Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing Dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia)
SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INCOME SMOOTHING DENGAN UKURAN PERUSAHAAN
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris padaPerusahaan Perkebunan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) danBursa Malaysia)
OLEH:
VIVIAN 110503234
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
i
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Income Smoothing Dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan,
Yang Membuat Pernyataan
NIM 110503234 Vivian
(3)
ii
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INCOME SMOOTHING DENGAN UKURAN PERUSAHAAN
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah return on equity, debt to total assets, dan net profit margin pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysiaperiode 2010-2013 berpengaruh terhadap income smoothing baik secara parsial maupun simultan dengan tambahan variabel moderating yaitu ukuran perusahaan.
Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 15 perusahaan perkebunan, dimana metode sampling yang digunakan adalah metode purposive sampling
yaitu penetapan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Pengolahan data dilakukan dengan analisis regresi logistik dengan alat bantuprogram statistik SPSS 18.
Penelitian sebelum moderating ini membuktikan bahwa hanya debt to total assetsyang berpengaruh negatif signifikan terhadapincome smoothing, sedangkanreturn on equity dan net profit margin tidak berpengaruh terhadap
income smoothing. Secara simultan, return on equity, debt to total assets, dan net profit margin berpengaruh terhadap income smoothing pada perusahaan perkebunan. Ukuran perusahaan dapat digunakan sebagai variabel
moderatingdalam tindakan income smoothing, dimana ukuran perusahaan dapat memperkuat hubungan return on equity, debt to total assetsdan income smoothing, namun memperlemah hubungan net profit margin dan income smoothing.
Kata kunci: Return On Equity, Debt to Total Assets, Net Profit Margin, Income Smoothing, dan Ukuran Perusahaan
(4)
iii
ABSTRACT
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING INCOME SMOOTHING WITH SIZE OF COMPANY
AS MODERATING VARIABLE
(Empirical Studies on Plantantion Companies Listed in Indonesia Stock Exchange and Bursa Malaysia)
The aim of this research is to know whether return on equity, debt to total assets, and net profit margin at the plantationcompanies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) and Bursa Malaysia have effecton income smoothing either partially or simultaneously with addition moderating variable such size of company.
Fifteenplantation companies are used as the sample of this research. The method of the research is purposive sampling which define as a determination of the sample by using certain criteria. Data processing was performed by logistic regression analysis with SPSS, statistical program tool 18.
Partially, the result of this research before moderating shows that only debt to total assets hassignificant negative effect on income smoothing, and not return on equity and net profit margin. Simultaneously, return on equity, debt to total assets, and net profit margin have effect on income smoothing at the plantation companies. The size of company can be used as a moderating variable on income smoothing, which the size itself can strengthen the relation of return on equity, debt to total assets and income smoothing, but weaken the relation of net profit margin and income smoothing.
Keywords: Return On Equity, Debt to Total Assets, Net Profit Margin, Income Smoothing, and Size of Company.
(5)
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing Dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia)”,disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi Universitas Sumatera
Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh
bimbingan, semangat, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril maupun materil
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., C.A., selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univesitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, M.A.F.I.S., Ak., selaku Ketua
DepartemenAkuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M.,Ak., selaku Sekretaris
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1
(6)
v Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Narumondang Bulan Siregar, M.M., Ak. selaku Dosen
Pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan
dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M.,Ak., dan Bapak Drs. Idhar Yahya,
MBA,Ak. selaku Dosen Penguji dan Dosen Pembanding, yang telah
memberikan saran dan arahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Kedua orangtua penulis, Indrasyah dan Lim Jok Ken, dan empat saudara
penulis, Katherine, S.T., Darwin Gunawan, S.Kom., Silvia, S.T., dan
Bambang Gunawan. Terima kasih atas segalacurahan kasih sayang melalui
perhatian, doa, dukungan, dan pengorbananyang selama ini telah diberikan,
motivasi utama penulis untuk terusberprestasi dan berusaha menjadi yang
terbaik.Untuk teman-teman seperjuangan, Felix, Mariana, Vorries Floreenta,
Febry Naomi, Cynthia C. Pardede, Ester Caroline Bukit, Olivia SGM,
Naomi R. Siahaan, Delwie Jurinita, Yunita Deby Chintya, Raya Puspita Sari
Hasibuan,Angeline Louis, Fera Leo, Fona Sunaria, Delviana, dan seluruh
teman-teman seperjuangan pada program studi S1 Akuntansi Stambuk 2011
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sumatera Utara yang
senantiasa membantu penulis dalam dukungan, semangat, dan bantuan
doasepanjang penyelesaian skripsi ini. Kehadiran mereka membuat penulis
merasa yakin dan terus bertahan menghadapi segala proses danttantangan
(7)
vi Segala bentuk usaha dan perjuangan telah semaksimal mungkin
dilakukanoleh penulis. Meskipun demikian, skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna danmasih perlu banyak perbaikan atas segala kekurangannya yang
semata-matamerupakan keterbatasan penulis sebagai manusia biasa.Setiap
penelitian tidak ada yang sempurna, setiap hasil tidak ada yang paling benar,
namun setiap langkah adalah pembelajaran. Pembelajaran untuk senantiasa
menjadi lebih baik menuju suatu kesempurnaan. Akhir kata semoga skripsi ini
berguna bagi pembaca dan dapat dipergunakan untuk menambah pengetahuan dan
bahan masukan bagi penelitian selanjutnya. Semoga Tuhan senantiasa
melimpahkan berkat dan karunia-Nya. Amin
Medan, 11 Juni 2015 Penulis,
NIM: 110503234 Vivian
(8)
vii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 11
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 11
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14
2.1 Tinjauan Teoritis ... 14
2.1.1 Laporan Keuangan ... 14
2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan ... 14
2.1.1.2 Tujuan Laporan Keuangan ... 15
2.1.1.3 Jenis- jenis Laporan Keuangan ... 16
2.1.1.4 Pengguna Laporan Keuangan ... 17
2.1.2 Laba ... 18
2.1.2.1 Pengertian Laba ... 18
2.1.2.2 Tujuan Pelaporan Laba ... 18
2.1.3 Teori Keagenan ... 19
2.1.4 Teori Sinyal ... 21
2.1.5 Teori Akuntansi Positif ... 22
2.1.6 Manajemen Laba ... 23
2.1.6.1 Pengertian Manajemen Laba ... 23
2.1.6.2 Motivasi Manajemen Laba ... 24
2.1.6.3 Klasifikasi Manajemen Laba ... 25
2.1.7 Income Smoothing (Perataan Laba) ... 25
2.1.7.1 Pengertian Income Smoothing ... 25
2.1.7.2 Alasan Income Smoothing ... 27
2.1.7.3 Tujuan Income Smoothing ... 27
2.1.7.4 Klasifikasi Income Smoothing ... 28
2.1.7.5 Teknik Income Smoothing ... 28
2.1.8 Analisis Laporan Keuangan ... 28
2.1.9 Return On Equity (ROE) ... 30
(9)
viii
2.1.11 Net Profit Margin (NPM) ... 31
2.1.12 Ukuran Perusahaan ... 32
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 33
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 38
2.3.1 Kerangka Konseptual ... 38
2.3.2 Pengembangan Hipotesis Penelitian ... 41
2.3.2.1 Keterkaitan antara return on equity (ROE)terhadap income smoothing ... 41
2.3.2.2 Keterkaitan antara debt to total assets (DAR)terhadap income smoothing ... 42
2.3.2.3 Keterkaitan antara net profit margin (NPM)terhadap income smoothing ... 43
2.3.2.4 Keterkaitan antara ukuran perusahaan terhadaphubungan antara return on equity (ROE), debt to total assets (DAR), dan net profit margin (NPM)dengan income smoothing ... 44
BAB III METODE PENELITIAN ... 45
3.1 Desain Penelitian ... 45
3.2 Jenis Data ... 45
3.3 Populasi dan Sampel ... 46
3.3.1 Populasi ... 46
3.3.2 Sampel ... 47
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 49
3.5 Batasan Operasional ... 49
3.6 Definisi Operasional ... 50
3.6.1 Variabel Independen ... 50
3.6.2 Variabel Dependen ... 51
3.6.3 Variabel Moderating ... 52
3.7 Skala Pengukuran Variabel ... 53
3.8 Metode Analisis Data ... 54
3.8.1 Statistik Deskriptif ... 54
3.8.2 Uji Asumsi Klasik ... 54
3.8.2.1 Uji Normalitas ... 54
3.8.2.2 Uji Multikolinearitas ... 55
3.8.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 55
3.8.2.4 Uji Autokorelasi ... 57
3.8.3 Analisis Regresi Berganda ... 57
3.8.4 Uji Hipotesis ... 58
3.8.4.1 Uji Koefisien Determinasi ... 58
3.8.4.2 Uji Signifikansi Parsial (t-test) ... 58
3.8.4.3 Uji Signifikansi Simultan (F-test) ... 59
3.8.5 Analisis Regresi Moderasi ... 59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62
(10)
ix
4.2 Statistik Deskriptif ... 63
4.3 Uji Asumsi Klasik ... 64
4.3.1 Uji Normalitas ... 64
4.3.2 Uji Multikolinearitas ... 68
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 70
4.3.4 Uji Autokorelasi ... 71
4.4 Analisis Regresi Berganda ... 73
4.5 Pengujian Hipotesis ... 74
4.5.1 Uji Signifikansi Parsial (t-test) ... 74
4.5.2 Uji Signifikansi Simultan (F-test) ... 75
4.5.3 Uji Koefisien Determinansi (R2) ... 76
4.6 Hasil Hipotesis Sebelum Moderating ... 76
4.7 Analisis Regresi Moderasi ... 77
4.8 Hasil Hipotesis Setelah Moderating ... 80
4.9 Pembahasan Hasil Penelitian ... 81
4.9.1 Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Income Smoothing ... 81
4.9.2 Pengaruh Debt to Total Assets (DAR) terhadap Income Smoothing ... 81
4.9.3 Pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Income Smoothing ... 82
4.9.4 Pengaruh ROE, DAR, dan NPM secara simultan terhadap Income Smoothing ... 83
4.9.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan antara ROE dan Income Smoothing ... 83
4.9.6 Pengaruh Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan antara DAR dan Income Smoothing ... 84
4.9.7 Pengaruh Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan antara NPM dan Income Smoothing ... 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 87
5.1 Kesimpulan ... 87
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 88
5.3 Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 90
(11)
x
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1.1 Luas, Areal, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan di
Indonesia ... 8
Tabel1.2 Nilai Ekspor Malaysia 2003 – 2012 ... 9
Tabel2.2 Hasil Penelitian Terdahulu ... 35
Tabel3.1 Daftar Sampel Perusahaan Perkebunan di BEI ... 48
Tabel3.2 Daftar Sampel Perusahaan Perkebunan di Bursa Malaysia .. 49
Tabel3.3 Skala Pengukuran Variabel ... 53
Tabel4.1 Statistik Deskriptif ... 63
Tabel4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov Sebelum Moderating ... 65
Tabel4.3 Uji Kolmogorov-Smirnov Setelah Moderating ... 65
Tabel4.4 Uji Multikolinearitas Sebelum Moderating ... 69
Tabel4.5 Uji Multikolinearitas Setelah Moderating... 69
Tabel4.6 Uji Autokorelasi Sebelum Moderating ... 72
Tabel4.7 Uji Autokorelasi Setelah Moderating ... 72
Tabel4.8 Koefisien Regresi Berganda ... 73
Tabel4.9 Uji Signifikansi Parsial ... 74
Tabel4.10 Uji Signifikansi Simultan ... 75
Tabel4.11 Uji Koefisien Determinasi ... 76
Tabel4.12 Hasil Uji Nilai Selisih Mutlak Persamaan 1 ... 77
Tabel4.13 Hasil Uji Nilai Selisih Mutlak Persamaan 2 ... 78
(12)
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ...38
Gambar 3.1 Histogram Sebelum Moderating ...66
Gambar 3.2 Histogram Setelah Moderating...66
Gambar 3.3 Normal Plot Sebelum Moderating...67
Gambar 3.4 Normal Plot Setelah Moderating ...67
Gambar 3.5 Uji Heteroskedastisitas Sebelum Moderating ...70
(13)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1 Daftar Perhitungan Indeks Eckel ... 95 Lampiran 2 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Perkebunan
di BEI ... 96 Lampiran3 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Perkebunan
di Bursa Malaysia ... 97 Lampiran 4 Hasil Perhitungan Variabel Independen, Dependen,
dan Moderating Pada Perusahaan Perkebunan di BEI
dan Bursa Malaysia pada tahun 2010 ... 99 Lampiran 5 Hasil Perhitungan Variabel Independen, Dependen,
dan Moderating Pada Perusahaan Perkebunan di BEI
dan Bursa Malaysia pada tahun 2011 ... 100 Lampiran 6 Hasil Perhitungan Variabel Independen, Dependen,
danModerating Pada Perusahaan Perkebunan di BEI
dan Bursa Malaysia pada tahun 2012 ... 101 Lampiran 7 Hasil Perhitungan Variabel Independen, Dependen,
danModerating Pada Perusahaan Perkebunan di BEI
dan Bursa Malaysia pada tahun 2013 ... 102 Lampiran 8 Hasil Perhitungan Total Aset Pada Perusahaan
Perkebunan di BEI dan Bursa Malaysia selama tahun
2010-2013 ... 103 Lampiran 9 Nilai Kurs Tengah Bank Indonesia (BI) setiap akhir
tahun selama tahun 2010-2013 ... 104 Lampiran 10 Hasil Output SPSS Sebelum Moderating ... 105 Lampiran 11 Hasil Output SPSS Setelah Moderating ... 109
(14)
ii
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INCOME SMOOTHING DENGAN UKURAN PERUSAHAAN
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah return on equity, debt to total assets, dan net profit margin pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysiaperiode 2010-2013 berpengaruh terhadap income smoothing baik secara parsial maupun simultan dengan tambahan variabel moderating yaitu ukuran perusahaan.
Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 15 perusahaan perkebunan, dimana metode sampling yang digunakan adalah metode purposive sampling
yaitu penetapan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Pengolahan data dilakukan dengan analisis regresi logistik dengan alat bantuprogram statistik SPSS 18.
Penelitian sebelum moderating ini membuktikan bahwa hanya debt to total assetsyang berpengaruh negatif signifikan terhadapincome smoothing, sedangkanreturn on equity dan net profit margin tidak berpengaruh terhadap
income smoothing. Secara simultan, return on equity, debt to total assets, dan net profit margin berpengaruh terhadap income smoothing pada perusahaan perkebunan. Ukuran perusahaan dapat digunakan sebagai variabel
moderatingdalam tindakan income smoothing, dimana ukuran perusahaan dapat memperkuat hubungan return on equity, debt to total assetsdan income smoothing, namun memperlemah hubungan net profit margin dan income smoothing.
Kata kunci: Return On Equity, Debt to Total Assets, Net Profit Margin, Income Smoothing, dan Ukuran Perusahaan
(15)
iii
ABSTRACT
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING INCOME SMOOTHING WITH SIZE OF COMPANY
AS MODERATING VARIABLE
(Empirical Studies on Plantantion Companies Listed in Indonesia Stock Exchange and Bursa Malaysia)
The aim of this research is to know whether return on equity, debt to total assets, and net profit margin at the plantationcompanies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) and Bursa Malaysia have effecton income smoothing either partially or simultaneously with addition moderating variable such size of company.
Fifteenplantation companies are used as the sample of this research. The method of the research is purposive sampling which define as a determination of the sample by using certain criteria. Data processing was performed by logistic regression analysis with SPSS, statistical program tool 18.
Partially, the result of this research before moderating shows that only debt to total assets hassignificant negative effect on income smoothing, and not return on equity and net profit margin. Simultaneously, return on equity, debt to total assets, and net profit margin have effect on income smoothing at the plantation companies. The size of company can be used as a moderating variable on income smoothing, which the size itself can strengthen the relation of return on equity, debt to total assets and income smoothing, but weaken the relation of net profit margin and income smoothing.
Keywords: Return On Equity, Debt to Total Assets, Net Profit Margin, Income Smoothing, and Size of Company.
(16)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum, laporan keuangan merupakan hal yang penting dalam suatu
perusahaan untuk menjalankan usahanya. Laporan keuangan merupakan media
komunikasi antara pihak internal perusahaan (karyawan dan manajemen) dengan
pihak eksternal perusahaan (investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat)
mengenai informasi keuangan suatu perusahaan. Selain itu, laporan keuangan juga
menggambarkan kinerja keuangan dan kinerja manajemen suatu perusahaan
apakah dalam kondisi yang baik atau tidak, serta sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan ekonomi bagi pihak internal dan eksternal perusahaan.
Oleh karena itu, laporan keuangan merupakan laporan yang paling penting/utama
dalam suatu perusahaan.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan beragam karena
informasi yang dibutuhkan masing-masing pihak berbeda dalam pengambilan
keputusan. Seperti, investor memerlukan informasi keuangan untuk melihat
profitabilitas dan stabilitas keuangan, manajer untuk melihat status keuangan
perusahaan, bank dan pemasok untuk melihat kemampuan perusahaan untuk
membayar kembali pinjaman. Brigham dan Houston (1999) menyatakan bahwa:
tujuan dari analisis laporan keuangan menurut sudut pandang investor adalah untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu mengantisipasi kondisi di masa depan, dan yang lebih penting sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa di masa depan.
