Tinjauan Pustaka Sistematika Penulisan Pengertian Motivasi Hidup

9

E. Tinjauan Pustaka

Sebelumnya ada skripsi yang membahas mengenai lansia yang telah dilakukan oleh mahasiswa terdahulu, untuk mengetahui materi penelitian diuraikan sebagai berikut yaitu dengan Judul skripsi, Konselor dalam memberikan bimbingan rohani islam di usia lanjut di Panti Jompo Cipayung Jakarta Timur, penulis Siti Zulaeha, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2001, yang berisi tentang bimbingan rohani pada lansia. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian kali ini penulis membahas mengenai peran pembimbing dalam memberikan motivasi hidup pada lansia di Pusaka Cengkareng Jakarta Barat.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam skripsi ini, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan merupakan bab awal yang berisi latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan

BAB II Kajian Teori yang berisikan masalah inti dalam judul

skripsi ini, yaitu memuat tentang pengertian teori peran, pengertian pembimbing, pengertian motivasi hidup, prinsip- prinsip motivasi hidup, pengertian lansia, peran pembimbing dalam memberikan motivasi hidup pada lansia serta kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

BAB III Gambaran Umum. Dalam bab ini akan dijelaskan sejarah

10 berdirinya, visi, misi, struktur Organisasi dan kondisi lansia di Pusaka Cengkareng Barat Jakarta Barat

BAB IV Temuan analisa yang terdiri dari bagaimana cara konselor

dalam memberikan motivasi hidup pada lansia, harapan para lansia dan kesesuaian antara cara konselor memberikan motivasi hidup dengan harapan para lansia.

BAB V Penutup berisi kesimpulan dan saran

11 BAB II TINJAUAN TEORI

A. Peran

1. Pengertian Peran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “ Peran adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat dan harus dilaksanakan.” 8 Dalam kamus ilmiah popular, peran diartikan sebagai fungsi, kedudukan atau bagian dari kedudukan, seseorang dikatkan berperan atau memiliki peranan karena dia orang tersebut mempunyai status dalam masyarakat. Walaupun kedudukannya ini berbeda antara satu dengan yang lainnya tersebut. Akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya. Menurut Soerjano Soekanto, “peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.” 9 Berbicara tentang peran, tentunya tidak dapat dipisahkan dengan status kedudukan, walaupun keduanya berbeda akan tetapi saling berhubungan erat antara satu sama lainnya. Karena yang satu tergantung pada yang lainnya begitu juga sebaliknya, maka peran diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang berbeda akan tetapi kelekatannya sangat terasa sekali. Seseorang dapat 8 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka 1998,h. 667 9 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar Jakarta: Balai Pustaka 1998 Cet ke-1, h. 667 12 dikatakan berperan atau memiliki peran dikarenakan seseorang tersebut mempunyai status dalam masyarakat walau kedudukan ini berbeda antara satu orang dengan orang lain, akan tetapi masing-masing dirinya memiliki peran yang sesuai dengan statusnya. Pengertian peran menurut Jenning yang dikutip oleh Ira Yoga yaitu “cara berinteraksi yang melibatkan tingkah laku oleh dan untuk individu, yang pada akhirnya ada proses penempatan status peranan seseorang dalam keluarga, orang, masyarakat dan sebagainya.” Adapun Gibb dan Gordon, sebagaimana yang dikutip oleh Ira Yoga mendefinisikan “peran yaitu lahir dari interaksi dalam masyarakat itu sendiri dengan memposisikan peran interaksi mereka dalam masyarakat, melalui partisipasi dalam memainkan peran tertentu.” 10 Sedangkan David Berry mendefinisikan “peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. 11 Harapan-harapan tersebut masih menurut David Berry, merupakan imbangan dari norma-norma sosial karena itu dapat dikatakan peranan- peranan ini dapat ditentukan oleh norma-norma di masyarakat. Artinya seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan pekerjaannya dan dalam pekerjaan-pekerjaan lain. Sarlito Wirawan Sarwono juga mengemukakan hal yang sama bahwa “harapan tentang peran adalah harapan-harapan lain pada umumnya 10 http:ireyoga.orgadaptmodul _kepemimpinan 11 David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Sosiologi,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995 Cet.Ke-3, h.99 13 tentang perilaku-perilaku yang pantas yang seyogyanya ditentukan oleh seseorang yang mempunyai peran tertentu.” 12 Peran sangat menentukan kelompok social masyarakat, dalam artian diharapkan masing-masing dari sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan perannya yaitu menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat lingkungandimana ia bertempat tinggal. Jadi seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan peran. 13 David Berry mengatakan bahwa didalam “ peran terdapat dua macam harapan yaitu : Pertama, harapan-harapan masyarakat terhadap pemegang peran dari pemegang peran. Kedua, harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran terhadap orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan perannya atau kewajiban- kewajibannya.

