Saluran Pembuangan Air Limbah SPAL

35 dapat pula menetapkan syarat-syarat kualitas air sesuai dengan kondisi negara tersebut.

2.2.3.2. Saluran Pembuangan Air Limbah SPAL

Sarana pembuangan air limbah yang sehat yaitu yang dapat mengalirkan air limbah dari sumbernya dapur, kamar mandi ke tempat penampungan air limbah dengan lancar tampa mencemari lingkungan dan tidak dapat dijangkau serangga dan tikus Pamsimas, 2011. Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri atau tempat-tempat umum lainya dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik rumah tangga. Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus black water , dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya. Beberapa sumber air buangan : a Air buang rumah tangga domesrik waste water Air buang dari pemukiman ini umumnya mempunyai komposisi yang terdiri dari ekskreta tinja dan urin, air bekas cucian, dapur dan kamar mandi, dimana sebagian merupakan bahan –bahan organik. b. Air buangan kota praja municipal waste water Air buang ini umumnya berasal dari daera perkotaan, perdangangan, selokan, tempat ibadah dan tempat umum lainya. Universitas Sumatera Utara 36 c. Air buang industri industrial waste water Air buangan yang berasal dari macam industri. Pada umumnya lebih sulit pengelolahannya serta mempunyai variasi yang luas. Zat-zat yang terkandung didalamnya misalnya logam berat, zat pelarut, amoniak dan lain-lain. Pengolahan Air Limbah dalam kehidupan sehari-hari pengolahan air limbah dilakukan dengan dua cara yaitu : a. Menyalurkan air limbah tersebut jauh dari tempat tinggal tanpa diolah tanpa diolah sebelumnya b. Menyalurkan air limbah setelah diolah sebelumnya dan kemudian dibuang ke alam. Pengolahan air limbah ini dapat dilakukan secara pribadi ataupun terpusat. Air buangan yang dibuang tidak saniter dapat menjadi media perkembangan mikroorganisme patogen, larva nyamuk ataupun serangga yang dapat menjadi media transmisi penyakit kolera, typus abdominalis, disentri baciler dan sebagainya. Bila air limbah itu dibuang begitu saja tanpa diolah sebelumnya maka beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu : a. Tidak sampai mengotori sumber air minum b. Tidak menjadi tempat berkembangbiaknya berbagai bibit penyakit dan vektor c. Tidak mengganggu estetika, misalnya dari segi pemandangan dan menimbulkan bau. d. Tidak mencemarkan alam sekitarnya, misalnya merusak tempat untuk rekreasi berenang dan sebagainya Notoadmodjo, 2010. Universitas Sumatera Utara 37 Saluran limbah yang bocor atau pecah menyebabkan air keluar dan tergenang serta meresap ke tanah. jika jarak terlalu dekat dengan sumber air dapat mencemari sumber air tersebut. Tempat penampungan air yang terbuka dapat menyebabkan nyamuk bertelur Pamsimas, 2011. 2.3. Rumah Susun Pengelolaan Rusunawa menurut Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat nomor 14PERMENM2007 tentang pengelolaan rusunawa bab I pasal 1 ayat 3 adalah upaya terpadu yang dilakukan oleh badan pengelola atas barang milik NegaraDaerah yang berupa rusunawa dengan melestarikan fungsi rusunawa yang meliputi kebijakan perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindah tanganan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian rusunawa. Hunian vertikal atau rumah susun merupakan salah satu solusi untuk penanganan perumahan dan permukiman kumuh sekaligus mencegah tumbuhnya enclaves kumuh baru sebagai konsekuensi dari pesatnya pembangunan kawasan perkotaan yang menuai dampak seperti meningkatnya kepadatan penduduk, tingginya kepadatan bangunan, rendahnya kualitas infrastruktur serta makin langkanya lahan yang diperuntukkan bagi permukiman. Rusunawa sebagai salah satu strategi penataan permukiman kumuh perkotaan membawa beberapa implikasi positif antara lain : Universitas Sumatera Utara 38 1. Membantu mengatasi permasalahan pemukiman kumuh perkotaan dengan penerapan urban renewel atau peremajaan kota. 2. Sebagai bentuk keberpihakan kepada masyarakat berpenghasilan rendah MBR yang belum atau tidak mampu menghuni rumah milik. 