25
2.4 Sosial, Budaya, dan Pendidikan
Didalam kehidupan sosialnya, masyarakat mengenal sistem Marsiadapari, sebagian masyarakat menyebutnya dengan sambatan, yaitu sistem tolong menolong
secara bergantian tanpa upahan seperti pembukaan lahan dan membangun rumah. Apabila ingin membuka lahan, maka kerabat terdekat akan diundang untuk ikut
membantu membuka lahan, menanam, dan juga memanen.Kerabat yang membantu tidak diberi gaji hanya diberi makan setiap harinya. Biasanya sistem ini terdiri dari 4-
5 keluarga sesuai dengan kesepakatan. Mereka hanya mengandalkan ikatan kekeluargaan. Hal ini berlaku secara bergantian bagi setiap anggota kelompok.
Tolong menolong ini juga berlaku apabila ada kerabat atau ibu-ibu yang ingin melahirkan, akan ada acara lek-lekan
26
Pada prosesi melahirkan biasanya akan dibantu oleh dukun beranak, karena belum ada bidan. Memotong uri menggunakan belahan bambu yang sudah
selama 3 hari 3 malam di rumah si ibu tersebut. Dan malam terakhirnya para kerabat yang hadir tidak akan tidur semalaman.
Kerabat yang datang berkunjung biasanya juga membawa beras, gula dan kelapa untuk buah tangan, dan untuk membantu keluarga dari ibu yang melahirkan. Para
kerabat yang datang akan membuat kue-kue basah seperti lemet dan gorengan untuk tamu yang berhadir. Tamu yang hadir tidak akan tidur untuk menjaga si ibu dan
bayinya.Diatas pintu rumah juga biasanya akan diletakkan bambu kuning sebagai penangkal roh-roh ghaib.
26
Lek-lekan: menjenguk ibu-ibu yang melahirkan, dan ikut menjaga di rumah agar terhindar dari serangan roh-roh ghaib.
26
dibersihkan. Kemudian diberi ramuan yang terbuat dari induk kunyit dan sirih serta kapur, supaya luka sehabis melahirkan bisa cepat kering.
27
Dimasyarakat juga sudah mengenal istilah Sunat Rasul atau bersih badan. Prosesi ini akan dibantu oleh seorang Mudim Kampung.
Setelah itu si ibu juga akan diberi ramuan khusus untuk diminum sebagai jamu.
28
Orang yang akan disunnat biasanya disuruh pagi-pagi sekali atau subuh untuk mandi di jurang. Apabila sudah
menggigil baru akan disunnat. Proses ini untuk menggantikan peran bius yang belum ada pada waktu itu. Alat-alatnya menggunakan pisau khusus seperti pisau lipat.
Setelah selesai disunnat, akan dihangatkn menggunakan api kecil. Perbannya terbuat dari kain putih yang lembut dan diberi putih telur ayam kampung yang berperan
sebagai lem. Setelah dibungkus, orang yang disunnat akan diberi ramuan yang terbuat dari daun-daunan khusus untuk diminum sebagai obat.
29
Apabila ada satu keluarga yang ingin melakukan acara atau hajatan, kerabatnya akan membantu dan biasanya bertandang bertamu selama 2 hari sampai
acara selesai.Masyarkat telah mengenal acara pelamaran. Mengundang kerabat terdekat untuk acara hajatan. Tamu yang diundang sekitar 40an orang. Undangannya
terbuat dari anyaman pandan. Anyaman tadi akan disimpul sesuai lama hari menuju Jika lukanya sudah kering
akan diolesi dengan ramuan yang terbuat dari sarang semut yang digiling halus dan dicampur dengan daun Sanggani Sanduluk.
27
Hasil Wawancara dengan Ibu Kalsum Br. Manurung, Dusun VI Desa Bandar Pasir Mandoge, 22 Maret 2015, Pukul 13.00 WIB.
28
Mudim Kampung, Seseorang yang ahli atau Spesialis Sunat Rasul dalam suatu kampung.
29
Hasil Wawancara dengan Ibu Khalifah Br. Naibaho, Dusun VI Desa Bandar Pasir Mandoge, 21 Maret 2015, Pukul 13.30 WIB.
27
hari H pelaksanaan pesta. Anyaman tadi akan diberikan kepada keluarga yang diundang. Setiap harinya simpulan anyaman tadi akan dipotong untuk menghitung
mundur hari pesta. Jadi, apabila ada keluarga yang salah memotong simpul anyaman, bisa dipastikan akan lupa jadwal pesta atau hajatan tersebut.
Belum ada catatan Sipil, hanya memanggil orang KUA supaya datang kerumah untuk menjadi saksi pernikahan. Para tamu undangan biasanya juga akan
membawa beras, kelapa dan juga ayam pada saat acara hajatan berlangsung, hal ini karena masih kentalnya rasa kekeluargaan diantara masyarakat. Acara pernikahan
juga sudah menerapkan acara upah-upah karena adanya percampuran Budaya antara Batak Toba dan juga Melayu. Acara hiburannya menggunakan alat musik Batak
Tortor, Menggual, dengan alat lengkap seperti Seruni, Gong, Gondang. Berbicara tentang tingkatan pendidikan, hampir seluruh masyarakat masih
belum berpendidikan.pada awal 1955, karena keterbatasan pengetahuan dan masih minimnya pusat pendidikan, sebagian besar anak-anak kampung hanya ikut
membantu orang tua mereka masing-masing untuk berladang, mencari kayu,mengangkat air, dan juga menjual hasil panen mereka ke pekanan. Sekolah pada
waktu itu juga masih sebatas SR Sekolah Rakyat.
2.5 Infrastruktur 2.5.1 Infrastruktur Jalan