Tinjauan Teoritis Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing Dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia)

14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Laporan Keuangan

2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Martani et. al. 2012:35 , pengertian laporan keuangan adalah sebagai berikut: Laporan keuangan menyajikan informasi perubahan posisi keuangan dan tidak diwajibkan menyediakan informasi nonkeuangan. Laporan keuangan menjelaskan kinerja entitas dalam satu periode dalam laporan laba rugi komprehensif. Informasi tentang kinerja diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi, memprediksi kemampuan entitas untuk menghasilkan kas di masa depan, serta memberikan informasi mengenai efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Pengertian laporan keuangan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 2009 adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas serta menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.Jadi, dapat disimpulkan laporan keuangan adalah laporan yang menyajikan informasi keuangan mengenai posisi keuangan dan kinerja suatu entitas yang digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang berkepentingan. 15

2.1.1.2 Tujuan Laporan Keuangan

Menurut APB Statement No. 4 dalam Yadiati 2007, tujuan laporan keuangan digolongkan sebagai berikut: 1. Tujuan Khusus Tujuannya untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan GAAP. 2. Tujuan Umum Tujuan umum adalah memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi, dan kewajiban perusahaan; memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba; menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba; mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan. 3. Tujuan kualitatif Tujuan kualitatif yang dirumusakan APB Statements No. 4 adalah : a. Relevance Memilih informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai laporan dalam proses pengambilan keputusan. b. Understandability Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting tetapi juga harus informasi yang dimengerti para pemakainya. c. Verifiability Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama. d. Neutrality Laporan akuntansi itu netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. e. Timeliness Laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat. f. Comparability Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun perusahaan lain. 16 g. Completeness Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai. Tujuan laporan keuangan dalam PSAK No.1 2009 yaitu memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.

2.1.1.3 Jenis- jenis Laporan Keuangan

Dalam PSAK 1 2009, laporan keuangan yang lengkap terdiri atas: 1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode merupakan laporan yang menyediakan informasi mengenai nilai dan jenis investasi perusahaan, kewajiban perusahaan kepada kreditur dan ekuitas pemilik. 2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode berfungsi untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan antara tanggal neraca. Laporan ini mencerminkan aktivitas operasi perusahaan yang menyediakan rincian pendapatan, beban, untung dan rugi perusahaan untuk suatu periode waktu serta digunakan untuk mengetahui indikasi profitabilitas perusahaan. 3. Laporan perubahan ekuitas selama periode menyajikan informasi tentang perubahan- perubahan pada pos ekuitas. Laporan ini bermanfaat untuk mengidentifikasi alasan perubahan klaim pemegang ekuitas atas aktivitas perusahaan. 4. Laporan arus kas selama periode merupakan laporan yang menyajikan dan melaporkan informasi tentang arus kas masuk dan arus kas keluar bagi aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan perusahaan secara terpisah selama suatu periode tertentu. 5. Catatan atas laporankeuangan berisi informasi tambahan atas apa yangsajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan pendapatan komprehensif, laporan laba rugi terpisah jika disajikan, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi 17 mengenai pos- pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan. 6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos- pos laporan keuangan, atau ketika entitas mengklasifikasikan pos- pos dalam laporan keuangannya.

2.1.1.4 Pengguna Laporan Keuangan

Menurut Martani et. al. 2012:34, pengguna laporan keuangan menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang berbeda antara lain : a. Investor: menilai entitas dan kemampuan entitas membayar dividen di masa mendatang. b. Karyawan: kemampuan memberikan balas jasa, manfaat pension, dan kesempatan kerja. c. Pemberi jaminan: kemampuan membayar utang dan bunga yang mempengaruhi keputusan apakah akan memberikan pinjaman. d. Pemasok dan kreditur lain: kemampuan entitas membayar liabilitasnya pada saat jatuh tempo. e. Pelanggan: kemampuan entitas menjamin kelangsungan hidupnya. f. Pemerintah: menilai bagaimana alokasi sumbe daya. g. Masyarakat: menilai tren dan perkembangan kemakmuran entitas.

2.1.2 Laba

2.1.2.1 Pengertian Laba

Menurut Stice, Stice, dan Skousen 2009:240, laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang sama dengan awalnya. Menurut Martani et al 2012:44, laba digunakan sebagai ukuran kinerja dan dasar bagi 18 ukuran kinerja investasi return on investement atau kinerja saham dengan melihat laba per saham earnings per share. Jadi, dapat disimpulkan bahwa laba merupakan selisih lebih pendapatan dikurangi dengan biaya yang digunakan sebagai indikator dalam mengukur kinerja perusahaan dan dasar dalam pengambilan keputusan investasi.

2.1.2.2 Tujuan Pelaporan Laba

Pelaporan laba merupakan suatu informasi yang penting dalam suatu perusahaan. Apabila perusahaan tidak melaporkan laba perusahaan maka menandakan perusahaan tersebut sedang mengalami masalah tidak sehat financial distress seperti mengalami kerugian hingga perusahaan tersebut bangkrut. Menurut Suwardjono 2005:456, tujuan pelaporan laba umumnya dapat digunakan antara lain: 1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi 2. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen 3. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak 4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara 5. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik 6. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang 7. Dasar kompensasi dan pembagian bonus 8. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan 9. Dasar pembagian dividen 19

2.1.3 Teori Keagenan

Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara satu orang atau lebih pemilik principal yang menyewa manajer agent untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agent.Michelson et al 1995 mendefinisikan keagenan sebagai suatu hubungan berdasarkan persetujuan antara dua pihak, dimana manajemen agent setuju untuk bertindak atas nama pihak lain yaitu pemilik principal. Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa: “If both parties to the relationship are utility maximizers there is good reason to believe that the agent will not always act in the best interests of the principal. The principal can limit divergences from his interest by establishing appropriate incentives for the agent and by incurring monitoring costs designed to limit the aberrant activities of the agent”.Dapat disimpulkan bahwa apabila hubungan principal dan agent adalah memaksimalkan manfaat kedua belah pihak maka secara logis pihak agen tidak akan pernah melakukan tugasnya sesuai dengan kepentingan principal dengan baik. Pihak principal dapat membatasi perbedaan kepentingan tersebut dengan menggunakan insentif kepada pihak agen yang menimbulkan biaya pengawasan untuk membatasi kegiatan agen yang menyimpang. 20 Dalam teori keagenan yang dimaksud dengan principal adalah pemilik perusahaan pemegang saham dan agent adalah manajemen yang diberikan wewenang dari pemegang saham untuk menjalankan perusahaan. Diasumsikan, manajer perusahaan menginginkan kompensasi insentif atau bonus sebesar- besarnya atas kinerjanya selama menjalankan perusahaan. Di sisi lain, pemilik perusahaan lebih tertarik mendapatkan return sesegera mungkin dari hasil modalsaham yang diinvestasikan dalam perusahaan tersebut. Apabila dalam hubungan antara principal dan agent terjadi masalah akan menyebabkan timbulnya asimetri informasi asymmetric information. Asymmetric information adalah ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen, ketika prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen sebaliknya, agen memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan Widyaningdyah, 2001. Menurut Eisenhardt 1989, masalah keagenan timbul pada saat: 1 keinginan-keinginan atau tujuan-tujuan dari prinsipal dan agen berlawanan, dan 2 merupakan suatu hal yang sulit atau mahal bagi prinsipal untuk melakukan verifikasi tentang apa yang benar-benar dilakukan oleh agen. Teori keagenan muncul untuk mengatasi masalah hubungan keagenan yang muncul antara pihak pemegang saham dan manajer karena 21 adanya perbedaan tujuan dan informasi yang diinginkan. Teori keagenan dilandasi oleh beberapa asumsi Eisenhardt, 1989: “ Asumsi-asumsitersebut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu asumsi tentang sifat manusia, asumsikeorganisasian dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia menekankan bahwamanusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri self-interest, memilikiketerbatasan rasionalitas bounded rationality, dan tidak menyukai risiko riskaversion. Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi,efisiensi sebagai kriteria efektivitas, dan adanya asimetri informasi antara principaldan agen. Asumsi informasi adalah bahwa informasi sebagai barang komoditi yangbisa diperjualbelikan.”

2.1.4 Teori Sinyal

Menurut Bini et. al. 2011, “ The signalling theory was born at the beginning of the 1970 and is based on two main research contributions: Arrow 1972 and Spence 1973”.Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal Wolk, et al. 2001. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut Restuti, 2007. Teori sinyal merupakan teori bagaimana cara perusahaan memberikan sinyal terhadap investor dan masyarakat luar. Dalam suatu perusahaan, manajemen merupakan pihak internal yang memiliki informasi akurat mengenai kondisi dan nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh pihak luar, sehingga apabila manajemen menyampaikan informasi perusahaan ataupun mempublikasikan laporan keuangan ke pasar maka informasi tersebut dianggap sebagai suatu sinyal bagi pihak luar. 22 Sinyal tersebut yang akan digunakan oleh pihak luar untuk menilai apakah ada atau tidaknya perubahan nilai suatu perusahaan tersebut. Begitu pula menurut Assih 2000, informasi laba yang dilaporkan manajemen merupakan sinyal mengenai laba di masa yang akan datang bagi pengguna laporan keuangan untuk membuat prediksi atas laba perusahaan di masa yang akan datang. Pratiwi 2013 menyatakan bahwa: Dalam signalling theory, kesulitan untuk membedakan mana perusahaan yang berkualitas rendah maupun yang berkualitas tinggi dapat dihindari, karena setiap manajer perusahaan yang kualitas perusahaannya lebih tinggi akan mampu memberikan sinyal-sinyal yang lebih baik atau mahal kepada investor dibandingkan perusahaan dengan kualitas yang rendah.

2.1.5 Teori Akuntansi Positif

Watts dan Zimmerman 1986 menjelaskan tiga hipotesa yang diaplikasikan untukmelakukan prediksi dalam teori akuntansi positif mengenai motivasi manajemen melakukanincome smoothing. Tiga hipotesa yang dijelaskannya adalah sebagai berikut: 1. Bonus plan hypothesis Hipotesa ini menjelaskan bahwa apabila manajemen diberikan janji bonus sesuai dengan performance perusahaan khususnya ditandai dengan laba perusahaan maka manajemen akan cenderung menggunakan metode akuntansi yang mampu memaksimalkan laba perusahaan seperti mengakui laba perusahaan yang seharusnya menjadi bagian di masa depan pada laba perusahaan tahun berjalan. Sehingga, bonus yang didapatkan oleh manajemen akan lebih besar. 2. Debt covenant hypothesis Hipotesa ini menjelaskan bahwa apabila perusahaan ingin mengajukan permohonon pinjaman atau perjanjian utang kepada pihak eksternal kreditur maka perusahaan harus memenuhi syarat yang diajukan oleh pihak kreditur. Salah satu syarat yang 23 harus dipenuhi adalah kondisi keuangan perusahaan yang sehat. Kondisi keuangan perusahaan yang sehat pada umumnya memiliki kriteria memiliki laba yang relatif tinggi dan stabil, serta dapat diukur dari rasio-rasio keuangannya. 3. Political cost hypothesis Hipotesa ini menjelaskan dampak politik dari pemilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen. Pada umumnya, semakin besar ukuran suatu perusahaan mengakibatkan perusahaan tersebut diharapkan mampu memberikan perhatian yang lebih terhadap lingkungan sekitarnya khususnya masyarakat. Jadi, perusahaan besar dengan laba yang tinggi cenderung memilih metode akuntansi yang mampu menurunkan laba perusahaannya. Ini disebabkan oleh tuntutan masyarakat yang meningkat serta pemerintah yang dapat segera mengambil kebijakan regulator.

2.1.6 Manajemen Laba

2.1.6.1 Pengertian Manajemen Laba

Akibat adanya asimetri informasi information asymmetry membuat pihak manajemen tertarik untuk melakukan perilaku yang tidak semestinya disfunctional behavior. Disfunctional behavior yang dilakukan oleh pihak manajemen adalah tindakan memanipulasi data dalam laporan keuangan sesuai harapan principal walaupun tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Manajemen laba merupakan salah satu tindakan manipulasi data laporan keuangan yang paling mudah dilakukan oleh pihak manajemen. Menurut Sugiri 1998, pengertian manajemen laba menjadi dua, yaitu: 1. Definisi sempit Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam 24 artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan komponen discretionary accrual dalam menentukan besarnya laba. 2. Definisi luas Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan penurunan profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.

2.1.6.2 Motivasi Manajemen Laba

Menurut Scott 2003:377, beberapa motivasi yang mendorong manajemen melakukan earning management, antara lain sebagai berikut: 1. Motivasi bonus, yaitu manajer akan berusaha mengatur laba bersih agar dapat memaksimalkan bonusnya. 2. Motivasi kontrak, berkaitan dengan utang jangka panjang, yaitu manajer menaikkan laba bersih untuk mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami technical default. 3. Motivasi politik, aspek politis ini tidak dapat dilepaskan dari perusahaan, khususnya perusahaan besar dan industri strategis karena aktivitasnya melibatkan hajat hidup orang banyak. 4. Motivasi pajak, pajak merupakan salah satu alasan utama perusahaan mengurangi laba bersih yang dilaporkan. 5. Pergantian CEO Chief Executive Officer, banyak motivasi yang timbul berkaitan dengan CEO, seperti CEO yang mendekati masa pensiun akan meningkatkan bonusnya, CEO yang kurang berhasil memperbaiki kinerjanya untuk menghindari pemecatannya, CEO baru untuk menunjukkan kesalahan dari CEO sebelumnya. 6. Penawaran saham perdana IPO, manajer perusahaan yang going public melakukan earning management untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas sahamnya dengan harapan mendapatkan respon pasar yang positif terhadap peramalan laba sebagai sinyal dari nilai perusahaan. 7. Motivasi pasar modal, misalnya untuk mengungkapkan informasi privat yang dimiliki perusahaan kepada investor dan kreditor. 25

2.1.6.3 Klasifikasi Manajemen Laba

Menurut Scott 2003:383 berbagai pola yang sering dilakukan manajer dalam earning management adalah: 1. Taking a bath Bentuk ini mengakui adanya pengakuan biaya pada periode yang akan datang dan kerugian pada periode berjalan pada saat kondisi yang tidak menguntungkan pada periode tersebut. 2. Income minimization Bentuk ini hampir sama dengan “taking a bath” namun lebih ekstrim. Pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi, perusahaan sengaja membebankan biaya iklan, biaya penelitian dan pengembangan, hasil akuntansi untuk biaya eksplorasi, dan penghapusan atas modal dan aktiva tidak berwujud. 3. Income maximization Pada bentuk ini, manajemen sengaja memanipulasi data akuntansi dengan melaporkan laba perusahaan yang tinggi untuk tujuan pembayaran bonus tahunan yang lebih besar. Biasanya tindakan ini dilakukan pada saat laba bersih perusahaan menurun. 4. Income smoothing Bentuk ini mungkin yang paling menarik. Hal ini dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

2.1.7 Income Smoothing Perataan Laba

2.1.7.1 Pengertian Income Smoothing

Seperti kita ketahui bahwa tindakan income smoothing merupakan bagian dari manajemen laba. Income smoothing timbul 26 akibat adanya teori keagenan dan teori sinyal. Beidleman 1973 menyatakan bahwa: “Perataan laba didefinisikan sebagai upaya yang sengaja dilakukan manajemen untuk memperkecil fluktuasi laba sehingga laba yang dilaporkan akan dianggap normal bagi suatu perusahaan atau mengurangi hal yang tidak normal dalam laba pada tingkat yang diijinkan oleh prinsip- prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat”. MenurutFudenberg dan Tirole 1995, income smoothing is the process of manipulating the time profile of earnings or earnings reports to make the reported income stream less variable, while not increasing reported earnings over the long run. Menurut Wolk et al. 2001:421, income smoothing is hypothesis has been that managers seek to smooth income over time so that a more stable earnings stream with less year-to year variance would lead to higher firm valuation.Assih dan Gudono 2000 merjelaskan bahwa: “rekening yang secarapotensial dapat digunakan untuk melakukan perataan laba antara lain adalahdividen yang diterima dari unconsolidated subsidiaries, penjualan aktiva tetap daninvestasi jangka panjang, investment tax credit, unusual gain and losses,investment in the common stock of other firm, transaksi investasi darinonsubsidiaries investment, discretionary accrual, dan extraordinary items”. Dari ketiga pengertian income smoothing dapat disimpulkan bahwa income smoothing merupakan salah satu bentuk dari manajemen laba yang dilakukan oleh manajer untuk memperkecil laba pada saat profitabilitas perusahaan sedang meningkat atau memperbesar laba pada saat profitibiltas perusahaan sedang menurun. Income smoothing juga dapat diartikan sebagai tindakan 27 merubah data akuntansi dalam laporan keuangan yang paling sering dilakukan oleh manajemen perusahaan dengan tujuan untuk menarik investor akibat laba yang terlihat stabil konstan.

2.1.7.2 Alasan Income Smoothing

Menurut Hepworth 1953, alasan manajer melakukan income smoothing adalah untuk mengurangi pajak, meningkatkan kepercayaan investor, mempererat hubungan antara manajer dan karyawan, menghindari kenaikan upahgaji karyawan, dan memiliki dampak psikologis terhadap perekonomian. Tindakan income smoothing yang mengurangi laba dan meningkatkan biaya perusahaan menghasilkan laba yang stabil sehingga pihak investor dapat merancang kebijakan dividen yang stabil sesuai yang diharapkan, serta menghindari fluktuasi peningkatan laba yang terlalu tinggi.

2.1.7.3 Tujuan Income Smoothing

Tujuan manajer melakukan income smoothing menurut Foster 1986 adalah untuk membantu pihak eksternal memprediksi potensi perusahaan dalam memperoleh laba di masa depan yang akan berdampak terhadap citra perusahaan tersebut dimana pihak eksternal dapat menilai risiko maupun kondisi perusahaan tersebut. Apabila banyak pihak eksternal yang berinvestasi pada suatu perusahaan, maka secara tidak langsung manajemen perusahaan 28 tersebut akan mendapatkan kompensasi yang besar atas kinerjanya dalam memperoleh kepercayaan pihak eksternal.

2.1.7.4 Klasifikasi Income Smoothing

Income smoothing terdiri atas dua menurut Eckel 1981, yaitu: 1. Natural smoothing terjadi akibat dari proses menghasilkan laba yang stabil 2. Intentional smoothing terjadi akibat adanya tindakan manajemen yang disengaja. Intentional smoothing juga diklasifikasikan menjadi dua, yaitu real smoothing mengubah transaksi ekonomi untuk menghasilkan laba yang stabil dan artificial smoothing meminimalkan pengungkapan aliran laba untuk menghasilkan laba yang stabil.

2.1.7.5 Teknik Income Smoothing

Menurut Ronen dan Sadan 1981, cara-cara yang dapat digunakan oleh manajer untuk melakukan income smoothing adalah melalui waktu kejadian maupun pengakuan akuntansi, metode alokasi, dan klasifikasi item. Manajemen dapat mengatur waktu kejadian dengan cara memasukkan biaya yang jarang terjadi, seperti biaya litbang penelitian dan pengembangan sehingga laba yang dilaporkan menjadi kecil serta mengklasifikasikan laba atau biaya sebagai ordinary atau extraordinary item.

2.1.8 Analisis Laporan Keuangan

29 Analisis laporan keuangan merupakan salah satu cara yang memudahkan investor dalam melihat laporan keuangan. Harahap 2008:190 menyatakan bahwa: “Analisis laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungan yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain, baik antara kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.” Manfaat analisis laporan keuangan menurut Brigham dan Houston 2006:78 adalah: Dari sudut pandang seorang investor, analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut padang manajemen, analisis laporan keuangan akan bermanfaat baik untuk membantu mengantisipasi kondisi-kondisi di masa depan, dan yang lebih penting, sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa di masa depan. Menurut Syahyunan 2013:91, analisis rasio keuangan merupakan analisis laporan keuangan yang paling populer untuk mengidentifikasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan. Menurut Prihadi 2011: 152, analisis rasio keuangan digunakan secara khusus oleh investor dan kreditur dalam keputusan investasi atau penyaluran dana. Menurut Brigham dan Houston 2006:79, jenis- jenis rasio keuangan meliputi: 1. Rasio Likuiditas Liquidity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. 2. Rasio Aktivitas Activity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa efektif manajemen perusahaan mengelola aktivanya. 30 3. Rasio Leverage Leverage Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang dan apakah perusahaan dapat melunasi utang perusahaannya tersebut. 4. Rasio Profitabilitas Profitability Ratio merupakan rasio yang menunjukkan pengaruh gabungan dari kebijakan likuiditas, aktivitas, dan leverage terhadap hasil operasi. 5. Rasio Nilai Pasar Market Value Ratio merupakan rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham yang memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang.

2.1.9 Return on Equity ROE

Return on equity ROE adalah salah satu rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini. Menurut Brigham dan Houston 2006:91, return on equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham. Menurut Harahap 2008:305, return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan income yang tersedia bagi para pemilik perusahaan baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Menurut Kasmir 2012:204, return on equity adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Dari pengertian di atas, return on equity merupakan rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dengan modal ekuitas perusahaan. Semakin tinggi nilai return on equity akan memaksimalkan usaha perusahaan untuk melakukan tindakan perataan 31 laba income smoothing. Rumus untuk menghitung rasio return on equity adalah: ReturnonEquity= Netincome after tax Totalequity

2.1.10 Debt to Total Assets DAR

Debt to total assets DAR merupakan salah satu rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini. Menurut Brigham dan Houston 2006:86, debt to total assets merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur total aset yang dibiayai oleh total utang. Menurut Fahmi 2011:127, debt to total assets adalah rasio yang melihat perbandingan utang perusahaan, yaitu diperoleh dari perbandingan total utang dibagi total aset. Pihak kreditur lebih menyukai rasio DAR yang rendah karena semakin rendah DAR, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditor dalam peristiwa likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham akan mengingikan leverage yang lebih besar karena dapat meningkatkan laba yang diharapkan Brigham dan Houston, 2006:86. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa debt to total assets adalah rasio yang digunakan untuk mengukur total aset yang dibiayai oleh total utang perusahaan. Semakin tinggi nilai debt to total assets maka semakin besar resiko yang dihadapi perusahaan sehingga manajemen akan cenderung melakukan perataan laba. Rumus untuk menghitung rasio total debt to assets adalah: 32 DebttoTotalAsset = Totaldebt TotalAsset

2.1.11 Net Profit Margin NPM

Net profit margin NPM merupakan rasio profitabilitas yang juga digunakan dalam penelitian ini. Menurut Brigham dan Houston 2006:89, net profit margin adalah rasio yang dihitung dengan membagi laba bersih sesudah pajak dengan penjualan. Menurut Fahmi 2011:136, net profit margin adalah margin laba bersih sama dengan laba bersih dibagi dengan penjualan bersih. Menurut Kasmir 2012:200, net profit margin merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan untuk melihat pendapatan bersih perusahaan atau penjualan. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih dengan total volume penjualan perusahaan. Semakin tinggi nilai net profit margin maka semakin besar dorongan manajemen untuk melakukan income smoothing. Rumus untuk menghitung rasio net profit margin adalah: Net Profit Margin= Net income after tax Total sales

2.1.12 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang memberikan gambaran besar kecilnya perusahaan dimana ukuran perusahaan dalam 33 penelitian ini diukur dari total nilai aset yang dimiliki oleh perusahaan Machfoedz, 1994. Ukuran perusahaan yang besar lebih menarik perhatian investor dan masyarakat sehingga perusahaan yang berukuran besar lebih cenderung melakukan income smoothing dibandingkan perusahaan yang berukuran kecil. Perusahaan yang besar akan lebih berhati-hati dalam mengelola laporan keuangan karena apabila laba perusahaan terlalu kecil akan membuat hilangnya kepercayaan investor sedangkan apabila laba perusahaan terlalu besar akan menarik perhatian pemerintah dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan seperti pajak. Ukuran perusahaan dapat dihitung dengan rumus: Ukuran perusahaan=Ln Total Aset

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Judgement dengan Task Complexity Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

9 34 136

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014.

1 3 20

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INCOME SMOOTHING PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA.

2 3 22

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia m.anas

0 0 109

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia IMG 20151207 0024

0 0 1

SKRIPSI DEWI LESTARI

0 0 100

Skripsi Rini Dwiyanti

1 3 112

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing Dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia)

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing Dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia

0 1 13

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing Dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia)

0 0 13