Gambaran Umum Responden HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.5. Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2006 adalah 262.642 jiwa yang terdiri dari 130.429 jiwa laki- laki dan 132.213 jiwa perempuan. Banyaknya rumah tangga tahun 2006 sebesar 56.345 dengan rata-rata anggota rumah tangga sebesar 4,66 orang. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk relatif rendah, yaitu 69,23 penduduk per kilometer persegi. Rumah tangga, penduduk dan kepadatan penduduk menurut kecamatan tahun 2006 tersaji pada Tabel 10. Tabel 10. Rumah Tangga, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2006 No. Kecamatan Rumah Tangga KK Penduduk Jiwa Kepadatan JiwaKm 2 Laki-Laki Perempuan Total 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11.

12. 13.

14. 15. Parmonangan Adian Koting Sipoholon Tarutung Siatas Barita Pahae Julu Pahae Jae Purba Tua Simangumban Pangaribuan Garoga Sipahutar Siborongborong Pagaran M uara 2.707 2.872 4.383 7.861 2.559 2.821 2.404 1.485 1.534 5.342 3.245 4.836 7.987 3.377 2.932 6.283 6.519 10.304 18.580 5.814 5.906 5.051 3.083 3.503 11.973 7.974 11.152 19.758 8.118 6.411 6.231 6.488 10.105 19.824 6.136 6.226 5.493 3.145 3.644 12.119 7.874 10.969 19.428 7.966 6.565 12.514 13.007 20.409 38.404 11.950 12.132 10.544 6.228 7.147 24.092 15.848 22.121 39.186 16.084 12.976 48,63 25,86 107,87 356,65 128,61 73,13 51,89 32,47 47,65 52,46 27,92 54,19 139,99 116,51 162,71 Tapanuli Utara 56.345 130.429 132.213 262.642 69,23 Sumber. Tapanuli Utara Dala m Angka 2008