3. Menjamin kepastian dan keamanan tinggal secure tenure terutama bagi komunitas yang semula menghuni lingkungan dan atau kawasan ilegal. 4. Penggunaan lahan yang efisien akan berdampak pada pelestarian lingkungan karena memperluas daerah resapan air dan Ruang Terbuka Hijau RTH, serta memberikan ruanglahan untuk fungsi-fungsi sosial yang bermanfaat bagi kehidupan dan kesejahteraan komunitas yang tinggal dilingkungan tersebut. 5. Teknik pembangunan fisik rusunawa telah dikembangkan diantaranya dengan sistem prototype dan sistem terkini yang mempercepat proses konstruksi yang dapat diandalkan dalam efisiensi waktu, pengatasan permasalahan runtuh dan tahan gempa. 6. Bentuk bangunan vertikal menekankan pada efisiensi pemanfaatan lahan. 7. Konsentrasi hunian yang terpusat menciptakan efisiensi dalam investasi dan pemeliharaan infrastruktur perkotaan. 8. Radius pencapaian yang relatif dekat dengan pusat kota akan mengurangi pemborosan biaya hidup keluarga dan penghematan energi berkaitan dengan transportasi. Hamzah, A 2000 menyatakan bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pembangunan rumah susun adalah : Universitas Sumatera Utara 39 a. Persyaratan teknis untuk ruangan Semua ruangan yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara luar dan pencahayaan dalam jumlah yang cukup. b. Persyaratan untuk struktur, komponen dan bahan-bahan bangunan Harus memenuhi persayaratan konstruksi dan standar yang berlaku yaitu harus tahan dengan beban mati, bergerak, gempa, hujan, angin, hujan dan lain-lain. c. Kelengkapan rumah susun Jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan gas, saluran pembuangan air, saluran pembuangan sampah, jaringan teleponalat komunikasi, alat transportasi berupa tangga, lift atau eskalator, pintu dan tangga darurat kebakaran, alat pemadam kebakaran, penangkal petir, alarm, pintu kedap asap, generator listrik dan lain-lain. d. Satuan rumah susun Mempunyai ukuran standar yang dapat dipertanggungjawabkan dan memenuhi persyaratan sehubungan dengan fungsi dan penggunaannya. Memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti tidur, mandi, buang hajat, mencuci, menjemur, memasak, makan, menerima tamu dan lain-lain. e. Bagian bersama dan benda bersama Bagian bersama berupa ruang umum, ruang tunggu, lift, atau selasar harus memenuhi syarat sehingga dapat memberi kemudahan bagi penghuni. Benda bersama harus mempunyai dimensi, lokasi dan kualitas dan kapasitas yang memenuhi syarat sehingga dapat menjamin keamanan dan kenikmatan bagi penghuni. Universitas Sumatera Utara 40 f. Lokasi rumah susun 1. Harus sesuai peruntukan dan keserasian dangan memperhatikan rencana tata ruang dan tata guna tanah. 2. Harus memungkinkan berfungsinya dengan baik saluran-saluran pembuangan dalam lingkungan ke sistem jaringan pembuang air hujan dan limbah. 3. Harus mudah mencapai angkutan. 