14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Laporan Keuangan
2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Martani et. al. 2012:35 , pengertian laporan keuangan adalah sebagai berikut:
Laporan keuangan menyajikan informasi perubahan posisi keuangan dan tidak diwajibkan menyediakan informasi
nonkeuangan. Laporan keuangan menjelaskan kinerja entitas dalam satu periode dalam laporan laba rugi
komprehensif. Informasi tentang kinerja diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi,
memprediksi kemampuan entitas untuk menghasilkan kas di masa depan, serta memberikan informasi mengenai efisiensi
dan efektivitas pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.
Pengertian laporan keuangan dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No.1 2009 adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas serta
menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.Jadi,
dapat disimpulkan laporan keuangan adalah laporan yang menyajikan informasi keuangan mengenai posisi keuangan dan
kinerja suatu entitas yang digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
15
2.1.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut APB Statement No. 4 dalam Yadiati 2007, tujuan laporan keuangan digolongkan sebagai berikut:
1. Tujuan Khusus Tujuannya untuk menyajikan laporan posisi keuangan,
hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan GAAP.
2. Tujuan Umum Tujuan umum adalah memberikan informasi yang
terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi, dan kewajiban perusahaan; memberikan informasi yang
terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba; menaksir
informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba;
mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan.
3. Tujuan kualitatif Tujuan kualitatif yang dirumusakan APB Statements No. 4
adalah : a. Relevance
Memilih informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai laporan dalam proses pengambilan
keputusan.
b. Understandability Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja
yang penting tetapi juga harus informasi yang dimengerti para pemakainya.
c. Verifiability Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak
lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama. d. Neutrality
Laporan akuntansi itu netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.
e. Timeliness Laporan akuntansi hanya bermanfaat
untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat
yang tepat. f.
Comparability Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan,
artinya akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun perusahaan lain.
16 g. Completeness
Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai.
Tujuan laporan keuangan dalam PSAK No.1 2009 yaitu
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
2.1.1.3 Jenis- jenis Laporan Keuangan
Dalam PSAK 1 2009, laporan keuangan yang lengkap terdiri atas:
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode merupakan laporan yang menyediakan informasi mengenai nilai dan
jenis investasi perusahaan, kewajiban perusahaan kepada kreditur dan ekuitas pemilik.
2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode berfungsi untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan antara
tanggal neraca. Laporan ini mencerminkan aktivitas operasi perusahaan yang menyediakan rincian pendapatan,
beban, untung dan rugi perusahaan untuk suatu periode waktu serta digunakan untuk mengetahui indikasi
profitabilitas perusahaan.
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode menyajikan informasi tentang perubahan- perubahan pada pos ekuitas.
Laporan ini bermanfaat untuk mengidentifikasi alasan perubahan klaim pemegang ekuitas atas aktivitas
perusahaan.
4. Laporan arus kas selama periode merupakan laporan yang menyajikan dan melaporkan informasi tentang arus kas
masuk dan arus kas keluar bagi aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan perusahaan secara terpisah selama suatu
periode tertentu.
5. Catatan atas laporankeuangan berisi informasi tambahan atas apa yangsajikan dalam laporan posisi keuangan,
laporan pendapatan komprehensif, laporan laba rugi terpisah jika disajikan, laporan perubahan ekuitas dan
laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos yang
disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi
17 mengenai pos- pos yang tidak memenuhi kriteria
pengakuan dalam laporan keuangan. 6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif
disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian
kembali pos- pos laporan keuangan, atau ketika entitas mengklasifikasikan pos- pos dalam laporan keuangannya.
2.1.1.4 Pengguna Laporan Keuangan
Menurut Martani et. al. 2012:34, pengguna laporan keuangan menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi
kebutuhan informasi yang berbeda antara lain : a. Investor: menilai entitas dan kemampuan entitas
membayar dividen di masa mendatang. b. Karyawan: kemampuan memberikan balas jasa, manfaat
pension, dan kesempatan kerja. c. Pemberi jaminan: kemampuan membayar utang dan
bunga yang mempengaruhi keputusan apakah akan memberikan pinjaman.
d. Pemasok dan kreditur lain: kemampuan entitas membayar liabilitasnya pada saat jatuh tempo.
e. Pelanggan: kemampuan entitas menjamin kelangsungan hidupnya.
f. Pemerintah: menilai bagaimana alokasi sumbe daya.
g. Masyarakat: menilai tren dan perkembangan kemakmuran entitas.
