Credit Union Sebagai Alternatif Rekonstruksi Sosial Ekonomi

semester atau tahunan keuangan lembaga atau anggota dapat menanyakan langsung kepada pengurus. Gambar 4.2. Proses pembentukan credit union Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008 84

4.3. Credit Union Sebagai Alternatif Rekonstruksi Sosial Ekonomi

Masyarakat Masyarakat kecil sangat sulit untuk memperoleh akses kelembaga keuangan dan Pertanyaan sekarang adalah, apa yang harus dilakukan dalam memberdayakan ekonomi rakyat ?. Jika disepakati bahwa konsep pemberdayaan didasarkan pada nilai-nilai tertentu yang memihak pada subyek yaitu masyarakat Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008 85 akar rumput, wong cilik, komunitas paling kecil atau masyarakat yang teroganisasi secara territorial, maka pemberdayaan ekonomi rakyat tidak bisa hanya di konsepkan dari atas sentralitas. Pemberdayaan menekankan adanya otonomi komunitas dalam pengambilan keputusan, kemandirian dan keswadayaan local, demokrasi dan belajar dari pengalaman sejarah. Esensinya ada pada partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan perubahan masyarakatnya. Pada berbagai program pemberdayaan yang bersifat parsial, sektoral dan charity yang pernah dilakukan, sering menghadapi berbagai kondisi yang kurang menguntungkan, misalnya salah sasaran, menumbuhkan ketergantungan masyarakat pada bantuan luar, terciptanya benih-benih fragmentasi sosial, dan melemahkan kapital sosial yang ada di masyarakat gotong royong, musyawarah, keswadayaan, dll. Lemahnya kapital sosial pada gilirannya juga mendorong pergeseran perubahan perilaku masyarakat yang semakin jauh dari semangat kemandirian, kebersamaan dan kepedulian untuk mengatasi persoalannya secara bersama. Kondisi modal sosial dan perilaku masyarakat yang melemah serta memudar tersebut salah satunya disebabkan oleh keputusan, kebijakan dan tindakan dari pengelola program pemberdayaan dan pemimpin-pemimpin masyarakat yang selama ini cenderung tidak berorientasi kepada masyarakat golongan ekonomi lemah, tidak adil, tidak transparan dan tidak tanggung gugat. Hal yang demikian akan menimbulkan kecurigaan, kebocoran, stereotype dan skeptisme di masyarakat, akibat ketidakadilan tersebut. Keputusan, kebijakan dan tindakan yang tidak adil ini dapat terjadi pada situasi tatanan masyarakat yang Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008 86 belum madani, yang salah satu indikasinya dapat dilihat dari kondisi kelembagaan masyarakat yang belum berdaya, yang tidak berorientasi pada keadilan, tidak dikelola dengan jujur serta terbuka dan tidak berpihak serta memperjuangkan kepentingan masyarakat lemah. Kelembagaan masyarakat yang belum berdaya tersebut pada dasarnya disebabkan oleh karakteristik lembaga masyarakat yang ada di masyarakat cenderung tidak mengakar dan tidak representatif. Di samping itu, ditengarai pula bahwa berbagai lembaga masyarakat yang ada saat ini dalam beberapa hal lebih berorientasi pada kepentingan pihak luar masyarakat atau bahkan untuk kepentingan pribadi dan kelompok tertentu, sehingga mereka kurang memiliki komitmen dan kepedulian pada masyarakat di wilayahnya. Dalam kondisi ini akan semakin mendalam krisis kepercayaan masyarakat terhadap berbagai lembaga masyarakat yang ada di wilayahnya. Kondisi kelembagaan masyarakat yang tidak mengakar, tidak representatif dan tidak dapat dipercaya tersebut pada umumnya tumbuh subur dalam situasi perilakusikap masyarakat yang belum berdaya. Ketidakberdayaan masyarakat dalam menyikapi dan menghadapi situasi yang ada di lingkungannya, yang pada akhirnya mendorong sikap skeptisme, masa bodoh, tidak peduli, tidak percaya diri, mengandalkan bantuan pihak luar untuk mengatasi masalahnya, tidak mandiri, serta memudarnya orientasi moral dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu terutama keikhlasan, keadilan dan kejujuran. Kemandirian lembaga masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun lembaga masyarakat yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum ekonomi lemah, yang mandiri dan berkelanjutan dalam Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008 87 menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal agar lebih berorientasi ke masyarakat miskin pro poor dan mewujudkan tata kepemerintahan yang baik good governance, baik ditinjau dari aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan, termasuk perumahan dan permukiman. Pertanyaan sekarang adalah, apa yang harus dilakukan dalam memberdayakan ekonomi rakyat ?. Jika disepakati bahwa konsep pemberdayaan didasarkan pada nilai-nilai tertentu yang memihak pada subyek yaitu masyarakat akar rumput, wong cilik, komunitas paling kecil atau masyarakat yang teroganisasi secara territorial, maka pemberdayaan ekonomi rakyat tidak bisa hanya di konsepkan dari atas sentralitas. Pemberdayaan menekankan adanya otonomi komunitas dalam pengambilan keputusan, kemandirian dan keswadayaan lokal, demokrasi dan belajar dari pengalaman sejarah. Esensinya ada pada partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan perubahan masyarakatnya. Partisipasi mampu terwujud jika terdapat pranata sosial di tingkat komunitas yang mampu menampung aspirasi masyarakat dalam pembangunan. Tanpa adanya pranata sosial dan politik di tingkat komunitas, Distrik dan Kabupaten yang mampu memberikan rakyat akses ke pengambilan keputusan, yang akan diuntungkan hanyalah kalangan bisnis dan kalangan menengah perkampungan serta perkotaan. Kebijakan top down yang didisain untuk menolong rakyat tidak bisa dikatakan mempromosikan perekonomian rakyat karena tidak ada jaminan bahwa rakyatlah yang akan menikmati keutungannya. Untuk mewujudkan ekonomi rakyat berdaya, yang pertama-tama harus dilakukan Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008 88 adalah memfasilitasi terbentuknya pranata sosial yang memungkinkan rakyat ikut serta dalam pengambilan keputusan. Apabila ada pranata sosial yang memungkinkan rakyat untuk merumuskan kebutuhan pembangunan mereka dan memetakan potensi serta hambatan yang mereka hadapi dalam rangka memenuhi kebutuhan pembangunan mereka, pemerataan kesempatan berusaha akan dengan sendirinya mulai tercipta. Salah satu cara untuk memecahkan persoalan yang pelik seperti itu adalah dari pembiayaan swadaya keuangan melalui sebuah lembaga kemasyarakatan dan koperasi kredit Untuk menjawab permasalahan tersebut maka dibentuklah Credit Union BSP Bantuan Simpan Pinjam Makmur Ratana sebagai alternative solusi terhadap permasalahan sosial ekonomi masyarakat Kuta Geulumpang. Pengaruh keberadaan lembaga keuangan Credit Union BSP Bantuan Simpan Pinjam Makmur Ratana untuk desa ini sangat besar karena langsung menyentuh rakyat lapisan bawah. Ini bisa menjadi semacam senjata ampuh untuk mengangkat masyarakat Kuta Geulumpang dari faktor ekonomi yang lemah dan permodalan. Sejauh yang kita tahu, pengaruh CU sendiri telah membantu pemberdayaan masyarakat dan menarik mereka kedalam tatanan tingkat kehidupan ekonomi sosial yang jauh lebih baik. Gambar 4.3. Diskusi perumusan ADRT credit union Proses pembentukan Credit Union dimulai dari jumlah anggota yang tidak cukup banyak. Anggota awal dari CU ini hanya berjumlah 32 orang.. Setelah melalui berbagai proses dan berbagai pencapaian hasil maka kelompok ini mendapat simpati dari warga yang akhirnya ikut serta menggabungkan diri sebagai anggota dari Credit Union ini. Hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang anggota CU, Ibu wahyu Ningsih, yang memaparkan alasan ketertarikannya untuk bergabung dengan Credit Union BSP yang mengatakan : Saya merasa tertarik untuk ikut menjadi salah satu anggota Cu ini dikarenakan melihat sistem manajemen, organisasi dan administrasi yang baik serta transparan,. Selain itu CU saya melihat beberapa tetangga saya yang terdahulu masuk sebagai anggota di CU ini yang pada awalnya berasal dari Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008 89 Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008 90 keluarga yang sangat lemah ekonominya kini dapat mensejahterakan keluarga dan membiayai pendidikan anak-anak nya . Dalam pelaksanaan Credit Union ini ada beberapa peraturan dan ketantuan yang berlaku umum yaitu :

a. Ketentuan yang harus dipenuhi jika ingin menjadi anggota CU, antara lain :