MINYAK . Komposisi Minyak Goreng Curah dan Minyak Goreng Kemasan

2.7 MINYAK

Minyak merupakan trigliserida tersusun atas tiga unit asam lemak, berwujud cair pada suhu kamar 25 o C dan lebih banyak mengndung asam lemak tidak jenuh sehingga mudah mengalami oksidasi. Minyak yang berbentuk padat biasa disebut dengan lemak. Minyak dapat bersumber dari tanaman, misalnya minyak zaitun, minyak jagung, dan minyak bunga matahari. Minyak dapat juga bersumber dari hewan, misalnya minyak ikan sarden, minyak ikan paus dan lain-lain Ketaren,1986. Syarat mutu minyak goreng dapat dilihat pada tabel 2.4 dibawah ini: Tabel 2.3 : Syarat Mutu Minyak Goreng No Kriteria Uji Persyaratan 1 Bau Normal 2 Rasa Normal 3 Warna Muda Jernih 4 Kadar Air Max. 0,3 5 Berat Jenis 0,9 gramL 6 Asam Lemak Bebas Max. 0,3 7 Angka Peroksida Max. 2 megKg 8 Angka Iodium 45-46 9 Angka Penyabunan 196-206 10 Titik Asap min 200 o C 11 Indeks Bias 1,448-1,450 12 Cemaran Logam a. Besi Max. 1,5 mgKg b. Timbal Max. 0,1 mgKg c. Tembaga Max. 40 mgKg d. Seng Max. 0,05 mgKg e. Raksa Max. 0,1 mgKg f. Timah Max. 0,1 mgKg g. Arsen Max. 0,1 mgKg Sumber : Standar Nasional Indonesia SNI 3741:2013 Universitas Sumatera Utara