(17)
2 Dalam PSAK No.1 (2009), jenis laporan keuangan terdiri atas enam
macam, yaitu laporan posisi keuangan pada akhir periode, laporan laba rugi
komprehensif selama periode, laporan perubahan ekuitas selama periode, laporan
arus kas selama periode, catatan atas laporan keuangan, dan laporan posisi
keuangan pada awal periode komparatif. Salah satu bagian dari laporan keuangan
tersebut yang menunjukkan prestasi dan kinerja perusahaan adalah laba
perusahaan, seperti yang disajikan dalam laporan laba rugikomprehensif selama
periode.
Laba merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan karena
semakin besar laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan maka menunjukkan
kinerja perusahaan yang sedang membaik sehingga investor menjadi tertarik
untuk menanamkan modalnya. Selain itu, laba juga dapat berfungsi sebagai alat
untuk menilai kemampuan menghasilkan laba perusahaan di masa depan yang
berguna bagi para investor dan pihak lainnya yang berkepentingan. Hal tersebut
mengakibatkan perusahaan cenderung menaikkan laba. Tetapi di sisi lain,
kenaikan laba akan menyebabkan kenaikan pajak penghasilan yang harus
dibayarkan suatu perusahaan.
Informasi laba merupakan informasi yang penting dalam laporan keuangan
bagi pihak manajemen yang mengakibatkan manajemen cenderung melakukan
disfunctional behavior, yaitu suatu tindakan memaksimalkan laba dengan memanfaatkan fleksibilitas standar akuntansi yang digunakan oleh perusahaan.
(18)
pihak-3 pihak yang berkepentingan atau teori keganenan. Akibatnya, perusahaan
termotivasi untuk melakukan manajemen laba (earnings management).
Pola manajemen laba terdiri atas empat macam, yaitu taking bath, income maximization, income minimization, dan income smoothing (Scott, 2003). Dari keempat pola manajemen laba tersebut, pola manajemenlaba yang paling sering
digunakan oleh perusahaan di Indonesia adalah income smoothing. Income smoothing merupakan suatu cara yang dilakukan oleh manajemen dengan sengaja untuk mengurangi fluktuasi laba perusahaan melalui metode akuntansi dan
transaksi sehingga kinerja perusahaan terlihat baik di mata investor yang
mengakibatkan investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan
tersebut.
Income smoothing merupakan suatu tindakan yang rasional, didasarkan pada asumsi dalam teori akuntansi positif bahwa agen (manajer perusahaan)
merupakan individu yang rasional yang memperhatikan dirinya sendiri (Assih dan
Gudono, 2000). Hal ini sejalan dengan pemikiran para manajer perusahaan untuk
menstabilkan laba setiap tahunnya, mengurangi hutang pajak, menghindari
permintaan kenaikan upah dari karyawan, dan menarik investor untuk
menanamkan modalnya melalui tindakan income smoothing.
Di satu sisi, income smoothing menghasilkan informasi yang menyesatkan bagi para investor dan di sisi lain menghasilkan informasi yang menguntungkan
bagi pihak perusahaan. Sehingga terkadang pengguna laporan keuangan harus
selektif dan teliti dalam melihat laporan keuangan perusahaan karena mungkin
(19)
4 sejalan dengan tindakan income smoothing yang masih menjadi bahan diskusi bagi para praktisi dan para akademisi. Para praktisi menilai income smoothing
sebagai kecurangan, sementara para akademisi menilai income smoothing tidak bisa dikategorikan sebagai kecurangan. Tetapi, mereka setuju bahwa income smoothing adalah upaya untukmenstabilkan laba dengan menggunakan metode dan prosedur akuntansi yang diterima dan diakui secara umum.
Penulis melihat bahwa terdapat fenomena yang terjadi dalam income smoothing karena income smoothing masih dijadikan perdebatan sampai saat ini bagi para praktisi dan para akademisi mengenai etis atau tidak etisnya tindakan
income smoothing pada laporan keuangan dalam suatu perusahaan. Dengan adanya fenomena ini, penulis tertarik untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan
dengan income smoothing dengan cara menganalisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap income smoothing.
Rasio keuangan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
menganalisis laporan keuangan dalam melihat kinerja suatu perusahaan. Return on equity (ROE) mencerminkan seberapa besar laba bersih yang diperoleh dari total ekuitas suatu perusahaan. Secara umum, perusahaan yang memiliki
profitabilitas tinggi cenderung melakukan tindakan income smoothing. Nilai profitabilitas perusahaan dapat diukur menggunakan rasio return on equity (ROE). Menurut Lubis (2012), return on equity berpengaruh signifikan terhadap income smoothing. Hasil penelitian ini sejalan Luqman dan Shahzad (2012). Namun penelitian yang dilakukan oleh Fitriasrini (2012) menyatakan bahwa return on equity tidak berpengaruh terhadap income smoothing.
(20)
5
Debt to total assets (DAR) mencerminkan seberapa besar utang yang digunakan untuk membiayai total aset. Nilai debt to total assets yang tinggi menggambarkan bahwa sebagian besar aset perusahaan dibiayai oleh utang yang
menyebabkan investor takut untuk berinvestasi maupun kreditor untuk
meminjamkan uang kepada perusahaan tersebut. Sehingga para manajer
cenderung melakukan tindakan income smoothing untuk menarik investor dan kreditor. Menurut Suryandari (2012), debt to total assets tidak berpengaruh terhadap income smoothing. Hasil penelitian ini sejalan dengan Kurniawan dan Sherlita (2013). Namun penelitian yang dilakukan oleh Fitriasrini (2012)
menyatakan bahwa debt to total assets berpengaruh negatif terhadap income smoothing.
Net profit margin (NPM) mencerminkan tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang diharapkan dari tingkat penjualan. Secara
logis, net profit margin menggambarkan tingkat laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dari persentase penjualan atau sebagai indikator pembagian
dividen. Jadi, perusahaan cenderung akan melakukan tindakan income smoothing
melalui rasio net profit margin. Menurut Hutagalung (2011), net profit margin
tidak berpengaruh terhadap income smoothing. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Suryandari (2012). Namun penelitian yang dilakukan oleh Azhari
(2010) menyatakan bahwa net profit margin berpengaruh signifikan terhadap income smoothing.
Penulis melihat bahwa terdapat ketidakonsistenan hasil penelitian
(21)
6
smoothing sehingga penulis ingin meneliti kembali faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dan tidak berpengaruh terhadap income smoothing dengan tambahan adanya variabel moderating pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Malaysia. Peneliti mengambil variabel ukuran
perusahaan sebagai variabel moderating diakibatkan ukuran perusahaan dapat mengambarkan kondisi keuangan maupun kinerja perusahaan.
Ukuran perusahaan terdiri atas dua yaitu kecil dan besar. Ukuran
perusahaan kecil cenderung memiliki kinerja yang kurang baik sehingga sumber
pendanaan kebanyakan dari pinjaman diakibatkan total aktiva yang rendah serta
laba perusahaan yang kecil. Di sisi lain, ukuran perusahaan besar otomatis
memiliki kinerja yang baik diakibatkan total aktiva dan laba yang besar sehingga
biasanya nilai rasio leverage perusahaan kecil karena sumber pendanaan kebanyakan berasal dari modal atau pihak internal.
Ukuran perusahaan juga mendorong perusahaan dalam melakukan income smoothing. Pada umumnya, perusahaan kecil cenderung melakukan income smoothing karena pihak manajemen tidak akan pernah mau melanggar perjanjian utang sebab dengan laba yang meningkat mengakibatkan pihak kreditur percaya
untuk memberikan pinjaman. Namun, perusahaan besar lebih sering melakukan
income smoothing karena pihak manajemen tahu apabila labanya terlalu besar akan menarik perhatian para regulator khususnya pemerintah untuk melakukan
kebijakan terhadap perusahaan tersebut sehingga para manajemen cenderung
(22)
7 Alasan peneliti memilih perusahaan perkebunan sebagai objek penelitian
karena akhir-akhir ini perusahaan perkebunan sedang mengalami perkembangan
yang cukup pesat dan merupakan sektor yang cukup penting di Indonesia maupun
di Malaysia. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti apakah
perkembangan perusahaan yang biasanya ditandai dengan kenaikan laba memang
benar- benar merupakan laba yang riil atau adanya indikasi tindakan perataan
laba. Indonesia dan Malaysia sama-sama merupakan negara agraris dan memiliki
beberapa komoditas perkebunan unggulan yang dikonsumsi maupun diekspor ke
luar negeri. Di Indonesia, perkebunan dibagi atas dua macam yaitu perkebunan
besar dan perkebunan rakyat. Perkebunan besar merupakan perkebunan yang
dikelola oleh perusahaan yang berbadan hukum sedangkan perkebunan rakyat
merupakan perkebunan yang diselenggarakan oleh rakyat. Komoditas perkebunan
yang dikembangkan di Indonesia diantaranya teh, karet, kelapa, kopi, coklat,
jambu mete, kapas, lada, tembakau, tebu, cengkeh, dan kelapa sawit.
