Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

2.1.4 Etiologi dan Faktor Resiko Hipertensi

Hipertensi memiliki beberapa etiologi, tetapi sekitar 90 merupakan hipertensi primer atau esensial yang tidak diketahui penyebabnya. Pada kasus hipertensi sekunder, beberapa mekanisme yang mendasarinya telah diidentifikasikan dan beberapa penyebab spesifik telah banyak ditemukan. 15 Tabel 2.2. Etiologi Hipertensi Sistolik dan Distolik 15 Primer, esensial, atau idiopatik Penyebab yang telah diketahui sekunder Renal Penyakit parekimal renal Glomerulonefritis akut Nefritis kronik Penyakit polikistik Nefropati diabetik Hidronefrosis Penyakit renovaskular Renoprival: stenosis arteri renalis dan penyebab lain iskemia renal Renin-producing tumors Endokrin Akromegali Hipotiroidisme dan hipertiroidisme Hiperkalsemia hiperparatiroidisme Gangguan adrenal dan gangguan kortikal Sindrom Cushing Aldosteronisme primer Hiperplasia adrenal kongenital Medullary tumors: pheochromocytoma Extra-adrenal chromaffin tumors Defisiensi atau inhibisi enzim 11- β-hidroksisteroid dehidrogenase Estrogen, glukokortikoid dan mineralokortikoid Simpatomimetik Eritropoietin Makanan yang mengandung tiramin dengan inhibitor monamine oksidase Aorta coarctation dan aortitis Kehamilan Hipertensi pada kehamilan Gangguan neurologis Peningkatan tekanan intrakranial Sleep apnea Quadriplegia Familial dysautonomia Sindrom Guillain-Barré Stress akut Hiperventilasi psikogenik Hipoglikemia Luka bakar Sickle cell crisis Pasca resusitasi Perioperatif Peningkatan volume intravaskular polycythemia Alkohol, nikotin. siklosporin, tacrolimus Hipertensi esensial tidak memiliki penyebab tunggal namun merupakan interaksi kompleks antara faktor genetik dan lingkungan, termasuk asupan garam, alkohol dan obesitas. 14 Beberapa faktor resiko yang berperan dalam hipertensi antara lain: a. Usia. Tekanan darah sistolik meningkat secara progresif seiring dengan bertambahnya usia. Orang berusia lanjut dengan hipertensi memiliki resiko tinggi penyakit kardiovaskular. 15 b. Obesitas. Obesitas dan peningkatan berat badan merupakan faktor resiko yang kuat terjadinya hipertensi, dan diperkirakan 60 pasien hipertensi memiliki berat badan berlebih sebanyak 20. c. Asupan garam, kalsium, dan potassium. Prevalensi hipertensi berhubungan dengan asupan garam dan kalsium. Selain itu, asupan potasium yang rendah juga berperan dalam resiko terjadinya hipertensi. d. Faktor resiko lainnya seperti konsumsi alkohol, stress psikososial dan aktivitas fisik yang rendah juga berkontribusi terhadap hipertensi. 13 Hipertensi merupakan penyakit yang diturunkan secara genetik yakni sekitar 30 –50 variasi tekanan darah diturukan. Beberapa studi juga menunjukan hipertensi lebih banyak terjadi pada individu yang memiliki riwayat keluarga positif. Hipertensi sebelum usia 55 tahun terjadi 3-8 kali lebih sering pada orang dengan riwayat hipertensi pada keluarga. Hipertensi ini diturunkan secara herediter sekitar 60 pada laki-laki dan 30 –40 pada wanita. 13,14 2.1.5 Patogenesis Hipertensi Tekanan darah arterial ditentukan oleh curah jatung cardiac output dan resistensi perifer. Curah jantung sendiri ditentukan oleh volume sekuncup stroke volume dan heart rate. Stroke volume berhubungan dengan kontraktilitas miokardium dan ukuran kompartemen vaskular. Resistensi perifer ditentukan oleh perubahan fungsional dan anamomis dari ukuran lumen arteri-arteri kecil dan arteriol, serta viskositas darah. 13,14 Hipertensi terjadi akibat adanya abnormalitas dari komponen-komponen tersebut, 15 dan melibatkan beberapa faktor, antara lain: a. Volume intravaskular Volume vaskular merupakan penentu utama dari tekanan arteri dalam jangka waktu lama. Ketika asupan NaCl melebihi kapasitas ginjal untuk mengekskresikan sodium, volume vaskular akan meningkat dan curah jantung meningkat. Peningkatan awal tekanan darah terjadi sebagai respon terhadap peningkatan volume vaskular, sehingga resisitensi perifer meningkat dan curah jantung kembali normal. 13 Peningkatan curah jantung ini terjadi melalui peningkatan volume cairan preload atau peningkatan kontraktilitas akibat stimulasi saraf dari jantung. 15 b. Sistem saraf otonom Sistem saraf otonom menjaga homeostasis kardiovaskular melalui tekanan darah, volume darah, dan sinyal kemoreseptor. Refleks adrenergik memodulasi tekanan darah pada jangka waktu singkat sedangkan fungsi adrenergik bersama faktor hormonal berkontribusi terhadap pengaturan tekanan arteri dalam jangka waktu lama. Beberapa refleks dapat memodulasi tekanan darah dengan segera melalui perangsangan barorefleks arterial yang berada di sinus karotis dan lengkung aorta sehingga menyebabkan tekanan darah arterial berfluktuasi ketika perubahan posisi, stress fisiologis dan perilaku, serta perubahan volume darah. Pada orang dengan berat badan normal maupun obesitas, hipertensi dihubungkan dengan peningkatan aktivitas simpatis. Sympathetic outflow pada penderita hipertensi lebih tinggi daripada individu normotensif. 13 c. Sistem Renin Angiotensin Aldosteron SRAA Sistem renin angiotensin-aldosteron berkontribusi dalam pengaturan tekanan darah arterial, melalui angiotensin II sebagai vasokonstriktor dan aldosteron yang berfungsi mempertahankan natrium dalam tubuh. Sekresi renin distimulus oleh penurunan traspor NaCl pada lengkung Henle, penurunan tekanan darah mekanisme baroreseptor, dan stimulasi saraf simpatis melalui adrenoreseptor. Kemudian renin mengaktifkan angiotensinogen menjadi angiotensin I. Ketika melewati sirkulasi paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oleh Angiotensin Converting Enzyme ACE. Angiotensin II merupakan stimulus untuk menghasilkan aldosteron dari kelenjar adrenal, yang berperan dalam meningkatkan reabsorpsi natrium di tubulus distal dan tubulus pengumpul. Sistem renin angiotensin aldosteron ini berperan dalam meningkatkan tekanan darah, namun peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron ini tidak selalu berhubungan dengan hipertensi. 13, 16