87
4.4.2 Pemodelan Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk melihat beberapa variabel yang secara bersama-sama berpengaruh terhadap kejadian skabies. Pada penelitian ini
dipergunakan uji regresi logistik ganda
multiple logistic regression
untuk mencari faktor risiko yang paling dominan terhadap kejadian skabies pada penghuni rusunawa
di kota Medan. Adapun tahapan analisis multivariat sebagai berikut:
a. Melakukan pemilihan variabel yang potensial untuk dimasukkan dalam model.
Variabel yang dipilih atau yang dianggap bermakna adalah variabel yang mempunyai nilai p lebih kecil dari 0,25 p0,25.
b.
Pembuatan model faktor risiko kejadian skabies, variabel yang akan dimasukkan di dalam model adalah variabel yang mempunyai nilai p lebih kecil dari 0,05
. Pada penelitian ini ada 9 variabel yang diduga berpengaruh terhadap kejadian
skabies yaitu:
jendela, pencahayaan, kepadatan hunian, kelembaban, suhu, ketersediaan air, SPAL, kebersihan diri dan kebersihan lingkungan.
Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model yang terbaik dalam menentukan variabel
dominan yang memengaruhi kejadian skabies. Dalam pemodelan ini semua kandidat dicobakan secara bersama-sama, kemudian variabel yang nilai p-value 0,05 akan
dikeluarkan. Hasil uji regresi logistik berganda tahap pertama dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
88
Tabel 4.8
Langkah Pertama Regresi Logistik Ganda Pengaruh Komponen Fisik Rumah, Sanitasi Lingkungan, dan Perilaku terhadap Kejadian Skabies di
Rumah Susun Sederhana Sewa di Kota Medan Tahun 2015
Variabel Independen Nilai B
Nilai p Exp B
95 CI for Exp B
Lower Upper
Jendela -,488
,419 ,614
,188 2,006
Pencahayaan 1,235
,031 3,437
1,116 10,586
Kepadatan Hunian 1,333
,031 3,791
1,133 12,685
Kelembaban
2,556 ,003
12,887 2,378
69,841
Suhu -,913
,288 ,401
,074 2,162
Ketersediaan Air ,248
,697 1,282
,367 4,480
SPAL -,043
,939 ,958
,317 2,889
Kebersihan Diri 1,198
,025 3,315
1,162 9,459
Kebersihan Lingkungan -,474
,451 ,622
,181 2,135
Constant -2,597
,015 ,074
Tabel di atas merupakan tahap pertama pada uji multivariat. Variabel-variabel tersubut akan diseleksi dari yang terkecil sampai yang terbesar pengaruhnya terhadap
kejadian skabies. Berikut disajikan hasil akhir data pengolahan data regresi logistik tersebut:
Tabel 4.9Langkah Terakhir Regresi Logistik Ganda Pengaruh Komponen Fisik Rumah, Sanitasi Lingkungan, dan Perilaku terhadap Kejadian Skabies di
Rumah Susun Sederhana Sewa di Kota Medan Tahun 2015
Variabel Independen
Nilai B Nilai P
Exp B 95 Ci For Exp B
Lower Upper
Pencahayaan 1,417
,008 4,125
1,437 11,837
Kepadatan Hunian
1,169 ,025
3,218 1,158
8,942
Kelembaban 2,161
,000 8,682
3,133 24,056
Kebersihan Diri 1,161
,027 3,192
1,137 8,957
Constant -3,245
,000 ,039
Berdasarkan hasil akhir uji regresi logistik berganda tersebut dapat ditentukan model persamaan regresi logistik berganda yang dapat menafsirkan variabel independen
Universitas Sumatera Utara
89
yaitu pencahayaan, kepadatan hunian, kelembaban dan kebersihan diri terhadap kejadian skabies di rusunawa kota Medan tahun 2015 sebagai berikut:
p = Dimana: p = probabilitas untuk terjadinya suatu kejadian
e = bilangan natural = 2.7 y = konstanta + a
1
x
1 +
a
2
x
2
+ ….. + a
i
x
i
a = nilai koefisien tiap variabel x = nilai variabel bebas
Berdasarkan hasil analisis statistic di atas diiperoleh persamaan: p =
[ ]
p = p =
p = 0.948 = 94.8 Kondisi rumah hunian yang memiliki pencahayan yang 60 lux, kepadatan hunia
dengan jumlah anggota keluarga 4 orang, kelembaban berada pada kondisi 40 atau 70, dan kurangnya perilaku kebersihan diri akan mempunyai probabilitas terjadinya
skabies 94.8.
Universitas Sumatera Utara
90
4.4.3
Population Attribut Risk
PAR
Ukuran Population Attribut Risk PAR adalah ukuran untuk mengukur potensi dampak atau kondisi dari faktor risiko yang diteliti terhadap kejadian penyakit.
Rumus menghitung PAR adalah: PAR =
x 100 Dimana:
p = Proporsi dari kasus yang mempunyai faktor terpajan yaitu p =
= = 0.7
r = rasio odd variabel yang paling dominan kelembaban = 8.682 PAR =
x 100 = 84.32
Berdasarkan hasil perhitungan PAR yang diperoleh dapat disimpulkan apabila kelembaban berada pada kisaran 40-70 maka kejadian skabies di rusunawa dapat
diturunkan sebesar 84.32.
Universitas Sumatera Utara
91
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1Pengaruh Komponen Fisik Rumah terhadap Kejadian Skabies
Pengaruh lingkungan rumah terhadap kejadian skabies berdsarkan pada kondisi dinding rumah, ventilasi, jendela, pencahayaan, kepadatan hunian,
kelembaban, dan suhu ruangan, Subbab berikut ini akan membahas komponen- komponen tersebut.
5.1.1 Pengaruh Dinding sebagai Komponen Fisik Rumah terhadap Kejadian Skabies
Dinding merupakan faktor fisik rumah yang tidak berpengaruh terhadap kejadian skabies dan bukan merupakan faktor resiko terjadinya skabies. Hal ini
ditandai dengan nilai signifikan p=0,839 dan OR sebesar 0,0921 dengan interval CI 0,415 sampai 2,043.
Pada dasarnya dinding merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi kesehatan penghuninya. Bahan dasar pembuatan dinding menentukan tingkat
kelembaban ruangan. Dinding yang baik harusnya terbuat dari bahan permanen sehinggakelembaban ruangan tetap terjaga. Kondisi bangunan rumah setiap unit
hunian di rumah susun sederhana sewa bahan dan designnya sama. Bentuk bahan bangunan selanjutnya ditentukan pada pemakainya sendiri.
Di Indonesia, terdapat duatu kriteria untuk rumah sehat sederhana RSS, salah satunya yaitu berdinding batu bata dan diplester Chandra, 2009.
91
Universitas Sumatera Utara