4.2. Gambaran Umum Responden

Gambaran umum responden mencakup karakteristik individu sebagai indikator dalam penelitian ini menurut kelompok umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, lama berkebun kopi dan luas lahan kebun kopi yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Karakteristik umur responden di masing- masing desa adalah berbeda. Karakteristik umur responden yang paling banyak adalah pada kelompok umur 40 - 50 tahun yaitu 66,32 , selanjutnya rentang umur 50 tahun sebanyak 17,89 dan 40 tahun sebanyak 15,79 . Ini memberi makna bahwa responden yang terpilih berada pada kategori dewasa dan merupakan penduduk yang produktif yang representatif untuk memberi informasi tentang kondisi petani kopi yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara. Jika diamati, dari keenam desa lokasi penelitian tersebut, maka jumlah responden dengan kelompok umur 40 - 50 tahun terbanyak adalah Desa Batu Manumpak yakni sebesar 14,74 . Sedangkan jumlah responden dengan kelompok umur 40 - 50 tahun yang terendah adalah Desa Silantom Tonga yakni sebesar 5,26 . Distribusi responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur Sumber. Data Olahan Umur Desa 40 tahun 40 - 50 tahun 50 tahun Jumlah n n n N Pohan Jae 2 2.11 10 10.53 2 2.11 14 14.74 Pohan Julu 4 4.21 11 11.58 2 2.11 17 17.89 Siabal-abal I 2 2.11 11 11.58 3 3.16 16 16.84 Siabal-abal II 3 3.16 12 12.63 3 3.16 18 18.95 Batu Manumpak 3 3.16 14 14.74 5 5.26 22 23.16 Silantom Tonga 1 1.05 5 5.26 2 2.11 8 8.42 Total 15 15.79 63 66.32 17 17.89 95 100.00 Karakteristik jenis kelamin responden di masing- masing desa adalah berbeda. Jenis kelamin responden yang paling banyak adalah laki- laki yaitu 88,42, sedangkan perempuan sebanyak 11,58 . Ini memberi makna bahwa responden yang berperan dalam budidaya tanaman kopi lebih didominasi oleh laki- laki. Jika diamati, dari keenam desa lokasi penelitian tersebut, jumlah responden dengan jenis kelamin laki- laki terbanyak adalah Desa Batu Manumpak yakni sebesar 21,05 . Sedangkan jumlah responden dengan jenis kelamin laki- laki terendah adalah Desa Silantom Tonga yakni sebesar 8,42 . Distribusi responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Sumber. Data Olahan Karakteristik status perkawinan responden di masing- masing desa adalah berbeda. Status perkawinan responden yang paling banyak adalah status kawin yaitu sebanyak 97,89 , sedangkan status belum kawin sebanyak 2,11 . Ini memberi makna bahwa responden yang berperan dalam budidaya tanaman kopi lebih didominasi olek penduduk yang telah mempunyai tanggung jawab untuk menafkahi Jenis Kelamin Desa Laki-laki Perempuan Jumlah n n N Pohan Jae 14 14.74 14 14.74 Pohan Julu 13 13.68 4 4.21 17 17.89 Siabal-abal I 14 14.74 2 2.11 16 16.84 Siabal-abal II 15 15.79 3 3.16 18 18.95 Batu Manumpak 20 21.05 2 2.11 22 23.16 Silantom Tonga 8 8.42 8 8.42 Total 84 88.42 11 11.58 95 100.00 keluarganya, sehingga merasakan perlunya memberikan perhatian yang lebih serius dalam budidaya tanaman kopi. Jika diamati dari keenam desa lokasi penelitian tersebut, jumlah responden dengan status kawin terbanyak adalah Desa Batu Manumpak yakni sebesar 23,16 . Sedangkan jumlah responden dengan status kawin terendah adalah Desa Silantom Tonga yakni sebesar 8,42 . Distribusi responden menurut status perkawinan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Distribusi Responden Menurut Status Perkawinan Sumber. Data Olahan Komposisi responden untuk masing- masing desa sampel pendidikan respondennya beragam sesuai dengan karakteristik pendidikan masyarakat di desa bersangkutan. Responden di Desa Pohan Jae adalah tamat SLTP dan SLTA masing- masing 6,32 , Perguruan Tinggi PT 1,05 sedangkan yang belum tamat dari SLTP sebanyak 1,05 . Responden di Desa Pohan Julu tamat SLTP 10,52 , SLTA 6,31 , SD 1,05 . Responden di Desa Siabal-abal I adalah tamat SLTP 11,58 , SLTA 3,16 dan Perguruan Tinggi PT 1,05 sedangkan yang belum tamat SLTA sebanyak 1,05 . Responden di Desa Siabal-abal II tamat SLTP 13,69 , SLTA 4,21 dan SD 1,05 . Responden di Desa Batu Manumpak tamat SLTP 11,58 , SLTA Status Perkawinan Desa Kawin Belum Kawin Jumlah n n N Pohan Jae 14 14.74 14 14.74 Pohan Julu 16 16.84 1 1.05 17 17.89 Siabal-abal I 16 16.84 16 16.84 Siabal-abal II 17 17.90 1 1.05 18 18.95 Batu Manumpak 22 23.16 22 23.16 Silantom Tonga 8 8.42 8 8.42 Total 93 97.89 2 2.11 95 100.00 9,47 sedangkan yang belum tamat SLTP dan SLTA masing- masing 1,05 . Responden di Desa Silantom Tonga tamat SLTP 4,21 , SLTA 3,16 dan SD 1,05 sedangkan yang belum tamat SLTP dan SLTA masing- masing 1,05 . Dari komposisi pendidikan ini terlihat bahwa tingkat pendidikan responden termasuk kategori menengah, ditandai dengan jumlah responden yang tamatan SLTP dan SLTA yang cukup banyak yakni masing- masing 57,89 dan 32,63 . Dengan demikian diperkirakan secara umum responden dapat memahami permasalahan yang sedang diteliti dan diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, guna mencari informasi tentang pengaruh tingkat pendidikan terhadap produktifitas tanaman kopi. Jika diamati dari keenam desa lokasi penelitian tersebut, maka jumlah responden dengan tingkat pendidikan tamat SLTP terbanyak adalah Desa Siabal-abal II yakni sebesar 13,69 . Sedangkan jumlah responden dengan tingkat pendidikan tamat SLTP terendah adalah Desa Silantom Tonga yakni sebesar 4,21 . Data distribusi responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Sumber. Data Olahan Tingkat Pendidikan Desa Tamat SD Belum Tamat SLTP Tamat SLTP Belum Tamat SLT A Tamat SLT A Tamat PT Jumlah n n n n n n N Pohan Jae 1 1.05 6 6.32 6 6.32 1 1.05 14 14.74 Pohan Julu 1 1.05 10 10.52 6 6.31 