Analisis Peningkatan Produktivitas Pertanian Tanaman Pangan Dan Pengaruhnya Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Serdang Bedagai

(1)

ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN

TANAMAN PANGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI

TESIS

Oleh

PRIHATINAH

077003026/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S

E K

O L A

H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN

TANAMAN PANGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

PRIHATINAH

077003026/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN

PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Nama Mahasiswa : Prihatinah

Nomor Pokok : 077003026

Program Studi : Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D) K e t u a

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) (Kasyful Mahalli, SE., M.Si)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 30 September 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D Anggota : 1. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE

2. Kasyful Mahalli, SE. M.Si 3. Drs. H.B Tarmizi, SU


(5)

PERNYATAAN

ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN

TANAMAN PANGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, September 2009


(6)

ABSTRAK

Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam membangun perekonomian nasional. Pembangunan Nasional abad ke-21 masih akan berbasis pertanian secara luas dengan kegiatan jasa dan bisnis yang berbasis agribisnis akan menjadi leading dalam pembangunan nasional.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa (kebijakan pemerintah, infrastruktur dan kelembagaan petani) yang mempengaruhi peningkatan produktivitas tanaman pangan (padi sawah) di Kabupaten Serdang Bedagai dan untuk mengetahui pengaruh produktivitas tanaman pangan (padi sawah) terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Untuk mengetahui pengaruh produktivitas tanaman pangan (padi sawah) terhadap pendapatan petani.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Adanya pengaruh dari peningkatan produktivitas (kebijakan pemerintah, infrastruktur dan kelembagaan) terhadap pendapatan petani dan pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai”.

Penentuan ukuran sampel didasarkan atas pertimbangan Roscoe (Sugiono, 2003) yang mengatakan: pertama, ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian sosial adalah antara 30 sampai dengan 500 sampel; kedua, bila sampel dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel tiap kategori minimal 30 dan diperoleh sebanyak 90 sampel dalam kategori 3 strata.

Data dikumpulkan dengan wawancara langsung dan daftar pertanyaan. Pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak SPSS Versi 12,50, dianalisis dengan analisis deskriptif dan pengujian hipotesis dengan regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara kebijakan pemerintah, infrastruktur pendukung dan kelembagaan petani terhadap peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan Kabupaten Serdang Bedagai. Hal ini terlihat dari hasil analisis uji linear berganda uji F (Annova) sebesar 36,625 dengan tingkat signifikansi 0.000. Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara kebijakan pemerintah, infrastruktur pendukung dan kelembagaan petani terhadap peningkatan produktivitas petanian tanaman pangan Kabupaten Serdang Bedagai. Hal ini terlihat dari hasil uji linear berganda uji t dengan tingkat signifikansi 0.010 dan 0.000. Besarnya koefisien determinasi atau angka R2 (R-square) adalah sebesar 0,561, yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas independen sebesar 56,10%. Jadi model cukup baik. Sedangkan sisanya 43,90% dijelaskan oleh variabel-variabel bebas lain yang tidak diteliti dan tidak dimasukkan ke dalam model regresi yang juga bisa meningkatkan produktivitas petanian tanaman pangan.

Kata Kunci: Kebijakan, Infrastruktur, Kelembagaan, Produktivitas, Pengembangan Wilayah.


(7)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan karuniaNya kepada sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penyusunan tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang meneliti masalah: ANALISIS PENINGKATAN

PRODUKTIVITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN

PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI”.

Penulis telah berusaha menampilkan tesis ini dalam kondisi yang terbaik dan setepat mungkin, namun karena keterbatasan dan kelemahan yang ada, kemungkinan masih terdapat kesalahan. Untuk itu penyusun mengharap masukan positif dari semua pihak.

Dengan penuh kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang langsung maupun tidak langsung, turut andil dan memotivasi penyelesaian tesis ini, antara lain kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H., Sp.A(K), yang telah memberi kesempatan kepada penyusun untuk dapat belajar dan menggali ilmu pada almamater yang beliau pimpin.

2. Direktur Sekolah Pascasarjana USU, Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., M.Sc, yang telah mendorong penyusun dan juga mahasiswa pada umumnya agar mampu mengembangkan keilmuan khususnya tentang perencanaan wilayah.

3. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana USU.

4. Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam penulisan tesis ini.


(8)

5. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE dan Bapak Kasyful Mahalli, SE. M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing I dan II yang juga telah memberikan bantuan, bimbingan, saran dan masukan dalam penulisan tesis ini.

6. Seluruh Dosen Sekolah Pascasarjana USU, khususnya yang mengajar di Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan yang telah berkenan mentransfer dan membuka cakrawala ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Pemerintah Daerah Kab. Serdang Bedagai yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian pada kelompok P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air), GP3A (Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air), IP3A (Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air) di Kec. Pantai Cermin, Perbaungan dan Sei Bamban.

8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana USU yang sering berbagi wacana.

9. Rekan-rekan kerja pada BAPPEDA Kabupaten Serdang Bedagai.

Terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis (Almarhum H. Suhaimi Sagala dan Almarhumah Hj. Siti Maimunah Harahap) yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik dan mendoakan penulis serta kepada seluruh keluarga (abang/kakak) yang selalu mendukung dan memberi perhatian yang tiada hentinya kepada penulis dalam menempuh dan menjalani pendidikan.

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada orang-orang yang penulis sayangi, yakni suamiku Drs. Muliadin Harahap yang setia membantu dan menemani serta anak-anakku Rafiqa Hamdiani, Muhammad Isrok Maulana, Ilfa Nindita dan Hafiza Yusra yang juga telah memberikan semangat dalam proses penyelesaian tesis ini.

Akhirnya, semoga tesis ini membawa manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Amin.

Medan, Desember 2009 Penulis


(9)

RIWAYAT HIDUP

Prihatinah dilahirkan di Lubuk Pakam pada tanggal 16 Nopember 1965, merupakan anak bungsu dari 9 bersaudara dari pasangan H. Suhaimi Sagala dan Hj. Siti Maimunah Harahap.

Jenjang pendidikan yang dilalui adalah Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Kebun Tanjung Garbus Lubuk Pakam lulus tahun 1977, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Lubuk Pakam lulus tahun 1981, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 223 Lubuk Pakam lulus tahun 1984, Institut Pertanian Bogor (IPB) lulus tahun 1990.

Pada tahun 1993-2004, menjadi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kotamadya Tebing Tinggi dan pada tahun 2004 pindah tugas ke Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai hingga sekarang.

Penulis menikah dengan Drs. Muliadin Harahap dan saat ini telah dikaruniai 4 (empat) orang anak.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...

ABSTRACT...

KATA PENGANTAR ... RIWAYAT HIDUP... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN ... 1.1. Latar Belakang ... 1.2. Perumusan Masalah ... 1.3. Tujuan Penelitian ... 1.4. Manfaat Penelitian ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1. Sistem Usaha Tani Tanaman Pangan... 2.2. Kebijakan Pemerintah... 2.3. Infrastruktur ... 2.4. Kelembagaan...

i ii iii v vi x xi xii 1 1 4 5 5 7 7 9 9 10


(11)

2.5. Produktivitas Tanaman Pangan ... 2.6. Pengembangan Wilayah... 2.7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)... 2.8. Penelitian Terdahulu... 2.9. Kerangka Berpikir... 2.10. Hipotesa... BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 3.2. Jenis dan Sumber Data ... 3.3. Penentuan Populasi dan Sampel ... 3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 3.5. Model Analisis Data ... 3.6. Definisi Variabel Operasional... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 4.1. Deskripsi Wilayah Serdang Bedagai ... 4.1.1. Letak Wilayah ... 4.1.2. Iklim ... 4.1.3. Tanaman Pangan ... 4.2. Karakteristik Responden ... 4.2.1. Jenis Kelamin ... 4.2.2. Tingkat Umur ...

10 12 17 19 21 22 23 23 23 24 25 26 33 35 35 35 37 38 40 40 40


(12)

4.2.3. Status Perkawinan ... 4.2.4. Tingkat Pendidikan ... 4.2.5. Mata Pencaharian Penduduk ... 4.2.6. Pengalaman Bertani ... 4.2.7. Status Kepemilikan ... 4.2.8. Luas Lahan ... 4.2.9. Jumlah Tanggungan ... 4.3. Pengujian Asumsi Klasik ... 4.3.1. Uji Normalitas ... 4.3.2. Uji Multikolinieritas ... 4.3.3. Uji Heteroskedastisitas ... 4.4. Penjelasan Responden ... 4.4.1. Penjelasan Responden tentang Kebijakan Pemerintah... 4.4.2. Penjelasan Responden tentang Infrastruktur ... 4.4.3. Penjelasan Responden tentang Kelembagaan ... 4.4.4. Penjelasan Responden tentang Produktivitas Pertanian

Tanaman Pangan... 4.5. Hasil Uji Statistik ... 4.5.1. Uji Serempak ... 4.5.2. Uji Parsial ...

41 42 43 43 44 45 46 46 47 48 49 51 51 52 52

53 53 55 57


(13)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 5.1. Kesimpulan ... 5.2. Saran ... DAFTAR PUSTAKA...