2.1.2 Laba
2.1.2.1 Pengertian Laba
Menurut Stice, Stice, dan Skousen 2009:240, laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai
yang dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang sama dengan awalnya. Menurut Martani et
al 2012:44, laba digunakan sebagai ukuran kinerja dan dasar bagi
18 ukuran kinerja investasi return on investement atau kinerja saham
dengan melihat laba per saham earnings per share. Jadi, dapat disimpulkan bahwa laba merupakan selisih lebih
pendapatan dikurangi dengan biaya yang digunakan sebagai indikator dalam mengukur kinerja perusahaan dan dasar dalam
pengambilan keputusan investasi.
2.1.2.2 Tujuan Pelaporan Laba
Pelaporan laba merupakan suatu informasi yang penting dalam suatu perusahaan. Apabila perusahaan tidak melaporkan laba
perusahaan maka menandakan perusahaan tersebut sedang mengalami masalah tidak sehat financial distress seperti
mengalami kerugian hingga perusahaan tersebut bangkrut. Menurut Suwardjono 2005:456, tujuan pelaporan laba
umumnya dapat digunakan antara lain: 1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam
dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi
2. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen
3. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak 4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu
negara 5. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam
perusahaan publik 6. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak
utang 7. Dasar kompensasi dan pembagian bonus
8. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan
9. Dasar pembagian dividen
19
2.1.3 Teori Keagenan
Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara satu orang atau lebih pemilik principal yang
menyewa manajer agent untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada
agent.Michelson et al 1995 mendefinisikan keagenan sebagai suatu hubungan berdasarkan persetujuan antara dua pihak, dimana manajemen
agent setuju untuk bertindak atas nama pihak lain yaitu pemilik principal.
Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa: “If both parties to the relationship are utility maximizers there is good
reason to believe that the agent will not always act in the best interests of the principal. The principal can limit divergences from his interest by
establishing appropriate incentives for the agent and by incurring monitoring costs designed to limit the aberrant activities of the
agent”.Dapat disimpulkan bahwa apabila hubungan principal dan agent adalah memaksimalkan manfaat kedua belah pihak maka secara logis pihak
agen tidak akan pernah melakukan tugasnya sesuai dengan kepentingan principal dengan baik. Pihak principal dapat membatasi perbedaan
kepentingan tersebut dengan menggunakan insentif kepada pihak agen yang menimbulkan biaya pengawasan untuk membatasi kegiatan agen yang
menyimpang.
20 Dalam teori keagenan yang dimaksud dengan principal adalah
pemilik perusahaan pemegang saham dan agent adalah manajemen yang diberikan wewenang dari pemegang saham untuk menjalankan perusahaan.
Diasumsikan, manajer perusahaan menginginkan kompensasi insentif atau bonus sebesar- besarnya atas kinerjanya selama menjalankan perusahaan. Di
sisi lain, pemilik perusahaan lebih tertarik mendapatkan return sesegera mungkin dari hasil modalsaham yang diinvestasikan dalam perusahaan
tersebut. Apabila dalam hubungan antara principal dan agent terjadi masalah akan menyebabkan timbulnya asimetri informasi asymmetric
information. Asymmetric information adalah ketidakseimbangan informasi yang
dimiliki oleh prinsipal dan agen, ketika prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen sebaliknya, agen memiliki lebih banyak
informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan Widyaningdyah, 2001.
Menurut Eisenhardt 1989, masalah keagenan timbul pada saat: 1 keinginan-keinginan atau tujuan-tujuan dari prinsipal dan agen
berlawanan, dan 2 merupakan suatu hal yang sulit atau mahal bagi prinsipal untuk melakukan verifikasi tentang apa yang benar-benar
dilakukan oleh agen. Teori keagenan muncul untuk mengatasi masalah hubungan
keagenan yang muncul antara pihak pemegang saham dan manajer karena
21 adanya perbedaan tujuan dan informasi yang diinginkan. Teori keagenan
dilandasi oleh beberapa asumsi Eisenhardt, 1989:
“
Asumsi-asumsitersebut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu asumsi tentang sifat manusia, asumsikeorganisasian dan asumsi informasi.
Asumsi sifat manusia menekankan bahwamanusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri self-interest, memilikiketerbatasan
rasionalitas bounded rationality, dan tidak menyukai risiko riskaversion. Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar
anggota organisasi,efisiensi sebagai kriteria efektivitas, dan adanya asimetri informasi antara principaldan agen. Asumsi informasi adalah
bahwa informasi sebagai barang komoditi yangbisa diperjualbelikan.”