Di Malaysia, sektor perkebunan memiliki sejumlah komoditas unggulan,
yakni kelapa sawit, kakao, karet, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Malaysia
merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia pada awal tahun 1980-an,
tetapi hal ini tidak berlangsung lama karena saat ini Indonesia merupakan
produsen kelapa sawit terbesar di dunia sedangkan Malaysia berada di posisi
kedua. Akan tetapi, Malaysia masih merupakan produsen bibit kelapa sawit
(23)
8
Tabel 1.1
Luas, Areal, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan di Indonesia
No Uraian
Tahun Laju
Pertumbuhan 2014* (%)
2013 2014*
I. Luas Areal/Immature Areal (Ha)
1 Karet / Rubber 3,555,946 3,616,694 1.71
2 Kelapa/ Coconut 3,654,478 3,631,814 -0.62
3 Kelapa Sawit / Oil Palm 10,465,020 10,956,231 4.69
4 Kopi / Coffee 1,241,836 1,246,809 0.4
5 Teh / Tea 122,035 121,034 -0.82
6 Lada / Pepper 171,920 172,471 0.32
7 Cengkeh / Clove 501,843 502,562 0.14
8 Kakao / Cocoa 1,740,612 1,719,087 -
9 Jambu Mete/Cashewnut 554,315 551,517 -0.5
10 Tebu / Sugar Cane 469,228 476,735 1.6
11 Tembakau / Tobacco 192,809 195,260 1.27
12 Kapas / Cotton 8,738 5,600 -35.92
II. Produksi / Production (Ton)
1 Karet / Rubber 3,237,583 3,153,192 -2.61
2 Kelapa/ Coconut 3,051,585 3,031,310 -0.66
3 Kelapa Sawit / Oil Palm 27,782,004 29,344,479 5.62
4 Kopi / Coffee 675,915 685,089 1.36
5 Teh / Tea 145,460 143,751 -1.18
6 Lada / Pepper 91,039 91,908 0.95
7 Cengkeh / Clove 109,699 110,579 0.8
8 Kakao / Cocoa 720,862 709,331 -
9 Jambu Mete/Cashewnut 116,113 116,000 -0.1
10 Tebu / Sugar Cane 2,551,024 2,632,424 3.19
11 Tembakau / Tobacco 164,448 166,262 1.1
12 Kapas / Cotton 1,871 970 -48.16
III. Produktivitas/Yield (Kg/Ha)
1 Karet / Rubber 1,083 1,053 -2.77
2 Kelapa/ Coconut 1,130 1,128 -0.18
3 Kelapa Sawit / Oil Palm 3,536 3,568 0.9
4 Kopi / Coffee 739 741 0.27
5 Teh / Tea 1,465 1,464 -0.08
6 Lada / Pepper 818 824 0.73
7 Cengkeh / Clove 350 353 0.86
8 Kakao / Cocoa 821 817 -0.49
9 Jambu Mete/Cashewnut 359 359 0
(24)
9
No Uraian
Tahun Laju
Pertumbuhan 2014* (%)
2013 2014*
11 Tembakau / Tobacco 928 934 0.65
12 Kapas / Cotton 288 222 -22.92
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan Keterangan : * = Angka Sementara
- = Data tidak tersedia
Dari tabel 1.1, dapat disimpulkan bahwa luas areal perkebunan yang
bertambah dari tahun 2013 ke tahun 2014 adalah tanaman karet, kelapa sawit,
kopi, lada, cengkeh, tebu, dan tembakau. Sedangkan produksi hasil perkebunan
yang meningkat dari tahun 2013 ke tahun 2014 adalah kelapa sawit, kopi, lada,
cengkeh, tebu, dan tembakau. Hal ini sejalan dengan produktivitas hasil
perkebunan yang meningkat dari tahun 2013 ke tahun 2014 adalah kelapa sawit,
kopi, lada, cengkeh, tebu, dan tembakau.
Tabel 1.2
Nilai Ekspor Malaysia 2003 – 2012
No Kode
Hs Uraian
2003 – 2012 (000 USD) Antar ASEAN Luar ASEAN
1 151190 Other (CPO) 755,018.3 6,891,171.7
2 400122 Natural rubber in other forms - 2,002,665.9
3 151110 Crude oil - 1,718,092.7
4 151319 Coconut (copra) oil and its fraction 16,449.2 92,478.2 5 151321 Palm kernel or babassu oil and
fraction
- 140,892.2
6 180100 Cocoa beans, whole or broken - 24,735.2
7 151329 Palm kernel or babassu oil and fraction
- 431,873.5
8 151620 Vegetable fats and oils and their fraction
136,459.8 1,430,628.3
9 190190 Soybean 116,356.7 104,847.1
10 180400 Cocoa butter, fat, and oil 10,820.2 391,903.6
11 400110 Natural rubber latex 5,413.3 122,822.3
12 081090 Fruits 11,108.9 10,616.8
13 080300 Bananas, including plaintains, fresh 6,214.7 -
(25)
10 Dari hasil tabel 1.2, hasil perkebunan yang diekspor oleh perusahaan
perkebunan di Malaysia baik terhadap antar negara ASEAN maupun negara di
luar ASEAN adalah minyak nabati kelapa sawit (CPO), karet alam, minyak
mentah, minyak kelapa, minyak inti kelapa sawit, biji kokoa, lemak dan minyak
nabati, kedelai, mentega, lemak, dan minyak kokoa, buah- buahan, lateks karet
alam, dan pisang plaintain. Malaysia merupakan pengekspor ketiga terbesar hasil perkebunan ke negara ASEAN setelah Indonesia.
Penelitian ini merupakan replikasi dengan modifikasi dari penelitian
Fitriasrini (2012) yang berjudul “Pengaruh Company Size, Financial Leverage,
dan Profitability terhadap Income Smoothing (Studi Kasus pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun
2008-2010)”. Variabel independen yang diuji adalah company size, debt to equiy ratio, debt to total assets, return on assets, return on equity, dan net profit margin
yang memiliki pengaruh terhadap income smoothing pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2008 – 2010.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini
menggunakan perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI dan Bursa Malaysia
periode 2010–2013, sedangkan penelitian terdahulu menggunakan perusahaan
property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2008–2010. Dan penelitian
ini menggunakan tiga variabel independen dari penelitian terdahulu yaitu return on equity (ROE), debt to total assets (DAR), dan net profit margin (NPM) serta menambahkan satu variabel moderating yaitu ukuran perusahaan.
(26)
11 Dari uraian di atas, maka peneliti mengambil judul : “Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing dengan Ukuran Perusahaan
sebagai Variabel Moderating terhadap Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di BEI dan Bursa Malaysia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah return on equity (ROE), debt to total assets (DAR), net profit margin
(NPM) berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap income smoothing?
2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap hubungan antara return on equity (ROE) dan income smoothing?
3. Apakah ukuran perusahaanberpengaruh terhadap hubungan antara debt to total assets (DAR) danincome smoothing?
4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap hubungan antaranet profit margin (NPM) dan income smoothing?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh return on equity (ROE), debt to total assetss (DAR), dan net profit margin (NPM) baik secara parsial maupun simultan terhadap income smoothing.
(27)
12 2. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap hubungan
antara return on equity (ROE) terhadap income smoothing.
3. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap hubungan
antara debt to total assets (DAR) terhadap income smoothing.
4. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap hubungan
antara net profit margin (NPM) dengan income smoothing.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
perusahaan khususnya perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan Bursa Malaysia mengenai tindakan income smoothing.
2. Bagi investor
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai
praktik perataan laba (income smoothing) pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia.
Sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi investor dalam
mengambil keputusan berinvestasi yang terbaik .
3. Bagi akademisi
Dapat menambah literatur mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
praktik perataan laba (income smoothing) pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia.
(28)
13 Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memacu penelitian yang lebih
baik mengenai praktik perataan laba pada masa yang akan datang.
4. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti sendiri untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi income smoothing pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia.
5. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi tambahan untuk penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan praktik income smoothing yang sedang diteliti.
(29)
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Laporan Keuangan
2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Martani et. al. (2012:35) , pengertian laporan
keuangan adalah sebagai berikut:
Laporan keuangan menyajikan informasi perubahan posisi keuangan dan tidak diwajibkan menyediakan informasi nonkeuangan. Laporan keuangan menjelaskan kinerja entitas dalam satu periode dalam laporan laba rugi komprehensif. Informasi tentang kinerja diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi, memprediksi kemampuan entitas untuk menghasilkan kas di masa depan, serta memberikan informasi mengenai efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.
Pengertian laporan keuangan dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No.1 (2009) adalah suatu penyajian terstruktur
dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas serta
menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.Jadi,
dapat disimpulkan laporan keuangan adalah laporan yang
menyajikan informasi keuangan mengenai posisi keuangan dan
kinerja suatu entitas yang digunakan sebagai bahan pengambilan
(30)
15
2.1.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut APB Statement No. 4 dalam Yadiati (2007), tujuan laporan keuangan digolongkan sebagai berikut:
1. Tujuan Khusus
Tujuannya untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan GAAP.
2. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi, dan kewajiban perusahaan; memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba; menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba; mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan.
3. Tujuan kualitatif
Tujuan kualitatif yang dirumusakan APB Statements No. 4 adalah :
a. Relevance
Memilih informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai laporan dalam proses pengambilan keputusan.
b. Understandability
Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting tetapi juga harus informasi yang dimengerti para pemakainya.
c. Verifiability
Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama. d. Neutrality
Laporan akuntansi itu netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.
e. Timeliness
Laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat.
f. Comparability
Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun perusahaan lain.
(31)
16 g. Completeness
Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai.
Tujuan laporan keuangan dalam PSAK No.1 (2009) yaitu
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan,
dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
2.1.1.3 Jenis- jenis Laporan Keuangan
Dalam PSAK 1 (2009), laporan keuangan yang lengkap
terdiri atas:
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode merupakan laporan yang menyediakan informasi mengenai nilai dan jenis investasi perusahaan, kewajiban perusahaan kepada kreditur dan ekuitas pemilik.
2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode berfungsi untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan antara tanggal neraca. Laporan ini mencerminkan aktivitas operasi perusahaan yang menyediakan rincian pendapatan, beban, untung dan rugi perusahaan untuk suatu periode waktu serta digunakan untuk mengetahui indikasi profitabilitas perusahaan.
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode menyajikan informasi tentang perubahan- perubahan pada pos ekuitas. Laporan ini bermanfaat untuk mengidentifikasi alasan perubahan klaim pemegang ekuitas atas aktivitas perusahaan.
4. Laporan arus kas selama periode merupakan laporan yang menyajikan dan melaporkan informasi tentang arus kas masuk dan arus kas keluar bagi aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan perusahaan secara terpisah selama suatu periode tertentu.
5. Catatan atas laporankeuangan berisi informasi tambahan atas apa yangsajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan pendapatan komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi
(32)
17 mengenai pos- pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.
6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos- pos laporan keuangan, atau ketika entitas mengklasifikasikan pos- pos dalam laporan keuangannya.
2.1.1.4 Pengguna Laporan Keuangan
Menurut Martani et. al. (2012:34), pengguna laporan
keuangan menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi
kebutuhan informasi yang berbeda antara lain :
a. Investor: menilai entitas dan kemampuan entitas membayar dividen di masa mendatang.
b. Karyawan: kemampuan memberikan balas jasa, manfaat pension, dan kesempatan kerja.
c. Pemberi jaminan: kemampuan membayar utang dan bunga yang mempengaruhi keputusan apakah akan memberikan pinjaman.
d. Pemasok dan kreditur lain: kemampuan entitas
membayar liabilitasnya pada saat jatuh tempo.
e. Pelanggan: kemampuan entitas menjamin kelangsungan hidupnya.
f. Pemerintah: menilai bagaimana alokasi sumbe daya.
g. Masyarakat: menilai tren dan perkembangan
kemakmuran entitas.
2.1.2 Laba
2.1.2.1 Pengertian Laba
Menurut Stice, Stice, dan Skousen (2009:240), laba adalah
pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai
yang dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas masih
memiliki kekayaan yang sama dengan awalnya. Menurut Martani et
(33)
18 ukuran kinerja investasi (return on investement) atau kinerja saham dengan melihat laba per saham (earnings per share).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa laba merupakan selisih lebih
pendapatan dikurangi dengan biaya yang digunakan sebagai
indikator dalam mengukur kinerja perusahaan dan dasar dalam
pengambilan keputusan investasi.
2.1.2.2 Tujuan Pelaporan Laba
Pelaporan laba merupakan suatu informasi yang penting
dalam suatu perusahaan. Apabila perusahaan tidak melaporkan laba
perusahaan maka menandakan perusahaan tersebut sedang
mengalami masalah/ tidak sehat (financial distress) seperti mengalami kerugian hingga perusahaan tersebut bangkrut.
Menurut Suwardjono (2005:456), tujuan pelaporan laba
umumnya dapat digunakan antara lain:
1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi
2. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen
3. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak
4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara
5. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik
6. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang
7. Dasar kompensasi dan pembagian bonus
8. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian
perusahaan
(34)
19
2.1.3 Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan
adalah sebuah kontrak antara satu orang atau lebih pemilik (principal) yang menyewa manajer (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada
agent.Michelson et al (1995) mendefinisikan keagenan sebagai suatu hubungan berdasarkan persetujuan antara dua pihak, dimana manajemen
(agent) setuju untuk bertindak atas nama pihak lain yaitu pemilik (principal).
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa:
“If both parties to the relationship are utility maximizers there is good reason to believe that the agent will not always act in the best interests of the principal. The principal can limit divergences from his interest by establishing appropriate incentives for the agent and by incurring monitoring costs designed to limit the aberrant activities of the agent”.Dapat disimpulkan bahwa apabila hubungan principal dan agent
adalah memaksimalkan manfaat kedua belah pihak maka secara logis pihak
agen tidak akan pernah melakukan tugasnya sesuai dengan kepentingan
principal dengan baik. Pihak principal dapat membatasi perbedaan kepentingan tersebut dengan menggunakan insentif kepada pihak agen yang
menimbulkan biaya pengawasan untuk membatasi kegiatan agen yang
(35)
20 Dalam teori keagenan yang dimaksud dengan principal adalah pemilik perusahaan (pemegang saham) dan agent adalah manajemen yang diberikan wewenang dari pemegang saham untuk menjalankan perusahaan.
Diasumsikan, manajer perusahaan menginginkan kompensasi insentif atau
bonus sebesar- besarnya atas kinerjanya selama menjalankan perusahaan. Di
sisi lain, pemilik perusahaan lebih tertarik mendapatkan return sesegera mungkin dari hasil modal/saham yang diinvestasikan dalam perusahaan
tersebut. Apabila dalam hubungan antara principal dan agent terjadi masalah akan menyebabkan timbulnya asimetri informasi (asymmetric information).
Asymmetric information adalah ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen, ketika prinsipal tidak memiliki informasi
yang cukup tentang kinerja agen sebaliknya, agen memiliki lebih banyak
informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara
keseluruhan (Widyaningdyah, 2001).
Menurut Eisenhardt (1989), masalah keagenan timbul pada saat:
(1) keinginan-keinginan atau tujuan-tujuan dari prinsipal dan agen
berlawanan, dan (2) merupakan suatu hal yang sulit atau mahal bagi
prinsipal untuk melakukan verifikasi tentang apa yang benar-benar
dilakukan oleh agen.
Teori keagenan muncul untuk mengatasi masalah hubungan
(36)
21 adanya perbedaan tujuan dan informasi yang diinginkan. Teori keagenan
dilandasi oleh beberapa asumsi (Eisenhardt, 1989):
“Asumsi-asumsitersebut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu asumsi tentang sifat manusia, asumsikeorganisasian dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia menekankan bahwamanusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri (self-interest), memilikiketerbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai risiko (riskaversion). Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi,efisiensi sebagai kriteria efektivitas, dan adanya asimetri informasi antara principaldan agen. Asumsi informasi adalah bahwa informasi sebagai barang komoditi yangbisa diperjualbelikan.”
2.1.4 Teori Sinyal
Menurut Bini et. al. (2011), “The signalling theory was born at the beginning of the 1970 and is based on two main research contributions: Arrow (1972) and Spence (1973)”.Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal (Wolk, et al. 2001). Teori sinyal menunjukkan
adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak
yang berkepentingan dengan informasi tersebut (Restuti, 2007). Teori sinyal
merupakan teori bagaimana cara perusahaan memberikan sinyal terhadap
investor dan masyarakat luar.
Dalam suatu perusahaan, manajemen merupakan pihak internal yang
memiliki informasi akurat mengenai kondisi dan nilai perusahaan yang tidak
diketahui oleh pihak luar, sehingga apabila manajemen menyampaikan
informasi perusahaan ataupun mempublikasikan laporan keuangan ke pasar
(37)
22 Sinyal tersebut yang akan digunakan oleh pihak luar untuk menilai apakah
ada atau tidaknya perubahan nilai suatu perusahaan tersebut. Begitu pula
menurut Assih (2000), informasi laba yang dilaporkan manajemen
merupakan sinyal mengenai laba di masa yang akan datang bagi pengguna
laporan keuangan untuk membuat prediksi atas laba perusahaan di masa
yang akan datang.
Pratiwi (2013) menyatakan bahwa:
Dalam signalling theory, kesulitan untuk membedakan mana perusahaan yang berkualitas rendah maupun yang berkualitas tinggi dapat dihindari, karena setiap manajer perusahaan yang kualitas perusahaannya lebih tinggi akan mampu memberikan sinyal-sinyal yang lebih baik atau mahal kepada investor dibandingkan perusahaan dengan kualitas yang rendah.
2.1.5 Teori Akuntansi Positif
Watts dan Zimmerman (1986) menjelaskan tiga hipotesa yang
diaplikasikan untukmelakukan prediksi dalam teori akuntansi positif
mengenai motivasi manajemen melakukanincome smoothing. Tiga hipotesa yang dijelaskannya adalah sebagai berikut:
1. Bonus plan hypothesis
Hipotesa ini menjelaskan bahwa apabila manajemen diberikan janji bonus sesuai dengan performance perusahaan khususnya ditandai dengan laba perusahaan maka manajemen akan cenderung menggunakan metode akuntansi yang mampu memaksimalkan laba perusahaan seperti mengakui laba perusahaan yang seharusnya menjadi bagian di masa depan pada laba perusahaan tahun berjalan. Sehingga, bonus yang didapatkan oleh manajemen akan lebih besar.
2. Debt covenant hypothesis
Hipotesa ini menjelaskan bahwa apabila perusahaan ingin mengajukan permohonon pinjaman atau perjanjian utang kepada pihak eksternal (kreditur) maka perusahaan harus memenuhi syarat yang diajukan oleh pihak kreditur. Salah satu syarat yang
(38)
23 harus dipenuhi adalah kondisi keuangan perusahaan yang sehat. Kondisi keuangan perusahaan yang sehat pada umumnya memiliki kriteria memiliki laba yang relatif tinggi dan stabil, serta dapat diukur dari rasio-rasio keuangannya.
3. Political cost hypothesis
Hipotesa ini menjelaskan dampak politik dari pemilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen. Pada umumnya, semakin besar ukuran suatu perusahaan mengakibatkan perusahaan tersebut diharapkan mampu memberikan perhatian yang lebih terhadap lingkungan sekitarnya khususnya masyarakat. Jadi, perusahaan besar dengan laba yang tinggi cenderung memilih metode akuntansi yang mampu menurunkan laba perusahaannya. Ini disebabkan oleh tuntutan masyarakat yang meningkat serta pemerintah yang dapat segera mengambil kebijakan regulator.
2.1.6 Manajemen Laba
2.1.6.1 Pengertian Manajemen Laba
Akibat adanya asimetri informasi (information asymmetry) membuat pihak manajemen tertarik untuk melakukan perilaku yang
tidak semestinya (disfunctional behavior). Disfunctional behavior
yang dilakukan oleh pihak manajemen adalah tindakan
memanipulasi data dalam laporan keuangan sesuai harapan principal
walaupun tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya.
Manajemen laba merupakan salah satu tindakan manipulasi data
laporan keuangan yang paling mudah dilakukan oleh pihak
manajemen.
Menurut Sugiri (1998), pengertian manajemen laba menjadi
dua, yaitu:
1. Definisi sempit
Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam
(39)
24 artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan komponen discretionary accrual
dalam menentukan besarnya laba.
2. Definisi luas
Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.
2.1.6.2 Motivasi Manajemen Laba
Menurut Scott (2003:377), beberapa motivasi yang
mendorong manajemen melakukan earning management, antara lain sebagai berikut:
1. Motivasi bonus, yaitu manajer akan berusaha mengatur laba bersih agar dapat memaksimalkan bonusnya.
2. Motivasi kontrak, berkaitan dengan utang jangka panjang, yaitu manajer menaikkan laba bersih untuk mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami technical default. 3. Motivasi politik, aspek politis ini tidak dapat dilepaskan
dari perusahaan, khususnya perusahaan besar dan industri strategis karena aktivitasnya melibatkan hajat hidup orang banyak.
4. Motivasi pajak, pajak merupakan salah satu alasan utama perusahaan mengurangi laba bersih yang dilaporkan.
5. Pergantian CEO (Chief Executive Officer), banyak motivasi yang timbul berkaitan dengan CEO, seperti CEO yang mendekati masa pensiun akan meningkatkan bonusnya, CEO yang kurang berhasil memperbaiki kinerjanya untuk menghindari pemecatannya, CEO baru untuk menunjukkan kesalahan dari CEO sebelumnya. 6. Penawaran saham perdana (IPO), manajer perusahaan
yang going public melakukan earning management untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas sahamnya dengan harapan mendapatkan respon pasar yang positif terhadap peramalan laba sebagai sinyal dari nilai perusahaan.
7. Motivasi
informasi privat yang dimiliki perusahaan kepada investor dan kreditor.
(40)
25
2.1.6.3 Klasifikasi Manajemen Laba
Menurut Scott (2003:383) berbagai pola yang sering
dilakukan manajer dalam earning management adalah: 1. Taking a bath
Bentuk ini mengakui adanya pengakuan biaya pada periode yang akan datang dan kerugian pada periode berjalan pada saat kondisi yang tidak menguntungkan pada periode tersebut.
2. Income minimization
Bentuk ini hampir sama dengan “taking a bath” namun lebih ekstrim. Pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi, perusahaan sengaja membebankan biaya iklan, biaya penelitian dan pengembangan, hasil akuntansi untuk biaya eksplorasi, dan penghapusan atas modal dan aktiva tidak berwujud.
3. Income maximization
Pada bentuk ini, manajemen sengaja memanipulasi data akuntansi dengan melaporkan laba perusahaan yang tinggi untuk tujuan pembayaran bonus tahunan yang lebih besar. Biasanya tindakan ini dilakukan pada saat laba bersih perusahaan menurun.
4. Income smoothing
Bentuk ini mungkin yang paling menarik. Hal ini dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
2.1.7 Income Smoothing (Perataan Laba) 2.1.7.1 Pengertian Income Smoothing
Seperti kita ketahui bahwa tindakan income smoothing
(41)
26 akibat adanya teori keagenan dan teori sinyal. Beidleman (1973)
menyatakan bahwa:
“Perataan laba didefinisikan sebagai upaya yang sengaja dilakukan manajemen untuk memperkecil fluktuasi laba sehingga laba yang dilaporkan akan dianggap normal bagi suatu perusahaan atau mengurangi hal yang tidak normal dalam laba pada tingkat yang diijinkan oleh prinsip- prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat”.
MenurutFudenberg dan Tirole (1995), income smoothing is the process of manipulating the time profile of earnings or earnings reports to make the reported income stream less variable, while not increasing reported earnings over the long run. Menurut Wolk et al. (2001:421), income smoothing is hypothesis has been that managers seek to smooth income over time so that a more stable earnings stream with less year-to year variance would lead to higher firm valuation.Assih dan Gudono (2000) merjelaskan bahwa:
“rekening yang secarapotensial dapat digunakan untuk melakukan perataan laba antara lain adalahdividen yang diterima dari unconsolidated subsidiaries, penjualan aktiva tetap daninvestasi jangka panjang, investment tax credit, unusual gain and losses,investment in the common stock of other firm, transaksi investasi darinonsubsidiaries investment, discretionary accrual, dan extraordinary items”.
Dari ketiga pengertian income smoothing dapat disimpulkan bahwa income smoothing merupakan salah satu bentuk dari manajemen laba yang dilakukan oleh manajer untuk memperkecil
laba pada saat profitabilitas perusahaan sedang meningkat atau
memperbesar laba pada saat profitibiltas perusahaan sedang
(42)
27 merubah data akuntansi dalam laporan keuangan yang paling sering
dilakukan oleh manajemen perusahaan dengan tujuan untuk menarik
investor akibat laba yang terlihat stabil (konstan).
2.1.7.2 Alasan Income Smoothing
Menurut Hepworth (1953), alasan manajer melakukan
income smoothing adalah untuk mengurangi pajak, meningkatkan kepercayaan investor, mempererat hubungan antara manajer dan
karyawan, menghindari kenaikan upah/gaji karyawan, dan memiliki
dampak psikologis terhadap perekonomian. Tindakan income smoothing yang mengurangi laba dan meningkatkan biaya perusahaan menghasilkan laba yang stabil sehingga pihak investor
dapat merancang kebijakan dividen yang stabil sesuai yang
diharapkan, serta menghindari fluktuasi peningkatan laba yang
terlalu tinggi.
2.1.7.3 Tujuan Income Smoothing
Tujuan manajer melakukan income smoothing menurut Foster (1986) adalah untuk membantu pihak eksternal memprediksi
potensi perusahaan dalam memperoleh laba di masa depan yang
akan berdampak terhadap citra perusahaan tersebut dimana pihak
eksternal dapat menilai risiko maupun kondisi perusahaan tersebut.
Apabila banyak pihak eksternal yang berinvestasi pada suatu
(43)
28 tersebut akan mendapatkan kompensasi yang besar atas kinerjanya
dalam memperoleh kepercayaan pihak eksternal.
2.1.7.4 Klasifikasi Income Smoothing
Income smoothing terdiri atas dua menurut Eckel (1981), yaitu:
1. Natural smoothing terjadi akibat dari proses menghasilkan laba yang stabil
2. Intentional smoothing terjadi akibat adanya tindakan manajemen yang disengaja. Intentional smoothing juga diklasifikasikan menjadi dua, yaitu real smoothing
(mengubah transaksi ekonomi untuk menghasilkan laba yang stabil) dan artificial smoothing (meminimalkan pengungkapan aliran laba untuk menghasilkan laba yang stabil).
2.1.7.5 Teknik Income Smoothing
Menurut Ronen dan Sadan (1981), cara-cara yang dapat
digunakan oleh manajer untuk melakukan income smoothing adalah melalui waktu kejadian maupun pengakuan akuntansi, metode
alokasi, dan klasifikasi item. Manajemen dapat mengatur waktu
kejadian dengan cara memasukkan biaya yang jarang terjadi, seperti
biaya litbang (penelitian dan pengembangan) sehingga laba yang
dilaporkan menjadi kecil serta mengklasifikasikan laba atau biaya
sebagai ordinary atau extraordinary item.
(44)
29 Analisis laporan keuangan merupakan salah satu cara yang
memudahkan investor dalam melihat laporan keuangan. Harahap (2008:190)
menyatakan bahwa:
“Analisis laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungan yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain, baik antara kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.”
Manfaat analisis laporan keuangan menurut Brigham dan Houston
(2006:78) adalah:
Dari sudut pandang seorang investor, analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut padang manajemen, analisis laporan keuangan akan bermanfaat baik untuk membantu mengantisipasi kondisi-kondisi di masa depan, dan yang lebih penting, sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa di masa depan.
Menurut Syahyunan (2013:91), analisis rasio keuangan merupakan
analisis laporan keuangan yang paling populer untuk mengidentifikasi
kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan. Menurut Prihadi
(2011: 152), analisis rasio keuangan digunakan secara khusus oleh investor
dan kreditur dalam keputusan investasi atau penyaluran dana.
Menurut Brigham dan Houston (2006:79), jenis- jenis rasio
keuangan meliputi:
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo.
2. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa efektif manajemen perusahaan mengelola aktivanya.
(45)
30 3. Rasio Leverage (Leverage Ratio) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengetahui seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang dan apakah perusahaan dapat melunasi utang perusahaannya tersebut.
4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) merupakan rasio yang menunjukkan pengaruh gabungan dari kebijakan likuiditas, aktivitas, dan leverage terhadap hasil operasi.
5. Rasio Nilai Pasar (Market Value Ratio) merupakan rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham yang memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang.
2.1.9 Return on Equity (ROE)
Return on equity (ROE) adalah salah satu rasio profitabilitas yang
digunakan dalam penelitian ini. Menurut Brigham dan Houston (2006:91),
return on equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham. Menurut Harahap
(2008:305), return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka
investasikan di dalam perusahaan. Menurut Kasmir (2012:204), return on equity adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
Dari pengertian di atas, return on equity merupakan rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
dengan modal (ekuitas) perusahaan. Semakin tinggi nilai return on equity
(46)
31 laba (income smoothing). Rumus untuk menghitung rasio return on equity
adalah:
ReturnonEquity=Netincome after tax Totalequity
2.1.10 Debt to Total Assets (DAR)
Debt to total assets (DAR) merupakan salah satu rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini. Menurut Brigham dan Houston (2006:86),
debt to total assets merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur total aset yang dibiayai oleh total utang. Menurut Fahmi (2011:127), debt to total assets adalah rasio yang melihat perbandingan utang perusahaan, yaitu diperoleh dari perbandingan total utang dibagi total aset.
Pihak kreditur lebih menyukai rasio DAR yang rendah karena
semakin rendah DAR, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian
kreditor dalam peristiwa likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham akan
mengingikan leverage yang lebih besar karena dapat meningkatkan laba yang diharapkan (Brigham dan Houston, 2006:86). Dari pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa debt to total assets adalah rasio yang digunakan untuk mengukur total aset yang dibiayai oleh total utang perusahaan.
Semakin tinggi nilai debt to total assets maka semakin besar resiko yang dihadapi perusahaan sehingga manajemen akan cenderung melakukan
(47)
32
DebttoTotalAsset = Totaldebt TotalAsset
2.1.11 Net Profit Margin (NPM)
Net profit margin (NPM) merupakan rasio profitabilitas yang juga digunakan dalam penelitian ini. Menurut Brigham dan Houston (2006:89),
net profit margin adalah rasio yang dihitung dengan membagi laba bersih sesudah pajak dengan penjualan. Menurut Fahmi (2011:136), net profit margin adalah margin laba bersih sama dengan laba bersih dibagi dengan penjualan bersih. Menurut Kasmir (2012:200), net profit margin merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan laba setelah bunga dan pajak
dibandingkan dengan penjualan untuk melihat pendapatan bersih
perusahaan atau penjualan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa net profit margin
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba bersih dengan total volume penjualan perusahaan.
Semakin tinggi nilai net profit margin maka semakin besar dorongan manajemen untuk melakukan income smoothing. Rumus untuk menghitung rasio net profit margin adalah:
Net Profit Margin=Net income after tax Total sales
2.1.12 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang memberikan
(48)
33 penelitian ini diukur dari total nilai aset yang dimiliki oleh perusahaan
(Machfoedz, 1994). Ukuran perusahaan yang besar lebih menarik perhatian
investor dan masyarakat sehingga perusahaan yang berukuran besar lebih
cenderung melakukan income smoothing dibandingkan perusahaan yang berukuran kecil.
Perusahaan yang besar akan lebih berhati-hati dalam mengelola
laporan keuangan karena apabila laba perusahaan terlalu kecil akan
membuat hilangnya kepercayaan investor sedangkan apabila laba
perusahaan terlalu besar akan menarik perhatian pemerintah dalam membuat
kebijakan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan seperti pajak. Ukuran
perusahaan dapat dihitung dengan rumus:
Ukuran perusahaan=Ln Total Aset
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang berhasil ditemukan yang meneliti
pengaruh variabel rasio keuangan terhadap income smoothing menunjukkan hasil yang berbeda. Fitriasrini (2012) dalam penelitiannya yang berjudul
“PengaruhCompany Size, Financial Leverage, dan Profitability Terhadap
IncomeSmoothing (Studi Kasus pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang
Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2008 – 2010)” memberikan bukti bahwa hanya variabel company size dan debt to total equity (DER) yang berpengaruh secara parsial terhadap income smoothing, serta vairabel company size, debt to total assets, debt to total equity, return on assets, return on equity,
(49)
34 Azhari (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Analysis of Factors Influencing Income Smoothing on Manufacturing Companies of Basic and Chemical Industry Sector Listed in Indonesia Stock Exchange (2004-2008)”
memberikan bukti bahwa hanya variabel net profit margin dan operating profit margin yang berpengaruh terhadap income smoothing.
Hutagalung (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Financial Leverage, Net Profit Margin, dan Operating Profit Margin
Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Property, Real Estate, and Building Construction yang Terdaftar di BEI” memberikan bukti bahwa hanya variabel ukuran perusahaan dan operating profit margin
berpengaruh secara parsial terhadap income smoothing, serta variabel ukuran perusahaan, financial leverage, net profit margin, dan operating profit margin
berpengaruh secara simultan terhadap income smoothing.
Lubis (2012) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), Leverage Operasi Terhadap Indikasi Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia” memberikan bukti bahwa semua variabel independen yaitu return on investment, return on equity, dan leverage operasi berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen (income smoothing).
Suryandari (2012) dalam penelitiannya berjudul “Analisis Faktor- Faktor
yang Mempengaruhi Income Smoothing” memberikan bukti bahwa hanya variabel ukuran perusahaan yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap
(50)
35 yang berjudul ”Analysis of Factors Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in Indonesia” memberikan bukti bahwa semua variabel independen, yaitu firm size, return on asset, debt to total assets, dan net profit margin tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (income smoothing). Berikut ini tabel rincian hasil penelitian terdahulu:
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Variabel Kesimpulan & Hasil
Fitriasrini (2012)
PengaruhCompany
Size, Financial Leverage, dan
Profitability
Terhadap Income Smoothing (Studi
Kasus pada Perusahaan Properti
dan Real Estate
yang Listing di
Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2008 – 2010)
Variabel independen: 1.Company size
2.Debt to total assets
3.Debt to total equity
4.Return on assets
5.Return on equity
6.Net profit margin
Variabel dependen :
Income smoothing
Hasil uji F menunjukkan bahwa company size, debt to total assets, debt to total equity, return on assets, return on equity, dan net profit margin secara bersama- sama berpengaruh terhadap income smoothing.
Hasil uji t menunjukan bahwa hanya company size
dan debt to total equity
berpengaruh positif terhadap income smoothing,
sedangkan debt to total assets berpengaruh negatif terhadap income smoothing, serta return on assets, return on equity, dan net profit margin tidak berpengaruh terhadap income smoothing. Azhari (2010)
Analysis of Factors Influencing Income Smoothing on Manufacturing Companies of Basic and Chemical Industry Sector Listed in Indonesia Stock Exchange (2004-2008)
Variabel Independen : 1.Firm size
2.Net profit margin
3.Operating profit margin
4.Return on asset
5.Debt to
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hanya variabel net profit margin
dan operating profit margin
yang berpengaruh
signifikan terhadap income smoothing.
(51)
36 total assets Variabel Dependen : Income Smoothing Hutagalung (2011)
Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Financial Leverage, Net Profit Margin,
dan Operating Profit Margin
Terhadap Perataan
Laba (Income
Smoothing) pada Perusahaan
Property, Real Estate, and Building Construction yang Terdaftar di BEI
Variabel independen: 1.Ukuran perusahaan 2.Financial leverage
3.Net profit margin 4.Operating profit margin Variabel dependen : Perataan laba (income smoothing)
Hasil uji F menunjukkan bahwa ukuran perusahaan,
financial leverage, net profit margin, dan
operating profit margin
secara bersama- sama
berpengaruh terhadap
income smoothing.
Hasil uji t menunjukkan bahwa hanya ukuran perusahaan dan operating profit margin yang berpengaruh terhadap perataan laba sedangkan
financial leverage dan net profit margin tidak berpengaruh terhadap
income smoothing. Lubis
(2012)
Pengaruh Return On Investment (ROI),
Return On Equity
(ROE), Leverage
Operasi Terhadap Indikasi Perataan
Laba (Income
Smoothing) pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Variabel independen: 1.Return on investment
2.Return on equity 3.Leverage Operasi Variabel dependen : Income smoothing
Hasil uji t menunjukan bahwareturn on investment, return on equity, dan
leverage operasi berpengaruh terhadap perataan laba (income smoothing). Suryandari (2012) Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing Variabel Independen : 1.Ukuran perusahaan 2.Return on asset
3.Net profit margin
4.Debt to total assets
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap income smoothing. Sedangkan
return on asset, net profit margin, debt to total assets,
dan debt to equity tidak berpengaruh terhadap
(52)
37 5.Debt to
equity Variabel Dependen : Income Smoothing income smoothing. Sherlita dan Kurniawan (2013)
Analysis of Factors Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in Indonesia
Variabel Independen : 1.Firm size
2.Return on asset
3.Debt to total assets
4.Net profit margin Variabel Dependen : Income Smoothing Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua variabel independen yaitu
firm size, return on asset, debt to total assets, dan net profit margin tidak
berpengaruh terhadap
income smoothing.
Dari beberapa hasil penelitian terdahulu seperti yang ditunjukkan pada
tabel 2.1, maka terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian kali ini.
Persamaannya yaitu menggunakan variabel independen meliputi rasio
profitabilitas dan rasio leverage. Rasio profitabilitas dan leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio return on equity (ROE), debt to total assets
(DAR), dan net profit margin (NPM).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini
menambahkan variabel moderating yaitu ukuran perusahaan serta objek penelitian
yang diteliti merupakan perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI dan Bursa
Malaysia. Begitupula, tahun penelitian yang diamati adalah selama tahun 2010 –
2013. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil berupa apakah ROE,
DAR, dan NPM berpengaruh terhadap income smoothing serta apakah ukuran perusahaan dapat berfungsi sebagai variabel moderating yaitu memperkuat,
(53)
38 memperlemah atau tidak berpengaruh terhadap hubungan ROE, DAR, dan NPM
terhadap income smoothing pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI dan Bursa Malaysia.
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual menjelaskan bagaimana hubungan teori dengan
faktor faktor penting yang telah diketahui dalam masalah tersebut. Kerangka
konseptual penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut ini
H3 H2
H5 H3
H2
Ukuran Perusahaan (Z)
H1 Return on Equity
(ROE) X1
Debt to Total Assets (DAR)
X2
Net Profit Margin (NPM)
X3
H4
Income Smoothing
(1)
109
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test res1
N 52
Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .72139334 Most Extreme
Differences
Absolute .084
Positive .084
Negative -.084
Kolmogorov-Smirnov Z .607
Asymp. Sig. (2-tailed) .855
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea ,06000
Cases < Test Value 26 Cases >= Test Value 26
Total Cases 52
Number of Runs 32
Z 1,401
Asymp. Sig. (2-tailed) ,161 a. Median
(2)
110
Lampiran 11
Hasil Ouput SPSS Setelah Moderating
Descriptive StatisticsN Minimum Maximum Mean Std. Deviation Return on equity 52 .00 .39 .1309 .08481 Debt to total assets 52 .00 .71 .2327 .22305 Net profit margin 52 .02 7.19 .6616 1.04584 Income smoothing 52 -1.97 .99 -.1505 .85011 Ukuran
Perusahaan
52 19.46 35.52 23.4886 4.45846
Valid N (listwise) 52
Correlations Income
smoothing
Return on equity
Debt to total assets Net profit margin Ukuran Perusahaan Pearson Correlation
Income smoothing 1,000 -,312 -,464 ,226 -,121 Return on equity -,312 1,000 ,272 ,223 ,151 Debt to total assets -,464 ,272 1,000 -,295 ,353 Net profit margin ,226 ,223 -,295 1,000 -,201 Ukuran Perusahaan -,121 ,151 ,353 -,201 1,000 Sig. (1-tailed) Income smoothing . ,012 ,000 ,054 ,196 Return on equity ,012 . ,026 ,056 ,142 Debt to total assets ,000 ,026 . ,017 ,005 Net profit margin ,054 ,056 ,017 . ,077 Ukuran Perusahaan ,196 ,142 ,005 ,077 .
N Income smoothing 52 52 52 52 52
Return on equity 52 52 52 52 52
Debt to total assets 52 52 52 52 52
Net profit margin 52 52 52 52 52
Ukuran Perusahaan 52 52 52 52 52
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,535a ,286 ,226 ,74805
a. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Return on equity, Net profit margin, Debt to total assets
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 10,557 4 2,639 4,716 ,003a
Residual 26,301 47 ,560
Total 36,857 51
a. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Return on equity, Net profit margin, Debt to total assets
(3)
111
Coefficientsa Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) -2,025 3,696 -,548 ,586
Return on equity -2,702 1,367 -,270 -1,977 ,054 ,817 1,225 Debt to total assets -1,386 ,547 -,364 -2,536 ,015 ,738 1,354 Net profit margin ,159 ,112 ,196 1,423 ,161 ,799 1,252 Ukuran Perusahaan ,084 ,129 ,087 ,655 ,515 ,856 1,169 a. Dependent Variable: Income smoothing
Collinearity Diagnosticsa Model Dimension
Eigenvalue
Condition Index
Variance Proportions
(Constant)
Return on equity
Debt to total assets
Net profit margin
Ukuran Perusahaan 1
dimension1
1 3,755 1,000 ,00 ,01 ,02 ,02 ,00
2 ,795 2,173 ,00 ,00 ,13 ,51 ,00
3 ,264 3,773 ,00 ,03 ,55 ,26 ,00
4 ,186 4,495 ,00 ,95 ,25 ,19 ,00
5 ,000 98,088 1,00 ,01 ,06 ,02 1,00
(4)
(5)
113
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 52
Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation ,71812051 Most Extreme Differences Absolute ,105
Positive ,079
Negative -,105
Kolmogorov-Smirnov Z ,754
Asymp. Sig. (2-tailed) ,620
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea ,02934
Cases < Test Value 26 Cases >= Test Value 26
Total Cases 52
Number of Runs 32
Z 1,401
Asymp. Sig. (2-tailed) ,161 a. Median
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,655 ,197 -3,322 ,002
Zscore(ROE) Return on equity -,328 ,110 -,385 -2,968 ,005 Zscore(Ukuran) Ukuran
Perusahaan
-,089 ,108 -,105 -,827 ,412
ABS(ROE-Ukuran) ,467 ,154 ,391 3,028 ,004 a. Dependent Variable: Income smoothing
Adjusted R2 = 0.200
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,482 ,192 -2,513 ,015
Zscore(DAR) Debt to total assets
-,401 ,111 -,472 -3,601 ,001
Zscore(Ukuran) Ukuran Perusahaan
-,025 ,116 -,030 -,219 ,828
ABS(DAR-Ukuran) ,354 ,173 ,262 2,050 ,046 a. Dependent Variable: Income smoothing
(6)
114
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,435 ,191 2,279 ,027
Zscore(NPM) Net profit margin ,608 ,159 ,715 3,821 ,000 Zscore(Ukuran) Ukuran
Perusahaan
-,028 ,108 -,033 -,257 ,798
ABS(NPM-Ukuran) -,531 ,145 -,674 -3,664 ,001 a. Dependent Variable: Income smoothing