78 78 78 80


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai ... 17 3.1. Data Sampel pada Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan

Pantai Cermin... 24 3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 34 4.1. Letak dan Geografis Kabupaten Serdang Bedagai... 36 4.2. Banyak Desa/Kelurahan dan Jumlah Penduduk Menurut

Kecamatan Tahun 2007... 37 4.3. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah

Tahun 2007... 39 4.4. Mata Pencaharian Penduduk Sesuai Kecamatan Tahun 2008 …. 43 4.5. Hasil Uji Multikolinearitas... 49 4.6. Hasil Regresi Kebijakan Pemerintah, Infrastruktur dan

Kelembagaan Petani terhadap Produktivitas Tanaman Pangan .... 53 4.7. Hasil Uji Determinasi... 55 4.8. Hasil Uji Serempak ... 56 4.9. Hasil Uji Parsial ... 58 4.10. Daftar Kegiatan Bidang Irigasi Mulai 2006 Sampai dengan

Tahun 2008 ... 60 4.11. Daftar Kelompok Petani Pemakai Air P3A/GP3A/IP3A... 68 4.12. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka Berpikir... 21 3.1. Elastisitas Produksi dan Daerah-daerah Produksi ………. 31 4.1. Jenis Kelamin Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban,

Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009 ... 40 4.2. Tingkat Umur Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban,

Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009 ... 41 4.3. Status Perkawinan Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban,

Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009 ... 41 4.4. Tingkat Pendidikan Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban,

Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009 ... 42 4.5. Tingkat Penglaman Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban,

Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009 ... 44 4.6. Status Kepemilikan Lahan Petani Padi di Kecamatan

Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009. ... 44 4.7. Luas Lahan Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban,

Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009 ... 45 4.8. Jumlah Tanggungan Petani Padi di Kecamatan

Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009 ... 46 4.9. Uji Normalitas... 47 4.10. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 50


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 82

2. Tabulasi Skor Variabel Kebijakan ... 91

3. Tabulasi Skor Variabel Infrastruktur ... 94

4. Tabulasi Skor Variabel Kelembagaan ... 97

5. Tabulasi Skor Variabel Produktivitas ... 100

6. Uji Statistik ... 103

7. Hasil Analisis Uji Statistik ... 108

8. Gambar Histogram Dependen Variabel Produktivitas ... 113

9. Gambar Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual…….. 114

10. Scatter Plot Dependen Variabel Produktivitas ... 115


(17)

ABSTRAK

Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam membangun perekonomian nasional. Pembangunan Nasional abad ke-21 masih akan berbasis pertanian secara luas dengan kegiatan jasa dan bisnis yang berbasis agribisnis akan menjadi leading dalam pembangunan nasional.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa (kebijakan pemerintah, infrastruktur dan kelembagaan petani) yang mempengaruhi peningkatan produktivitas tanaman pangan (padi sawah) di Kabupaten Serdang Bedagai dan untuk mengetahui pengaruh produktivitas tanaman pangan (padi sawah) terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Untuk mengetahui pengaruh produktivitas tanaman pangan (padi sawah) terhadap pendapatan petani.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Adanya pengaruh dari peningkatan produktivitas (kebijakan pemerintah, infrastruktur dan kelembagaan) terhadap pendapatan petani dan pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai”.

Penentuan ukuran sampel didasarkan atas pertimbangan Roscoe (Sugiono, 2003) yang mengatakan: pertama, ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian sosial adalah antara 30 sampai dengan 500 sampel; kedua, bila sampel dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel tiap kategori minimal 30 dan diperoleh sebanyak 90 sampel dalam kategori 3 strata.

Data dikumpulkan dengan wawancara langsung dan daftar pertanyaan. Pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak SPSS Versi 12,50, dianalisis dengan analisis deskriptif dan pengujian hipotesis dengan regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara kebijakan pemerintah, infrastruktur pendukung dan kelembagaan petani terhadap peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan Kabupaten Serdang Bedagai. Hal ini terlihat dari hasil analisis uji linear berganda uji F (Annova) sebesar 36,625 dengan tingkat signifikansi 0.000. Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara kebijakan pemerintah, infrastruktur pendukung dan kelembagaan petani terhadap peningkatan produktivitas petanian tanaman pangan Kabupaten Serdang Bedagai. Hal ini terlihat dari hasil uji linear berganda uji t dengan tingkat signifikansi 0.010 dan 0.000. Besarnya koefisien determinasi atau angka R2 (R-square) adalah sebesar 0,561, yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas independen sebesar 56,10%. Jadi model cukup baik. Sedangkan sisanya 43,90% dijelaskan oleh variabel-variabel bebas lain yang tidak diteliti dan tidak dimasukkan ke dalam model regresi yang juga bisa meningkatkan produktivitas petanian tanaman pangan.

Kata Kunci: Kebijakan, Infrastruktur, Kelembagaan, Produktivitas, Pengembangan Wilayah.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam membangun perekonomian nasional. Pembangunan Nasional abad ke-21 masih akan berbasis pertanian secara luas dengan kegiatan jasa dan bisnis yang berbasis agribisnis, ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani.

Saat ini pembangunan pertanian dilakukan melalui pola pemberdayaan masyarakat yang dikonsolidasikan dalam bentuk pengembangan kawasan agribisnis komoditas komersial unggulan. Sehingga diharapkan akan berkembang pusat-pusat pengembangan agribisnis yang menjadi andalan pertumbuhan di daerah.

Pembangunan pertanian juga merupakan penyumbang terbesar bagi devisa negara, penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan masyarakat. Selain itu sektor pertanian tanaman pangan juga dapat menjadi sumber input dan out put serta mempunyai keterkaitan yang cukup besar dengan sektor lain seperti dengan sektor industri baik industri hulu maupun industri hilir. Dampak yang cukup besar terhadap

multiplier effect sektor pertanian khususnya tanaman pangan terhadap sektor-sektor

lain menyebabkan sektor ini tidak dapat dianggap sederhana dalam penanganannya karena kegagalan ataupun keberhasilan pada satu sektor akan berdampak terhadap sektor lainnya.


(19)

Pada tahun 1984 - 1985 Indonesia pernah mencapai swasembada beras namun belum demikian halnya dengan palawija. Tercapainya peningkatan produksi dan produktivitas lahan sawah khususnya padi sawah disebabkan adanya adopsi dan pemakaian teknologi pertanian seperti penggunaan benih bermutu, pupuk, pemberantasan hama penyakit, pengaturan irigasi dan cara bercocok tanam yang teratur serta mekanisasi pertanian (Purwati, 1986). Namun hal ini tidak bertahan lama disebabkan adanya krisis global, kebijakan yang mempengaruhi harga pasar dan tingginya harga input produksi pertanian.

Kontribusi sektor pertanian tanaman pangan di Propinsi Sumatera Utara difokuskan kepada pengembangan agribisnis, ketahanan pangan serta peningkatan kesejahteraan petani melalui indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tahun 2005 sebesar 23,98% tahun 2006 sebesar 22,33%, tahun 2007 sebesar 22,56% dan penyerapan tenaga kerja sekitar 47,60% dari 5,28 juta penduduk yang tergolong angkatan kerja (BPS Prop SU, 2007).

Daerah yang memberikan kontribusi terbesar untuk tanaman padi sawah pada tahun 2006 adalah Kabupaten Simalungun 339,669 ton atau 11,83%, Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 334,675 ton atau 11,66%, Kabupaten Deli Serdang 329,291 ton atau 11,47%, Kabupaten Langkat 318,207 ton atau 11,08% dan Kabupaten Tapanuli Selatan sebesar 306,182 ton atau 11,08% (BPS, Prop SU, 2007).

Dari data di atas dapat dilihat bahwa kontribusi Kabupaten Serdang Bedagai untuk komoditi padi sawah di Propinsi Sumatera Utara termasuk tinggi dibandingkan dengan kabupaten lain.


(20)

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 mempunyai luas wilayah 1.900,22 km2 terdiri dari 17 kecamatan dan 243 desa/ kelurahan, mempunyai iklim tropis dengan curah hujan berkisar antara 120 - 331 mm per bulan dengan periodik tertinggi pada bulan Agustus - September (BPS Serdang Bedagai, 2008).

Luas lahan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Serdang Bedagai adalah 45% (84.160 hektar) dari luas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari pertanian sawah dan kering di samping adanya perkebunan besar maupun kecil (BPS Serdang Bedagai, 2008).

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2006 sebesar 12,34%, tahun 2007 11,84% dan diharapkan pada tahun 2010 akan menurun menjadi 8,35%. Untuk sasaran mengurangi kesenjangan antar wilayah diharapkan meningkatnya peran pedesaan, meningkatnya pembangunan pada daerah-daerah terbelakang dan tertinggal, meningkatnya pengembangan wilayah yang didorong oleh daya saing kawasan dan produk-produk unggulan daerah serta meningkatnya keseimbangan pertumbuhan pembangunan antara pantai barat dan pantai timur sebagai basis pertumbuhan perekonomian (RPJM, 2006).

Sembilan prioritas arah kebijakan dalam mensejahterakan masyarakat diutamakan adalah dari sektor pertanian dalam arti luas melalui program pengamanan ketahanan pangan dengan swasembada beras, peningkatan daya saing, diversifikasi, peningkatan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian, peternakan,


(21)

perkebunan, perikanan dan kehutanan (RPJM, 2006). Pada tahun 2007 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Serdang Bedagai atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp 6.429,01 milyar dan sektor pertanian merupakan kontributor utama yaitu sebesar 40,97% (BPS Serdang Bedagai, 2008).

Di Kabupaten Serdang Bedagai, sektor-sektor pertanian tanaman pangan yang menjadi andalan adalah padi sawah di samping palawija yaitu jagung dan ubi kayu. Tiga daerah yang mempunyai luasan terbesar untuk menanami jenis tanaman tersebut adalah Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin. Atas dasar uraian di atas, penulis berniat melakukan penelitian dengan judul ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN

DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI”.

Adapun komoditi pertanian tanaman pangan yang menjadi bahan analisis adalah komoditi padi sawah sebagai komoditi yang dominan dengan lokasi penelitian di Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin dengan variabel penelitian kebijakan pemerintah, infrastruktur pendukung dan kelembagaan yang ada di petani.

1.2. Perumusan Masalah

Beberapa permasalahan yang ingin dianalisa dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah faktor-faktor kebijakan pemerintah, infrastruktur dan kelembagaan petani

mempengaruhi peningkatan produktivitas tanaman pangan (padi sawah) di Kabupaten Serdang Bedagai?


