Khataman Manaqib Jaringan TQN di Indonesia

7. Nigah dasyt waspada. Yaitu menjaga pikiran dan perasaan terus-menerus sewaktu melakukan zikir tauhid, untuk mencegah agar pikiran dan perasaan tidak menyimpang dari kesadaran akan Tuhan. 8. Yad dasyt mengingat kembali. Penglihatan yang diberkahi secara langsung menangkap Zat Allah, yang berbeda dari sifat-sifat dan nama-namanya, mengalami bahwa segalanya berasal dari Allah Yang Esa dan beraneka ragam ciptaan terus berlanjut ke tak berhingga. Asas-asas tambahan dari Bahauddin an-Naqsyabandi sebagai berikut; 1. Wuquf-i zamani memeriksa penggunaan waktu seseorang. Mengamati secara teratur bagaimana seseorang menghabiskan waktunya. Artinya, jika seseorang tenggelam dalam zikir dan melakukan perbuatan terpuji, hendaklah bersyukur kepada Allah, jika lupa Allah atau melakukan perbuatan berdosa, hendaklah ia meminta ampun kepada-Nya. 2. Wuquf adadi memeriksa hitungan zikir seseorang. Dengan hati-hati beberapa kali seseorang mengulangi kalimat zikir tanpa pikirannya mengem-bara ke mana-mana. 3. Wuquf qalbi menjaga hati tetap terkontrol. Membayangkan berada di hadirat Allah, sehingga hati itu tidak sadar akan yang lain kecuali Allah. 88

d. Khataman

Khataman merupakan integrasi antara zikir, shalawat, doa-doa, dan bacaan yang biasa diamalkan oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnya. Pelaksanaan 88 Arrusodo, Tarekat Naqsyanbiah, diakses pada 03 Maret 2004, dari; http:www.sufinews.com- index.php?subaction=showfullid=1078317640archive=start_from=ucat=8go=tareka t. khota-man dilakukan secara berjamaah atau dapat juga secara sendiri. Bisa dilakukan di masjid atau di rumah. Khataman akan membuat pengamalnya menjadi kuat dalam dimensi secara mental spiritual. Seiring dengan semakin banyak keperluan yang berkaitan dengan urusan dunia dan akhirat, dan juga sebagai upaya untuk kejayaan agama dan negara, maka intensitas pelaksanaan khataman sebaiknya ditingkatkan. Amaliah ini bisa dilaksanakan seminggu sekali, seminggu dua kali atau setiap hari, dengan waktu antara sholat Maghrib dan Isya, atau pada waktu yang lain. Dalam hal ini, dapat dijelaskan bahwa siapa yang “banyak keperluan hidup”, maka diusahakan memperbanyak melakukan khataman. Secara umum yang dilakukan di P.P.Suryalaya adalah sebagai berikut; 1. Antara Maghrib dan Isya. Jumlah bilangannya bisa 3 kali, 7 kali, 11 kali, atau lebih, yang penting sebelum tiba waktu sholat Isya masih mempunyai waktu untuk melaksanakan sholat-sholat sunah dan mem-baca Sholawat Bani Hasyim. 2. Senin dan Kamis setelah sholat Ashar. 3. Setelah sholat Isya, setelah pelaksanaan sholat Lidaf’il Bala. 89 Amalan dalam khataman selain yang telah tersebut, juga berisi tawassul kepada para Nabi a.s., guru-guru tarekat-sufi serta puji-pujian, doa-doa dan shalawat kepada Nabi Muhammad saw. 90

e. Manaqib

Manaqib berasal dari bahasa Arab manaqib, kata jamak dari manqabah yang berarti ‘lubang tempat melihat’, yang secara istilah dalam dunia sufi mengandung arti kisah-kisah tentang kesalihan dan keutamaan ilmu dan amalan 89 Bazul Asyhab dan Gaos Saefullah, Uquudul Jumaan, Bandung: Wahana Karya Grafika, 2006, Cet.I, hal.2. 90 Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat, hal. 81. seseorang. Dalam tradisi yang biasa dikembangkan oleh TQN, manaqib berarti pembacaan kisah unggulan hagiografi Syaikh Abdul Qadir al-Jaelani, baik mengenai akhlak, martabat, maupun karomah yang dimiliki. Karena memang semasa hidupnya ia sering menunjukkan pelbagai keajaiban, termasuk bisa menarik orang berduyun-duyun untuk mendengarkan wejangan dan khotbah- khotbahnya. 91 Manaqib juga bisa diartikan ‘riwayat hidup’ yang berhubungan dengan sejarah kehidupan orang-orang besar, atau tokoh-tokoh penting, seperti biodata tentang kelahirannya, guru-gurunya, sifat-sifatnya, serta akhlak kepribadiannya. 92 Membaca, mendengarkan, mempelajari atau mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan riwayat hidup seseorang atau tokoh-tokoh sahabat Nabi Muhammad saw., ulama tabi’in, ulama mujtahidin, para wali Allah dan lain- lainnya dengan tujuan untuk dijadikan pelajaran dan contoh keteladanannya yang baik, adalah sangat besar faedahnya, dan termasuk yang dianjurkan agama. Proses manaqib yang dilakukan oleh pengikut TQN pada umumnya sasaran yang ingin dicapai sebagai berikut: Pertama, mengharap Rahmat Allah, keberkahan, serta ampunan dosa-dosa. Kedua, mengembangkan dan melestarikan pengamalan TQN sebagai salah satu jalan mendapatkan kerelaan Allah, kasih sayang-Nya, dan mengenal Allah lebih dekat. Ketiga, ingin tercapai atau terwujudnya insan hamba Allah yang beriman, bertakwa, beramal saleh, dan berakhlak karimah sufiah. Keempat, mencontoh, mengikuti jejak langkah yang dekat taqarrub kepada Allah, di antaranya wali Allah. Kelima, merasa cinta mahabbah dan menghormati keturunan Syaikh Abdul Qadir dan keturunan Rasul Allah. 93 91 Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat, hal. 83. 92 Bazul Asyhab dan Gaos Saefullah, Tanbih, Tawassul, Manaqib, Bandung: Wahana Karya Grafika, hal. 1-3. 93 Bazul Asyhab dan Gaos Saefullah, Tanbih, Tawassul, Manaqib, hal. 2. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa manaqib adalah kegiatan yang dianjurkan bagi kalangan TQN, pelaksanaannya dilakukan dengan sehikmat mungkin. Sebelum acara dimulai, terlebih dahulu diberikan penjelasan oleh sesepuh, atau ketua kelompok yang ditunjuk untuk memimpin jalannya manaqiban. Setiap peserta harus hadir dengan berdisiplin, khusyuk, dan tawadhu’, hati harus selalu mengingat Allah dalam mengikuti kegiatan ini. Di beberapa tempat, dalam proses pembacaan manaqib Syaikh Abdul Qadir Jailani setiap orang yang mengikuti diusahakan dalam keadaan berwudhu.

f. Tawashul