17 17.89 Siabal-abal I 11 11.58 1 1.05 3 3.16 1 1.05 16 16.84 Siabal-abal II 1 1.05 13 13.69 4 4.21 18 18.95 Batu Manumpak 1 1.05 11 11.58 1 1.05 9 9.47 22 23.16 Silantom Tonga 1 1.05 4 4.21 3 3.16 8 8.42 Total 3 3.16 2 2.11 55 57.89 2 2.11 31 32.63 2 2.11 95 100.00 Lama berkebun kopi responden di masing- masing desa adalah berbeda. Karakteristik lama berkebun kopi responden yang paling banyak adalah pada kelompok lama berkebun kopi 6-10 tahun yaitu sebesar 86,32 , selanjutnya diikuti dengan lama berkebun kopi kurang dari 6 enam tahun 8,42 dan lebih dari 10 sepuluh tahun 5,26 . Ini memberi makna bahwa sebagian besar responden adalah petani kopi yang sudah berpengalaman. Jika diamati, dari keenam desa lokasi penelitian tersebut, jumlah responden dengan lama berkebun kopi terbanyak adalah Desa Batu Manumpak yakni sebesar 23,16 . Sedangkan jumlah responden dengan lama berkebun kopi terendah adalah Desa Silantom Tonga yakni sebesar 8,42 . Distribusi responden menurut lama berkebun kopi dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Distribusi Responden Menurut Lama Berkebun Kopi Sumber. Data Olahan Karakteristik luas lahan kebun kopi responden di masing- masing desa adalah berbeda. Luas lahan kebun kopi responden yang paling banyak adalah dengan luas lahan kebun kopi seluas 0,3 Ha yaitu sebanyak 41,05 , sedangkan luas lahan kebun kopi paling sedikit adalah dengan luas lahan kebun kopi seluas 0,08 Ha yaitu Pengalaman Berkebun Kopi tahun Desa 6 6 – 10 10 Jumlah n n n N Pohan Jae 13 13.69 1 1.05 14 14.74 Pohan Julu 4 4.21 12 12.63 1 1.05 17 17.89 Siabal-abal I 1 1.05 14 14.74 1 1.05 16 16.84 Siabal-abal II 1 1.05 16 16.84 1 1.05 18 18.95 Batu Manumpak 1 1.05 20 21.06 1 1.05 22 23.16 Silantom Tonga 1 1.05 7 7.37 8 8.42 Total 8 8.42 82 86.32 5 5.26 95 100.00 sebanyak 1,05 . Ini memberi makna bahwa sebagian besar responden hanya mampu mengusahakan kebun kopi dengan luas lahan yang kecil. Mengingat, bila semakin luas lahan yang diusahakan maka semakin besar pula biaya dan tenaga yang dibutuhkan. Sedangkan petani kopi yang ada saat ini adalah petani kopi yang hanya fokus dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari- hari bukan orientasi bisnis. Jika diamati, dari keenam desa lokasi penelitian tersebut, jumlah responden dengan luas lahan kebun kopi tertinggi adalah Desa Batu Manumpak sebesar 23,16 . Sedangkan jumlah responden dengan luas lahan kebun kopi terendah adalah Desa Silantom Tonga yakni sebesar 8,42 . Distribusi responden menurut luas lahan kebun kopi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Distribusi Responden Menurut Luas Lahan Kebun Kopi Sumber. Data Olahan 4.3. Gambaran Umum Usahatani Kopi di Kabupaten Tapanuli Utara 4.3.1. Luas Lahan Petani Kopi Bila pertumbuhan luas areal tanaman kopi di Kabupaten Tapanuli Utara selama 6 tahun 2002 - 2007 mencapai 1,56 persen per tahunnya, yakni dari seluas Luas Lahan Kebun Kopi Ha Desa 0.08 0.12 0.25 0.3 0.4 0.5 1 Jumlah n n n n n n n N Pohan Jae 1 1.05 8 8.42 2 2.11 1 1.05 2 2.11 14 14.74 Pohan Julu 1 1.05 2 2.10 7 7.37 6 6.31 1 1.05 17 17.89 Siabal-abal I 1 1.05 2 2.11 7 7.37 3 3.16 2 2.11 1 1.05 16 16.84 Siabal-abal II 1 1.05 1 1.05 9 9.48 7 7.37 18 18.95 Batu Manumpak 2 2.11 3 3.16 8 8.42 5 5.26 4 4.21 22 23.16 Silantom Tonga 5 5.26 2 2.11 1 1.05 8 8.42 Total 1 1.05 5 5.26 8 8.42 39 41.05 28 29.47 10 10.53 4 4.21 95 100.00 13.834 Ha pada tahun 2002 menjadi 14.560 Ha pada tahun 2003, 14.600 Ha pada tahun 2004, 14.693 Ha pada tahun 2005, 14.806 Ha pada tahun 2006 dan 14.934 Ha pada tahun 2007. Maka dapat diproyeksikan untuk tahun 2008 luas areal tanaman kopi akan meningkat menjadi seluas 15.167,48 Ha dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 15.400,46 Ha. Berdasarkan distribusi responden menurut luas lahan kebun kopi pada Tabel 17 maka untuk luas areal tanaman kopi Kabupaten Tapanuli Utara pada saat ini yakni seluas 15.400,46 Ha dapat dirinci sebagai berikut. Untuk luas lahan kebun kopi seluas 0,08 Ha terdistribusi seluas 161,70 Ha 1,05 dari total luas areal tanaman kopi Kabupaten Tapanuli Utara saat ini. Untuk luas lahan kebun kopi seluas 0,12 Ha terdistribusi seluas 810,06 Ha 5,26 dari adalah total luas areal tanaman kopi Kabupaten Tapanuli Utara saat ini. Untuk luas lahan seluas 0,25 Ha terdistribusi seluas 1.296,72 Ha 8,42 dari adalah total luas areal tanaman kopi Kabupaten Tapanuli Utara saat ini. Untuk luas lahan seluas 0,3 Ha terdistribusi seluas 6.321,89 Ha 41,05 dari total luas areal tanaman kopi Kabupaten Tapanuli Utara saat ini. Untuk luas lahan seluas 0,4 Ha terdistribusi seluas 4.538,52 Ha 29,47 dari total luas areal tanaman kopi Kabupaten Tapanuli Utara saat ini. Untuk luas lahan seluas 0,5 Ha terdistribusi seluas 1.621,67 Ha 10,53 dari total luas areal tanaman kopi Kabupaten Tapanuli Utara saat ini dan untuk luas lahan seluas 1 Ha terdistribusi seluas 648,36 Ha 4,21 dari total luas areal tanaman kopi Kabupaten Tapanuli Utara saat ini. Sehingga untuk luas lahan kurang 0,5 Ha terdistribusi seluas 13.128,89 Ha 85,25 dari total luas areal tanaman kopi Kabupaten Tapanuli Utara saat ini dan untuk luas lahan 0,5 - 1 Ha terdistribusi seluas 2.270,03 Ha 14,74 dari total luas areal tanaman kopi Kabupaten Tapanuli Utara saat ini. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani kopi di Kabupaten Tapanuli Utara memiliki luas areal tanaman kopi kurang dari 0,5 Ha yakni seluas 13.128,89 Ha atau 85,25 dari total luas areal tanaman kopi Kabupaten Tapanuli Utara saat ini. Sedangkan sebagian kecil lagi hanya memiliki luas lahan 0,5 - 1 Ha yakni seluas 2.270,03 Ha atau 14,74 dari total luas areal tanaman kopi Kabupaten Tapanuli Utara saat ini.