(22)

2. Bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah, infrastruktur dan kelembagaan terhadap peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan (padi sawah) di Kabupaten Serdang Bedagai?

3. Apakah peningkatan produktivitas tanaman pangan (padi sawah) mempengaruhi pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah faktor-faktor kebijakan pemerintah, infrastruktur dan kelembagaan petani mempengaruhi peningkatan produktivitas tanaman pangan (padi sawah) di Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah, infrastruktur dan kelembagaan petani terhadap peningkatan produktivitas tanaman pangan (padi sawah) di Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Untuk mengetahui apakah peningkatan produktivitas tanaman pangan (padi sawah) mempengaruhi pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan saran kepada petani dalam meningkatkan produktivitas lahan usaha taninya.


(23)

2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi, masukan dan saran kepada pemerintah khususnya Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai selaku pengambil kebijakan dalam peningkatan produktivitas tanaman pangan yang berdampak langsung terhadap pendapatan petani dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Nantinya hasil penelitian ini dapat berguna dalam perencanaan pembangunan baik jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang di Kabupaten Serdang Bedagai guna pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Usaha Tani Tanaman Pangan

Usaha Tani merupakan kemampuan dari petani dalam mengorganisasikan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian petani yang kurang mampu memanfaatkan benih, pupuk, luas lahan, tenaga kerja dan pestisida akan memiliki tingkat pendapatan yang relatif lebih rendah (Yusri, 2005).

Untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan dengan penanaman beberapa komoditi diperlukan perencanaan usaha tani. Di mana perencanaan usaha tani yang dimaksud adalah pengaturan kembali sumber daya usaha tani melalui penetapan tujuan-tujuan, penyusunan rencana dan program-program dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Bagi seorang petani, perencanaan usaha tani adalah bagaimana seharusnya mengalokasikan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu tetapi juga harus dapat meramalkan bagaimana mengalokasikan sumber daya dengan faktor-faktor tertentu seperti harga, permintaan, teknologi dan sebagainya. Soekartawi dkk (1986) menyatakan bahwa perencanaan usaha tani dapat digunakan untuk mengidentifikasi pedoman umum mengenai penggunaan sumber daya secara ekonomis untuk usaha tani di suatu daerah.

Perencanaan usaha tani sangat dipengaruhi oleh sistem usaha tani itu sendiri. Menurut Fresco (1986) sistem usaha tani (Farming System) dapat diartikan sebagai


(25)

unit pengambilan keputusan yang melibatkan rumah tangga petani, sub sistem pertanian (dalam arti luas tanaman, hewan atau ikan) dan sub sistem sumber daya alam dan lingkungan yang hasilnya dapat dikonsumsi langsung oleh keluarga maupun dijual. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perencanaan usaha tani merupakan perencanaan petani dari awal hingga akhir dengan mengkombinasikan pemanfaatan segala potensi sumber daya yang ada dan mampu mengatasi kendala-kendala yang dihadapi guna menghasilkan suatu produk yang yang optimum.

Keadaan yang masih dijalani oleh umumnya petani kita adalah sebagian besar masih untuk memenuhi kebutuhan keluarga (pola subsistem) dan belum berorientasi pasar (market oriented) seperti halnya usaha tani di negara-negara maju (Danil, 2001).

Pada umumnya usaha tani petani yang ada di Indonesia adalah berlahan sempit, modal relatif kecil, tingkat pengetahuan yang rendah dan kurang dinamis sehingga mengakibatkan tingkat pendapatan usaha tani yang rendah (Soekartawi, 1989).

Selanjutnya Mubyarto (1991) mengemukakan bahwa dalam pertanian, faktor produksi tanah (lahan) mempunyai kedudukan yang paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima dibandingkan faktor produksi lainnya. Sedangkan Muhajir dan Nazaruddin (1996) mengemukakan bahwa di samping modal dan tenaga kerja maka lahan merupakan faktor produksi yang sangat penting apalagi bagi seorang petani yang hidup matinya tergantung kepada lahan pertaniannya.


(26)

2.2. Kebijakan Pemerintah

Adanya kebijakan otonomi daerah memberikan peluang kepada daerah mempunyai kewenangan untuk melakukan penyuluhan terhadap petani dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan. Penyuluh pertanian diperlukan guna menyampaikan informasi dan teknologi bagi peningkatan produktivitas pertanian, namun adanya kelemahan kebijakan otonomi daerah bahwa penyuluh pertanian dapat berasumsi menjadi tenaga struktural dalam birokrasi pemerintahan, menyebabkan terhambatnya pelaksanaan tugas dan penyampaian informasi kepada petani. Oleh karena itu dalam implementasinya, hendaknya menempatkan tim pelayanan pada petani sebagai prioritas strategi pembangunan sistem pertanian yang transparan dan kondusif.

2.3. Infrastruktur

Pentingnya infrastruktur untuk pertumbuhan sektor pertanian sudah banyak diakui. Hal ini terlihat jelas bahwa infrastruktur fisik membawa dampak langsung bagi kemajuan sektor pertanian di negara berkembang maupun negara maju.

Fan and Zang (2004) mengatakan adanya pola sebab akibat dari investasi infrastruktur dan pertumbuhan sektor pertanian. Investasi di sektor jalan dan irigasi sangat penting dalam mendukung pertumbuhan sektor pertanian. Pada pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi menyebabkan demand effect bidang irigasi jauh lebih tinggi dibanding bidang jalan.


(27)

2.4. Kelembagaan

Kelembagaan memegang peranan penting untuk menjamin suatu program dapat berjalan terus-menerus dan mencapai tujuan. Kelembagaan pendukung sektor pertanian di pedesaan bersifat pasang surut dan tergantung kebutuhan. Kelembagaan dapat bersifat formal (disponsori dan dibantu pemerintah) dan non formal (terbentuk sebagai jawaban atas tuntutan kebutuhan aktual petani). Kelembagaan yang bersifat formal seperti penyuluh pertanian (WKBPP/WKPP, KUD) kurang berjalan karena batasan-batasan formal yang sering bergesekan dengan pemahaman petani.

Kelembagaan juga berfungsi sebagai penggerak, penghimpun, penyalur sarana produksi, pembangkit minat dan sikap serta menjamin keberhasilan agribisnis pertanian. Kelembagaan yang mampu berkembang adalah kelembagaan yang sesuai dengan kondisi lokal dan bersifat multi fungsi dan luwes.

Alan Foller (1992) tentang kelembagaan dan organisasi: “An institution is a complex norm and behavior that persist overtime by serving some socialy value purpose, while an organization is a structure of recognize and accept roles”.

2.5. Produktivitas Tanaman Pangan

Produktivitas pertanian tanaman pangan (padi dan palawija) dalam arti sempit dapat diartikan sebagai kemampuan berproduksi dalam satu satuan luas. Namun secara luas produktivitas diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh dengan menggunakan segala potensi sumber daya yang ada disertai dengan kemampuan untuk meminimumkan segala resiko yang dapat memperkecil pendapatan tersebut


(28)

dalam satu satuan periode yang dibutuhkan. Hubungan antara produksi yang dihasilkan dengan pendapatan yang akan diterima petani sangat dipengaruhi oleh banyak faktor namun dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah faktor manajemen pengelolaan produksi seperti kebijakan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, kelembagaan dan infrastruktur pendukung.

Usaha peningkatan produksi padi sawah di Indonesia pada dasarnya ditempuh secara bersama-sama dengan dua cara yaitu: 1) Peningkatan hasil tiap satuan luas (Intensifikasi), 2) Perluasan areal tanaman (Ekstensifikasi). Peningkatan produktivitas tanah pada umumnya diutamakan dari perluasan areal pertanian, hal ini terjadi karena terbatasnya tanah yang tersedia dan sulitnya pemindahan penduduk dari tempat yang padat ke tempat yang renggang. Produktivitas tanah umumnya dilakukan melalui 1) perbaikan di bidang teknologi pertanian untuk meningkatkan daya produksi tanaman 2) mengusahakan cara bertanam baru yang memungkinkan sebidang tanah menghasilkan lebih dari satu macam tanaman pada waktu yang sama misalnya pertanaman Tumpang Sari (Syahwier, dkk, 1994).

Dalam pembangunan pertanian, peningkatan produksi seringkali diberi perhatian utama. Namun ada batas maksimal produktivitas ekosistem. Jika batas ini ini dilampaui ekosistem akan mengalami degradasi dan kemungkinan akan runtuh sehingga hanya sedikit orang yang bisa hidup dengan sumber daya yang tersisa (Kanisius, 1999).

Produktivitas merupakan hasil per satuan luas lahan, tenaga kerja, modal (misalnya ternak, uang), waktu atau input lainnya (misalnya uang tunai, energi air dan


(29)

unsur hara). Orang luar cenderung mengukur produktivitas usaha tani menurut total biomassa, hasil komponen-komponen tertentu (misalnya gabah, jerami, kandungan protein), hasil ekonomis atau keuntungan, seringkali memandang perlu untuk memaksimalkan hasil per satuan luas lahan (Kanisius, 1999).

2.6. Pengembangan Wilayah

Wilayah adalah unit tata ruang yang terdiri dari unsur-unsur tata ruang yaitu: jarak, lokasi, bentuk, ukuran dan skala. Sebagai inti tata ruang yang dimanfaatkan manusia penataan dan penggunaan wilayah dapat terpelihara (Hanafiah, 1982).

Pengembangan wilayah adalah suatu usaha untuk mengelola segala potensi yang ada pada suatu daerah dengan melaksanakan pembangunan di berbagai sektor melalui beberapa program kegiatan dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakatnya.

Jayadinata (1977) menyatakan bahwa pengembangan ialah usaha memajukan atau memperbaiki sesuatu yang ada, sedangkan pembangunan adalah mengadakan atau membuat atau mengatur sesuatu yang belum ada. Sedangkan menurut Soekartawi (1994) pembangunan wilayah adalah sebagai suatu pelaksanaan pembangunan nasional di suatu wilayah yang disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial serta menghormati peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian pengembangan wilayah harus selalu diupayakan pada usaha untuk pembangunan nasional.