2.1.4 Teori Sinyal
Menurut Bini et. al. 2011, “ The signalling theory
was born at the beginning of the 1970 and is based on two main research contributions: Arrow 1972 and Spence
1973”.Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal Wolk, et al. 2001. Teori sinyal menunjukkan
adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut Restuti, 2007. Teori sinyal
merupakan teori bagaimana cara perusahaan memberikan sinyal terhadap
investor dan masyarakat luar.
Dalam suatu perusahaan, manajemen merupakan pihak internal yang memiliki informasi akurat mengenai kondisi dan nilai perusahaan yang tidak
diketahui oleh pihak luar, sehingga apabila manajemen menyampaikan informasi perusahaan ataupun mempublikasikan laporan keuangan ke pasar
maka informasi tersebut dianggap sebagai suatu sinyal bagi pihak luar.
22 Sinyal tersebut yang akan digunakan oleh pihak luar untuk menilai apakah
ada atau tidaknya perubahan nilai suatu perusahaan tersebut. Begitu pula menurut Assih 2000, informasi laba yang dilaporkan manajemen
merupakan sinyal mengenai laba di masa yang akan datang bagi pengguna laporan keuangan untuk membuat prediksi atas laba perusahaan di masa
yang akan datang. Pratiwi 2013 menyatakan bahwa:
Dalam signalling theory, kesulitan untuk membedakan mana perusahaan yang berkualitas rendah maupun yang berkualitas tinggi
dapat dihindari, karena setiap manajer perusahaan yang kualitas perusahaannya lebih tinggi akan mampu memberikan sinyal-sinyal
yang lebih baik atau mahal kepada investor dibandingkan perusahaan dengan kualitas yang rendah.
2.1.5 Teori Akuntansi Positif
Watts dan Zimmerman 1986 menjelaskan tiga hipotesa yang diaplikasikan untukmelakukan prediksi dalam teori akuntansi positif
mengenai motivasi manajemen melakukanincome smoothing. Tiga hipotesa yang dijelaskannya adalah sebagai berikut:
1. Bonus plan hypothesis Hipotesa ini menjelaskan bahwa apabila manajemen diberikan
janji bonus sesuai dengan performance perusahaan khususnya ditandai dengan laba perusahaan maka manajemen akan
cenderung menggunakan metode akuntansi yang mampu memaksimalkan laba perusahaan seperti mengakui laba
perusahaan yang seharusnya menjadi bagian di masa depan pada laba perusahaan tahun berjalan. Sehingga, bonus yang didapatkan
oleh manajemen akan lebih besar.
2. Debt covenant hypothesis Hipotesa ini menjelaskan bahwa apabila perusahaan ingin
mengajukan permohonon pinjaman atau perjanjian utang kepada pihak eksternal kreditur maka perusahaan harus memenuhi
syarat yang diajukan oleh pihak kreditur. Salah satu syarat yang
23 harus dipenuhi adalah kondisi keuangan perusahaan yang sehat.
Kondisi keuangan perusahaan yang sehat pada umumnya memiliki kriteria memiliki laba yang relatif tinggi dan stabil, serta
dapat diukur dari rasio-rasio keuangannya.
3. Political cost hypothesis Hipotesa ini menjelaskan dampak politik dari pemilihan
kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen. Pada umumnya, semakin besar ukuran suatu perusahaan
mengakibatkan perusahaan tersebut diharapkan mampu memberikan perhatian yang lebih terhadap lingkungan sekitarnya
khususnya masyarakat. Jadi, perusahaan besar dengan laba yang tinggi cenderung memilih metode akuntansi yang mampu
menurunkan laba perusahaannya. Ini disebabkan oleh tuntutan masyarakat yang meningkat serta pemerintah yang dapat segera
mengambil kebijakan regulator.
2.1.6 Manajemen Laba
2.1.6.1 Pengertian Manajemen Laba
Akibat adanya asimetri informasi information asymmetry membuat pihak manajemen tertarik untuk melakukan perilaku yang
tidak semestinya disfunctional behavior. Disfunctional behavior yang dilakukan oleh pihak manajemen adalah tindakan
memanipulasi data dalam laporan keuangan sesuai harapan principal walaupun tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya.
