisi Sosial Pemberitaan Mengenai Partai Politik Nasional
Demokrat di Kolom “Indonesia Memilih”
Analisis kognisi sosial ini menjadi dimensi kedua dalam analisis wacana menurut Van Dijk. Untuk melihat bagaimana makna tersembunyi
dari teks, kita membutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif ini didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak
mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Setiap teks
itu dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa.
3
Kognisi sosial menurut Van Dijk dihubungkan dengan proses produksi berita. Yang terpenting dalam memahami produksi berita itu
adalah dengan meneliti proses terbentuknya teks.
4
Dalam penelitian ini, analisis tidak hanya dilakukan pada teksnya saja tetapi juga dilakukan
pendalaman mengenai bagaimana proses terbentuknya teks tersebut sehingga bisa diterbitkan. Peneliti telah melakukan wawancara kepada
Bapak Ade Alawi selaku Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia mengenai proses produksi berita yang ada di Media Indonesia,
t erutama kolom “Indonesia Memilih”. Dalam wawancara yang dilakukan
peneliti, pak Ade menyatakan bahwa proses produksi berita Media Indonesia dilakukan setiap hari dengan jadwal yang sudah ditentukan.
Seperti yang dikatakan berikut ini:
“Proses produksi berita kita mulai dari rapat proyeksi jam 9.30 setiap hari, rapat ini dipimpin oleh Asisten Kepala Divisi
3
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 260
4
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h 266
Pemberitaan dan itu bergiliran, serta dihadiri oleh para Redaktur dan Asisten Redaksi yang bertugas hari itu. Setelah itu rapat
budget jam 12. Budget itu bukan rapat keuangan tapi rapat menentukan berita-berita yang akan terbit besok. Selanjutnya, jam
14.30 rapat final checking. Disini dibahas berita terupdate-nya apa, bisa saja berita yang sudah disiapkan jam 12 itu bisa menjadi
mentah lagi, karena ada
berita yang baru.”
5
Proses produksi berita Media Indonesia, seperti yang telah dijelaskan dalam kutipan wawancara, ada tiga tahap proses produksi berita
sebelum akhirnya diterbitkan oleh Media Indonesia esok harinya. Tahap proses ini diawali dengan rapat proyeksi yang dipimpin langsung oleh
Asisten Kepala Divisi Pemberitaan dan dihadiri oleh para redaktur dan asisten redaksi. Dalam rapat proyeksi ini dibahas mengenai isu-isu pemilu
2014 apa yang akan diangkat oleh Media Indonesia dalam kolom “Indonesia Memilih” dan dari isu-isu tersebut diberikan kepada wartawan
untuk diliput agar menjadi sebuah berita. Dibahasa juga mengenai peliputan yang telah dilakukan oleh wartawan dan berita apa saja yang
telah diliput oleh para wartawan pada hari sebelumnya. Dilanjutkan dengan rapat budget dimana pada rapat ini
menentukan berita-berita apa saja yang akan diterbitkan esok hari. Rapat budget ini melanjutkan rapat sebelumnya yang telah membahas mengenai
isu-isu yang akan diangkat dan diliput serta berita apa saja yang telah diliput wartawan. Pada rapat ini berita-berita pemilu 2014 tersebut
disaring dan dipilih sesuai kemenarikan, keaktualan dan kefaktualan berita tersebut.
Lalu ditutup dengan rapat final checking pada pukul 14.30, tahap akhir ini membahas mengenai berita terbaru yang didapat, dan ada
5
Wawancara dengan Bapak Ade Alawi, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan, selasa, 26 Agustus 2014
kemungkinan berita yang telah ditetapkan pada rapat sebelumnya diganti dengan berita terbaru yang lebih aktual. Dan berita yang diganti itu akan
dimasukkan dalam halaman-halaman selanjutnya. Misalkan dalam rapat budget telah ditentukan pemberitaan mengenai KPU yang lambat
menangani pemilu 2014 menjadi berita utama pada rapat itu, namun ketika pada rapat final checking ada berita baru mengenai Partai NasDem
yang berkampanye dan siap menjadi motor perubahan bangsa, maka dalam rapat final checking ini berita mengenai KPU diganti dengan berita
Partai NasDem. Dalam proses produksinya Media Indonesia memiliki kebijakan-
kebijakannya sendiri dalam memilih dan menentukan berita mana yang layak untuk diterbitkan. Media Indonesia memiliki empat asas kebijakan
dalam menentukan berita yang didasari pada asas keseimbangan berita, asas keadilan, asas pada sejauh mana menariknya berita tersebut dan asas
kelayakan berita atau news worthy. Kebijakan-kebijakan umum yang dimiliki Media Indonesia ini sempat dikatakan oleh pak Ade pada
kesempatan wawancara sebagai berikut: “kebijakan Media Indonesia terkait dengan PILEG 2014
berdasarkan pada asas keseimbangan berita, asas keadilan kemudian juga asas yang paling penting adalah sejauh mana
menariknya berita itu, sejauh mana manfaatnya, sejauh mana dampaknya, sejauh mana unsur kebaruannya. Dalam teori
jurnalistik news worthy, nilai kelayakan berita, kita based on disitu. Hanya berita terpilih, karena juga kan ribuan orang yang
menjadi caleg, tidak mungkin semuanya diberitakan. Jadi, kembali kepada news worthy sebuah berita, itu menjadi basis kebijakan
redaksi Media Indonesia.”
6
6
Wawancara dengan Bapak Ade Alawi, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan, selasa, 26 Agustus 2014
Kebijakan-kebijakan umum ini ditentukan dalam sidang redaksi yang dipimpin langsung oleh pemimpin redaksi. Berita-berita yang
diterbitkan merupakan berita-berita yang terpilih saja, tidak semua berita yang terjadi masuk dalam penerbitan Media Indonesia. Berita-berita
terpilih itu pun harus memenuhi syarat-syarat yang tadi dijelaskan oleh pak Ade, dimana berita-berita yang diterbitkan itu harus memiliki
kemenarikan, mempunyai manfaat dan sejauh mana dampak dari berita itu, serta memiliki news worthy, yaitu nilai kelayakan berita.
Pemilihan umum yang terjadi 5 tahun sekali ini selalu menjadi pusat perhatian, khususnya tahun 2014 ini, dimana presiden saat ini Susilo
Bambang Yudhono yang telah menjabat sebagai presiden selama sepuluh tahun, harus lengser dan berganti dengan presiden yang baru. Ini menjadi
ketertarikan sendiri mengenai pemilu 2014. Pada pemilu 2014 ini ada partai baru yang lolos untuk melaju dalam pemilu, serta hadirnya seorang
figur pemimpin yang menjadi pembicaraan hangat. Media Indonesia mencoba untuk ikut serta dalam pemilu dengan
menghadirk an kolom khusus pemilu yang diberi judul “Indonesia
Memilih”. Media Indonesia mencoba untuk memberikan berita mendalam mengenai masalah keterkaitan pemilu, untuk menambah pengetahuan dan
mengedukasi masyarakat mengenai Pemilu legislatif dan para calon legislatif. Media Indonesia ingin menjadi petunjuk dari informasi-
informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat mengenai pemilu 2014. Media Indonesia menyediakan kolom khusus untuk pemilu ini agar
masyarakat bisa memahami dan mengenal betul siapa calon-calon anggota
legislatif yang baik untuk dipilih oleh masyarakat. Selain itu, untuk membuka wawasan dan pengetahuan masyarakat mengenai persoalan
legislatif di Indonesia, serta pemahaman agar masyarakat tahu apa fungsi dan tugas dari para anggota dewan kita.
Kolom “Indonesia Memilih” memfokuskan diri mengenai pemilu 2014 yang coba diberikan kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui
dengan pasti calon-calon yang akan mereka pilih nantinya. Partai-partai politik yang berwajah lama pun juga masih menghiasi pemilu 2014.
Sebelum pemilu 2014 ini memasuki waktunya, banyak berita negatif muncul kehadapan publik yang secara pasti membawa nama partai politik
yang bersangkutan menjadi buruk dihadapan masyarakat. Kebijakan umum Media Indonesia yang telah disebutkan pada
wawancara, yang salah satunya adalah sejauh mana kemenarikan berita tersebut, membuat peneliti ingin mengetahui bagaimana Media Indonesia
merasa tertarik dengan pemberitaan sebuah partai politik agar partai politik itu bisa masuk kedalam agenda pemberitaan yang ditentukan dalam
sidang redaksi. Berikut ini adalah pernyataan bapak Ade saat ditanya oleh peneliti:
“kalau pemberitaan partai politik itu pada sejauh mana partai politik itu pengusung isu perubahan. Perubahan dalam arti apa
yang bisa dilakukan, terobosan apa yang dilakukan partai-partai ini jika dia berada di DPR. Dan bagaimana cara partai-partai tersebut
menjaga 4 pilar kebangsa
an itu tadi.”
7
Mendengar penyataan bahwa sejauh mana partai politik itu pengusung isu perubahan, membuat kita ingat pada afiliasi Media
Indonesia dengan Partai NasDem. Apakah benar partai yang dimaksud
7
Wawancara dengan Bapak Ade Alawi, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan, selasa,26 Agustus 2014
oleh Media Indonesia ini adalah Partai NasDem. Kita tahu bahwa Partai NasDem memiliki slogan “Gerakan Perubahan”. Namun, pada dasarnya
setiap partai politik pasti ingin mengadakan perubahan pada bangsa Indonesia agar lebih maju dan bisa menjadi negara yang lebih baik lagi.
Hubungan antara Media Indonesia dengan Partai NasDem sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Pemberitaan positif yang diterima oleh Partai
NasDem dalam setiap berita yang muncul dalam kolom “Indonesia Memilih” membuat munculnya pikiran bahwa adanya perlakuan khusus
terhadap Partai NasDem dalam setiap berita yang terbit. Namun, hal ini langsung dibantah secara halus oleh pak Ade saat diwawancarai oleh
peneliti sebagai berikut: “kalau perlakuan khusus tidak ada tetapi yang kita ingin
sampaikan adalah sejauh mana hal itu menarik, tidak seluruhnya berita-berita NasDem itu kita muat. Tetap yang ingin kita angkat
adalah kebaruan-kebaruan apa yang dibuat oleh NasDem. Jika memang frekuensi pemberitaannya berbeda dengan partai lain,
saya kira juga hal yang wajar karena kita mempunyai satu visi yang sama antara Media Indonesia dengan Partai NasDem.
Bagaimana membangun negara ini untuk melakukan satu gerakan perubahan, kita ingin memperkuat 4 pilar kebangsaan yaitu
Pancasila, UUD’45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.”
8
Persamaan visi yang dimiliki oleh Media Indonesia dengan Partai NasDem kemungkinan adanya karena Media Indonesia dan Partai
NasDem sama-sama dipimpin oleh Surya Paloh, dimana ia sangat mendukung adanya isu gerakan perubahan untuk bangsa Indonesia.
Bahkan dalam beberapa pemberitaan didalam kolom “Indonesia Memilih”, Partai NasDem siap menjadi oposisi dan mengawasi
8
Wawancara dengan Bapak Ade Alawi, Asisten Kepala Divisi Pemberitaan, selasa, 26 Agustus 2014
pemerintahan bila suara yang dimilikinya tak cukup untuk memasukkan kader kedalam DPR.
3. Analisis Konteks Sosial pemberitaan Mengenai Partai Politik