4. Harus dijangkau oleh pelayanan jaringan air bersih dan listrik. g. Kepadatan dan tata letak bangunan Harus mencapai optimasi daya guna dan hasil guna tanah dengan memperhatikan keserasian dan keselamatan lingkungan sekitarnya. h. Prasarana lingkungan Harus dilengkapi dengan prasarana jalan, tempat parkir, jaringan telepon, tempat pembuangan sampah. Fasilitas lingkungan Harus dilengkapi dengan ruang atau bangunan untuk berkumpul, tempat bermain anak-anak, dan kontak sosial, ruang untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk kesehatan, pendidikan dan peribadatan dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian Wahyudi, A 2010 pembangunan rumah susu telah memberi dampak positif dan negatif. Penelitian yang dilakukan di Surakarta ini menunjukkan adanya peningkatan rasa nyaman dan aman setelah tinggal di rumah susun, adanya perbaikan kehidupan dibidang ekonomi, pola hidup lebih teratur namun mereka merasa perilaku menjadi lebih individualistis. Universitas Sumatera Utara 41 Studi kasus yang dilakukan di Rusunawa Urip Sumoharjo, dilakukan evaluasi terhadap pengelolaan prasarana lingkungan rumah susundiketahui 46 responden merasakan timbul bau dari pembuangan grey water, dan 37 merasakannya dari pembuangan black water . Berdasarkan pengatamatan, sumber bau berasal dari saluran tersebut. Hasil wawancara dengan badan pengelola, ketua RW, dan 5 orang penghuni 5,4 responden, pada pertengahan tahun 2009 antara Bulan Maret – April terjadi retakan pada tangki septik di Blok A. Hal ini menyebabkan black water merembes ke tandon air bawah dan mencemari sumber air bersihminum rusun. Timbul bau pada saluran pembuangan grey water karena adanya genangan, sampah dan sedimen, sesuai dengan pendapat 46 responden. Grey water dibuang ke saluran lingkungankota Saluran Kalimir tanpa pengolahan, sedangkan kondisi Saluran Kalimir sudah sangat memprihatinkan dan arah aliran menuju ke perumahan padat di sekitar rusun. Rata-rata berat timbulan sampah rumah susun adalah 0,21 kgorang.hari. Densitas sampah rata-rata sebesar 165,95 kgm 3 . Berdasarkan berat dan densitas sampah dapat diketahui bahwa rata-rata volume timbulan sampah rumah susun adalah 1,29 literorang.hari. Rusun tidak memiliki saluran sampah. Hanya 72 unit hunian memiliki tempat sampah. Jenis tempat sampah di unit hunian rusun bersifat semi permanen berupa keranjang plastik 60, dll Penghuni membungkus sampah dengan kantong plastikkresek sebelum dibuang ke dalam gerobak sampah 70. Berdasarkan pengamatan lapangan, pembuangan sampah dilakukan oleh petugas Universitas Sumatera Utara 42 sampah setiap hari ke TPS dari rusun. Waktu pembuangan sampah ± 7-9 jamhari Kusumaningrum, 2010 . Penelitian yang dilakukan Subkhan, M 2008, berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap pengelolaan rumah susun sederhana sewa di Cengkareng dikatahui faktor-faktor yang menyebabkan kurang optimalnya pengelolaan rumah susun sederhana sewa Cengkareng yaitu dari aspek sosial penghuni Rusunawa itu sendiri yang meliputi keterbatasan waktu untuk pemeliharaan atau menjaga lingkungan Rusunawa Cengkareng, keterbatasan kemampuan dan keberdayaan penghuni Rusunawa Cengkareng, kelangsungan sumber pendapatan yang masih perlu dipertahankan. Dari hal tersebut ada hal positif dari masyarakat penghuni Rusunawa Cengkareng yaitu adanya semangat untuk meningkatkan ekonomi keluarga. Selain dari aspek masyarakat penghuni rumah susun sederhana sewa Cengkareng, kurang optimalnya pengelolaan Rusunawa Cengkareng dari aspek pengelola Rusunawa itu sendiri. Hasil penelitian diketahui beberapa hal penyebab kurang optimalnya pengelolaan rusunawa adalah dari aspek sosial masyarakat penghuni rusunawa mencerminkan adanya solidaritas penghuni rusunawa serta hubungan sosial kemasyarakatan telah terjalin tetapi terjadi pengelompokan secara alamiah antar blok dan waktu untuk kegiatan sosial dan gotong royong yang sifatnya rutin tidak dapat berjalan. Aspek ekonomi yang muncul adalah adanya keberdayaan dan semangat yang tinggi untuk meningkatkan ekonomi keluarga tetapi kegiatan ekonomi hanya untuk kegiatan harian karena tidak ada ”gambaran ke depan”. Universitas Sumatera Utara 43 Aspek spasial menunjukkan bahwa lokasi rusunawa sangat strategis walau berada pada lapis kedua dari jalan raya tetapi memiliki nilai ekonomis yang tinggi bila ditinjau dari sisi aksesibilitas perlu adanya angkutan umum yang dapat mengakses sampai dalam lokasi. Aspek pengelola rusunawa Cengkareng menunjukan peran organisasi kurang berjalan terhadap pengenaan sanksi masyarakat. Aspek pengelolaan teknis prasarana dan sarana menunjukan adanya fasilitas bersama yang pemanfaatannya digunakan untuk kepentingan individu dan sarana balai pertemuan untuk penyuluhan kurang memadai, perencanaan operasional hanya disusun untuk jangka pendek, koordinasi dengan instansi lain sangat terbatas, pengelolaan persewaan, pemasaran dan pembinaan penghuni tidak dilakukannya survey analisis pasar, menyusun startegi pasar dan pembinaan disebabkan unit hunian sudah terisi penghuni lama, pengelolaan administrasi dan keuangan pada penerapan sanksi tidak dapat dilaksanakan karena masih ada masalah dengan status hukum dipengadilan. 2.4.Perilaku dalam Perumahan Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik keturunan dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor-faktor tersebut merupakan penentu dari perilaku manusia. Hereditas atau faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku Universitas Sumatera Utara 44 makhluk hidup tersebut untuk selanjutnya. Lingkungan adalah kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut Notoatmodjo, 2010. Berdasarkan teori tersebut, maka perilaku manuisa dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni: a. Perilaku tertutup covert behavior Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain dari luar secara jelas. Respons masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus bersangkutan. b. Perilaku terbuka overt behavior Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “ observable behavior ” Setiap individu tentunya menginginkan rumah sebagai tempat tinggal yang nyaman dan sehat. Penelitian yang dilakukan oleh Murwanti 2009 menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi individu dalam memilih suatu perumahan berdasarkan karakteristik individu antara lain umur, pendidikan, pekerjaan dan tingkat pendapatan terhadap atribut produk yang terdiri dari harga, desain, fasilitas dan lokasi perumahan. Variabel yang mempunyai keterkaitan yang paling kuat adalah karakteristik konsumen mengenai tingkat pendidikan dengan atribut harga, disusul secara berturut- turut selanjutnya adalah variabel tingkat pendidikan dengan desain, pendidikan Universitas Sumatera Utara 45 dengan lokasi, tingkat usia dengan lokasi, tingkat pekerjaan dengan desain, Tingkat penghasilan dengan lokasi, pekerjaan dengan fasilitas, tingkat penghasilan dengan fasilitas, usia dengan harga, penghasilan dengan desain dan pendidikan dengan fasilitas, penghasilan dengan harga, pekerjaan dengan harga, usia dengan desain, usia dengan fasilitas dan yang terakhir pekerjaan dengan lokasi. Setelah memilih perumahan dan tinggal dalam rumah tersebut penghuni tentunya harus memiliki perilaku hidup sehat dalam agar terjadi penyakit. Perilaku baik yang dilakukan penghuni di rumah agar rumah tersebut menjadi sehat sangat banyak, antara lain: 1. Menyapu lantai dan halaman rumah 2. Membersihkan kamar mandi dan jambanWC. 