Habitat Burung Air Migrasi Burung

2.4. Habitat Burung Air

Menurut Sozer 1999 habitat adalah tempat makhluk hidup berada secara alami. Selanjutnya Alikodra 2002 menjelaskan bahwa habitat adalah kawasan yang digunakan sebagai tempat hidup dan berkembangbiaknya satwa liar. Satwa liar menempati habitat sesuai dengan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung kehidupannya. Burung air cenderung berkumpul dan terkonsentrasi dalam mencari makan pada suatu daerah dimana keberadaan mangsa mereka mudah untuk didapat. Jenis- jenis mangsa utama yang disukai oleh burung air antara lain Bivalvia, Gastropoda, Crustaceae, Polychaeta dan Pisces . Jenis-jenis mangsa tersebut biasa terdapat dalam air berlumpur pada kawasan mangrove. Hal inilah yang menyebabkan banyak jenis burung air mendatangi kawasan mangrove dan lahan basah untuk mencari makan Noor et al., 2004. Burung pantai dalam kehidupannya banyak bergantung kepada keberadaan lahan basah. Burung pantai menjadikan lahan basah serta tegakan tumbuhan yang ada di atasnya sebagai tempat untuk mencari makan dan beristirahat. Untuk kelompok jenis burung pantai migran khususnya Charadriidae dan Scolopacidae hamparan lumpur merupakan habitat yang sangat sesuai untuk mencari mangsa. Disamping itu, akar mangrove merupakan tempat istirahat yang baik selama air pasang dalam musim pengembaraannya Howes et al., 2003. Hilangnya habitat burung air migran di jalur terbang, umumnya diakibatkan kegiatan alih fungsi lahan oleh manusia. Misalnya kehilangan habitat yang menjadi tempat berbiak burung air migran akibat intensifikasi pertanian, hilangnya tempat persinggahan burung-burung air migran akibat kegiatan reklamasi pesisir, dan hilangnya wilayah-wilayah tidak berbiak yang diakibatkan pengeringan lahan basah Hasudungan, 2012.

2.5. Migrasi Burung

Menurut Kirby 2008 kata migrasi berasal dari Migrare yang artinya pergi dari satu tempat ke tempat lain. Menurut Howes et al. 2003 yang termasuk kedalam kelompok burung air migran adalah kelompok burung air yang menghabiskan sebagian hidupnya di Indonesia pada waktu tertentu saja, yaitu Universitas Sumatera Utara pada musim tidak berbiak, dimana biasanya individu yang bermigrasi tersebut menghindari perubahan kondisi alam yang ekstrim di lokasi berbiak mereka. Menurut Hasudungan 2009, migrasi diawali pada bulan Agustus-September dimana belahan bumi utara mendekati awal musim dingin. Siklus dilanjutkan dengan perjalanan migrasi pada bulan September-November. Dari bulan November-Maret burung migran mencari makan di belahan bumi selatan yang memiliki iklim lebih hangat kemudian kembali ke belahan bumi utara pada bulan Maret-Mei untuk berbiak Gambar 2.7. Gambar 2.7. Siklus Migrasi Burung Air Migran Howes et al ., 2003 2.6.Jalur Migrasi Burung Air Migran F lyways Flyways adalah alur terbang spesies burung air migran yang bergerak secara tahunan dari tempat berkembang biak ke daerah-daerah tidak berbiak, termasuk beristirahat dan daerah mencari makan bagi burung-burung bermigrasi Boere Stroud, 2006. Menurut EAAF East Asian-Australian Flyway , Saat ini ada 700 situs penting yang diakui secara internasional untuk burung air migran di sepanjang jalur migrasi flyway , banyak yang terletak berdekatan dengan pemukiman manusia dan rentan terhadap pembangunan. Tanpa kerja sama internasional untuk mengatasi ancaman ini, maka akan banyak spesies dari burung air migran yang Universitas Sumatera Utara akan menghadapi kepunahan dalam waktu dekat. Ada sembilan jalur migrasi burung di seluruh dunia Gambar 2.8 yaitu : a. Atlantic Americas Flyway . b. Black SeaMediterranean Flyway . c. Central Asian Flyway . d. East Asian-Australasian Flyway . e. East Atlantic Flyway . f. Mississippi Americas Flyway . g. Pacific Americas Flyway . h. West Asian-East African Flyway . i. West Pacific Flyway . Gambar 2.8. Jalur Migrasi Burung Air Migran Seluruh Dunia Sumber : EAAF, 2010. Dari 9 jalur terbang ini yang melalui wilayah sumatera adalah jalur East Asian-Australasian Flyway yaitu daerah berbiak di Siberia, Alaska dan Cina hingga ke Asia Tenggara, Papua New Guinea, Australia, Selandia Baru dan Kepulauan Pasifik EAAF, 2010. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN