d. Mekanisme vaskular Pada pasien hipertensi, perubahan struktural, mekanik, dan fungsional
dapat menurunkan diameter lumen dari arteri-arteri kecil dan arteriol. Hipertrofi vaskular yang meliputi peningkatan jumlah sel dan peningkatan
deposisi matriks interseluler, berkontribusi dalam peningkatan resistensi vaskular. Diameter lumen juga berhubungan dengan elastisitas pembuluh
darah. Pasien hipertensi memiliki pembuluh arteri yang kaku dan pasien arteriosklerosis biasanya memiliki tekanan darah sistolik yang tinggi.
Selain itu, zat-zat vasoaktif yang dikeluarkan oleh endotel vaskular berperan dalam pengaturan tekanan darah, termasuk nitric oxide yang
merupakan vasodilator. Pada pasien hipertensi, mekanisme vasodilatasi ini terganggu.
13
Beberapa faktor lain seperti genetik yang menyebabkan perubahan pada membran sel dan obesitas yang berkaitan dengan hiperinsulinemia, juga berperan
dalam proses terjadinya hipertensi.
15
Gambar 2.1. Mekanisme Hipertensi
15
2.1.6 Diagnosis Hipertensi Berdasarkan the Seventh Report of the Joint National Committee JNC 7
on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure,
pasien didiagnosis hipertensi jika mendapatkan terapi antihipertensi atau memiliki tekanan darah sistolik
≥140 mmHg atau tekanan diastolik ≥90 mmHg. Pemeriksaan tekanan darah secara sederhana dapat dilakukan dengan teknik
Korotkoff dan sampai saat ini masih banyak digunakan.
12,14
Secara klinis, hipertensi didefinisikan sebagai derajat tekanan darah yang berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas sehingga membutuhkan terapi
untuk menurunkan tekanan darah. Kriteria klinis hipertensi saat ini berdasarkan rata-rata pembacaan tekanan darah sebanyak dua kali atau lebih pada dua atau
lebih outpatient visits.
13
2.1.7 Komplikasi Hipertensi
Hipertensi yang tidak ditangani dapat meningkatkan disabilitas dini dari penyakit kardiovaskular. Hipertensi menyebabkan kerusakan arteri sehingga dapat
meyebabkan kerusakan pada beberapa organ, seperti jantung, otak, ginjal, mata, dan organ lainnya.
13
Komplikasi hipertensi dapat berupa komplikasi hipertensif yang disebabkan kenaikan tekanan darah langsung dan komplikasi aterosklerotik yang
memiliki beragam penyebab dengan hipertensi berperan di dalamnya.
15
Tabel 2.3. Komplikasi Hipertensi
15
Sumber: Norman M. Kaplan,2006
Berdasarkan data epidemiologis studi Framingham,
hipertensi dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular seperti: infark miokard, angina pektoris,
kematian mendadak, kematian koroner lain serta penyakit arteri perifer.
15
Komplikasi hipertensif Accelerated-malignant hypertension retinopati derajat III dan IV
Ensefalopati Perdarahan serebral
Hipertrofi ventrikel kiri Gagal jantung kongestif
Insufisiensi renal Pembedahan aorta
Komplikasi aterosklerotik Trombosis serebral
Infark miokard Penyakit arteri koroner
Claudication syndromes
Hipertensi juga berefek terhadap struktur dan fungsi dari mata. Bagian mata yang terkena meliputi retina, koroid, dan nervus optikus, yang kemudian
mengalami perubahan patofisiologis sebagai respon terhadap kenaikan tekanan darah sehingga bermanifestasi sebagai retinopati hipertensif, koroidopati
hipertensif, dan neuropati optik hipertensif.
6
2.1.8 Retinopati Hipertensif 2.1.8.1. Definisi Retinopati Hipertensif
Retinopati hipertensif merupakan tanda mikrovaskular retina yang berkembang sebagai respon terhadap kenaikan tekanan darah.
6
2.1.8.2. Epidemiologi Retinopati Hipertensif Tanda-tanda perubahan mikrovaskular pada retinopati hipertensif biasanya
tampak pada orang dewasa berusia ≥40 tahun meskipun tanpa riwayat diabetes
maupun hipertensi. Berdasarkan the Beaver Dam Eye study yang dikutip oleh Grosso et al, berbagai macam tanda mikrovaskular retina dilaporkan memiliki
prevalensi dan insidensi sebanyak 2 –15.
17
Penelitian Klein dan Leiden yang dikutip oleh Wong menunjukkan insidensi berbagai tanda retinopati selama
periode 5-7 tahun sekitar 6-10.
18
2.1.8.3. Faktor Resiko Retinopati Hipertensif Beberapa studi menunjukkan hubungan kuat antara hipertensi dengan
munculnya tanda-tanda retinopati hipertensif. Riwayat hipertensi berhubungan dengan tanda-tanda retina yang spesifik yaitu penyempitan arteriolar retina dan
arteriovenous nicking yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darah kronis.
11
Tanda-tanda lain seperti penyempitan fokal arteriolar, perdarahan retina, mikroaneurisma, dan cotton-wool spots lebih menunjukan keparahan dari
hipertensi akut.
11,18
Menurut penelitian Stolk et al yang dikutip oleh Wong, faktor-faktor yang berperan pada hipertensi seperti hiperglikemia, disfungsi endotel, dan inflamasi,
dapat berperan dalam patogenesis retinopati. Selain itu, penyempitan diameter
arteriol retina atau rasio arteri vena retina yang rendah lebih banyak ditemukan pada usia tua, perokok, jenis kelamin pria, Indeks Massa Tubuh IMT tinggi,
orang yang mengkonsumsi alkohol, kolesterol total yang tinggi, dan HDL rendah.
18
Menurut penelitian yang dlakukan Setyowati, jenis kelamin, rokok, HDL, LDL, mikroalbuminuria dan asam urat merupakan faktor resiko kejadian
retinopati hipertensif pada hipertensi non diabetik, dengan LDL, asam urat, dan mikroalbuminuria merupakan faktor resiko penentu atau paling berperan
bermakna terhadap kejadian retinopati hipertensif.
7
2.1.8.4 Patogenesis dan Patofisiologi Retinopati Hipertensif Gambaran retinopati hipertensif muncul ditentukan oleh derajat
peningkatan tekanan darah dan keadaan dari arteriol retina. Patofisiologi yang mendasari retinopati hipertensif dapat dibagi menjadi beberapa tahap, antara lain:
a. Stadium vasokonstiktif. Respon awal dari sirkulasi retina terhadap peningkatan tekanan darah adalah vasospasme dan peningkatan tonus
vasomotor, yang bermanifestasi klinis sebagai penyempitan arteriolar retina general.
6,14
b. Stadium sklerotik
.
Peningkatan tekanan darah secara persisten menyebabkan perubahan sklerotik kronik berupa penebalan intima
pembuluh darah, hiperplasia dinding bagian media dan degenerasi hialin. Pada tahap ini terjadi penyempitan arteriolar difus atau fokal yang lebih
parah, penekanan venula oleh arteriola yang disebut persilangan arteri- vena arteriovenous nicking arteriovenous nipping, dan peningkatan
refleks cahaya arteriolar arteriolar opacificationcopper wiring.
14
c. Stadium eksudatif. Tekanan darah yang lebih tinggi menyebabkan nekrosis otot polos dan sel endotel sehingga barier darah-retina rusak kemudian
terjadi eksudasi darah hemoragik, eksudat lipid, dan iskemia lebih lanjut dari
lapisan serabut
saraf cotton-wool
spots, serta
terjadi mikroaneurisma.
6,18
Proses ini menunjukkan kegagalan mekanisme autoregulasi dan jarang terjadi sampai tekanan darah mencapai 110
mmHg. Cotton-wool spots terjadi 24-48 jam setelah peningkatan tekanan darah.
19
d. Pada tekanan darah tinggi yang parah malignant hypertension dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan iskemia nervus optikus sehingga
terjadi pembengkakan diskus optikus papilloedema.
6,19
Mekanisme lain yang menjelaskan hubungan tekanan darah dengan tanda retinopati hipertensif antara lain : inflamasi, disfungsi endotel dan angiogenesis.
6
2.1.8.5. Diagnosis Retinopati Hipertensif Retinopati hipertensi dapat dideteksi dengan menggunakan oftalmoskop,
yang merupakan bagian dari evaluasi standar pasien dengan hipertensi. Hal ini didukung oleh laporan dari the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure JNC, yang memasukan retinopati sebagai salah satu tanda kerusakan target organ akibat
hipertensi.
12
Kelainan pembuluh darah yang dapat ditemukan pada pemeriksaan oftalmoskop yakni berupa penyempitan arteriolar fokal maupun general,
percabangan pembuluh darah tajam, gambaran crossing, atau sklerosis pembuluh darah. Pada penyempitan pembuluh darah, arteriol retina akan tampak berwarna
lebih pucat, kaliber arteriol menjadi lebih kecil atau irregular dan terlihat percabangan arteriol tajam. Sklerosis arteriol akan tampak sebagai gambaran
copper wire, silver wire, sheating, dan crossing arteri-vena. Perdarahan atau eksudat retina pada makula menyebabkan gambaran star figure. Gambaran
eksudat retina juga berupa cotton wool patches yang merupakan edema saraf retina akibat mikroinfark arteriol.
20
2.1.8.6. Klasifikasi Retinopati Hipertensif
Berdasarkan klasifikasi Keith-Wargener-Barker, tanda-tanda retinopati hipertensif diklasifikasikan secara klinis menjadi 4 stadium berdasarkan tingkat
keparahannya yaitu: a. Derajat I : penyempitan general ringan atau sklerosis dari arteriol.
b. Derajat II : penyempitan fokal arteriol, persilangan arteri-vena, refleks cahaya yang berlebihan, dan sklerosis sedang.