(30)

Beberapa pengertian tentang pengembangan wilayah adalah 1) bahwa pembangunan adalah suatu proses artinya dilakukan secara terus-menerus di mana proses itu dapat dibagi menjadi tahap-tahap tertentu, 2) pembangunan merupakan suatu usaha, 3) pembangunan dilakukan secara berencana dan berorientasi kepada pertumbuhan dan perubahan, 4) pembangunan mengarah kepada modernitas, 5) modernitas dicapai melalui pengembangan yang mencakup seluruh aspek kehidupan terutama aspek politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan serta administrasi, 6) seluruh pembangunan ditujukan kepada usaha membina bangsa secara berkelanjutan.

Saragih (2001) mengatakan pengembangan wilayah yang strategis untuk dikembangkan adalah dengan mengintegrasikan antar wilayah dengan pengembangan agribisnis yang merupakan paradigma baru pembangunan ekonomi yang berbasis pertanian (as a new way to seeing agriculture). Paradigma ini membangun keempat subsistem agribisnis yaitu: subsistem agribisnis hulu (downstream), subsistem agribisnis usaha tani (on-farm), subsistem agribisnis hilir (up-stream) dan subsistem jasa layanan pendukung (supporting institution). Dalam hubungan dengan pembangunan wilayah akan tercipta keunggulan komparatif dari setiap wilayah melalui pengembangan subsistem agribisnis.

Untuk mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan tersebut Gunawan (2004) menyatakan bahwa pemerintah harus membuat kebijakan yang dapat meningkatkan kemampuan wilayah (region) dan daerah (localities) dengan melaksanakan strategi pembangunan yang akan memperkuat keunggulan kompetitif wilayah (region


(31)

competityve advantage). Dalam kerangka inilah maka pembangunan nasional di suatu

wilayah disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial ekonomi dari wilayah tersebut dengan tetap berpedoman pada tujuan nasional.

Untuk wilayah pedesaan yang umumnya identik dengan petani dan kemiskinan, maka dibutuhkan pembangunan di sektor pertanian. Pembangunan pertanian yang berhasil, jika terjadi pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi sekaligus terjadi perubahan masyarakat tani yang kurang baik menjadi lebih baik (Soekartawi, 1994).

Suatu pembangunan pertanian berhasil jika didukung dengan penyediaan sarana-sarana produksi yang memadai, adanya sistem transportasi yang baik dan organisasi pemasaran yang baik. Dengan tersedianya sarana produksi pertanian dan dialokasikan dengan baik maka produktivitas pertanian akan tinggi sehingga pendapatan petani juga meningkat yang mana jika dalam proses jangka panjang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan ekonomi memerlukan pengaturan dan pengarahan dari pimpinan masyarakat (kepala daerah), oleh sebab itu pengembangan suatu wilayah juga tidak terlepas dari peran kepala daerah. Kepala daerah harus dapat menciptakan pemikiran yang inovatif yang bisa menciptakan perubahan atas kesejahteraan masyarakat, harus mampu menarik kaum entrepreneur untuk menanamkan modalnya, harus mampu menggerakkan masyarakat ke suatu sikap yang produktif, harus mampu memanfaatkan sumber daya ekonomi yang ada dan mampu mengurangi jumlah penganggur. Peran seperti inilah yang harus dimiliki


(32)

oleh seorang kepala daerah guna mendorong terjadinya pengembangan wilayah (Miraza, 2006).

Tarigan (1998) menyebutkan bahwa pengembangan wilayah (ruang) memegang peranan sangat penting, khususnya dipandang dari sudut peningkatan pendapatan dan pelayanan sosial, di mana ruang memiliki 4 pilar utama yang meliputi:

1. Ruang sebagai Lokasi

Tingkat efisiensi kegiatan sangat tergantung dan dipengaruhi oleh lokasi sangat berpengaruh terhadap pasar, sistem transportasi, sarana pendidikan, komunikasi, pemerintahan dan utilitas yang dapat dimanfaatkan sebagai faktor produksi dan mendukung aktivitas kehidupan sosial dan ekonomi dalam memaksimalkan kepentingan dan partisipasi masyarakat di bidang ekonomi guna pengembangan wilayah dan pembangunan pada umumnya.

2. Ruang sebagai Geografi

Wilayah sangat dipengaruhi berbagai faktor fisik yaitu alam, iklim, vegetasi, ekonomi dan budaya sehingga wilayah merupakan sesuatu yang homogen (compage). Perwujudannya dapat dilakukan berdasarkan keterkaitan antara pusat (inti kutub) dengan daerah belakangnya (hinterland) sehingga wilayah dapat dikatakan merupakan kombinasi dari lahan (tanah), air, udara, tanaman, binatang dan manusia yang terletak dan terdapat dalam suatu sistem tata ruang.


(33)

3. Ruang sebagai Pusat Pemukiman dan Pusat Pertumbuhan

Walaupun wilayah mengutamakan perencanaan, fisik, jalan, bangunan, pemukiman, sarana-sarana fasilitas umum, keindahan kota dan lain-lain, namun sering timbul masalah dari daerah lainnya. Dengan demikian wilayah perlu direncanakan dengan rencana pengembangan daerah sekitarnya sehingga terdapat berbagai hirarki daerah/kota yang dapat mendukung pengembangan peningkatan perekonomian masyarakat sehingga mendukung peningkatan pendapatan masyarakat yang bermukim di wilayah tersebut.

4. Ruang sebagai unit ekonomi wilayah sangat tergantung pada berbagai faktor yang timbul seperti ongkos transportasi, sumber bahan baku, biaya bahan baku, perbedaan produktivitas, tenaga kerja, perbedaan permintaan dan kondisi terhadap pasar. Wilayah harus berspesialisasi terhadap kegiatan produksi yang mempunyai keunggulan komparatif sehingga perekonomiannya dapat berkembang dan sangat bergantung kepada pasar.

Keempat pilar tersebut di atas merupakan tolok ukur dari konsep pengembangan wilayah yang menekankan perlunya pengelolaan secara simultan beberapa aspek yang berkaitan dengan Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Fisik (SDF), Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Keuangan/Ekonomi (SDK), yang pengelolaannya perlu disatukan dan saling mendukung untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan wilayah.


(34)

2.7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Salah satu data yang dapat digunakan sebagai indikator untuk perencanaan dan evaluasi hasil pembangunan regional adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Data PDRB ini dapat menunjukkan tingkat perkembangan perekonomian daerah secara makro, agregatif dan sektoral pada suatu periode (Parr, 1999). Berikut adalah data PDRB Kabupaten Serdang Bedagai mulai tahun 2004 sampai tahun 2006 atas dasar harga berlaku dan harga konstan.

Tabel 2.1. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai

PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga yang Berlaku (dalam Milyar Rp)

Lapangan Usaha 2004 2005 2006

Pertanian 1.888,61 2.086,28 2.339,18

PDRB Menurut Lapangan Usaha atas dasar Harga Konstan 2000 (dalam Milyar Rp)

Lapangan Usaha 2004 2005 2006

Pertanian 1.391,38 1.441,77 1.506,20

Ada dua metode yang dapat dipakai untuk menghitung yaitu: a) Metode Langsung

Penghitungan didasarkan sepenuhnya pada data daerah yang sama sekali terpisah dari data Nasional, sehingga hasil penghitungannya mencakup seluruh produk


(35)

barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Pendekatan metode ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu:

1. Pendekatan Produksi

PDRB merupakan jumlah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam suatu wilayah dalam suatu periode tertentu.

2. Pendekatan Pendapatan

PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di dalam suatu wilayah/region dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun.

3. Pendekatan Pengeluaran

PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor neto di dalam suatu wilayah/region dalam periode tertentu biasanya satu tahun. b) Metode Tidak Langsung/Alokasi

Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah propinsi ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat kabupaten/kota. Sebagai alokator digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut. Penghitungan PDRB dapat dilakukan atas dasar harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh NTB atau nilai barang


(36)

dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam suatu periode tertentu biasanya satu tahun yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan. Penghitungan atas dasar harga konstan pengertiannya sama dengan atas dasar harga berlaku tetapi penilaiannya dilakukan dengan harga suatu tahun dasar tertentu.

NTB atas dasar harga konstan ini hanya menggambarkan perubahan volume/ kuantum produk saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu.

2.8. Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian sebelumnya yang sama persis belum ada ditemukan, namun penelitian yang bersifat mendukung penelitian sudah banyak didapati, antara lain:

1. Analisa Penggunaan Faktor Produksi Intensifikasi Padi Sawah di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang (Ramli dkk, 1990), dalam penelitiannya menyatakan bahwa faktor-faktor produksi yang diikutsertakan dalam estimasi, secara partial menunjukkan variabel luas lahan dan variabel pupuk berpengaruh nyata terhadap produksi. Sedangkan variabel lainnya seperti bibit, pestisida dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 99% dengan determinasi (R2) sebesar 0,9702 berarti 2,98% dipengaruhi variabel lain yang tidak diikutsertakan ke dalam estimasi.


(37)

2. Analisa Fungsi Produksi Usaha Tani Padi Sawah dan Pengaruhnya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk Pengembangan Wilayah di Kabupaten Deli Serdang (Yusri, M., 2005) mengatakan bahwa dari hasil observasi diperoleh bahwa rata-rata hasil produksi untuk petani lahan luas adalah sebesar 7,31 ton dengan rata-rata luas lahan 1,56 hektar. Sedangkan untuk lahan sempit adalah sebesar 1,59 ton dengan rata-rata luas lahan 0,35 hektar dan dapat disimpulkan bahwa variabel luas lahan, benih, pupuk organik berpengaruh nyata terhadap produksi usaha tani padi sawah pada tingkat keyakinan 95%.

3. Analisis Faktor-faktor Produksi Tanaman Pangan Padi pada Daerah Irigasi Perbaungan dan Buluh dalam Rangka Pengembangan Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai (Magdalena, T Nasution, 2008) mengatakan bahwa hasil analisis pengaruh faktor produksi (luas lahan, benih, pestisida, pupuk, tenaga kerja dan air irigasi) tanaman pangan padi sawah secara partial maupun keseluruhan pada Daerah Irigasi Perbaungan dan Buluh berpengaruh nyata terhadap produksi usaha tani padi sawah dengan nilai koefisien determinasi sebesar rata-rata 0,962-0,993 atau 96,2%-99,3% variasi dari produksi usaha tani padi sawah di Daerah Irigasi Perbaungan dan Buluh dijelaskan oleh variabel luas lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan air irigasi. Namun hubungannya dengan peningkatan pendapatan petani dan perkembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai disarankan agar peranan pemerintah ditingkatkan dan adanya rekayasa teknologi yang disalurkan melalui pemberdayaan tenaga-tenaga penyuluh pertanian (PPL) di lapangan.


(38)

2.9. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 merupakan kerangka berpikir analisis peningkatan produktivitas tanaman padi sawah dan pengaruhnya terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 di atas menjelaskan bahwa produktivitas pertanian tanaman pangan khususnya padi sawah sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, infrastruktur pendukung dan kelembagaan petani yang pada akhirnya akan berdampak terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai.

Produktivitas petani sangat dipengaruhi oleh adanya kebijakan pemerintah baik kebijakan harga yang mempengaruhi pendapatan dan juga kebijakan non pemerintah berupa peraturan-peraturan yang mendukung sektor pertanian, infra struktur, lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat.

Kebijakan Pemerintah

Infrastruktur Pendukung

Kelembagaan Petani

Produktivitas

Pengembangan Wilayah


(39)

Dampak terakhir yang mungkin dapat dirasakan akibat adanya peningkatan pendapatan petani dan peningkatan produktivitasnya adalah terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perkembangan suatu wilayah melalui adanya kemudahan-kemudahan serta fasilitas yang dirasakan/diperoleh masyarakat di dalam kehidupan sebagai final effect dari usaha yang telah dilakukan.

2.10. Hipotesa

Sesuai dengan latar belakang masalah dan tujuan penelitian maka hipotesa yang diajukan guna pemecahan permasalahan-permasalahan di atas adalah:

1. Kebijakan Pemerintah berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan (padi sawah) di Kabupaten Serdang Bedagai. 2. Infrastruktur pendukung berpengaruh nyata terhadap peningkatan

produktivitas pertanian tanaman pangan (padi sawah) di Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Kelembagaan petani berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan (padi sawah) di Kabupaten Serdang Bedagai. 4. Peningkatan produktivitas tanaman pangan (padi sawah) memberikan


(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Serdang Bedagai pada 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin mulai dilaksanakan bulan Mei sampai dengan Juni tahun 2009.

Alasan dipilihnya kabupaten ini sebagai lokasi penelitian adalah dikarenakan kabupaten ini merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 namun sudah mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap penyediaan produksi di Propinsi Sumatera Utara. Sedangkan ketiga kecamatan tersebut merupakan daerah yang mempunyai luas panen terbesar di Kabupaten Serdang Bedagai.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan masyarakat petani dan kuesioner yang diberikan. Sementara data sekunder diperoleh dari instansi terkait yang berhubungan dengan judul penelitian seperti Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda), Kantor Pusat Statistik, Dinas Pertanian dan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten Serdang Bedagai.


(41)

3.3. Penentuan Populasi dan Sampel

Penentuan sampel diperlukan agar data yang diperoleh lebih akurat dengan biaya dan waktu yang lebih cepat dan biaya lebih murah. Penentuan ukuran sampel didasarkan atas pertimbangan Roscoe yang mengatakan: pertama, ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian sosial adalah antara 30 sampai dengan 500 sampel; kedua, bila sampel dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel tiap kategori minimal 30 (Sugiono, 2003).

Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode Stratified Sampel dibagi menurut strata berdasarkan luas lahan yang digarap dengan kondisi lahan persawahan sejenis sebanyak 30 (tiga puluh) orang yaitu:

1) Strata I adalah petani dengan luas lahan < 0,50 hektar. 2) Strata II adalah petani dengan luas lahan 0.5 – 1.00 hektar. 3) Strata III adalah petani dengan luas lahan > 1.00 hektar.

Tabel 3.1. Data Sampel pada Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin

Jumlah Sampel Berdasarkan Strata Luas Lahan

No Kecamatan

<0,5 Ha 0,5-1 Ha >1 Ha

Total Sampel 1 2 3 Sei Bamban Perbaungan Pantai Cermin 10 10 10 10 10 10 10 10 10 30 30 30


(42)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari petani responden melalui wawancara langsung petani dan pengisian daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan meliputi:

1. Identitas responden.

2. Kepemilikan lahan, kondisi usaha tani. 3. Sarana produksi pertanian.

4. Produksi.

5. Sistem pemasaran. 6. Manajemen usaha tani. 7. Pendapatan.

8. Data lain yang mendukung.

Sedangkan data sekunder yang berhubungan dengan objek penelitian dikumpulkan dan berasal dari Instansi Pemerintah seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pertanian, Kantor Statistik, Kecamatan dan dinas terkait maupun sumber lainnya.

Selanjutnya keseluruhan data yang diperoleh diolah secara bertahap dengan metode tabulasi sesuai dengan urutan prioritasnya. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for


(43)

3.5. Model Analisis Data

3.5.1. Model Analisis Pengaruh Faktor-faktor Produksi Tanaman Pangan

Untuk mengetahui dan menganalisis peningkatan produktivitas dan pengaruhnya terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai di Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin digunakan model analisis yang secara matematis sederhana dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

Y = bo + X1b1 + X2b2 + X3b3 + eu

Model tersebut di atas merupakan bentuk persamaan linear berganda dengan menggunakan sumber data tidak terkontrol berasal dari hasil survey dan wawancara di lapangan, sedangkan data terkontrol (Soekartawi, 1994) adalah data yang diperoleh berdasarkan kontrol dari peneliti seperti percobaan di laboratorium, pemupukan dan sebagainya.

Di mana:

Y = Tingkat produktivitas (Skala 1 – 5) bo = Konstanta/intercept

b1 b2, b3 = Koefisien regresi untuk masing-masing variabel X1 = Kebijakan Pemerintah (Skala 1 – 5)

X2 = Infrastruktur Pendukung (Skala 1 – 5) X3 = Kelembagaan Petani (Skala 1 – 5) e = Disturbance term/error term


(44)

Untuk menganalisa pengembangan wilayah melalui peningkatan kesejahteraan masyarakat dilihat dengan banyaknya pengembangan fasilitas yang dibutuhkan masyarakat dan kehidupan sosial ekonomi yang semakin berkembang. 1. Pengujian Koefisien Regresi secara Serentak

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah faktor-faktor yang ada di dalam model mempengaruhi tingkat produktivitas secara bersama-sama, melalui uji “F”

dengan kriteria yaitu:

Hipotesa Ho : b1, b2, b3,... bn = 0

Atau b1 = b2 = b3...bn = 0 secara serentak berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah.

H1 paling sedikit salah satu b1 ≠ 0 secara serentak tidak berpengaruh nyata

terhadap produktivitas padi sawah. Jika:

F hitung > F tabel maka : H1 diterima, Ho ditolak F hitung < F tabel maka : Ho diterima, H1 ditolak

Artinya jika Ho diterima maka faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas mulai ke –i sampai ke n secara bersama-sama tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas pada tingkat kepercayaan tertentu, sebaliknya jika Ho ditolak maka faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas mulai ke i sampai ke n secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas padi sawah pada tingkat kepercayaan tertentu.


(45)

Nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar variasi variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen, nilai ini berkisar antara nol sampai satu (0 ≤ R2≤ 1). Semakin besar nilai R2 maka semakin besar pula variasi variabel dependen yang mampu menjelaskan variasi variabel independen.

2. Pengujian Koefisien Regresi secara Tunggal

Pengujian ini untuk melihat apakah masing-masing faktor yang ada dalam model mempengaruhi secara terpisah terhadap peningkatan produktivitas. Pengujian dengan menggunakan uji –t yaitu:

Hipotesa Ho : b1 = 0, ada hubungan masing-masing faktor H1 : b1 ≠ 0, tidak ada hubungan masing-masing faktor Jika t hitung > t tabel maka : H1 diterima, Ho ditolak Jika t hitung < t tabel maka : H1 ditolak, Ho diterima

Terima Ho berarti faktor Xn secara tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas padi sawah, sebaliknya tolak Ho berarti faktor Xn secara tunggal berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas padi sawah pada tingkat kepercayaan tertentu.

3. Pengujian Model Regresi dan Korelasi

Dengan menggunakan metode ordinary least square (OLS) akan diperoleh koefisien regresi masing-masing variabel melalui tahapan sebagai berikut:

3.1. Multikolinearitas, pengujian dengan menggunakan uji korelasi antar variabel bebas


(46)

3.2. Autokorelasi, dilakukan dengan cara menguji Durban-Watson (D-W test) yaitu: hipotesis : Ho : ß = 0

H1 : ß ≠ 0

a. Jika D-W hitung lebih kecil dari pada dL atau lebih besar dari pada (4-

dL) maka Ho ditolak dengan kata lain terdapat autokorelasi.

b. Jika D-W hitung terletak antara du dan (4- du) maka Ho diterima yang

berarti tidak ada autokorelasi.

c. Jika D-W hitung terletak antara dL dan du atau diantara (4- du) dan (4-

dL) maka uji D-W tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti

(inconclusive).

3.3. Heteroskedastisitas, pengujian dengan menggunakan cara Scatterplot antara nilai individual variabel bebas dengan variabel terikat.

3.4. Normalitas, pengujian ini menggunakan grafik yang menggambarkan distribusi nilai residiual variabel dependen dan independen dalam regresi yang akan digunakan. Dari hasil pengujian ini akan diperoleh distribusi residual berdistribusi normal apabila titik-titik penyebarannya mengikuti arah garis diagonal (Santosa, 1999). Asumsi klasik menyatakan bahwa model regresi harus memenuhi asumsi normalitas.

Untuk mengolah data yang diperoleh digunakan paket komputer Statistical

Package for Social Sciences (SPSS 13 for Windows).

Soekartawi (1989) mengatakan bahwa Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan fungsi produksi yang paling utama digunakan dalam bidang pertanian.


(47)

Keunggulan fungsi ini adalah pangkat dari fungsi atau koefisien âi (i = 1, 2, …, n) merupakan elasititas produksi (Ep) yang dapat digunakan secara langsung dan penjumlahan dari koefisien dapat menduga bentuk skala usaha (return to scale) atau tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Dengan skala usaha (return to

scale) akan dapat diketahui apakah kegiatan suatu usaha tani yang diteliti dapat

mengikuti kaidah increasing, constant atau decreasing return to scale.

1. Increasing returns to scale, bila (b1 + b2 + . b5) > 1. Ini artinya bahwa proporsi penambahan faktor-faktor produksi akan menghasilkan tambahan hasil produksi yang proporsinya lebih besar. Jadi, misalnya masukan produksi ditambah 10 persen, maka produksi akan bertambah sebesar 20 persen.

2. Constant returns to scale, bila (b1 + b2 + . b5) = 1. Dalam keadaan demikian penambahan faktor-faktor produksi akan proporsional dengan penambahan hasil produksi yang diperoleh. Bila faktor produksi ditambah 20 persen, maka hasil produksi akan bertambah juga sebesar 20 persen.

3. Decreasing returns to scale, bila (b1 + b2 + . b5) < 1. Dalam keadaan demikian, dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor-faktor produksi melebihi proporsi penambahan hasil produksi. Misalnya, bila penggunaan faktor-faktor produksi ditambah 20 persen, maka hasil produksi akan bertambah lebih kecil dari 20 persen.

Besaran elastisitas produksi dapat menggambarkan batas-batas yang penting dalam fungsi produksi usaha tani padi sawah. Batas-batas tersebut terdiri dari tiga daerah, seperti terlihat pada gambar.


(48)

Tahap I Tahap II Tahap III PM

Gambar 3.1. Elastisitas Produksi dan Daerah-daerah Produksi

PT = Produk Total PR = Produk Rata-rata PM = Produk Marjinal

Gambar ini menunjukkan hubungan produk total (PT), produk rata-rata (PR), produk marjinal (PM), elastisitas produksi (Ep), yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Daerah pertama menunjukkan, bahwa produk marjinal (PM) lebih besar dari produk rata-rata (PR). Pada daerah ini, produk rata-rata (PR) terus meningkat sampai mencapai maksimum. Produksi masih bisa ditingkatkan karena belum tercapainya tingkat efisiensi. Berdasarkan nilai dari elastisitas produksi, maka penambahan faktor produksi sebesar satu persen pada daerah ini akan

PT C

B

A Q

PR L


(49)

menyebabkan penambahan produk yang selalu lebih besar dari satu persen. Produksi masih dapat ditingkatkan selama produk rata-rata (PR) masih terus naik. 2. Daerah kedua menunjukkan produk marjinal (PM) lebih kecil dari produk rata-rata (PR). Pada daerah ini, efisiensi teknis dari faktor-faktor produksi telah tercapai. Berdasarkan nilai dari elastisitas produksi, penambahan faktor produksi sebesar satu persen pada daerah ini akan menyebabkan penambahan produk sebesar satu persen. Selain itu daerah ini merupakan daerah ekonomis yang sesuai dengan penggunaan faktor-faktor produksi. Untuk mendapatkan ketepatan penggunaan faktor-faktor produksi, terlebih dahulu diketahui harga faktor-faktor produksi itu sendiri dan harga produk.

3. Daerah ketiga menunjukkan produk marjinal (PM) lebih kecil dari nol. Keadaan ini terjadi pada saat antara input tetap dengan input variabel jumlahnya tidak seimbang, dan produk total (PT) akan menurun. Berdasarkan nilai dari elastisitas produksi, penambahan faktor produksi akan menyebabkan pengurangan produk.

3.5.2. Kontribusi Hasil Pertanian Tanaman Pangan Padi terhadap Pengembangan Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

Berkenaan dengan latar belakang, permasalahan dan tujuan penelitian untuk mengetahui kontribusi usaha taninya terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai dilakukan dengan analisis deskriptif.


(50)

3.6. Definisi Variabel Operasional

1. Produktivitas pertanian tanaman pangan dalam arti sempit dapat diartikan sebagai kemampuan berproduksi dalam satu satuan luas. Namun secara luas produktivitas diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh dengan menggunakan segala potensi sumber daya yang ada disertai dengan kemampuan untuk meminimumkan segala resiko yang dapat memperkecil pendapatan tersebut dalam satu satuan periode yang dibutuhkan.

2. Petani dengan lahan luas adalah jika lahan yang dimiliki lebih dari 1 hektar, sedangkan petani lahan sedang jika memiliki lahan 0,5 –1 hektar dan petani lahan sempit adalah petani dengan lahan kurang dari 0,5 hektar.

3. Produksi adalah hasil (out put) yang dicapai oleh suatu pertanaman dalam satu kali musim tanam.

4. Kebijakan Pemerintah merupakan arahan ataupun keputusan peraturan yang ditujukan untuk meningkatkan produksi pertanian melalui berbagai cara, metode maupun program yang telah ditetapkan untuk dapat diaplikasikan di tengah-tengah masyarakat.

5. Infrastruktur pendukung merupakan sarana dan prasarana yang berfungsi sebagai pendukung dicapainya suatu produksi optimum dari suatu pertanaman seperti misalnya sarana pendukung ketersediaan air irigasi, jalan-jalan desa guna memperlancar pengangkutan bahan/hasil pertanian termasuk juga mesin-mesin pengolah hasil pertanian.


(51)

6. Kelembagaan adalah wadah/organisasi tempat berkumpulnya petani dalam memajukan bidang pertaniannya selain itu juga berfungsi sebagai sarana tukar menukar informasi, dan pengetahuan para petani.

7. Pengembangan wilayah adalah suatu usaha untuk mengelola segala potensi yang ada pada suatu daerah dengan melaksanakan pembangunan di berbagai sektor melalui beberapa program kegiatan dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Tabel 3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Indikator Pengukuran

Kebijakan Pemerintah (X1)

Merupakan arahan ataupun keputusan peraturan yang ditujukan untuk meningkatkan produksi pertanian melalui berbagai cara, metode maupun program yang telah ditetapkan untuk dapat diaplikasikan di tengah-tengah masyarakat. Penggunaan pupuk/ pestisida Likert (Skala 1-5) Infrastruktur (X2)

Merupakan sarana dan prasarana yang berfungsi sebagai pendukung dicapainya suatu produksi optimum dari suatu pertanaman seperti misalnya sarana pendukung ketersediaan air irigasi, jalan-jalan desa guna memperlancar pengangkutan bahan/ hasil pertanian termasuk juga mesin-mesin pengolah hasil pertanian.

Irigasi. Kondisi jalan. Luas lahan.

Tata cara kepemilikan teknologi.

Pengolahan.

Likert (Skala 1-5)

Kelembagaan (X3)

Wadah/organisasi tempat berkumpul-nya petani dalam memajukan bidang pertaniannya selain itu juga berfungsi sebagai sarana tukar menukar informasi, dan pengetahuan para petani.

Koperasi Kelompok tani P3A GP3A PPL Likert (Skala 1-5) Produktivitas Petani (Y)

Pendapatan yang diperoleh dengan menggunakan segala potensi sumber daya yang ada disertai dengan kemampuan untuk meminimumkan segala resiko yang dapat memperkecil pendapatan tersebut dalam satu satuan periode yang dibutuhkan.

Luas lahan Benih Pupuk Pestisida Tenaga Kerja Jumlah Produksi Likert (Skala 1-5)


(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Wilayah Serdang Bedagai 4.1.1. Letak Wilayah

Kabupaten Serdang Bedagai adalah salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Propinsi Sumatera Utara dan diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004.

Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 2o57”

Lintang Utara, 3o16” Lintang Selatan, 98o33” Bujur Timur, 99o27” Bujur Timur dengan ketinggian berkisar 0 – 500 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 Km2 yang terdiri dari 17 kecamatan, 237 desa dan 6 kelurahan definitif. Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai di sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan dengan Kabupaten Simalungun, sebelah Timur dengan Kabupaten Batu Bara dan Kabupaten Simalungun, serta sebelah Barat dengan Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan Tabel 4.1 di bawah ini.


(53)

Tabel 4.1. Letak dan Geografis Kabupaten Serdang Bedagai

No. Keterangan Geografis

1.

2. 3. 4.

Serdang Bedagai terletak

Luas Wilayah

Letak di atas permukaan laut Batas – batasnya

a. Utara b. Selatan c. Barat d. Timur

2o 57” Lintang Utara 3o 16” Lintang Selatan 98o 33” Bujur Timur 99o 27” Bujur Timur 1.900,22 Km2

0 – 500 m Selat Malaka

Kabupaten Simalungun Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Batu Bara dan Kabupaten Simalungun

Sumber : Serdang Bedagai Dalam Angka (2007)

Kecamatan yang paling banyak jumlah desa/kelurahannya adalah kecamatan Perbaungan dan Dolok Masihul yaitu sebanyak 28 desa/kelurahan, yang paling sedikit jumlah desa/kelurahan adalah Kecamatan Bandar Khalipah sebanyak 5 desa/kelurahan (Tabel 4.2). Kabupaten Serdang Bedagai didiami oleh penduduk dari beragam etnis/suku bangsa, agama dan budaya. Suku-suku tersebut antara lain Karo, Melayu, Tapanuli, Simalungun, Jawa dan lain-lain.