3. Menyapu lantai rumah agar bersih dari debu dan kotoran lain 4. Menyapu halaman untuk membersihkan sampah agar tidak menjadi sumber penyakit dan kecelakaan 5. Menguras dan menyikat kamar mandi agar bersih dan tidak menjadi tempat bertelur nyamuk 6. Membuang sampah di tempat sampah yang tertutup agar tidak dapat dihinggapi lalat, kecoa, tikus maupun hewan lainnya sebagai pembawa penyakit. 7. Membuka jendela diwaktu pagi sampai sore hari agar udara bersih dan segar masuk ke dalam rumah akan mengurangi terjadinya sakit pernapasan. 8. Tidur dengan menggunakan kelambu dapat menghindari gigitan nyamuk sehingga dapat terhindar dari penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. Universitas Sumatera Utara 46 9. Memasang kawat kasa nyamuk pada lubang angin atau ventilasi untuk mencegah masuknya nyamuk ke dalam rumah 10. Menjemur kasur dapat membunuh kuman yang menempel di kasur dan mengusir atau mencegah bersarangnya kutu busuk. 11. Menyimpan makanan dan minuman ditempat tertutup dapat mencegah masuknya kotoran debu ke dalam makanan serta mencegah datangnya serangga seperti lalat dan kecoa serta tikus untuk hinggap atau makan makanan yang disimpan 12. Buang air besar dan kencing di jambanWC akan mengurangi bau dan menghindari penularan penyakit diare atau mencret. 13. Tidak merokok dalam rumah Adapun perilaku yang berkaitang langsung dengan sanitasi dasar berdasarkan defenisi Pamsimas Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat 2011 sebagai berikut: a. Perilaku berkaitan dengan air Kualitas air bersih harus selalu dijaga mulai dari sumbernya, sarananya, sampai air tersebut dikonsumsi oleh manusia. Tidak membuang kotoran, sampah maupun limbah ke sungai, danau, sumur akan membuat air sumur selalu jernih. Memelihara sarana air bersih agar tetap berfungsi dengan baik serta menjaga kebersihannya maka akan membuat kualitas air menjadi baik. Air bersih yang diambil dari sarana air bersih yang baik disimpan dalam wadah yang tertutup dan untuk mengambilnya harus menggunakan gayung dan tangan tidak boleh masuk Universitas Sumatera Utara 47 ke dalam air. Air bersih yang terjaga kualitasnya sebelum diminum harus di sterilkan dari kuman penyakit terlebih dahulu, antara lain dengan cara direbus. b. Perilaku berkaitan dengan air limbah Saluran air limbah agar tetap berfungsi dengan baik setiap saat perlu dibersihkan dari sampah, lakukan perbaikan bila ada saluran yang pecah atau retak. Menggunakan air limbah untuk menyiram tanaman dapat meningkatkan manfaat air limbah. Mengusir tikus dari tempat pembuangan air limbah dapat menghindari penyakit yang disebarkan oleh tikus seperti pes dan leptospirosis. c. Perilaku berkaitan dengan pengelolaan sampah Sampah harus diperlakukan dengan benar agar tidak membahayakan manusia bahkan dapat mendatangkan manfaat. Sampah dikumpulkan di tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan atau dibuang di lubang tanah dan menguburnya, sehingga tidak dijangkau serangga dan tikus. Seringkali masyarakat memusnahkan sampah dengan cara dibakar, namun cara ini tidak sehat karena asap yang ditimbulkan dapat mengganggu kesehatan manusia bahkan keracunan. Sampah yang sudah terkumpul diangkut setiap hari ke tempat penampungan sampah sementara atau ke tempat pembuangan sampah akhir pada suatu lahan yang diperuntukkan atau ke tempat pengolahan sampah. Bermain di tempat sampah sangat berbahaya karena dapat sakit atau terluka oleh benda tajam seperti beling, paku. Bila tidak menggunakan alas kaki maka cacing dapat masuk melalui kaki. Universitas Sumatera Utara 48 d. Perilaku berkaitan dengan pengelolaan jamban Masih sering dijumpai orang