2.8 . Komposisi Minyak Goreng Curah dan Minyak Goreng Kemasan

Minyak goreng curah berbeda dengan minyak goreng bermerek seperti Filma, Bimoli, Prima dan sebagainya. Karena minyak goreng bermerek dua kali penyaringan, sedangkan minyak goreng curah proses penyaringan hanya satu kali sehingga dari warnanya berbeda dengan minyak goreng bermerek yang lebih jernih dibanding minyak goreng curah. Begitu juga kandungan yang terdapat antara minyak curah dan minyak kemasan. Dari segi kandungan, minyak curah kadar lemaknya lebih tinggi dan juga kandungan asam oleat dibanding minyak kemasan. Namun tidak ada masalah menggunakan minyak curah, asalkan tidak berlebihan dan tidak digunakan berulang-ulang kali, sampai berwarna coklat pekat hingga kehitam-hitaman. Karena pemakaian berulang-ulang pada minyak makan, sangat tidak baik bagi kesehatan. Minyak curah hanya mengalami penyaringan sampai tahap olein. Dan masih mengandung soft stearin minyak fraksi padat pada tingkat tertentu. Oleh karena itu minyak curah biasanya lebih keruh dibandingkan minyak bermerek. Selain itu tingkat sanitasi dan kebersihannya kurang baik, tidak sebersih minyak bermerek. Tidak ada salahnya menggunakan minyak goreng curah, hanya saja kadar kebersihannya berbeda dengan minyak kemasan dan minyak kemasan kadar lemaknya lebih rendah. Minyak goreng kemasan umumnya melalui proses produksi lebih lama dibanding minyak curah karena mengalami beberapa proses. Proses produksi sedikit banyak mempengaruhi kualitas minyak goreng yang dihasilkan baik secara fisik maupun secara kandungan gizi Dewi, M. T. I dan Hidayati, N. 2012. Kerusakan minyak goreng dapat terjadi selama proses penggorengan, hal ini akan mempengaruhi kualitas minyak dan nilai gizi dari bahan pangan yang digoreng. Beberapa penyebab kerusakan pada minyak goreng yaitu: 1. Kerusakan karena hidrolisa dimana awal prosesnya terdapat di pabrik. Pada proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Air panas dan uap air pada suhu tertentu merupakan bahan pembantu dalam proses pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan. Universitas Sumatera Utara Berikut merupakan proses hidrolisis yang terjadi pada minyak goreng yang ditunjukkan pada gambar 2.3 berikut ini : O ║ CH 2 OCR CH 2 OH O O O ║ ║ ║ CH 2 OCR + H 2 O CH 2 OCR + RCOH O O ║ ║ CH 2 OCR CH 2 OCR Trigliserida Air Digliserida Asam Lemak Bebas CH 2 OCR CH 2 OH CHOH CHOH + Asam lemak bebas O ║ CH 2 OCR 2 CH 2 OH Gambar 2.3. Reaksi hidrolisis pada minyak goreng Ketaren, 2008 2. Kerusakan karena oksidasi ini dapat terjadi karena otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam minyak. Otooksidasi ini dimulai dari pembentukan radikal bebas yang disebabkan karena faktor yang mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, dll. Akibat dari kerusakan minyak karena oksidasi dapat timbul bau tengik pada minyak maupun rasa dan aroma. Proses oksidasi minyak goreng ditunjukkan pada gambar 2.4 berikut ini : Universitas Sumatera Utara H H H H H H H H Energi R 1 - C – C = C – C – R 2 R 1 – C – C = C – C – R 2 + H Panas + sinar radikal bebas H H H H H H H hidrogen yang Stabil + O 2 R 1 - C – C = C – C – R 2 H H H H O-O H R 1 - C – C = C – C – R 2 + Peroksida aktif H H H H H H H H H H R 1 - C – C = C – C – R 2 + R 1 - C – C = C – C – R 2 ` O- OH H Hidroperoksida radikal bebas Gambar 2.4. Proses oksidasi minyak goreng Winarno. 2002 . 3. Kerusakan polimerisasi biasanya terbentuk pada saat minyak dipanaskan dimana dapat membentuk senyawa polimer yang menyerupai gum yang kental dan berbuih di dasar tempat penggorengan. Kerusakan karena hidrolisis terjadi akibat inteaksi antara air dengan lemak yang menyebabkan putusnya beberapa asam lemak dari minyak, yang menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol Desminarti, S. 2007. Asam lemak bebas adalah hasil reaksi antara air dan lemak. Meningkatnya persen dari asam lemak bebas pada waktu penggorengan adalah terutama jumlah uap dari makanan selama proses penggorengan dan suhu penggorengan. Asam le mak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen dan kualitas minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak. Angka asam pada minyak dan lemak menunjukkan kandungan ALB yang mempengaruhi kualitas minyak dan lemak. Keberadaan asam lemak bebas dalam lemak minyak biasanya dijadikan indikator awal terjadinya kerusakan lemak minyak karena proses hidrolisis yang Universitas Sumatera Utara terjadi pada proses penggorengan. Pembentukan asam lemak bebas akan mempercepat kerusakan oksidatif lemak minyak karena asam lemak bebas lebih mudah teroksidasi. Angka asam ditentukan dengan reaksi penyabunan yaitu dengan cara mereaksikan lemak minyak dengan basa KOH NaOH Kusnandar, F. 2010. Asam lemak berdasarkan kejenuhannya ditunjukkan pada tabel 2.4 dibawah ini : Tabel 2.4 Asam lemak berdasarkan kejenuhannya No. Jenis asam lemak Rumus molekul Sumber asal 1 Asam Lemak Jenuh a. Asam Butirat CH 3 CH 2 2 COOH Lemak susu sapi b. Asam Palmitat CH 3 CH 2 14 COOH Lemak hewani dan nabati c. Asam Stearat CH 3 CH 2 16 COOH Lemak hewani dan nabati 2 Asam lemak tidak Jenuh a. Asam Palmitoleat CH 3 CH 2 5 CH=CHCH 2 7 COOH Minyak kacang dan jagung b. Asam oleat CH 3 CH 2 7 CH=CHCH 2 7 COOH Lemak hewani dan nabati c. Asam Linoleat CH 3 CH 3 4 CH=CHCH 2 CH=CH Minyak biji CH 2 7 COOH kapas d. Asam Linolenat CH 3 CH 2 CH=CHCH 2 CH=CH Minyak Perilla CH 2 = CHCH 2 7 COOH Sumber: Ketaren,1986. Air pada minyak goreng berada dalam bentuk koloid yang distabilkan adanya protein dalam minyak goreng, sehingga untuk meningkatkan kualitas minyak goreng maka keberadaan air harus direduksi seminim mungkin. Pelepasan molekul air pada minyak goreng dapat dilakukan dengan pemanasan akan tetapi perlakuan termal tersebut terhadap minyak goreng dapat menyebabkan Universitas Sumatera Utara terputusnya ikatan trigliserida. Adanya air pada minyak goreng dapat menyebabkan terurainya bentuk trigliserida menjadi asam lemak bebas yang dapat bereaksi lebih lanjut menjadi aldehid dan keton yang merupakan salah satu penyebab terjadinya ketengikan pada minyak. Massa jenis yang terdapat pada minyak goreng merupakan salah satu standar kualitas minyak, dimana massa jenis minyak goreng ini bergantung dari berat molekul penyusunnya dan derajat ketidak jenuhannya. Massa jenis minyak goreng bekas tergantung dari kadar air dan kadar kotoran yang tidak larut selama proses penggorengan dimana dengan menguji massa jenis dari minyak dapat diketahui tingkat kemurnian dan kejernihan dari minyak yang dihasilkan Indeks bias merupakan suatu derajat penyimpangan dari cahaya yang dilewatkan pada suatu medium yang cerah. Indeks bias pada minyak dan lemak dipakai untuk pengenalan unsur kimia dan pengujian kemurnian minyak atau lemak. Refraktometer Abbe mempergunakan alat temperatur yang dipertahankan pada suhu 25 o C. Untuk pengukuran indeks bias lemak yang bertitik cair tinggi, dilakukan pada temperatur 40 o C dan 60 o C. Selama pengukuran temperatur harus dikontrol dan dicatat. Indeks bias ini akan meningkat pada minyak atau lemak dengan rantai karbon yang panjang dan juga dengan terdapatnya sejumlah ikatan rangkap. Nilai indeks bias dari asam lemak juga akan bertambah dengan meningkatnya bobot molekul, selain dengan naiknya ketidakjenuhan dari asam- asam lemak tersebut Handoko, 2009. Universitas Sumatera Utara BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Alat

Dokumen yang terkait

Pengaruh Suhu Adsorpsi Terhadap Mutu Minyak Goreng Bekas Oleh Arang Aktif Tempurung Kemiri (Aleurites Moluccana) Yang Diaktivasi Dengan H2SO4 10%

1 7 77

Pengaruh Suhu Adsorpsi Terhadap Mutu Minyak Goreng Bekas Oleh Arang Aktif Tempurung Kemiri (Aleurites Moluccana) Yang Diaktivasi Dengan H2SO4 10%

0 8 76

Pengaruh Suhu Adsorpsi Terhadap Mutu Minyak Goreng Bekas Oleh Arang Aktif Tempurung Kemiri (Aleurites Moluccana) Yang Diaktivasi Dengan H2SO4 10%

0 0 12

Pengaruh Suhu Adsorpsi Terhadap Mutu Minyak Goreng Bekas Oleh Arang Aktif Tempurung Kemiri (Aleurites Moluccana) Yang Diaktivasi Dengan H2SO4 10%

0 0 2

Pengaruh Suhu Adsorpsi Terhadap Mutu Minyak Goreng Bekas Oleh Arang Aktif Tempurung Kemiri (Aleurites Moluccana) Yang Diaktivasi Dengan H2SO4 10%

0 0 6

Pengaruh Suhu Adsorpsi Terhadap Mutu Minyak Goreng Bekas Oleh Arang Aktif Tempurung Kemiri (Aleurites Moluccana) Yang Diaktivasi Dengan H2SO4 10%

0 0 22

Pengaruh Suhu Adsorpsi Terhadap Mutu Minyak Goreng Bekas Oleh Arang Aktif Tempurung Kemiri (Aleurites Moluccana) Yang Diaktivasi Dengan H2SO4 10%

0 0 4

Pengaruh Suhu Adsorpsi Terhadap Mutu Minyak Goreng Bekas Oleh Arang Aktif Tempurung Kemiri (Aleurites Moluccana) Yang Diaktivasi Dengan H2SO4 10%

0 0 9

Cover Pengaruh Suhu Adsorpsi Terhadap Mutu Minyak Goreng Bekas Oleh Arang Aktif Tempurung Kemiri (Aleurites Moluccana) Yang Diaktivasi Dengan H2SO4 10%

0 0 12

Abstract Pengaruh Suhu Adsorpsi Terhadap Mutu Minyak Goreng Bekas Oleh Arang Aktif Tempurung Kemiri (Aleurites Moluccana) Yang Diaktivasi Dengan H2SO4 10%

0 0 1