4.3.2. Produksi dan Produktivitas Tanaman Kopi

Apabila dipelihara dengan baik, tanaman kopi telah dapat berproduksi pada umur 2,5 - 3 tahun walaupun biji kopi yang dihasilkan masih sedikit. Produksi tanaman kopi akan terus meningkat seiring dengan dengan bertambahnya umur tanaman kopi. Namun apabila masa produktifnya telah habis maka tanaman kopi itu akan terus mengalami penurunan produksi sampai pada akhirnya tanaman kopi itu mati. Tanaman kopi yang sudah menghasilkan, umumnya akan terus berproduksi sepanjang tahun walaupun mengalami turun naik produksi. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 3, dimana pada bulan Februari, Maret, September da n Oktober produksi tanaman kopi mengalami masa puncaknya selanjutnya kemudian mengalami masa penurunan produksi masa panceklik pada bulan Januari, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, Nopember dan Desember. Pada dasarnya, semakin luas areal tanaman kopi maka semakin tinggi pula produksi biji kopi yang dihasilkan. Dari hasil analisis yang dilakukan pada lampiran 3, untuk luas areal tanaman kopi seluas 0,08 Ha produksi rata - rata biji kopi basah yang dihasilkan adalah sebesar 0,216 tontahun. Selanjutnya, produksi rata - rata biji kopi basah yang dihasilkan terus meningkat seiring dengan bertambahnya luas areal tanaman kopi, yakni 0,286 tontahun untuk luas areal tanaman kopi seluas 0,12 Ha, 0,336 tontahun untuk luas areal tanaman kopi seluas 0,25 Ha, 0,437 tontahun untuk luas areal tanaman kopi seluas 0,3 Ha, 0,567 tontahun untuk luas areal tanaman kopi seluas 0,4 Ha, 0,821 tontahun untuk luas areal tanaman kopi seluas 0,5 Ha dan 1,392 tontahun untuk luas areal tanaman kopi seluas 1 Ha. Dari hasil analisis yang dilakukan pada lampiran 3, diperoleh rata-rata produktivitas tanaman kopi sebesar 1,5 tonhatahun. Ini artinya bahwa untuk 1 satu hektar luas areal tanaman kopi dapat dihasilkan 1,5 ton biji kopi basah dalam 1 satu tahun. Produktivitas tanaman kopi ini termasuk baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Najiyati dan Danarti 1991, bahwa dalam luasan 1 hektar tanaman kopi yang dikelola secara baik artinya petani kopi melakukan kegiatan pemeliharaan secara baik dan benar dari pemilihan bibit, penanaman, perawatan, pemangkasan dan panen seta iklim yang mendukung maka kopi yang mampu dihasilkan sebanyak 1,5 - 2 tonhatahun.

