Beban kerja perawat tersebut dapat dijadikan dasar dalam perhitungan jumlah kebutuhan tenaga perawat di instalasi rawat inap. Menurut Sedarmayanti 2007
manfaat analisa beban kerja adalah untuk menetapkan bilangan atau jumlah tenaga yang diperlukan dalam pelaksanaan sejumlah pekerjaan tertentu selama waktu
tertentu untuk menghindari beban kerja yang tinggi.
6.2.2 Beban Kerja Perawat Instalasi Rawat Inap Kelas III
Pengamatan kegiatan perawat juga dilakukan di instalasi rawat inap kelas III dengan inteval 5 menit selama 24 jam yang terbagi atas tiga shift yaitu shift pagi,
shift siang, dan shift malam selama tujuh hari berturut-turut mulai dari tanggal 19-25 Agustus 2013. Kapasitas tempat tidur yang dimiliki instalasi rawat inap kelas III
sebanyak 48 buah dengan jumlah perawat sebesar 22 orang. Hasil pengamatan dicatat
di formulir work samping yang terdiri dari kegiatan produktif langsung dan tidak langsung yang berhubungan dengan pasien dan kegiatan non produktif pribadi
yang tidak berhubungan dengan pasien. Bila dibandingkan dengan beban kerja pada perawat di instalasi rawat inap
kelas II sebesar 80,36 beban kerja yang lebih tinggi adalah pada perawat di instalasi rawat inap kelas III yaitu sebesar 84,72. Hal tersebut terjadi karena jumlah pasien
yang lebih banyak pada kelas III dibandingkan kelas II.
Beban kerja perawat di kelas III berdasarkan shift, diketahui shift pagi beban kerja produktif sebesar 90,99. Pada shift siang beban kerja produktif sebesar
90,14. Sedangkan pada shift malam beban kerja produktif sebesar 76,55. Hal tersebut dapat terjadi karena aktivitas pasien lebih aktif pagi dan siang dibandingkan
malam hari. Selain itu kegiatan keperawatan langsung dan tidak langsung menjadi lebih besar pada shift pagi dan siang. Berdasarkan presentase penggunaan waktu
terbanyak adalah pada kegiatan langsung seperti kegiatan memasang, memperbaiki, dan mencabut infus serta pemberian obat oral dan injeksi. Penggunaan waktu
terbanyak tersebut sama dengan kegiatan yang ada di instalasi rawat inap kelas II. Karena berdasarkan pengamatan, cairan infus dalam satu shift diganti sebanyak 2
dua kali dan juga seringnya alat infus macet. Sehingga perawat banyak menggunakan waktunya untuk mengganti cairan infus dan memperbaikinya.
Menurut Palestin dalam Andini 2013 beban kerja yang terlampau tinggi pada akhirnya akan berdampak buruk, misalnya kesalahan dalam pengerjaan pasien
yang nantinya akan berujung pada kematian. Artinya beban kerja perawat sudah seharusnya menjadi perhatian utama agar pelayanan kepada pasien menjadi maksimal
dan optimal. Beban kerja di instalasi rawat inap kelas II dan kelas III RSU Kota Tangerang Selatan termasuk dalam kategori berat.
6.3 Jumlah Kebutuhan Tenaga Perawat Instalasi Rawat Inap