Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalsium Penetapan Kadar Natrium dalam Sampel

23 3.5.5.3 Natrium 3.5.5.3.1 Uji Nyala Kawat NiCr dicelupkan ke dalam HCl pekat kemudian dibakar pada nyala bunsen hingga nyalanya bersih. Kawat dicelupkan lagi ke dalam HCl pekat lalu ke dalam sampel dan dibakar. Jika terdapat natrium, akan dihasilkan nyala kuning pada nyala tersebut Vogel, 1979.

3.5.5.3.2 Uji Kristal Natrium dengan Larutan Asam Pikrat

Larutan zat diteteskan 1-2 tetes pada object glass kemudian ditetesi dengan larutan asam pikrat 1 bv, dibiarkan ± 5 menit lalu diamati di bawah mikroskop. Jika terdapat natrium, akan terlihat kristal berbentuk jarum halus tersusun di pinggir. 3.5.6 Pemeriksaan Kuantitatif 3.5.6.1 Kalsium

3.5.6.1.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalsium

Larutan baku kalsium 1000 µ gml sebanyak 1 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml lalu dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides. Dari konsentrasi 20 mcgml dipipet masing-masing 1,25 ml; 2,5 ml; 3,75 ml; 5 ml; dan 6,25 ml; dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1,0 µ gml; 2,0 µ gml; 3,0 µ gml; 4,0 µ gml; 5,0 µ gml; dan diukur absorbansi pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.

3.5.6.1.2 Penetapan Kadar Kalsium dalam Sampel

Larutan sampel apel hijau yang kulitnya dikupas dengan apel hijau tanpa dikupas hasil destruksi dipipet sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 25ml dan dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda Faktor pengenceran = 25 ml5 ml = 5 kali. Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom Universitas Sumatera Utara 24 pada panjang gelombang 422,7 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi. 3.5.6.2 Kalium 3.5.6.2.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalium Larutan baku kalium 1000 µ gml sebanyak 0,5 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml lalu dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides. Dari konsentrasi 10 mcgml dipipet masing-masing 1,25 ml; 2,5 ml; 5 ml; 7,5 ml; dan 10 ml; dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,5 µ gml; 1,0 µ gml; 2,0 µ gml; 3,0 µ gml; 4 µ gml; dan diukur absorbansi pada panjang gelombang 766,5 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.

3.5.6.2.2 Penetapan Kadar Kalium dalam Sampel

Larutan sampel apel hijau yang kulitnya dikupas dengan apel hijau yang kulitnya tanpa kupas hasil destruksi dipipet sebanyak 0,1 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 50ml dan dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda Faktor pengenceran = 500,1 kali. Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 766,5 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalium. Konsentrasi kalium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi. 3.5.6.3 Natrium 3.5.6.3.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Baku Natrium Larutan baku natrium 1000 µ gml sebanyak 0,5 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml lalu dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides. Dari konsentrasi 10 mcgml dipipet masing-masing 0,5 ml; 1,0 ml; 1,5 ml; 2,0 ml; dan 2,5 ml; dimasukkan ke Universitas Sumatera Utara 25 dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,2 µ gml; 0,4 µ gml; 0,6 µ gml; 0,8 µ gml; 1,0 µ gml; dan diukur absorbansi pada panjang gelombang 589,0 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.

3.5.6.3.2 Penetapan Kadar Natrium dalam Sampel

Larutan sampel apel hijau yang kulitnya dikupas dengan apel hijau tanpa kupas hasil destruksi dipipet sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 50ml dan dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda Faktor pengenceran = 501,0 kali. Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 589,0 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku natrium. Konsentrasi natrium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi. Menurut Gandjar dan Rohman 2007, Kadar logam kalsium, kalium dan natrium dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: g Sampel Berat n pengencera Faktor x ml Volume x µgml i Konsentras µgg Logam Kadar = Universitas Sumatera Utara 26 3.5.7 Analisis Data Secara Statistik 3.5.7.1 Penolakan Hasil Pengamatan Kadar kalsium, kalium dan natrium yang diperoleh dari hasil pengukuran masing- masing larutan sampel dianalisis secara statistik. Menurut Sudjana 2005, standar deviasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus: SD = 1 - n X - Xi 2 ∑ Keterangan : Xi = Kadar sampel − X = Kadar rata-rata sampel n = Jumlah perlakuan Untuk mencari t hitung digunakan rumus: t hitung = n SD X Xi − Menurut Harris 1982, untuk menghitung kadar mineral di dalam sampel dengan interval kepercayaan 99, dk = n-1, dapat digunakan rumus: Kadar Mineral : µ = X ± t α2 , dk x SD √n Keterangan : − X = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi dk = Derajat kebebasan dk = n-1 α = Interval kepercayaan n = Jumlah perlakuan

3.5.7.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Antar Sampel

Menurut Miller 2005, sampel yang dibandingkan adalah independen dan jumlah pengamatan masing-masing lebih kecil dari 30 dan variansi σ tidak diketahui sehingga dilakukan uji F untuk mengetahui apakah variansi kedua populasi sama σ 1 = σ 2 atau berbeda σ 1 ≠ σ 2 dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara