Zikir Jaringan TQN di Indonesia

13. Tunaikan janji, jika kamu berjanji. 84 d. Adab kepada diri sendiri. Ini adalah yang utama dan sekaligus terberat, tiada perjuangan yang lebih berat dari pada perjuangan melawan diri sendiri, karena ini adalah perjuangan melawan hawa nafsu. Secara garis besar, seorang murid harus; 1. Memegangi prinsip tingkah laku yang lebih sempurna, jangan sampai seseorang bertindak yang menjadikan dia tercela, dan mengecewakan. 2. Jika berjanji hendaklah ditepati. 3. Hendaklah murid menetapkan perilaku adab tatakrama, meyakinkan dirinya senantiasa Allah selalu mengetahui semua yang diperbuat hamba-Nya. 4. Para murid hendaknya bergaul dengan orang-orang yang saleh. 5. Tidak diperbolehkan berlebih-lebihan dalam hal makan, minum, berbusa-na, dan berhubungan seksual. 6. Hendaknya bagi para murid berpaling dari cinta duniawi. 7. Jika murid terbuai oleh hawa nafsu, misalnya berat melaksanakan ketaatan maka hendaklah senantiasa merayu dirinya sendiri, dan meyakinkan diri bahwa payahnya hidup di dunia ini sangat pendek waktunya jika diban-dingkan dengan kepayahan di akhirat kelak. 85

c. Zikir

Zikir merupakan amalan harian yang dilaksanakan setiap setelah sholat fardhu dan bisa juga setelah sholat sunat dengan kaifiyyat yang telah ditentukan. Dalam TQN, terdapat dua jenis zikir, yaitu zikir jahar dan zikir khafiy. Setiap murid harus melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ada dalam TQN, di antaranya adalah mengikuti ketentuan dalam teknis berzikirnya. Ketentuan teknis zikir jahar-nya sebagai berikut; 1. Setiap pengikut TQN diharuskan mengamalkan zikir Kalimah Thoyyibah sekurang-kurangnya 165 kali. 2. Jumlah bilangan 165 dalam zikir adalah jumlah minimal, lebih banyak akan lebih baik, dengan ketentuan diakhiri hitungan bilangan ganjil. 84 Kharisudin Aqib, al Hikmah, h. 72-73. 85 Kharisudin Aqib, al Hikmah, h. 74-75. 3. Yang mempunyai kesibukan seperti sedang melakukan safar perjalanan, bisa membaca zikir dengan bilangan 3 kali. Namun pada waktu-waktu senggang sebaiknya memperbanyak bacaan zikir, misalnya pada waktu melaksanakan sholat malam. 4. Sebaiknya dilaksanakan berjamaah dengan suara keras menghujam, sehingga “menghancurkan” kerasnya hati kita yang diliputi oleh sifat- sifat mazmumah buruk menjadi sifat mahmudah baik. Atsar bekas dari zikir itu akan terlihat dengan perilaku pengamalnya, yaitu membentuk pribadi pengamal zikir yang berakhlak mulia. 86 Mengenai cara-cara meresapi zikir kepada Allah agar sampai pada tingkat hakikat atau kesempurnaan, Syaikh Ahmad Khatib Sambas merumuskannya sebagai berikut; Pertama, sâlik hendaklah berkonsentrasi dan membersihkan hatinya dari segala cela sehingga dalam hati dan pikiran nya tidak ada sesuatu pun selain zat Allah. Kemudian meminta limpahan karunia dan kasih sayang-Nya serta pengenalan sempurna melalui perantaraan mursyid syaikh Tarekat Qadiriyah Naqsyaban-diah TQN. Kedua, ketika mengucapkan lafaz-lafaz zikir, terutama nafyi wâ itsbat “lâ ilâha illAllah”, hendaklah sâlik menarik gerakan melalui satu trayek di badannya; dari pusat perut sampai ke otak kepalanya. Kemudian ditarik ke arah bahu kanan dan dari sana dipukulkan dengan sekeras-kerasnya ke jantung. Di sini kepala juga ikut bergerak sesuai dengan trayek zikir. Dari bawah ke atas ditarik kata “la” dengan ukuran tujuh mâd, kemudian kata “ilaha” ditarik ke bahu kanan dengan ukuran yang sama dan akhirnya kata “illAllah” dipukulkan ke jantung dengan ukuran yang lebih lama sekitar tiga mâd. Kalimat zikir ini boleh diucapkan dengan cara keras atau nyaring jahar atau dengan cara lembut atau halus sirr. Ketiga, aturan lain dari rumusan zikir yang diformulasikan Syaikh Ahmad Khatib Sambas adalah dengan memusatkan zikir pada titik-titik halus lathâif dalam anggota badan. Aturan semacam ini sebenarnya berasal dari cara-cara zikir yang biasa dikembangkan dalam Tarekat Naqshabandiyah untuk memudahkan seorang salik menarik gambaran Dzatiyyah. 87 Dalam hal zikir khafiy tarekat Qadiriyah Naqshabandiyah TQN, ketentuannya sebagaimana zikir yang diamalkan dalam Tarekat Naqshabandiyah. Yaitu dengan sebelas asas tarekat, delapan dari asas itu dirumuskan oleh Abd al- 86 Bazul Asyhab dan Gaos Saefullah , Uquudul Jumaan, hal. 1. 87 Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat, hal. 75. Khaliq Ghuzda-wani, sedangkan sisanya adalah penambahan oleh Bahauddin an- Naqsyabandi. Asas-asas Abd al-Khaliq adalah, 1. Hush dar dam. sadar sewaktu bernafas. Suatu latihan konsentrasi, murid harus sadar ingat akan Allah setiap menarik dan menghembuskan nafas, dan ketika berhenti sebentar di antara keduanya. 2. Nazar bar qadam menjaga langkah. Sewaktu berjalan, sang murid haruslah menjaga langkah-langkahnya, sewaktu duduk memandang lurus ke depan agar tujuan ruhani nya tidak dikacaukan oleh segala hal di sekelilingnya. 3. Safar dar watan melakukan perjalanan di tanah kelahirannya. Yakni mening-galkan segala bentuk ketidaksempurnaannya sebagai manusia menuju kesadaran akan hakikatnya sebagai makhluk yang mulia. 4. Khalwat dar anjuman sepi di tengah keramaian. Menyibukkan diri dengan selalu membaca zikir sewaktu aktif dalam kehidupan bermasyarakat atau berada di tengah keramaian orang. 5. Yad kard ingat, menyebut. Terus-menerus mengulangi nama Allah, zikir tauhid berisi formula Lâ Ilâha Illallah, atau formula zikir lainnya yang diberikan oleh guru dalam hati atau dengan lisan. 6. Baz gasyt kembali, memperbarui. Demi mengendalikan hati supaya tidak condong kepada hal-hal yang menyimpang melantur, murid harus membaca setelah zikir tauhid ketika berhenti sebentar di antara dua nafas, dengan khusyuk membaca formula ilahi anta maqsudi wa ridhaka mathlubi Ya Tuhanku, Engkaulah tempatku memohon dan keridlaan-Mu lah yang kuharapkan. 7. Nigah dasyt waspada. Yaitu menjaga pikiran dan perasaan terus-menerus sewaktu melakukan zikir tauhid, untuk mencegah agar pikiran dan perasaan tidak menyimpang dari kesadaran akan Tuhan. 8. Yad dasyt mengingat kembali. Penglihatan yang diberkahi secara langsung menangkap Zat Allah, yang berbeda dari sifat-sifat dan nama-namanya, mengalami bahwa segalanya berasal dari Allah Yang Esa dan beraneka ragam ciptaan terus berlanjut ke tak berhingga. Asas-asas tambahan dari Bahauddin an-Naqsyabandi sebagai berikut; 1. Wuquf-i zamani memeriksa penggunaan waktu seseorang. Mengamati secara teratur bagaimana seseorang menghabiskan waktunya. Artinya, jika seseorang tenggelam dalam zikir dan melakukan perbuatan terpuji, hendaklah bersyukur kepada Allah, jika lupa Allah atau melakukan perbuatan berdosa, hendaklah ia meminta ampun kepada-Nya. 2. Wuquf adadi memeriksa hitungan zikir seseorang. Dengan hati-hati beberapa kali seseorang mengulangi kalimat zikir tanpa pikirannya mengem-bara ke mana-mana. 3. Wuquf qalbi menjaga hati tetap terkontrol. Membayangkan berada di hadirat Allah, sehingga hati itu tidak sadar akan yang lain kecuali Allah. 88

d. Khataman