melakukan buang air besar di tempat terbuka seperti di sungaiparit, di kebunpekarangan, di empangkolambalong, di pantai. Tempat- tempat buang air tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan karena kotorantinja manusia dapat kembali bersentuhan atau masuk ke dalam tubuh manusia. Di perkotaan sering kita jumpai kendaraan penyedot tinja membuang tinja ke sungai hal ini sangat berbahaya karena air sungai menjadi kotor dan menjadi sumber penyakit. Sedangkan masyarakat kita masih banyak yang memanfaatkan sungai untuk keperluan sehari-hari seperti mencuci, mandi, gosok gigi Buang air besar dan kencing serta membuang kotoran anakbayi di tempat yang aman seperti di jamban, karena tinja dapat terjaga agar tidak dapat dijangkau oleh serangga dan tikus atau hewan lain, sehingga tidak dapat tersebar kemana-mana. Jamban perlu dipelihara agar tetap dapat berfungsi dengan baik dan bersih sehingga tidak menjadi sumber penularan penyakit. Perilaku dalam menjaga kebersihan diri tentukan akan memberi dampak yang baik untuk kesehatan.Kebersihan diri itu antara lain: a. Kebersihan Kulit Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat melindungi tubuh dari berbagai kuman atau trauma, sehingga diperlukan perawatan yang adekuatcukup dalam memepertahankan fungsinya. Sebagai bagian dari organ pelindung, kulit secara anatomis terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan epidermis dan lapisan dermis. Kulit memiliki fungsi sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 49 1 Melindungi tubuh dari masuknya berbagai kuman atau trauma jaringan dalam yang juga dapat menjaga keutuhan kulit. 2 Mengatur keseimbangan suhu tubuh dan membantu produksi keringat serta penguapan. 3 Sebagai alat peraba yang dapat membantu tubuh menerima rangsangan dari luar melalui rasa sakit, sentuhan, tekanan, atau suhu. 4 Sebagai alat ekskresi keringat melalui pengeluaran air, garam, dan nitrogen. 5 Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang bertugas mencegah pengeluaran cairan tubuh secara berlebihan. 6 Memproduksi dan menyerap vitamin D sebagai penghubung atau pemberi vitamin D dari sinar ultraviolet matahari. Perubahan dan keutuhan kulit sangat dipengaruhi oleh usia, jaringan kulit, dan keadaan lingkungan. Kulit anak sangat rawan terhadap berbagai trauma dan masuknya kuman, sebaliknya pada orang dewasa kematangan kulit sudah sempurna sehingga fungsinya sebagai pelindung sudah baik. Jaringan kulit yang rusak akan merubah struktur kulit. Selain itu, keadaan lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keadaan kulit, contohnya kondisi panas dapat membuat kulit lebih sensitif terhadap paparan Alimul, 2009. Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama memberikan kesan. Oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-baiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari. Dalam memelihara Universitas Sumatera Utara 50 kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus selalu diperhatikan adalah menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri, mandi minimal 2 kali sehari, mandi memakai sabun, menjaga kebersihan pakaian, makan yang bergizi terutama banyak sayur dan buah, dan menjaga kebersihan lingkungan. b. Kebersihan Tangan Seperti halnya kulit, tangan harus dipelihara dan ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Tangan yang bersih menghindarkan manusia dari berbagai penyakit. Tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu. Untuk menghindari bahaya kontaminasi maka harus membersihkan tangan sebelum makan, memotong kuku secara teratur, dan membersihkan