4.4. Pengaruh Pendidikan dan Pengalaman terhadap Tingkat Produktivitas
Tanaman Kopi Untuk melihat pengaruh pendidikan dan pengalaman terhadap produktifitas
tanaman kopi maka digunakan analisis linier berganda dengan α = 5 . Hasil analisis
pengaruh pendidikan dan pengalaman terhadap produktifitas tanaman kopi dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Hasil Analisis Pengaruh Pendidikan dan Pengalaman terhadap Produktifitas Tanaman Kopi
Koefisien Regresi t-hitung
Signifikansi p Konstanta
.278 1.707
0.91 Pendidikan Forma l
.011 0.627
0.533 Pendidikan Non Forma l
.186 2.675
0.009 Pengala man
.151 9.929
.000 t-tabel
F-tabel R
R2 Adj R Square
F-hitung 1,66
2,72 0.911
0.830 0.824
147,979
Sumber. Data Olahan
Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel produktifitas tanaman kopi maka dapat dilihat dari nilai koefisien
determinasinya R
2
. Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien determinasi untuk model ini adalah 0,830. Artinya bahwa 83 produktifitas tanaman kopi dipengaruhi
oleh faktor pengalaman, pendidikan formal dan pendidikan non formal. Sedangkan 17 100 - 83 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat dijelaskan
dalam model ini.
Koefisien determinasi R
2
di atas termasuk tinggi karena mendekati nilai 1 namun untuk melihat seberapa jauh signifikan pengaruh faktor pengalaman,
pendidikan formal dan pendidikan non formal secara bersama-sama terhadap produktifitas tanaman kopi maka perlu dilakukan Uji Signifikansi Simultan Uji F.
Tabel 17, menunjukkan bahwa model regresi ini memiliki nilai F-hitung 147,979 sedangkan nilai F-tabel 0.05 3 : 91 2,72
. Berdasarkan kriteria keputusan,
maka Ha diterima karena F-hitung lebih besar dari F-tabel. Itu artinya variabel pendidikan formal, pendidikan non formal dan pengalaman secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produktifitas tanaman kopi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Karafir
dalam
Aditan 1994, menyatakan bahwa kemampuan petani sebagai pengelola erat hubungannya dengan
pendidikan formal petani. Frekuensi mengikuti penyuluhan pendidikan non formal dan pengalaman petani dimana semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka
semakin luas pula wawasan usahanya termasuk dalam hal peningkatan produktifitas tanaman budidayanya.
Dengan pengujian simultan di atas telah diketahui, bahwa seluruh variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikat. Namun perlu diketahui pula variabel bebas mana yang memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap produktifitas tanaman kopi, apakah variabel
pendidikan formal, pendidikan non formal atau pengalaman. Untuk melihat itu, maka perlu dilakukan pengujian parsial Uji t.
Tabel 17, menunjukkan bahwa variabel pendidikan formal memiliki nilai t- hitung 0,627 sedangkan nilai t-tabel 0.05 ; 91 1,66.
Berdasarkan kriteria keputusan, maka Ho diterima karena t- hitung lebih kecil dari t-tabel. Itu artinya variabel
pendidikan formal tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produktifitas tanaman kopi.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Priyono,
dkk,
2003 yang berjudul “
Faktor-faktor Penentu Tingkat Adopsi Teknologi Pengendalian Hama Terpadu P HT dan Hubungannya terhadap Produktivit as
Usahatani Padi
“ menunjukkan hubungannya yang tidak nyata antara Pendidikan Formal dengan tingkat adopsi teknologi PHT dan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Purwoko
dan
Sumantri, 2007 yang berjudul “
Faktor-Faktor Penentu Tingkat Adopsi Teknologi Pemeliharaan Sapi di PT. Agricina l Kabupaten Bengkulu Utara
“ menunjukkan variabel pendidikan formal tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat
adopsi teknologi pemeliharaan ternak sapi. Artinya tinggi rendahnya tingkat pendidikan formal tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat adopsi
teknologi pemeliharaan teknak sapi. Variabel pendidikan non formal memiliki nilai t- hitung 2,675 sedangkan nilai
t-tabel 0.05 ; 91 1,66. Berdasarkan kriteria keputusan, maka Ha diterima karena t- hitung lebih besar dari t-tabel. Itu artinya variabel pendidikan non formal mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap produktifitas tanaman kopi.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Wiriatmadja 1987,
dalam
Wahono, 1995 mengatakan bahwa tujuan utama pendidikan non formal adalah untuk menambah
kesanggupan petani dalam mengelola usahataninya, dengan ini diharapkan ada perubahan perilaku petani sehingga dapat memperbaiki cara-cara dalam mengelola
usahataninya. Dengan demikian semakin tinggi banyak petani mengikuti kegiatan - kegiatan seperti penyuluhan - penyuluhan, kursus-kursus serta pelatihan-pelatihan
maka makin tinggi tingkat kemampuan petani dalam mengelola usahataninya sehingga produksi yang dihasilkan semakin tinggi, dimana pengalaman - pengalaman
yang telah diperolehnya selama mengikuti kegiatan - kegiatan kursus dan penyuluhan dapat diterapkan dalam usahataninya terutama dalam mengambil keputusan untuk
memilih, mengatur dan menilai faktor - faktor produksi yang akan dipakai dalam usahataninya serta mengetahui kapan ia harus menjual hasil usahataninya sebanyak-
banyaknya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Variabel pengalaman memiliki nilai t-hitung 9,929 sedangkan nilai t-tabel
0.05 ; 91 1,66. Berdasarkan kriteria keputusan, maka Ha diterima karena t-hitung lebih besar dari t-tabel. Itu artinya variabel pengalaman mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap produktifitas tanaman kopi. Pengalaman petani itu dapat dilihat dari penggunaan bibit tanaman yang bersumber dari tanaman induk sebelumnya yang
tidak memiliki sifat-sifat unggul, penanaman dilakukan tanpa memperhatikan jarak tanam yang ideal sehingga di satu sisi dijumpai pertanaman kopi yang rapat dan sisi
yang lain dijumpai pertanaman kopi yang sangat jarang, pemberian pupuk kimia
seadanya tanpa memperhitungkan dosis pupuk yang tepat. Umumnya, petani hanya mengandalkan pupuk kandang seperti kotoran babi atau kerbau sebagai sumber hara
bagi tanaman kopi. Bahkan gulma seperti lalang dan rumput-rumput yang tumbuh di sekitar tanaman setelah dipotong dapat juga dijadikan sebagai pupuk bagi tanaman
kopi. Begitu juga halnya dengan penyemprotan pestisida dilakukan seadanya tanpa memperhatikan dosis yang tepat. Pemanenan tidak memperhatikan kemasakan biji
sehingga banyak dijumpai biji-biji kopi yang belum masak dan sebaliknya adapula biji kopi yang sudah terlalu masak karena terlambat dipetik. Kesalahan pemanenan
berakibat terhadap rendahnya kualitas biji kopi yang dipanen. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arsyad,
dkk,
2002 yang menunjukkan hubungan yang sangat nyata antara pengalaman berusahatani
kakao dengan produktivitas kakao dimana hal ini terlihat dari nilai Chi-Square
2
= 42,57 lebih besar dari nilai tabel untuk
2 0,05 ; 1
= 3,84 dan
2 0,01 ; 1
= 6,64. Semakin lama petani memiliki pengalaman mengusahakan tanaman kakao maka semakin
tinggi juga produktivitas kakao yang dihasilkan. Hal ini mudah difahami, karena dengan pengalaman yang mereka miliki petani dapat mengembangkan usaha-usaha
yang mengarah kepada peningkatan produksi persatuan luas. Dari hasil pengujian parsial Uji t, dapat diketahui bahwa variabel bebas yang
memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap produktifitas tanaman kopi adalah variabel pengalaman dimana nilai t- hitung variabel pengalaman lebih besar dari nilai
t-hitung variabel pendidikan formal dan pendidikan non formal. Hal ini sesuai dengan
pendapat Scott 1994 bahwa pendidikan pendidikan formal dan pendidikan non formal memang dibutuhkan untuk mendukung kemampuan seseorang dalam bekerja,
namun hal tersebut tidaklah mutlak karena adanya keterbatasan sumberdaya yang dimiliki petani, sehingga petani lebih memilih melaksanakan kegiatan usahataninya
dengan resiko yang paling rendah berdasarkan pengalamannya selama berusaha tani. Sikap seperti inilah yang oleh Scott disebut sebagai moral ekonomi petani, khususnya
petani kecil, yang hakiki, yaitu rasionalitas yang didasarkan kepada kemampuan sumberdaya yang dimilikinya.
Dari Tabel 17 dapat dibentuk persamaan regresi linier berganda seperti di bawah ini :
Y = 0,278 + 0,011 X1 + 0,186 D2 + 0,151 X3 Persamaan regresi linier berganda di atas dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Konstanta b sebesar 0,278, artinya jika tidak terdapat pengaruh dari pendidikan
formal, pendidikan non formal dan pengalaman maka produktifitas tanaman kopi akan tetap sebesar 0,278 tonha.
b. Koefisien regresi D
2
b
2
= 0,186 menunjukkan bahwa pendidikan non formal berpengaruh positif terhadap produktifitas tanaman kopi. Jika setiap petani kopi
mendapat pendidikan non formal maka produktifitas tanaman kopi akan bertambah sebesar 0,186 tonha.
c. Koefisien regresi X
3
b
3
= 0,151 menunjukkan bahwa pengalaman berpengaruh positif terhadap produktifitas tanaman kopi. Jika pengalaman petani kopi
meningkat 1 satu tahun maka produktifitas tanaman kopi bertambah sebesar 0,151 tonha.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal, pendidikan non formal dan pengalaman menunjukkan pengaruh yang positif terhadap
produktifitas tanaman kopi. Hal itu berarti bahwa semakin tinggi pendidikan non formal dan pengalaman petani maka semakin tinggi produktivitas tanaman kopi.
4.5. Kontribusi Usahatani Tanaman Kopi terhadap Pengembangan Wilayah