Manajemen laba merupakan salah satu tindakan manipulasi data laporan keuangan yang paling mudah dilakukan oleh pihak
manajemen. Menurut Sugiri 1998, pengertian manajemen laba menjadi
dua, yaitu: 1. Definisi sempit
Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam
24 artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer
untuk bermain dengan komponen discretionary accrual dalam menentukan besarnya laba.
2. Definisi luas Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk
meningkatkan mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha dimana manajer bertanggung jawab,
tanpa mengakibatkan peningkatan penurunan profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.
2.1.6.2 Motivasi Manajemen Laba
Menurut Scott 2003:377, beberapa motivasi yang mendorong manajemen melakukan earning management, antara lain
sebagai berikut: 1.
Motivasi bonus, yaitu manajer akan berusaha mengatur laba bersih agar dapat memaksimalkan bonusnya.
2. Motivasi kontrak, berkaitan dengan utang jangka panjang,
yaitu manajer menaikkan laba bersih untuk mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami technical default.
3. Motivasi politik, aspek politis ini tidak dapat dilepaskan
dari perusahaan, khususnya perusahaan besar dan industri strategis karena aktivitasnya melibatkan hajat hidup orang
banyak.
4. Motivasi pajak, pajak merupakan salah satu alasan utama
perusahaan mengurangi laba bersih yang dilaporkan. 5.
Pergantian CEO Chief Executive Officer, banyak motivasi yang timbul berkaitan dengan CEO, seperti CEO
yang mendekati masa pensiun akan meningkatkan bonusnya, CEO yang kurang berhasil memperbaiki
kinerjanya untuk menghindari pemecatannya, CEO baru untuk menunjukkan kesalahan dari CEO sebelumnya.
6. Penawaran saham perdana IPO, manajer perusahaan
yang going public melakukan earning management untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas sahamnya
dengan harapan mendapatkan respon pasar yang positif terhadap peramalan laba sebagai sinyal dari nilai
perusahaan.
7. Motivasi pasar modal, misalnya untuk mengungkapkan
informasi privat yang dimiliki perusahaan kepada investor dan kreditor.
25
2.1.6.3 Klasifikasi Manajemen Laba
Menurut Scott 2003:383 berbagai pola yang sering dilakukan manajer dalam earning management adalah:
1. Taking a bath Bentuk ini mengakui adanya pengakuan biaya pada
periode yang akan datang dan kerugian pada periode berjalan pada saat kondisi yang tidak menguntungkan
pada periode tersebut.
2. Income minimization
Bentuk ini hampir sama dengan “taking a bath” namun lebih ekstrim. Pada saat profitabilitas perusahaan sangat
tinggi, perusahaan sengaja membebankan biaya iklan, biaya penelitian dan pengembangan, hasil akuntansi untuk
biaya eksplorasi, dan penghapusan atas modal dan aktiva tidak berwujud.
3. Income maximization
Pada bentuk ini, manajemen sengaja memanipulasi data akuntansi dengan melaporkan laba perusahaan yang tinggi
untuk tujuan pembayaran bonus tahunan yang lebih besar. Biasanya tindakan ini dilakukan pada saat laba bersih
perusahaan menurun.
4. Income smoothing
Bentuk ini mungkin yang paling menarik. Hal ini dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan untuk
tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif
stabil.
2.1.7 Income Smoothing Perataan Laba
2.1.7.1 Pengertian Income Smoothing
Seperti kita ketahui bahwa tindakan income smoothing merupakan bagian dari manajemen laba. Income smoothing timbul
26 akibat adanya teori keagenan dan teori sinyal. Beidleman 1973
menyatakan bahwa: “Perataan laba didefinisikan sebagai upaya yang sengaja
dilakukan manajemen untuk memperkecil fluktuasi laba sehingga laba yang dilaporkan akan dianggap normal bagi
suatu perusahaan atau mengurangi hal yang tidak normal dalam laba pada tingkat yang diijinkan oleh prinsip- prinsip
akuntansi dan manajemen yang sehat”.
MenurutFudenberg dan Tirole 1995, income smoothing is the process of manipulating the time profile of earnings or earnings
reports to make the reported income stream less variable, while not increasing reported earnings over the long run. Menurut Wolk et al.
2001:421, income smoothing is hypothesis has been that managers seek to smooth income over time so that a more stable earnings
stream with less year-to year variance would lead to higher firm valuation.Assih dan Gudono 2000 merjelaskan bahwa:
“rekening yang secarapotensial dapat digunakan untuk melakukan perataan laba antara lain adalahdividen yang
diterima dari unconsolidated subsidiaries, penjualan aktiva tetap daninvestasi jangka panjang, investment tax credit,
unusual gain and losses,investment in the common stock of other firm, transaksi investasi darinonsubsidiaries investment,
discretionary accrual, dan extraordinary items”.
Dari ketiga pengertian income smoothing dapat disimpulkan bahwa income smoothing merupakan salah satu bentuk dari
manajemen laba yang dilakukan oleh manajer untuk memperkecil laba pada saat profitabilitas perusahaan sedang meningkat atau
memperbesar laba pada saat profitibiltas perusahaan sedang menurun. Income smoothing juga dapat diartikan sebagai tindakan
27 merubah data akuntansi dalam laporan keuangan yang paling sering
dilakukan oleh manajemen perusahaan dengan tujuan untuk menarik investor akibat laba yang terlihat stabil konstan.
2.1.7.2 Alasan Income Smoothing
Menurut Hepworth 1953, alasan manajer melakukan income smoothing adalah untuk mengurangi pajak, meningkatkan
kepercayaan investor, mempererat hubungan antara manajer dan karyawan, menghindari kenaikan upahgaji karyawan, dan memiliki
dampak psikologis terhadap perekonomian. Tindakan income smoothing yang mengurangi laba dan meningkatkan biaya
perusahaan menghasilkan laba yang stabil sehingga pihak investor dapat merancang kebijakan dividen yang stabil sesuai yang
diharapkan, serta menghindari fluktuasi peningkatan laba yang terlalu tinggi.
2.1.7.3 Tujuan Income Smoothing
Tujuan manajer melakukan income smoothing menurut Foster 1986 adalah untuk membantu pihak eksternal memprediksi
potensi perusahaan dalam memperoleh laba di masa depan yang akan berdampak terhadap citra perusahaan tersebut dimana pihak
eksternal dapat menilai risiko maupun kondisi perusahaan tersebut. Apabila banyak pihak eksternal yang berinvestasi pada suatu
perusahaan, maka secara tidak langsung manajemen perusahaan
28 tersebut akan mendapatkan kompensasi yang besar atas kinerjanya
dalam memperoleh kepercayaan pihak eksternal.
2.1.7.4 Klasifikasi Income Smoothing
Income smoothing terdiri atas dua menurut Eckel 1981, yaitu:
1. Natural smoothing terjadi akibat dari proses menghasilkan laba yang stabil
2. Intentional smoothing terjadi akibat adanya tindakan manajemen yang disengaja. Intentional smoothing juga
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu real smoothing mengubah transaksi ekonomi untuk menghasilkan laba
yang stabil dan artificial smoothing meminimalkan pengungkapan aliran laba untuk menghasilkan laba yang
stabil.
2.1.7.5 Teknik Income Smoothing
Menurut Ronen dan Sadan 1981, cara-cara yang dapat digunakan oleh manajer untuk melakukan income smoothing adalah
melalui waktu kejadian maupun pengakuan akuntansi, metode alokasi, dan klasifikasi item. Manajemen dapat mengatur waktu
kejadian dengan cara memasukkan biaya yang jarang terjadi, seperti biaya litbang penelitian dan pengembangan sehingga laba yang
dilaporkan menjadi kecil serta mengklasifikasikan laba atau biaya sebagai ordinary atau extraordinary item.
2.1.8 Analisis Laporan Keuangan
29 Analisis laporan keuangan merupakan salah satu cara yang
memudahkan investor dalam melihat laporan keuangan. Harahap 2008:190 menyatakan bahwa:
“Analisis laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat
hubungan yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain, baik antara kuantitatif maupun data
non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan
keputusan yang tepat.”
Manfaat analisis laporan keuangan menurut Brigham dan Houston
2006:78 adalah: Dari sudut pandang seorang investor, analisis laporan keuangan
digunakan untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut padang manajemen, analisis laporan keuangan akan bermanfaat baik
untuk membantu mengantisipasi kondisi-kondisi di masa depan, dan yang lebih penting, sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan
tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa di masa depan.
Menurut Syahyunan 2013:91, analisis rasio keuangan merupakan analisis laporan keuangan yang paling populer untuk mengidentifikasi
kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan. Menurut Prihadi 2011: 152, analisis rasio keuangan digunakan secara khusus oleh investor
dan kreditur dalam keputusan investasi atau penyaluran dana. Menurut Brigham dan Houston 2006:79, jenis- jenis rasio
keuangan meliputi: 1. Rasio Likuiditas Liquidity Ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo.
2. Rasio Aktivitas Activity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa efektif manajemen perusahaan
mengelola aktivanya.
30 3. Rasio Leverage Leverage Ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk mengetahui seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang dan apakah perusahaan dapat melunasi utang
perusahaannya tersebut.
4. Rasio Profitabilitas Profitability Ratio merupakan rasio yang menunjukkan pengaruh gabungan dari kebijakan likuiditas,
aktivitas, dan leverage terhadap hasil operasi. 5. Rasio Nilai Pasar Market Value Ratio merupakan rasio yang
menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham yang memberikan petunjuk mengenai apa yang
dipikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang.
2.1.9 Return on Equity ROE
Return on equity ROE adalah salah satu rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini. Menurut Brigham dan Houston 2006:91,
return on equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham. Menurut Harahap
2008:305, return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan income yang tersedia bagi para pemilik perusahaan baik pemegang saham
biasa maupun pemegang saham preferen atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Menurut Kasmir 2012:204, return on
equity adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
Dari pengertian di atas, return on equity merupakan rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
dengan modal ekuitas perusahaan. Semakin tinggi nilai return on equity akan memaksimalkan usaha perusahaan untuk melakukan tindakan perataan
31 laba income smoothing. Rumus untuk menghitung rasio return on equity
adalah: ReturnonEquity=
Netincome after tax Totalequity
2.1.10 Debt to Total Assets DAR
Debt to total assets DAR merupakan salah satu rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini. Menurut Brigham dan Houston 2006:86,
debt to total assets merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur total aset yang dibiayai oleh total utang. Menurut Fahmi 2011:127, debt to total
assets adalah rasio yang melihat perbandingan utang perusahaan, yaitu diperoleh dari perbandingan total utang dibagi total aset.
Pihak kreditur lebih menyukai rasio DAR yang rendah karena semakin rendah DAR, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian
kreditor dalam peristiwa likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham akan mengingikan leverage yang lebih besar karena dapat meningkatkan laba
yang diharapkan Brigham dan Houston, 2006:86. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa debt to total assets adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur total aset yang dibiayai oleh total utang perusahaan. Semakin tinggi nilai debt to total assets maka semakin besar resiko yang
dihadapi perusahaan sehingga manajemen akan cenderung melakukan perataan laba. Rumus untuk menghitung rasio total debt to assets adalah:
32 DebttoTotalAsset =
Totaldebt TotalAsset
2.1.11 Net Profit Margin NPM
Net profit margin NPM merupakan rasio profitabilitas yang juga digunakan dalam penelitian ini. Menurut Brigham dan Houston 2006:89,
net profit margin adalah rasio yang dihitung dengan membagi laba bersih sesudah pajak dengan penjualan. Menurut Fahmi 2011:136, net profit
margin adalah margin laba bersih sama dengan laba bersih dibagi dengan penjualan bersih. Menurut Kasmir 2012:200, net profit margin merupakan
ukuran keuntungan dengan membandingkan laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan untuk melihat pendapatan bersih
perusahaan atau penjualan. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa net profit margin
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih dengan total volume penjualan perusahaan.
Semakin tinggi nilai net profit margin maka semakin besar dorongan manajemen untuk melakukan income smoothing. Rumus untuk menghitung
rasio net profit margin adalah: Net Profit Margin=
Net income after tax Total sales
2.1.12 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang memberikan gambaran besar kecilnya perusahaan dimana ukuran perusahaan dalam
33 penelitian ini diukur dari total nilai aset yang dimiliki oleh perusahaan
Machfoedz, 1994. Ukuran perusahaan yang besar lebih menarik perhatian investor dan masyarakat sehingga perusahaan yang berukuran besar lebih
cenderung melakukan income smoothing dibandingkan perusahaan yang berukuran kecil.
Perusahaan yang besar akan lebih berhati-hati dalam mengelola laporan keuangan karena apabila laba perusahaan terlalu kecil akan
membuat hilangnya kepercayaan investor sedangkan apabila laba perusahaan terlalu besar akan menarik perhatian pemerintah dalam membuat
kebijakan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan seperti pajak. Ukuran perusahaan dapat dihitung dengan rumus:
Ukuran perusahaan=Ln Total Aset
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu