Waktu Standar Waktu Produktif Pengukuran Beban Kerja

2.5.2 Waktu Standar

Menurut ILO 1983 dalam Rifki 2009 yang dimaksud waktu standar adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan menurut prestasi standar yaitu isi kerja, kelonggaran untuk hal-hal yang tidak terduga karena kelambatan, waktu kosong, dan kelonggaran gangguan bila terjadi. Berdasarkan ketentuan dari Undang-undang No.13 Tahun 2003 pasal 77 terkait waktu kerja, yaitu pegawai yang bertugas selama 7 jam sehari dan 40 jam perminggu maka jam kerjanya yaitu 6 hari kerja dalam seminggu, sedangkan yang bertugas selama 8 jam sehari dan 40 jam perminggu maka jam kerjanya yaitu 5 hari kerja dalam seminggu.

2.5.3 Waktu Produktif

Menurut ILO 1976 dalam Corry 2011 bahwa pekerja tidak dapat terus menerus bekerja, tetapi ada kelonggaran yang diperbolehkan untuk mengadakan interupsi di dalam jam kerja sebesar 15 dari waktu kerja yang seharusnya. Angka tersebut diperoleh dari rata-rata perkenaan tetap untuk keletihan dasar dan keletihan pribadi sebesar 10 serta perkenaan penundaan untuk hal-hal yang tidak terduga sebesar 5. Dengan demikian waktu kerja produktif sebesar 85 dari total kerja 100. Adapun menurut Ilyas 2004, perawat dikatakan produktif bila memanfaatkan waktu kerja mencapai 80. Parameter tersebut digunakan untuk mengukur beban kerja. Bila seorang perawat bekerja diatas 80 dari waktu produktifnya maka dapat dikatakan bahwa beban kerjanya berlebihan sehingga harus ditambah dengan perawat baru. Menurut Rahman 2012 menyebutkan beban kerja perawat yang termasuk kategori berat bila waktu produktif diatas 80, sedangkan kategori sedang bila waktu produktif diantara 60-80 dan dikatakan kategori ringan apabila waktu produktif di bawah 60.

2.5.4 Pengukuran Beban Kerja

Pengukuran beban kerja juga dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti yang telah disebutkan oleh Finkler et.al. 1993, Yaslis Ilyas 2004, dan Swanburg 1999 yaitu work sampling, time and motion study, daily log. a. Work Sampling. Menurut Finkler et.al. 1993 dalam Ruth 2003 work sampling merupakan teknik pengukuran kerja yang berasal dari industri. Tujuannya adalah untuk menginvestasi waktu profesional untuk macam-macam kegiatan yang terbentuk oleh pekerja atau situasi kerja. Hasil dari work sampling efektif untuk menentukan waktu yang diperlukan untuk sebuah pekerjaan, untuk menentukan utilisasi tenaga, dan untuk menentukan standar produksi. Cara ini sangat bermakna untuk perkembangan dan dapat dengan mudah diaplikasi untuk efisiensi pekerjaan. Kelebihan penggunaan metode ini adalah cocok digunakan untuk mengumpulkan data mengenai jenis dan waktu perawatan serta dapat lebih obyektif karena langsung diamati kegiatannya. Oleh karena itu peneliti dalam melakukan penelitian akan melakukan metode work sampling dalam pengukuran beban kerja. Sedangkan kelemahan pada metode ini adalah peneliti tidak dapat mengetahui kualitas tenaga perawat pada setiap pekerjaan yang dilakukan karena metode work sampling hanya melihat pekerjaan yang dilakukan bukan terhadap kualitas dari pekerjaan tersebut. Menurut Ilyas 2004 terdapat beberapa tahap yang dilaksanakan dalam melakukan survei pekerjaan dengan menggunakan work sampling adalah sebagai berikut: 1. Langkah Pertama: Menentukan jenis personel misal: perawat rumah sakit yang ingin diteliti. 2. Langkah Kedua: Bila jenis personel yang akan diteliti jumlahnya banyak perlu dilakukan pemilihan sampel dengan menggunakan simple random sampling untuk mendapatkan personel sebagai representasi populasi perawat yang akan diamati. 3. Langkah Ketiga: Membuat formulir daftar kegiatan perawat yang dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan produktif atau tidak produktif. 4. Langkah Keempat: Melatih pelaksana peneliti tentang cara pengamatan kerja dengan menggunakan work sampling. 5. Langkah Kelima: Pengamatan kegiatan perawat dilakukan dengan interval yang ditetapkan adalah tiap 5 menit. Karena semakin pendek jarak waktu pengamatan makin banyak sampel pengamatan yang dapat diamati oleh peneliti, sehingga akurasi penelitian menjadi lebih akurat. Pengamatan dapat dilakukan selama 7 hari kerja terus menerus selama 24 jam setiap harinya. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian Irnalita 2008, dan Nursalam 2011. Selain itu, menurut Susanto 2002 dalam Fredna2009 bahwa lamanya pengamatan dapat dilihat dari lamanya hari perawatan. Lamanya hari perawatan dapat menggambarkan beban kerja perawat. Semakin lama seorang pasien dirawat, maka semakin besar pula beban kerja yang akan ditanggung oleh perawat. Bila mengamati kegiatan 5 perawat setiap shift, interval pengamatan setiap 5 menit selama 24 jam 3 shift dalam 7 hari kerja. Dengan demikian jumlah pengamatan = 5 perawat x 60 menit 5 menit x 24 jam x 7 hari kerja = 10.080 sampel pengamatan. Dengan jumlah data pengamatan yang besar akan menghasilkan data akurat yang akan menggambarkan kegiatan personel yang sedang diteliti. Menurut Ilyas 2004 bahwa hasil pencatatan pada hari pertama dan kedua tidak dimasukan untuk dianalisis. Hasil pengamatan yang dianalisis bila personel yang diamati telah kembali bekerja kepada ritme semula, biasanya hari pengamatan ketiga. Adapun formulir yang akan dilakukan peneliti adalah seperti formulir yang telah dilakukan oleh Irnalita 2008, Rifki 2009, dan Corry 2011 adalah seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 2.2 Formulir Work Sampling Unit : Tanggal : Dinas : Waktu Kegiatan Langsung Tidak Langsung Pribadi 07.00 07.05 07.10 07.15 Selain work sampling juga terdapat metode lain yaitu time and motion study dan daily log. Namun peneliti tidak memakai metode-metode tersebut karena pada metode time and motion study, pelaksana pengamatan untuk pengambilan data ini haruslah seorang yang mengetahui secara benar tentang kompetensi dan fungsi perawat mahir. Menurut Ilyas 2004 sebaiknya pelaksana pengamatan adalah perawat mahir pada bidang yangsama dari rumah sakit yang berbeda. Sedangkan pada daily log, responden yang akan diteliti dipersilahkan menulis sendiri kegiatan yang telah dilakukan dan waktu yang dibutuhkan untuk tiap kegiatan. Sehingga hal tersebut dikhawatirkan responden kurang obyektif dan kadang sulit mengatur waktu dalam menuliskan kegiatannya pada formulir daily log. Menurut Kurniadi 2013, metode ini memiliki kecendrungan perawat akan menuliskan kegiatan yang bermutu tinggi dan memerlukan waktu yang lama sedangkan tindakan kegiatan kurang bermutu tidak dicatat. Selanjutnya akan dijelaskan lebih lanjut mengenai metode time and motion study dan daily log di bawah ini. b. Time and Motion Study. Time and Motion Study merupakan suatu pengukuran waktu kegiatan yang pengamatannya dilakukan secara terus menerus terhadap setiap jenis tugas yang dilakukan perawat dan lamanya waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tugas. Hasil pengamatan time and motion study dapat lebih menggambarkan kualitas pekerjaan daripada work sampling. Menurut Ilyas 2004 penelitian dengani menggunakan time and motion study dapat digunakan untuk mengevaluasi tingkat kualitas suatu pelatihan atau pendidikan bersetifikat keahlian. Pengamat sebaiknya orang luar rumah sakit yang diteliti guna mencegah personel bias. Kelebihan metode ini adalah dapat menentukan kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh perawat. Sedangkan kelemahan dari metode time and motion study adalah pengamat pada peneliti ini adalah profesi yang sama yaitu perawat, sehingga agak sulit untuk melakukan observasi kegiatan perawat apabila tidak berasal dari profesi yang sama. c. Daily Log Menurut Ilyas 2004 terdapat satu cara lagi dalam menganalisa beban kerja personel yaitu dengan menggunakan daily log pencatatan kegiatan sendiri. Daily log adalah bentuk sederhana dari work sampling, dimana orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Penggunaan cara atau teknik ini sangat tergantung terhadap kerja sama dan kejujuran dari personel yang sedang diteliti. Daily log mencatat semua kegiatan informan, mulai masuk kerja sampai pulang. Hasil analisis daily log dapat digunakan untuk melihat pola beban kerja seperti: kapan beban kerjanya tinggi? Apa jenis pekerjaan yang membutuhkan waktu banyak? Metoda ini sangat memerlukan kerja sama karyawan yang diteliti agar akurat hasilnya. Kelebihan metode ini adalah dapat menggambarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perawat karena perawat menuliskan sendiri kegiatan-kegiatannya. Sedangkan kelemahan pada metode ini adalah dibutuhkan kerja sama yang sangat baik dengan perawat disertai dengan kejujuran yang tinggi untuk menuliskan setiap kegiatan yang dilakukan oleh perawat tersebut.

2.5.5 Metode perhitungan kebutuhan jumlah tenaga perawat