(54)

Tabel 4.2. Banyak Desa/Kelurahan dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2007

No. Kecamatan Jumlah

Desa

Luas (Km2)

Rasio terhadap Luas Total (%)

Jumlah Penduduk 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Kotarih Silinda Bintang Bayu Dolok Masihul Serbajadi Sipispis Dolok Merawan Tebing Tinggi Tebing Syahbandar Bandar Khalipah Tanjung Beringin Sei Rampah Sei Bamban Teluk Mengkudu Perbaungan Pegajahan Pantai Cermin 11 9 19 28 10 20 17 14 10 5 8 17 10 12 28 13 12 78,024 56,740 95,586 237,417 50,690 145,259 120,600 182,291 120.297 116,000 74,170 198,900 72,260 66,950 111,620 93,120 80,296 4,11 2,99 5,03 12,49 2,67 7,64 6,35 9,59 6,33 6,10 3,90 10,47 3,80 3,52 5,87 4,90 4,23 8.304 90540 12.262 50.864 21.594 32.583 17.683 46.348 33.401 25.393 36.066 63.131 41.505 41.304 97.031 27.817 40.804

Jumlah 243 1.900,20 100,00 605.630

Sumber: Serdang Bedagai Dalam Angka (2007)

4.1.2. Iklim

Proses pengembangan wilayah memerlukan informasi klimatologi sebagai salah satu faktor pertimbangannya. Faktor iklim ini sangat menentukan produktivitas suatu tanaman yang secara langsung berpengaruh terhadap pengembangan wilayah. Faktor iklim ini meliputi antara lain curah hujan, kelembaban dan temperatur.

Kabupaten Serdang Bedagai memiliki iklim tropis di mana kondisi iklimnya hampir sama dengan Kabupaten Deli Serdang sebagai kebupaten induk. Pengamatan stasiun Sampali menunjukkan rata-rata kelembaban udara per bulan sekitar 79%,


(55)

curah hujan berkisar antara 120 sampai dengan 331 mm perbulan dengan periodik tertinggi pada bulan September 2006, hari hujan per bulan berkisar 8-20 hari dengan periode hari hujan yang besar pada bulan Mei – Juni berkisar 0,42 m/dt dengan tingkat penguapan sekitar 3,9 mm/hari. Temperatur udara per bulan minimum 22,2o C dan maksimum 31,9o C.

4.1.3. Tanaman Pangan

Pada tahun 2007 produksi padi (sawah + ladang) di Kabupaten Serdang Bedagai mengalami peningkatan sebesar 108,87 persen, yaitu dari 334.704 ton di tahun 2006 menjadi 364.376 ton. Rata-rata produksi mengalami kenaikan dari 46 Kw/Ha menjadi 48,22 Kw/Ha.

Komoditi palawija yang terdiri dari jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah pada tahun 2006 mengalami fluktuasi penurunan dan kenaikan baik luas panen, rata- rata produksi dan produksinya. Tanaman jagung mengalami penurunan luas panen dari 6.747 Ha menjadi 5.070 Ha atau turun sebesar 24,85 persen.

Tanaman ubi kayu mengalami kenaikan luas panen sebesar 40,8 persen dari 7.639 Ha menjadi 10.756 Ha pada tahun 2006. Rata-rata produksinya meningkat dari 221,47 Kw/Ha menjadi 221,86 Kw/Ha demikian juga produksinya naik 19,92 persen dari 198.985 ton pada tahun 2005 menjadi 238.628 ton pada tahun 2006.

Tanaman kacang kedelai mengalami penurunan drastis luas panen sebesar 77,01 persen yaitu 2,523 Ha pada tahun 2005 menjadi 580 Ha pada tahun 2006. Rata- rata produksi turun dari 14,51 Kw/Ha menjadi 14,44 Kw/Ha. Produksinya mengalami penurunan dari 3,306 ton pada tahun 2005 menjadi 837,36 ton pada tahun 2006.


(56)

Tanaman kacang hijau mengalami penurunan baik luas panen maupun produksinya. Luas panen kacang tahun 2005 sebesar 706 Ha turun menjadi 506 Ha di tahun 2006 dan produksinya turun 26,28 persen, yakni dari 665 ton menjadi 490,22 ton. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah sentra perkebunan di Sumatera Utara Komoditi penting yang dihasilkan adalah karet, kelapa dan kelapa sawit seperti terlihat pada Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah Tahun 2007

No. Kecamatan Luas Panen

(Ha) Produksi (ton) Rata-rata Produksi (kw/Ha) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Kotarih Silinda Bintang Bayu Dolok Masihul Serbajadi Sipispis Dolok Merawan Tebing Tinggi Tebing Syahbandar Bandar Khalipah Tanjung Beringin Sei Rampah Sei Bamban Teluk Mengkudu Perbaungan Pegajahan Pantai Cermin 2.222 - - 8.916 - 764 - 10.041 - 5.973 4.668 17.238 - 5.248 13.839 - 6.650 10.524 - - 43.098 - 3.662 - 49.218 - 28.677 22.967 84.766 - 25.763 62.826 - 32.875 47,36 - - 48,33 - 47,93 - 49,01 - 48,01 49,20 49,17 - 49,09 45,40 - 49,43

Jumlah 75.559 364.376 48,22


(57)

4.2. Karakteristik Responden 4.2.1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden yang laki-laki sebanyak 55 orang (61,10%) dan wanita sebanyak 35 orang (38,90%).

Laki-Laki, 55, 61% Perempuan

, 35, 39%

Laki-Laki Perempuan

Gambar 4.1. Jenis Kelamin Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009

Dari Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa responden yang paling banyak adalah laki-laki sebanyak 55 orang (61,10%), hal ini mengingat jenis dan sifat pekerjaan pada usaha pertanian didominasi laki-laki, di mana petani terlibat langsung di dalam pengelolaan pertanian tanaman pangan (padi sawah).

4.2.2. Tingkat Umur

Umur responden kurang dari 30 tahun sebanyak 13 orang (14%), 31-40 tahun sebanyak 27 orang (30%), 41-50 tahun sebanyak 33 orang (37%) dan sisanya 51 tahun ke atas sebanyak 17 orang (19%).


(58)

< 30 Tahun 14%

31 - 40 Tahun

30% 41- 50 Tahun

37% > 51 Tahun

19%

< 30 Tahun 31 - 40 Tahun 41- 50 Tahun > 51 Tahun

Gambar 4.2. Tingkat Umur Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009

Dari Gambar 4.2 di atas terlihat bahwa umur responden yang paling banyak adalah umur antara 41-50 tahun (37%) dan 31-40 tahun (30%). Kalau dilihat dari distribusi umur petani, termasuk rentang usia produktif, artinya pada umur tersebut petani memulai usaha pertanian sebagai mata pencaharian utama.

4.2.3. Status Perkawinan

Status perkawinan responden yang sudah menikah sebanyak 85 orang (94,40%) dan belum menikah sebanyak 5 orang (5,60%)

Sudah Menikah

94% Belum Menikah

6%

Sudah Menikah Belum Menikah

Gambar 4.3. Status Perkawinan Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009


(59)

Dari Gambar 4.3 di atas terlihat bahwa status perkawinan responden yang paling banyak adalah sudah menikah sebanyak 85 orang (94,40%). Hal ini biasanya disebabkan karena di daerah pada usia 25 tahun ke atas sudah menikah dan karena keterbatasan pendidikan menyebabkan mereka memilih menjadi petani sebagai mata pencarian utama.

4.2.4. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden yang memiliki pendidikan formal terakhir SMA sebanyak 32 orang (36%), SLTP sebanyak 43 orang (47%) dan sisanya SD sebanyak 15 orang (17%).

SD 17%

SMP 47% SMA

36%

SD SMP SMA

Gambar 4.4. Tingkat Pendidikan Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009

Dari Gambar 4.4 di atas terlihat bahwa tingkat pendidikan responden didominasi oleh tamatan SMP sebanyak 43 orang (47%) dan SMA sebanyak 32 orang (36%). Hal ini berarti bahwa mayoritas petani memiliki latar belakang pendidikan SMP dan SMA, hal ini dikarena dengan latar belakang pendidikan tersebut sangat sulit mencari pekerjaan selain menjadi petani.


(60)

4.2.5. Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Perbaungan, Pantai Cermin dan Sei Bamban dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4. Mata Pencaharian Penduduk Sesuai Kecamatan Tahun 2008 Kecamatan

No. Pekerjaan (orang)

Sei Bamban Perbaungan Pantai Cermin

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. PNS ABRI Karyawan Wiraswasta Jasa Nelayan Petani Pedagang Buruh Lain-lain 727 71 3.218 - 841 121 5.384 2.531 - - 805 140 7.020 10.731 4.105 270 8.157 - 9.281 10.149 376 - 274 - - 2.000 3.747 1.568 - 1.029

4.2.6. Pengalaman Bertani

Pengalaman bertani responden yang kurang dari 10 tahun sebanyak 16 orang (18%), 11-15 tahun sebanyak 36 orang (38%), 16-20 tahun sebanyak 29 orang (32%) dan sisanya 21 tahun ke atas sebanyak 11 orang (12%).


(61)

< 10 Tahun 18%

11 - 15 Tahun

38% 16 -20

Tahun 32%

> 21 Tahun 12%

< 10 Tahun 11 - 15 Tahun 16 -20 Tahun > 21 Tahun

Gambar 4.5. Tingkat Pengalaman Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009

Dari Gambar 4.5 di atas terlihat bahwa tingkat pengalaman responden paling lama 11-15 tahun sebanyak 36 orang (38%). Hal ini berarti bahwa mayoritas responden sudah lama menjadi petani, dan bertani merupakan mata pencaharian utama di daerah tersebut.

4.2.7. Status Kepemilikan

Mengenai status kepemilikan lahan dari seluruh responden yang ada 79 orang (88%) milik sendiri dan sisanya sebanyak 11 orang menyewa (12%).

Milik Sendiri 88% Menyewa

12%

Milik Sendiri Menyewa

Gambar 4.6. Status Kepemilikan Lahan Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009


(62)

Dari Gambar 4.6 di atas terlihat bahwa status kepemilikan lahan sawah paling banyak adalah milik sendiri yaitu sebanyak 79 orang (88%). Hal ini berarti bahwa mayoritas responden/petani sudah menjadi petani secara temurun dari orang tuanya, dan lahan bertani sekarang merupakan lahan dari orang tua atau sudah dibeli dari orang lain.

4.2.8. Luas Lahan

Mengenai besarnya luas lahan 50 orang (55%) memiliki 0,4-0,9 Ha, 24 orang (27%) memiliki 1-1,9 Ha dan sisanya 16 orang (18%) memiliki luas lahan di atas 2 Ha.

0,4 - 0,9 Ha 55% 1 - 1,9 Ha

27%

> 2 Ha 18%

0,4 - 0,9 Ha 1 - 1,9 Ha > 2 Ha

Gambar 4.7. Luas Lahan Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009

Dari Gambar 4.7 di atas terlihat bahwa luas lahan sawah paling banyak adalah 0,4 sampai 0,9 Ha yaitu sebanyak 50 orang (55%). Hal ini berarti bahwa mayoritas responden/petani tidak memiliki lahan yang luas, hal ini mungkin disebabkan karena keterbatasan dana untuk memiliki lahan pertanian yang luas.


(63)

4.2.9. Jumlah Tanggungan

Mengenai besarnya jumlah tanggungan tiap responden, 27 orang (52%) memiliki 1-3 orang tanggungan, 56 orang (57%) memiliki 4-5 tanggungan, sisanya 7 orang (8%) memiliki 6-7 orang tanggungan.

1- 3 Orang 30%

4- 5 Orang 57% 6 -7 Orang

13%

1- 3 Orang 4- 5 Orang 6 -7 Orang

Gambar 4.8. Jumlah Tanggungan Petani Padi di Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin Tahun 2009

Dari Gambar 4.8 di atas terlihat bahwa jumlah tanggungan responden didominasi oleh 4-5 tanggungan yaitu sebanyak 56 orang orang (57%). Hal ini berarti bahwa mayoritas responden/petani memiliki tanggungan yang banyak dalam keluarganya.

4.3. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa model regresi linear berganda dapat digunakan atau tidak. Apabila uji asumsi klasik telah terpenuhi, alat uji statistik linear berganda dapat dipergunakan.


(1)

dipermainkan pedagang pengumpul pada saat panen raya dan tingginya input produksi lainnya seperti pupuk, pestisida. Hal ini tentunya merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah baik pemerintah pusat, propinsi dan Kabupaten Serdang Bedagai yaitu dengan berperannya kembali lembaga/badan urusan logistik (Bulog dan Dolog) dan koperasi.

Dari sisi produktivitas pertanian tanaman pangan, dengan penghasilan produksi padi rata-rata hampir mencapai 5 ton per ha seharusnya dapat memberikan kontribusi menambah PAD bagi Kabupaten Serdang Bedagai, namun karena banyaknya petani padi yang langsung menjual gabahnya lewat agen di Deli Serdang atau Serdang Bedagai sehingga PAD yang dihasilkan kelihatan sedikit. Dari hasil wawancara yang dilakukan hal ini disebabkan minimnya pabrik pengolahan padi di lokasi, adanya petani yang sudah terhutang kepada pedagang pengumpul pada saat mulai bercocok tanam dan keterbatasan layanan pendukung lainnya serta mental petani yang tidak terbiasa meningkatkan nilai jual gabah/beras.

Saragih (2001) mengatakan pengembangan wilayah yang strategis untuk dikembangkan adalah dengan mengintegrasikan antar wilayah dengan pengembangan agrobisnis yang merupakan paradigma baru pembangunan ekonomi yang berbasis pertanian yaitu: subsistem agribisnis hulu, subsistem agribisnis usaha tani, subsistem agribisnis hilir dan subsistem jasa layanan pendukung. Dalam hubungan dengan pembangunan wilayah akan tercipta keunggulan komparatif dari setiap wilayah melalui pengembangan subsistem agribisnis. Usaha tani padi di Kabupaten Serdang


(2)

Bedagai memiliki keunggulan komparatif artinya pembangunan wilayah pertanian terkait erat dengan penggunaan sumber daya agribisnis secara efisien dan optimal berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitif.

Selanjutnya guna mencegah terjadinya pengurangan dan pengalihan fungsi lahan pertanian terutama pertanian beririgasi, ketaatan pemerintah, swasta dan masyarakat terhadap rencana tata ruang mutlak diperlukan sehingga posisi Kabupaten Serdang Bedagai sebagai salah satu penyuplai beras di Propinsi Sumatera Utara dapat dipertahankan. Dari hasil wawancara kepada instansi terkait didapat data bahwa telah ditetapkan aturan-aturan yang mendukung ke arah pengendalian fungsi lahan beririgasi, adanya mekanisme insentif dan disinsentif bagi petani dalam mengelola lahan pertaniannya.

Pemanfaatan kelembagaan-kelembagaan yang ada pada petani seperti kelompok tani, P3A/GP3A dan IP3A semakin ditingkatkan pemberdayaannya melalui pembinaan oleh penyuluh pertanian lapangan dan juru pengairan guna menciptakan pengelolaan irigasi partisipatif dan gerakan pembangunan swadaya masyarakat (GERBANGSWARA).

Akhirnya Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai perlu memberikan fasilitas-fasilitas dan kebijakan-kabijakan yang mendorong berkembangnya tanaman pangan khususnya padi sawah di Kabupaten Serdang Bedagai agar perkembangan ekonomi daerah dapat optimal baik dari segi pertumbuhan, perluasan kesempatan kerja maupun dalam memaksimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pelestarian sumber daya daerah.


(3)

Hakikat pengembangan wilayah dalam bidang pertanian adalah menciptakan ketahanan pangan bagi masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai, yaitu dengan mengerahkan segala kemampuan dalam meningkatkan produksi, mengolah hasil produksi sehingga dapat meningkatkan harga produksi padi sawah dan nilai jual serta menyediakan stok kebutuhan masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai dan sekitarnya. Selain itu, dampak yang dirasakan adalah meningkatnya pendapatan masyarakat dan berkurangnya angka kemiskinan masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kebijakan pemerintah, infrastruktur pendukung dan kelembagaan petani

secara bersama-sama dan secara partial memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan (padi sawah) di Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Dari hasil survei dan analisa di lapangan terlihat masih belum secara jelas bahwa peningkatan produktivitas memberikan pengaruh yang nyata terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan (padi sawah) dapat memberikan pengaruh nyata terhadap pengembangan wilayah apabila diikuti dengan keberpihakan pemerintah terhadap aspirasi dan kebutuhan petani.

5.2. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Dalam menciptakan pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai hendaknya pemerintah komitmen di dalam melaksanakan segala program dan kebijakan yang telah tertuang dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.


(5)

2. Pembangunan infrastruktur pendukung sektor pertanian seperti irigasi dan jalan-jalan desa kiranya lebih diprioritaskan dan melibatkan kelompok tani dan P3A/GP3A.

3. Pembinaan kelembagaan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia petani agar terus ditingkatkan guna menciptakan kelompok yang kuat, handal dan berani bersaing.

4. Agar para petani mempunyai motivasi, keinginan dalam meningkatkan pengetahuan dan kesejahteraan kehidupannya yaitu dengan cara mengikuti segala perkembangan teknologi dan informasi yang diperlukan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Alan Fowler, 1992. Prioritizing Institutional Development A NewRol for NGO Centres for Study and Development. Sustainable Agricultural Programme Gate Keeper Series SA. 35 11ED, London.

Badan Pusat Statistik Prop SU, 2007. Sumatera Utara Dalam Angka, Medan. Badan Pusat Statistik Serdang Bedagai, 2008. Serdang Bedagai Dalam Angka. Danil M, 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian, Bumi Aksara, Jakarta.

Fan dan Zang, 2004. Infrastructur and Regional Economic Development in Rural China. China Economic Review 15, Hal 203-214.

Fresco LO, 1986. Cassava in Shifting Cultivation; a Systems Approach to Agricultural Technology Development in Africa. KIT, Amsterdam.

Gunawan S, 2004. Pengembangan Wilayah Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan, LP3ES, Jakarta.

Jayadinata J.T, 1986. Tataguna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah, Penerbit ITB, Bandung.

Kanisius, 1999. Pertanian Masa Depan, Yogyakarta.

Magdalena T. Nasution, 2008. Analisis Faktor-faktor Produksi Tanaman Padi Sawah pada Daerah Irigasi Perbaungan dan Buluh dalam Rangka Pengembangan Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai, Pasca Sarjana USU, Medan.

Mubyarto, 1991. Ekonomi Mikro, Jakarta.

Miraza HB, 2006. Fungsi Transportasi dalam Pengembangan Wilayah, Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, S2/S3 PWD SPS.

Parr JB, 1999. Regional Economic Development; An. Export Stages Frame Work, Land Economics.

Purwati, Handewi, 1986. Pola Usaha Tani dalam Usaha Optimasi Penggunaan Sumber Daya Pertanian, Pusat Penelitian Agro Ekonomi, Bogor.