lingkungan. Berdasarkan penelitan WHO dalam National Campaign for Handwashing with Soap 2007 menunjukkan mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada 5 waktu penting yaitu sebelum makan, sesudah buang air besar, sebelum memegang bayi, sesudah menceboki anak, dan sebelum menyiapkan makanan dapat mengurangi angka kejadian skabies sampai 40. Cuci tangan pakai sabun dengan benar juga dapat mencegah penyakit menular lainnya. Langkah yang tepat cuci tangan pakai sabun adalah seperti berikut National Campaign for Handwashing with Soap , 2007: 1 Basuh tangan dengan air mengalir dan gosokkan kedua permukaan tangan dengan sabun secara merata, terutama sela-sela jari. 2 Bilas kedua tangan sampai bersih dengan air yang mengalir. Universitas Sumatera Utara 51 3 Keringkan tangan dengan menggunakan kain lap yang bersih dan kering. c. Kebersihan Kaki Kebersihan kaki harus dijaga yaitu dengan menggunakan sepatu dan kaus kaki yang kering dan bersih, agar terhindar dari penyakit skabies karena tungau Sarcoptes scabiei selalu hidup pada tempat yang lembab dan tertutup, sehingga sela-sela jari merupakan bagian kaki yang sering mengalami skabies. Di samping itu kebersihan kuku kaki sangat penting untuk diperhatikan karena kuku merupakan pelengkap kulit. Kuku yang sehat berwarna merah muda. Cara merawat kuku antara lain: kuku jari tengah dapat dipotong dengan pengikir atau memotongnya dalam bentuk oval bujur atau mengikuti bentuk jari, sedangkan kuku jari kaki dipotong dalam bentuk lurus. Jangan memotong kuku terlalu pendek karena bisa melukai selaput kulit dan kulit di sekitar kuku. Jangan membersihkan kotoran di balik kuku dengan benda tajam, sebab akan merusak jaringan di bawah kuku. Potong kuku seminggu sekali atau sesuai kebutuhan Proverawati, 2012. d. Kebersihan Pakaian Pakaian yang kotor akan menghalangi seseorang untuk sehat dan segar walaupun seluruh tubuh sudah bersih. Pakaian banyak menyerap keringat, lemak dan kotoran yang dikeluarkan badan. Dalam sehari saja, pakaian berkeringat dan berlemak ini akan berbau busuk dan menganggu. Untuk itu perlu mengganti pakaian setiap hari. Saat tidur hendaknya mengenakan pakaian yang khusus untuk Universitas Sumatera Utara 52 tidur dan bukannya pakaian yang sudah dikenakan sehari-hari yang sudah kotor Christen, 2013. e. Kebersihan Handuk Handuk merupakan kain yang digunakan untuk mengeringkan tubuh setelah mandi. Handuk yang bersih harus dicuci dengan deterjen, dikeringkan, disetrika dan disimpan di tempat yang bersih. Apabila digunakan, setiap hari harus dijemur di bawah sinar matahari. Penggantian harus dilakukan sekali seminggu dan tidak boleh dipakai oleh orang lain atau digunakan bergantian Soejadi, 2007. 2.5.Kerangka Teori Salah satu aplikasi pemahaman ekosistem manusia dalah proses kejadian penyakit atau pathogenesis penyakit. Patogenesis penyakit dipelajari oleh bidang kesehatan yang dikenal sebagai kesehatan lingkungan. Skabies merupakan salah satu penyakit yang berada dilingkungan khususnya perumahan dalam hal ini rumah susun. Adapun kerangka teori kejadian penyakit berdasarkan teori simpul bersadasarkan Achmadi 2012 di uraikan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 53 Simpul 1 Simpul 2 Simpul 3 Simpul 4 Gambar 2.1. Kerangka Teori Keterangan : Simpul 1. Sumber penyakit adalah titik ,yang mengeluarkan atau mengemisikan agent penyakit . Sarcoptes scabei adalah agent penyakit adalah kompenen lingkungan yang menjadi agent dalam kasus ini. Penghuni yang terkena infeksi scabiaes akan menjadi sakit atau tidak sakit tergantung juga pada pengaruh dari faktor-faktor pada simpul 2 dan 