4.3.3. Peran Pemerintah dalam Penge mbangan Usahatani Kopi

Sebagaimana visi pembangunan Kabupaten Tapanuli Utara, yakni ” Mewujudkan Kem akmuran Masyarakat Berbasis Pertanian ” maka Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara telah mengambil beberapa kebijakan dalam rangka membangun pertanian di Kabupaten Tapanuli Utara termasuk pengembangan usahatani kopi. Beberapa kebijakan itu antara lain adalah menempatkan petugas penyuluh pertanian lapangan untuk melakukan penyuluhan, bimbingan teknis dan pelatihan budidaya tanaman kopi yang baik, melaksanakan program bantuan penyediaan bibit unggul tanaman kopi, subsidi biaya pengolahan lahan dan bantuan penyediaan mesin pengupas kulit biji kopi. Dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman kopi, diharapkan petugas penyuluhan pertanian lapangan mampu menguasai, memperkenalkan dan menerapkan teknologi budidaya tanaman kopi terbaru saat ini kepada masyarakat sehingga teknik budidaya tanaman kopi yang telah dimiliki oleh petani kopi dapat berkembang. Untuk itu, diperlukan peningkatan kualitas sumberdaya manusia petugas penyuluhan pertanian lapangan melalui pendidikan formal seperti S2 dan S3 dan pendidikan non formal seperti studi banding ke negara atau daerah yang telah berhasil mengembangkan usahatani kopi sebagai suatu komoditi unggulan di negara atau daerah itu. Program bantuan penyediaan bibit unggul tanaman kopi hingga saat ini terus dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi penggunaan bibit yang tidak unggul oleh petani kopi. Mengingat keterbatasan dana pemerintah maka penyaluran bibit tersebut dilakukan secara bertahap dari tahun ke tahun untuk setiap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara. Sehingga diharapkan nantinya, bantuan penyediaan bibit unggul tanaman kopi dapat tersebar merata di setiap kecamatan Kabupaten Tapanuli Utara. Program bantuan subsidi biaya pengolahan lahan juga telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara untuk mengatasi terlantarnya lahan- lahan pertanian yang tidak dapat dikelola lahan tidur oleh petani karena keterbatasan tenaga dan biaya untuk mengolah lahan- lahan tidur yang masih terbentang luas. Bantuan subsidi biaya pengolahan lahan yang diberikan untuk lahan seluas 1 Ha yakni sebesar 50 dari total biaya pengolahan lahan. Sedangkan sisanya 50 lagi ditanggung oleh pemilik lahan. Bila total biaya pengolahan lahan sebesar Rp. 1.500.000 untuk lahan seluas 1 Ha, maka bantuan subsidi biaya pengolahan yang diberikan oleh pemerintah daerah adalah sebesar Rp. 750.000 dan sisanya sebesar Rp. 750.000 lagi menjadi tanggungan petani sebagai pemilik lahan. Selain itu, program bantuan penyediaan mesin pengupas kulit biji kopi juga telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara untuk membantu mempermudah para petani kopi dalam mengupas biji-biji kopi yang telah dipanen sehingga pekerjaan pengupasan biji-biji kopi dalam jumlah yang banyak dapat lebih cepat dilakukan bila dibandingkan dengan secara manual atau menggunakan ta ngan manusia.

4.4. Pengaruh Pendidikan dan Pengalaman terhadap Tingkat Produktivitas