Titrasi Asam Basa Kurva Titrasi Asam Basa

B. Titrasi berdasarkan reaksi redoks, yaitu perpindahan elektron; disini terdapat unsur-unsur yang mengalami perubahan tingkat oksidasi. Agar memenuhi syarat reaksi sempurna, maka dalam titrasi redoks, titrat dan titrant harus berbeda besar dalam kekuatan oksidasi-reduksinya. Harjadi, W, 1990

2.5.1. Titrasi Asam Basa

Titrasi asam-basa sering disebut asidimetri-alkalimetri, sedang untuk titrasi atau pengukuran lain-lain sering juga dipakai akhiran –ometri menggantkan –imetri. Kata metri berasal dari bahaas Yunani yang berarti ilmu, jadi asidimetri dapat diartikan pengukuran jumlah asam ataupun pengukuran dengan asam yang diukur jumlah basa atau garam. Secara tersirat diutarakan sebelumnya bahwa titrasi asidimetri-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam danatau basa, diantaranya : 1. asam kuat – basa kuat 2. asam kuat – basa lemah 3. asam lemah – basa kuat 4. asam kuat – garam dari asam lemah 5. basa kuat – garam dari basa lemah Tujuan titrasi, misalnya dari suatu larutan basa dengan larutan standar suatu asam, adalah untuk menetapkan jumlah asam yang secara kimiawi adalah tepat ekivalen dengan jumlah yang ada. Keadaan atau saat pada mana ini dicapai, adalah titik-ekivalen, titik stoikiometri, atau titik-akhir teoretis; hasilnya adalah larutan air dari garam bersangkutan. Jika baik asamnya, maupun basanya, merupakan elektrolit kuat, larutan yang dihasikan akan netral dan mempunyai pH 7; tetapi jika atau asamnya, atau basanya, adalah elektrolit lemah, garam itu akan terhidrolisis sampai derajat tertentu, dan larutan pada titik ekivalen itu akan entah sedikit basa, atau sedikit asam. pH tepat dari larutan ada titik ekivalen, dapat mudah dihitung dari tetapan ionisasi dari asam lema atau basa lemah itu, dan konsentrasi larutan. Untuk setiap titrasi yang sesungguhnya. Underwood, A.L, 1990 Universitas Sumatera Utara