3. Simpul2. Media transmisi merupakan komponen lingkungan yang dapat memindahkan agent penyakit. Media transmisi tidak akan memiliki Sumber Penyakit Sarcoptes Scabei Media Transmisi Penyakit - Manusia kontak langsung maupun tidak langsung - Hewan vertebrata: anjing, kucing, dll Perilaku Pemajanan - Kondisi fisik rumah - Sanitasi Lingkungan - Perilaku individu - Menderita skabies - Tidak menderita penyakit skabies Variabel lain yang berpengaruh: - Iklim - Suhu - Kesejahteraan sosial dan ekonomi - Kebiasaan masyarakat Universitas Sumatera Utara 54 potensi penyakit kalau di dalamnya tidak mengandung bibit penyakit. Pada penelitian ini yang menjadi faktor di simpul 2 adalah kontak antar manusia dan hewan vertebrata seperti kucing dan anjing yang merupakan hewan peliharaan. Lingkungan rumah yang kumuh akan mempermudah terjadinya penularan skabies. Faktor-faktor ini diasumsikan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit skabies di rumah susun sewa. Simpul 3. Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antar manusiadengan komponen lingkungan yang mengandung potensi penyakit. Hubungan interaktif antara komponen lingkungan disimpul 2 dengan penghuni yang mempunyai perilaku yang tidak baik, sanitasi lingkungan rumah yang buruk dan kondisi fisik rumah yang buruk dapat menyebabkan penghuni terserang skabies. Simpul 4. Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Seseorang dikatakan menderita skabies kalau salah satu maupun bersama mengalami kelainan dibandingkan rata-rata penduduk lainnya. Simpul 5. Kejadian penyakit itu sendiri masih dipengaruhi oleh komponen variabel simpul 5. Dalam penelitian ini yang mungkin mempengaruhi terjadinya skabies adalah iklim, suhu, kondisi sosial dan ekonomi keluarga dan Universitas Sumatera Utara 55 Kejadian Penyakit Skabies - Sakit - Tidak Sakit kebiasaan masyarakat yang menjadikan lingkunagn kumuh dan berpotensi terserang skabies. 2.6.Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen Gambar 2.2. Kerangka Konsep PenelitiaN Komponen Fisik Rumah Sanitasi Lingkungan Kebersihan Diri Karakteristik Responden - Umur - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan - Lama Tinggal - Penyediaan Air Bersih - Saluran Pembuangan Air Limbah SPAL - Dinding - Pencahayaan - Jendela - Ventilasi - Kepadatan Hunian Kebersihan Lingkungan - Kelembaban Perilaku Universitas Sumatera Utara 56

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan rancangan penelitian kasus kontrol yang mengkaji pengaruh variabel independenfaktor risiko faktor fisik rumah, sanitasi lingkungan dan perilaku terhadap variabel dependenefek kejadian penyakit skabies dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan dan faktor risiko serta efek tersebut diukur menurut keadaan atau statusnya pada saat observasi Sastroasmoro, 2010. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Peneltian ini dilaksanakan di rumah susun sederhana sewa di kota Medan. Rumah susun sederhana sewa ada yang dihuni oleh keluarga, mahasiswa maupun karyawan yang belum memiliki tempat tinggal. Lokasi penelitian dikhususkan pada rumah susun sederhana sewa yang dihuni oleh keluarga yang pada peraturan seharusnya hanya memiliki maksimal 4 anggota keluarga. Lokasi penelitian akan dilaksanakan pada rumah susun sederhana sewa yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang berada dikota Medan. Adapun lokasi tersebut ditetapkan pada rumah susun sederhana sewa Rusunawa Wisma Labuhan terletak di daerah Wisma labuhan Kecamatan Medan Labuhan, dan rumah susun sederhana sewa Amplas di daerah Medan Amplas. 56 Universitas Sumatera Utara