2. Tinjauan Sosiologi Tentang Peran

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa melepaskan sikap ketergantungan pada makhluk atau manusia lainnya. Maka pada posisi semacam inilah, peran sangat menentukan kelompok sosial masyarakat tersebut, dalam artian diharapkan masing- 12 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial,Jakarta: CV Rajawali, 1984, Cet.Ke-1.h.235 13 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002, Cet.Ke-34,h.243 14 masing dari sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan perannya yaitu menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengn kedudukannya dalam masyarakat lingkungan dimana ia bertempat tinggal. Dari kutipan tersebut nyatalah bahwa ada suatu harapan dari masyarakat terhadap individu akan suatu peran, agar dijalankan sebagaimana mestinya sesuai dengan kedudukannya dalam lingkungan tersebut. Individu dituntut memegang peran yang diberikan oleh masyarakat kepadanya, dalam hal ini peran dapat dilihat sebagian dari struktur masyarakat, misalnya peran-peran dalam pekerjaan, keluarga, kekuasaan dan peran-peran lainnya yang diciptakan oleh masyarakat. Dari penjelasan dapat terlihat suatu gambaran bahwa suatu peran tidak dapat berjalan tanpa adanya atau memiliki kedudukan, maksudnya yaitu dengan adanya kedudukan tersebut maka peranan itu dapat berjalan sesuai dengan tugas yang dimilikinya.

B. Pengertian Pembimbing

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Pembimbing adalah orang yang membimbing, pemimpin, penuntun. 14 Sedangakan menurut Prayitno, ”Pembimbing adalah orang yang membantu individu untuk membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan interpretasi yang diperlukan untuk Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka 1998,h. 152 15 menyesuaikan diri yang baik.” Sehingga dapat dikatakan bahwa tugas pembimbing adalah melakukan bimbingan terhadap lansia itu sendiri. 15 Menurut M. Hamdani Adz-Dzaky menguraikan pengertian konseling adalah aktivitas pemberian nasehat dengan atau berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk pembicaraan yang komunikatif antara konselor dan klien, dimana konseling datang dari pihak klien yang disebabkan ketidaktahuan atau kurangnya pengetahuan sehingga ia memohon pertolongan kepada pembimbing agar dapat memberikan bimbingan dengan metode- metode psikologis dalam pelaksanaan : 1. Mengembangkan kualitas kepribadian yang tangguh. 2. Mengembangkan kualitas kesehatan mental. 3. Mengembangkan perilaku-perilaku yang lebih efektif pada diri individu dan lingkungannya. 4. Menanggulangi problem hidup dan kehidupan secara mandiri. 16

1. Tujuan Bimbingan dan Konseling

a. Mendapat dukungan selagi klien memadukan segenap kekuatan dan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi b. Memperoleh wawasan baru tentang berbagai alternatif, pandangan dan pemahaman-pemahaman, serta ketrampilan-ketrampilan baru c. Menghadapi ketakutan-ketakutan sendiri; mencapai kemampuan untuk mengambil keputusan dan keberanian untuk melaksanakannya; 15 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Rineka cipta, h. 94 16 M.Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi Dan Konseling Islam Penerapan Metode Sufistik , Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru , 2001, Cet ke-I,h.128-129 16 kemampuan untuk mengambil resiko yang mungkin ada dalam proses pencapaian tujuan yang dikehendaki. Coleman, dalam Thompson Rudolph, 1983 d. Tujuan konseling dapat terentang dari sekedar klien mengikuti kemauan-kemauan konselor sampai pada masalah pengambilan keputusan, pengembangan kesadaran, pengembangan pribadi, penyembuhan, dan penerimaan diri sendiri. Thompson Rudolph, 1983. 17

2. Fungsi Bimbingan dan Konseling

1. Fungsi pemahaman a. Pemahaman tentang klien Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya pemeberian bantuan terhadap klien. Sebelum seorang konselor atau pihak-pihak lai dapat memberikan layanan tertentu kepada klien, maka mereka perlu terlebih dahulu memahami individu yang akan dibantu itu. Pemahaman tidak hanya sekedar mengenal diri klien, melainkan lebih jauh lagi, yaitu pemahaman yang menyangkut latar belakang pribadi klien, kekuatan dan kelemahannya, serta kondisi lingkungannya. b. Pemahaman tentang masalah klien Pemahaman terhadap masalah klien itu terutama menyangkut jenis masalahnya, intensitasnya, sangkut-pautnya, sebab-sebabnya, dan kemungkinan berkembangnya kalau tidak segera diatasi. Pemahaman 17 Prayitno dan Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, h.112 17 masalah oleh individu klien sendiri merupakan modal dasar bagi pemecahan masalah tersebut. Sejak awal prosesnya, pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan mampu mengantarkan klien memahami masalah yang dihadapinya. Apabila pemahaman masalah klien oleh klien itu sendiri telah tercapai maka pelayanan bimbingan dan konseling telah berhasil menjalankan fungsi pemahaman dengan baik. c. Pemahaman tentang lingkungan yang “lebih luas” Pemahaman tentang lingkungan yang “lebih luas” artinya dalam arti sempit lingkungan diartikan sebagai kondisi sekitar individu yang secara langsung mampengaruhi individu tersebut seperti keadaan rumah tempat tinggal, keadaan sosio ekonomi dan sosio emosional keluarga, hubungan antar tetangga dan lain sebagainya. Paparan singkat lebih lajut berikut ini menyangkut beberapa jenis lingkungan yang “lebih luas” seperti lingkungan sekolah bagi para siswa, lingkungan kerja dan industri bagi para karyawan, dan lingkungan- lingkungan kerja bagi para individu sesuai dengan sangkut-paut masing-masing. Pemahaman yang baik terhadap hal-hal tersebut akan memungkinkan menjalani kehidupan sebagaiman dikehendaki. 2. Fungsi Pencegahan a. Pengertian pencegahan Pencegahan yaitu upaya mempengaruhi dengan cara yang positif dan bijaksana lingkungan yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian sebelum kesulitan atau kerugian itu benar- 18 benar terjadi Horner McElhaney,1993. Lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh positif terhadap individu. Oleh karena itu lingkungan harus dipelihara dan dikembangkan. Adapun aplikasi upaya pencegahan adalah bahwa: 1 Mencegah adalah menghindari timbulnya atau meningkatnya kondisi bermasalah pada diri klien 2 Mencegah adalah mempunyai dan menurunkan faktor organik dan stres 3 Mencegah adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, penilaian positif terhadap diri sendiri dan dukungan kelompok. b. Upaya Pencegahan Upaya pencegahan yang harus dilakukan konselor adalah : 1 Mendorong perbaikan lingkungan yang kalu diberikan akan berdampak negatif terhadap individu yang bersangkutan 2 Mendorong perbaikan kondisi diri pada diri klien 3 Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlukan dan mempengaruhi perkembangan dan kehidupannya. 4 Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberi resiko besar dan melakukan sesuatu yang akan memberikan manfaat. 5 Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan. 19 3. Fungsi Pengentasan Upaya pengentasan msalahnya pada dasarnya dilakukan secara perorangan, sebab setiap masalah adalah unik. Masalah-masalah yang diderita oleh individu yang berbeda tidak boleh disamaratakan. Dengan demikian penanganannya pun harus secara unik disesuaikan terhadap kondisi masing-masing masalah itu. Untuk itu konselor perlu memiliki ketersediaan berbagai bahan dan keterampilan untuk menangani berbagai masalah yang beraneka ragam. 4. Fungsi pemeliharaan dan Pengembangan Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini. Pemeliharaan yang demikian itu adalah pemeliharaan yang membangun, pemeliharaan yang memperkembangkan. Oleh karena itu kedua fungsi itu tidak dapat dipisahkan. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, fungsi pemeliharaan dan pengembangan dilaksanakan melalui berbagai pengaturan, kegiatan dan program. Selain fungsi bimbingan dan konseling yang sudah dikemukakan di atas, ulasan dalam pelayanannya juga memiliki tujuan yang jelas menurut George dan Christiani, seperti yang dikutip Singgih D.Gunarsa adalah sebagai berikut : 20 1. Menyediakan fasilitas untuk perubahan perilaku 2. Meningkatkan keterampilan untuk menghadapi sesuatu 3. Meningkatkan kemampuan dalam menentukkan keputusan 4. Meningkatkan dalam hubungan antar perorangan 5. Menyediakan fasilitas untuk pengembangan klien. 18

C. Pengertian Motivasi Hidup

Motif sebagai pendorong pada umunya tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor-faktor lain, hal-hal yang dapat mempengaruhi motif disebut motivasi. Motivasi sendiri merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan. 19 Sedangkan pengertian hidup adalah yang menjadikan sesuatu merasa dan mengetahui juga bergerak, yang selalu ditandai dengan rasa, gerak dan sadar. Menurut hemat saya pengertian motivasi itu sendiri berarti suatu dorongan untuk tetap terus bergerak, sadar dan merasakan. Artinya dorongan yang mengarah kepada eksistensi hidup. Manusia ingin tetap dapat bergerak, merasakan dan sadar dalam kehidupan, sehingga dibutuhkan motivasi atau dorongan agar hidup atau rasa itu dapat bermakna. Motivasi memiliki 3 aspek antara lain : 1. Keadaan terdorong dalam diri organisme yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan misalnya kebutuhan jasmani, karena keadaan lingkungan atau karena keadaan lingkungan atau karena keadaan mental seperti berfikir dan ingatan. 18 Singgih D.Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi,Jakarta: PT. Gunung Mulia,1992, Cet ke-23, h. 24 19 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi Offset, 1980 h. 220 21 2. Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini 3. Tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut. Salah satu aspek dalam konseling yaitu motivasi, yaitu memberikan dorongan kepada klien agar mampu melaksanakan perilaku dalam upaya memecahkan masalahnya secara efektif dan produktif. Memahami motivasi merupakan satu hal yang sangat penting bagi para konselor dalam proses konseling karena beberapa alasan, yaitu : 1 klien harus didorong untuk bekerja sama dalam konseling dan senantiasa berada dalam situasi itu, 2klien harus senantiasa dorong untuk berbuat dan berusaha sesuai dengan tuntutan , 3 motivasi merupakan hal yang penting dalam memelihara dan mengembangkan suasana konseling. Motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah kepada suatu tujuan tertentu. Motivasi memiliki karakteristik : 1 Sebagai hasil dari kebutuhan 2 Terarah kepada suatu tujuan 3 Menopang perilaku. Motivasi dapat dijadikan sebagai dasar penafsiran, penjelasan dan penaksiran perilaku. Motif timbul karena adanya kebutuhan yang mendorong individu untuk melakukan tindakan yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan. Dalam bentuk uang sederhana, motivasi dapat digambarkan dalam kerangka : Motif - - - - perilaku - - - - tujuan 22 Ada lima hal yang menjadi alasan bahwa motivasi itu merupakan suatu proses yang kompleks, yaitu: 1. Motif yang menjadi sebab dari tindakan seseorang itu tidak dapat diamati akan tetapi hanya diperkirakan. 2. Individu mempunyai kebutuhan atau harapan yang senantiasa berubah dan berkelanjutan 3. Manusia memuaskan kebutuhannya dengan bermacam-macam cara 4. Kepuasan dalam satu kebutuhan tertentu dapat mengarah kepada intensitas kebutuhan 5. Perilaku yang mengarah kepada tujuan, tidak selamanya dapat menghasilkan kepuasan. Sesuai dengan kerangka diatas maka dari setiap proses motivasi dan perilaku akan menghasilkan berbagai peristiwa yang bervariasi antara individu yang satu dengan yang lainnya ataupun pada setiap individu dalam waktu dan tempat yang berbeda. Setiap orang selalu terdorong untuk melakukan tindakan yang mengarah kepada pencapaian tujuan yang telah diinginkan. Bilamana tujuan itu tercapai, maka kemungkinan ia akan memperoleh kepuasan. Akan tetapi , tidak selamanya setiap perbuatan itu dapat mencapai tujuan yang diinginkan dan menghasilkan kepuasan. Dalam situasi ini individu akan mengalami kegagalan dan merasakan kekecewaan yang selanjutnya dapat menimbulkan frustasi, dalam keadaan frustasi ini ada dua kemungkinan tindakan sebagai reaksi seseorang terhadap kegagalan dan kekecewaannya, 23 yaitu tindakan yang tergolong konstruktif, dan tindakan yang tergolong defensif. Reaksi yang tergolong konstruktif adalah apabila individu mampu menghadapi kegagalan secara realistik dan mampu melakukan tindakan untuk menghadapi kegagalan secara realistik dan dapat dibenarkan menurut norma yang berlaku. Reaksi inilah yang paling banyak diharapkan oleh setiap orang. Sedangkan reaksi defensif adalah bentuk perilaku reaksi yang ditunjukkan untuk mempertahankan dan melindungi dirinya dari kegagalan yang dihadapi. Pada umumnya tindakan defensif ini terjadi dalam keadaan kurang disadari dan kehilangan kontrol diri, sehingga dapat menimbulkan gejala- gejala gangguan mental. Dari bentuk perwujudannya, ada beberapa bentuk perilaku defensif sebagai reaksi frustasi disebut : 1. Rasionalisasi yaitu mencari-cari dalih atau alasan untuk menutupi kegagalannya 2. Proyeksi adalah melempar sebab-sebab kegagalannya kepada pihak di luar dirinya 3. Kompensasi, yaitu mencari sukses dalam bidang lain untuk menutupi kegagalan dalam satu bidang 4. Regresi yaitu berperilaku kekanak-kanakan 5. Menarik diri, yaitu menghindarkan diri dari keadaan yang tidak menyenangkan baik secara fisik maupun psikis 6. Represi, yaitu menekan atau melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan 24 7. Agresi, yaitu melakukan perlawanan atau penyerangan terhadap hal- hal yang dianggap sebagai penyebab kegagalannya. 8. Sublimasi, yiatu dengan mencari penyaluran atau tujuan pengganti 9. Cemas tak berdaya, yaitu keadaan diam tak berdaya tanpa melakukan apa-apa. Faktor yang menggerakan tingkah laku manusia dalam jiwa adalah ilmu jiwa disebut dengan motif. Motif motive berasal dari kata “Motion” memiliki arti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Menurut istilah psikologi mengandung arti penyebab yang diduga untuk suatu tindakan, suatu aktivitas yang sedang berkembang dan suatu kebutuhan. Adapun faktor-faktor itu adalah : 1. Faktor Personal biologis Motif biologis yang mempengaruhi perilaku manusia seperti kebutuhan akan makan, minum dan istirahat serta kebutuhan seksual. 2. Faktor Sosiopsikologis Merupakan faktor karakteristik yang disebabkan oleh proses sosial yang dialami oleh setiap orang, karakteristik ini mempengaruhi tingkah lakunya. Motif ini antara lain : Keingintahuan, motif kompetensi, motif cinta, motif harga diri, nilai dan makna hidup, kepercayaan. 3. Faktor Situasional Faktor ini dapat mempengaruhi seseorang menyesuaikan perilaku sesuai dengan keadaan, tempat dimana mereka berada. 25 4 . Faktor Rohaniah Kebutuhan rohaniah dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu pendidikan, penglaman dan suasana yang melindunginya. Semakin tinggi pendidikan seseorang dan semakin luas pengalamannya, maka semakin banyak dan tinggi tingkat kebutuhan ruhaniahnya. 20 Perilaku manusia sebagian besar ialah berupa perilaku yang dibentuk dan perilaku yang dipelajari. Pembentukan perilaku dapat melalui : 1. Imitasi Peniruan terhadap perbuatan orang lain merupakan salah satu aspek dari kegiatan manusia Menurut Charles Bird 2. Sugesti juga merupakan faktor yang banyak mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat. 3. Simpati yang berarti perasaan tertariknya seseorang kepada orang lain yang membuat seseorang menjadi peniru sikap yang disimpatikan. 4. Situasi kebersamaan dalam situasi dimana sekumpulan manusia berada pada suatu tempat dalam kurun waktu tertentu secara insidental. Tingkah laku yang muncul bukan lagi sebuah tingkah laku individual melainkan tingkah laku secara kolektif massal. 21

D. Prinsip-Prinsip Motivasi dalam Hidup

Dokumen yang terkait

Peranan remaja masjid (IRMASH) dalam meningkatkan pengamalan agama pada remaja di Masjid Safinatul Husna Bambu Larangan Cengkareng Jakarta Barat

1 20 81

Peran Pembimbing Rohani Islam Dalam Memperbaiki Kesehatan Mental Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng

0 19 104

Hubungan tingkat sosial ekonomi orang tua dengan motivasi siswa memasuki Sekolah Menengah Kejuruan(SMKN) 42 Cengkareng Jakarta Barat

0 5 95

Kesadaran hukum masyarakat terhadap hukum waris Islam : Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat

5 22 98

Peran Pembimbing Rohani Islam Dalam Memperbaiki Kesehatan Mental Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng

2 28 104

IMPLEMENTASI SEMBOYAN BHINNEKA TUNGGAL IKA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT BETAWI DI KELURAHAN CENGKARENG TIMUR KECAMATAN CENGKARENG KOTA JAKARTA BARAT -

0 3 77

IDENTIFIKASI BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA ES BATU DI WILAYAH BOJONG RAYA, CENGKARENG JAKARTA IDENTIFICATION OF BACTERIA ESCHERICHIA COLI ON ICE CUBES IN THE REGION BOJONG RAYA, CENGKARENG JAKARTA BARAT

0 0 6

KEPUNAHAN BAHASA BETAWI PADA SUKU BETAWI DI CENGKARENG BARAT, JAKARTA BARAT

1 0 12

BAB I PENDAHULUAN - HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI HARGA DENGAN KEPUASAN PELANGGAN INDOSAT IM3 PADA WARGA RW 10 CENGKARENG BARAT, CENGKARENG, JAKARTA BARAT - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 1 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN - HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI HARGA DENGAN KEPUASAN PELANGGAN INDOSAT IM3 PADA WARGA RW 10 CENGKARENG BARAT, CENGKARENG, JAKARTA BARAT - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 20