2.5.2. Kurva Titrasi Asam Basa

Larutan yang dititrasi dalam asidimetri-alkalimetri mengalami perubahan pH. Misalnya bila larutan asam dititrasi dengan basa, maka pH larutan mula-mula rendah dan selama titrasi terus-menerus naik. Bila pH ini diukur dengan pengukur pH pH meter pada awal titrasi yakni sebelum ditambah basa pada waktu-waktu tertentu setelah titrasi dimulai, maka kalau pH larutan dialurkan lawan volume titrant, kita peroleh grafik yang disebut kurva titrasi. Pada gambar I diambil contoh asam hidroklorida dan natrium hidroksida sebagai asam kuat dan basa kuat. Dapat terlihat bahwa pH hanya menurun dalam jumlah yang sangat sedikit sekali sampai mendekati titik ekivalen. Kemudian kurva tersebu melonjak turun dengan sangat curam. Gambar II dimisalkan asam hidroklorida sebagai asam kuat dan larutan amonia sebagai basa lemah. I II III IV Universitas Sumatera Utara Pada bagian permulaan kurva, pH menurun dengan cepat seiring dengan penambahan asam, tetapi kemudian kurva segera berubah dengan tingkat kecuraman yang berkurang. Hal ini karena terbentuk larutan penyangga – sebagai akibat dari kelebihan amonia dan pembentukan amonium klorida. Sedangkan Gambar III dengan mengambil asam etanoat dan natrium hidroksida sebagai asam lemah dan basa kuat. Untuk bagian pertama dari gambar, diperoleh kelebihan natrium hidroksida. Sekali saja ada kelebihan asam, maka akan terjadi suatu hal yang berbeda. Setelah titik ekivalen diperoleh larutan penyangga yang mengandung natrium etanoat dan asam etanoat. Larutan penyangga ini menahan penurunan pH yang drastis. Berbeda pada gambar IV contoh yang biasa untuk kurva titrasi asam lemah dan basa lemah adalah asam etanoat dan amonia. Hal ini juga terjadi karena keduanya bersifat lemah – pada kasus tersebut, titik ekivalen kira-kira terletak pada pH 7. Terlihat bahwa kurva tersebut sedikit tidak curam pada gambar ini. Lebih lagi, terdapat sesuatu yang dikenal dengan titik infleksi. Kecuraman yang berkurang berarti bahwa sulit melakukan titrasi antara asam lemah vs basa lemah. http:www.chem-is-try.org. Diakses tanggal 8 Agustus 2009 Langkah pertama untuk dapat memahami dan menginterpretasikan proses titrasi kedalam kurva titrasi adalah menuliskan reaksi kimia antara titrant dan analit. Kemudian reaksi tersebut digunakan untuk menghitung komposisi dan pH setelah setiap penambahan titrant. Sebagai contoh, 50 mL KOH 0,020 M dititrasi dengan HBr 0,100 M. Persamaan reaksi antara titrant dan analit adalah H + + OH - H 2 O Karena konstanta kesetimbangan untuk reaksi ini adalah 1K w = 10 14 , dapat dikatakan bahwa reaksi ini sempurna. Sejumlah H + yang ditambahakan akan dinetralkan secara Universitas Sumatera Utara stoikiometri oleh sejumlah OH - . Perhitungan jumlah volume HBr diperlukan untuk mendapatkan titik ekivalen V e . V e mL0,100 M = 50,00 mL0,020 M V e = 10,00 mL mmol HBr titik ekivalen mmol OH – yang dititrasi Terlihat bahwa saat penambahan 10,00 mL HBr, titrasi sebenarnya telah selesai. Dalam titrasi basakuat dengan asam kuat, ada tiga bagian dari kurva titrasi yang dapat ditampilkan : 1. Sebelum mencapai titik ekivalen, pH ditentukan dengan kelebihan OH – dalam larutan 2. Pada titik ekivalen, H + tepat bereaksi dengan OH - membentuk H 2 O. Harga pH ditentukan oleh derajat disosiasi air. 3. Setelah titik ekivalen, pH ditentukan oleh kelebihan H + dalam larutan. Harris, Daniel C, 1982 Dalam menentukan harga pKa indikator, ditarik garis tegak lurus terhadap titik yang bersinggungan dengan titik curam kurva, yang ditunjukkan oleh garis putus- putus diatas. Demikian juga halnya dalam penentuan pKa indikator yang lain. Akan tetapi dengan memperhatikan volume titrasi dari titrant yang digunakan pada berbagai jenis titrasi yang dilakukan. Pada dasarnya kurva juga dapat kita peroleh dengan menghitung pH larutan secara teori. Untuk itu dibedakan empat daerah titrasi : 1. Titik awal, yakni sebelum titrasi dimulai 0 titrant, pH disini adalah pH titrat. 2. Daerah sebelum titik ekivalen. Larutan berisi sisa titrat dan haisl reaksi antara titrat dan titrant; pH ialah pH larutan campuran tersebut; 2a: titik tengah 50 selesai. 3. Titik ekivalen 100 titrant telah ditambahkan. Larutan hanya berisi hasil reaksi dan pH-nya dapat dihitung. Universitas Sumatera Utara 4. Daerah setelah titik ekivalen. Larutan berisi hasil titrasi dan kelebihan titrant; pH ialah pH larutan campuran ini. Gambar pembagian kurva titrasi menjadi daerah-daerah titrasi. Harjadi, W, 1986 4 2 Persen titrasi selesai Daerah titrasi 3 2a 1 pH 3 2a 3 5 7 9 11 50 150 100 Universitas Sumatera Utara BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Alat-alat Nama Alat Merek Rotary Evaporator Buchi B-480 Timbangan Elektrik Mettler PM400 Buret Pyrex Statif dan Klem - Peralatan gelas Pyrex pH Meter WTW 330i Botol vial - Kertas saring Whatman Spectronic 20 Milton Roy 3.2. Bahan-bahan Nama Bahan Merek Etanol pa E. Merck NaOH pellet E. Merck H 2 C 2 O 4 .2H 2 O E. Merck Na 2 CO 3pa E. Merck HCl p E. Merck FeCl 3 .6H 2 O pa E. Merck Indikator Universal E. Merck Indikator Fenolftalein E. Merck Indikator Biru Bromotimol E. Merck Indikator Jingga Metil E. Merck Akuades - Kulit Ubi Jalar - Universitas Sumatera Utara

3.3. Prosedur Penelitian