Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses globalisasi saat ini telah merambah ke seluruh urat nadi kehidupan umat manusia, pengaruhnya sangat kompleks dan signifikan. Untuk membentengi diri dari pengaruh globalisasi tersebut, setiap manusia agar memahami potensi dirinya baik secara lahiriah maupun spiritual. Problem dalam kehidupan bermasyarakat seperti kesenjangan antara nilai-nilai yang bersifat duniawi dan ukhrawi itu biasa terjadi. Dalam situasi demikian, tasawuf merupakan kendaraan pilihan untuk mengatasi masalah seperti ini. 1 Manusia modern yang rasional cenderung mengedepankan aspek akal rasio tanpa memperhatikan potensi hati qalb, padahal Islam tidak membuat dikhotomi demikian. Hal itu berakibat fatal, karena ketika akalnya sudah tidak mampu lagi menyelesaikan masalah- masalahnya kemungkinan ia akan mudah putus asa, depresi, stres, bahkan bunuh diri. Untuk mengatasi masalah dengan baik dibutuhkan sebuah ketenangan dan kesabaran. Tasawuf sebagai disiplin keislaman merupakan penawar untuk memberikan kesetimbangan antara fungsi akal dan hati. Konsep yang ada dalam tasawuf mengajarkan hidup dengan benar, rajin beribadah, berakhlak mulia, merasakan indahnya hidup dan nikmatnya ibadah. 2 Konsep tersebut jika sungguh- sungguh dilaksanakan oleh setiap warga negara kemungkinan besar bisa memperbaiki ke arah yang lebih baik kondisi moral dan spiritual warga negara. 1 Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 2007, Cet. IV, hal.278. 2 Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial,,Bandung: Mizan Pustaka, 2006, Cet. I, hal. 36-37. 1 Tarekat merupakan lembaga yang mengajarkan kajian-kajian tasawuf, mengamalkan isi yang terkandung di dalamnya yang disertai oleh pembimbing yang mempunyai silsilah hingga Rasul Muhammad saw.. Dalam tarekat itu, seseorang akan mempelajari segala sesuatu tentang tasawuf. Kajian-kajian yang dipelajari dalam dunia tasawuf merupakan kajian-kajian yang dipelajari dalam dunia tarekat juga. Jadi, sekarang ini tidak salah jika disimpulkan bahwa tasawuf sudah menjadi tarekat. 3 Seseorang yang ingin bertarekat tidak bisa hanya dengan mengikuti pengajian-pengajian tasawuf dan membaca buku-buku tasawuf. Pengajian tasawuf itu bisa sebagai bentuk pencerahan agar semakin yakin kepada Allah dan semakin “luas dada” seseorang. Sedangkan dalam tarekat, ada bagian terpenting yang tidak bisa ditemukan hanya dengan mengikuti pengajian-pengajian tasawuf atau dengan membaca buku-buku terkait, yaitu keberadaan mursyid. 4 Tarekat di dunia Islam bermacam-macam tidak terhitung jumlahnya, tidak ada angka yang pasti berapa jumlah macam tarekat seluruhnya. Ada dua tarekat besar yang berkembang dalam dunia Islam, yaitu Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqshabandiyah. Kedua tarekat ini mempunyai pendiri, teknik berzikir, dan latar belakang yang berbeda, bahkan bertolak belakang. Akan tetapi, oleh ulama Indonesia dari Sambas, Kalimantan, dua macam tarekat yang mempunyai teknik berzikir dan latar belakang bertolak belakang itu justeru dipadukan dalam satu paket tarekat tersendiri tanpa mengajarkannya secara terpisah, tarekat tersebut di Indonesia disebut tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. 3 Sukardi, ed, Kuliah-kuliah Tasawuf, Bandung: Pustaka Hidayah, 2000, hal. 17. 4 Lukman Hakim, Berthariqat Hanya Lewat Pengajian Tasawuf, Bagaimana? dalam Cahaya Sufi, Edisi Maret, 2005, hal. 38. Tarekat Qadiriyah wa Naqshabandiyah selanjutnya ditulis Tarekat Qadiriyah Naqshabandiyah atau disingkat TQN termasuk satu di antara tarekat yang banyak pengikutnya di Indonesia, terutama di pulau Jawa, 5 di luar pulau Jawa penyebaran TQN tidak melalui lembaga pendidikan formal seperti pesantren, sehingga TQN hanya tersebar dalam kalangan orang awam dan tidak memperoleh kemajuan yang berarti. Lain halnya di pulau Jawa, TQN disebarkan melalui pondok-pondok pesantren yang didirikan dan dipimpin oleh para pengikutnya, maka perkembangannya pun pesat sekali sehingga kini merupakan tarekat yang paling besar dan berpengaruh di kawasan ini. 6 Satu cabang TQN yang ada di Pulau Jawa yaitu Pondok Pesantren Suryalaya, Sebuah pesantren di Kampung Godebag, Tasikmalaya, Jawa Barat, pesantren ini mengajarkan ajaran tasawuf sekaligus sebagai pusat dari perkembangan tarekat. Sejak pondok pesantren ini berdiri sengaja diarahkan agar menjadi pusat pengembangan tarekat Qadiriyah Naqshabandiyah. 7 Tarekat Qadiriyah Naqshabandiyah TQN di Suryalaya dikenal sebagai salah satu pusat TQN yang aktif dan dinamis. Mursyidnya K.H.A.Shohibul Wafa Tajul Arifin Abah Anom telah berhasil mengembangkan cabang-cabangnya, bukan hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri, seperti Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam. Abah Anom juga dikenal telah mendesain khusus praktik 5 Depag Republik Indonesia Balai Penulisan Aliran KerohanianKeagamaan, Lembaga Pengoba-tan Inabah Tarekat Qadiriyah Naksyabandiyah Suryalaya, Semarang: Depag RI Balai Penulisan Aliran KerohanianKeagamaan, 1993, hal. 30. 6 Muhammad Nur Latif, Ajaran Mistik Syekh Ahmad Khatib as-Sambasi dalam Naskah Tarekat yang dibangsakan Kepada Qadiriyah dan Naqshabandiyah Suatu Analisis Isi Teks, Laporan Penelitian, Jakarta: The Toyota Foundation Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, 1995, hal. 71. 7 Shohibul Wafa Tajul Arifin, Tarekat Qadiriyah Naqshabandiyah, dari: http:www.suryalaya.-orgtqnl.html, diakses pada 20 September 2007. zikir dan shalat untuk merehabilitasi remaja yang kecanduan obat terlarang dan narkotika dengan membangun Pondok Inabah. Telah berdiri 23 Pondok Inabah di dalam dan luar negeri. 8 Wakil talqin khalifah Abah Anom yang diamanatkan untuk mengembangkan tarekat Qadiriyah dan Naqshabandiyah TQN di Jakarta adalah K.H.Wahfiudin, S.E., M.B.A. 9 Saat ini, media pengembangan TQN di Jakarta melalui Yayasan Aqabah Sejahtera YAS, keberadaannya merupakan cabang pengembangan TQN yang ada di Suryalaya Jawa Barat. YAS adalah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial yang bertujuan meningkatkan kualitas manusia pada sisi intelektual, emosional dan spiritual. Bidang tasawuf di YAS adalah satu dari seluruh program yayasan yang beliau pimpin. Yayasan Aqabah Sejahtera YAS didirikan tahun 1994 oleh K.H.Wahfiudin di Jakarta. Di bidang pendidikan yayasan ini menyelenggarakan beberapa kegiatan, di antaranya berupa kursus-kursus, in house training, outbond training, pesantren kalbu, pelatihan mubalig, dan seminar-seminar. Kegiatan- kegiatan tersebut tidak hanya berada di Jakarta, tetapi juga di kota-kota besar lainnya di luar Jakarta. Salah satu unit yang bergerak khusus memberikan pelatihan-pelatihan yang langsung dipimpin oleh K.H.Wahfiuddin adalah Radix Training Center RTC. Secara individu beliau telah memberikan beberapa training di pelbagai instansi, baik pemerintah maupun swasta. Kemudian, pada awal 2004 itu juga beliau membentuk sebuah tim training yang solid dalam 8 Sri Mulyati, et.al, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia Jakarta: Prenada Mulia, 2005, Cet.II, hal. 264. 9 Zezen ZA Bazul Asyhab dan Abdul Gaos Saefullah al-Maslul ed, Tanbih, Tawassul, Manaqib, Bandung: Wahana Karya Grafika, tanpa tahun, hal. 89. rangka kaderisasi. Meskipun RTC usianya masih belia, namun telah memunculkan beberapa training yang diselenggarakan. Di antara kegiatan-kegiatan YAS adalah zikir bersama dan ceramah keagamaan. Kegiatan ini dilakukan setiap Senin malam dan Kamis malam. Kegiatan yang diselenggarakan Senin malam dimulai dengan shalat Maghrib berjamaah, kemudian dilanjutkan dengan zikir TQN, ini berlangsung hingga azan Isya berkumandang. Setelah shalat Isya berjamaah, dilanjutkan dengan zikir TQN, kemudian diisi dengan ceramah keruhanian, yang isinya tidak hanya menekankan pada penguasaan jiwa dari hawa nafsu, penyucian hati, dan memperbanyak berzikir kepada Allah tetapi juga hal-hal yang bersifat pemantapan semangat ajaran TQN dengan argumen-argumen logis tentang kebenaran ajaran tarekat dan keberuntungan orang yang mengikutinya. Setelah ceramah, kegiatan selesai dan diakhiri dengan membaca shalawat serta bersalaman dengan ustaz Wahfiudin dan sesama jamaah. Sedangkan kegiatan yang berlangsung setiap Kamis malam, dimulai dengan shalat Maghrib berjamaah, kemudian dilangsungkan dengan zikir umum, yang berlangsung hingga azan Isya. Setelah shalat Isya berjamaah, diisi dengan zikir TQN, kemudian dilanjutkan dengan siraman rohani hingga selesai. K.H.Wahfiudin merupakan khalifah di Jakarta dari Abah Anom Tasikmalaya, bagaimana ustaz Wahfiudin menerapkan ajaran tarekat Qadiriyah Naqshabandiyah di Jakarta?, bagaimana jamaah TQN asuhan ustaz Wahfiuddin dalam memahami ajaran TQN yang telah mereka jalani? apakah TQN berpengaruh bagi kehidupan mereka? Hal-hal inilah yang menjadikan penulis tertarik untuk menelusuri dan mempelajarinya, serta menjadikan judul dalam penulisan skripsi, yaitu “PENGARUH TASAWUF BAGI PENGIKUT TAREKAT Studi Kasus Terhadap Jamaah Tarekat Qadiriyah Naqshabandiyah Yayasan Aqabah Sejahtera Rawamangun Jakarta Timur”. Semoga penulisan ini akan mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang diharapkan.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah