Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Fertilitas Di Sumatera Utara

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENURUNAN FERTILITAS DI SUMATERA UTARA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan oleh

Nama : Hafadh Abdillah Ritonga NIM : 060501038

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2010


(2)

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the factors that affect fertility or Total Fertility Rate (TFR) of 25 regencies/cities in North Sumatera in 2004-2008. The independent variables that used in this study are GDP per capita, life expectacy at birth, education index, participation of women labor force and percentage of women which 15-49 years old are using contraception.

Data used in this research is secondary data in the form of pooled data obtained from the Central Statistics Agency (BPS) in 2004-2008. Research method that used in this study is Pooled Least Squared (PLS), by using Eviews 5.1.

The result of the study shows that simultaneously, all of the independent variables are significant in influencing Total Fertility Rate (TFR) 25 regencies/cities in North Sumatera. As partial, regression result shows that GDP per capita, life expectacy at birth and education index have influence on Total Fertility Rate (TFR) 25 regencies/cities in North Sumatera in 2004-2008 and are statistically significant at alpha 1% and 5%.

Demographic components are important in development process of a country. So that, this components can be used as a benchmark of success in the development of that country. Fertility is one of demographic components. The others are mortality, migration, social mobility and marriage.

Keyword : Total Fertility Rate , GDP percapita, life expectacy at birth,

education index, participation of women labor force, percentage


(3)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas atau Angka kelahiran Total pada 25 kabupaten/kota di Sumatera Utara pada tahun 2004-2008. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah PDRB perkapita, angka harapan hidup saat lahir, indeks pendidikan, tingkat partisipasi angkatan kerja wanita dan persentase wanita 15-49 tahun yang berstatus kawin memakai alat kontrasepsi.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk data panel yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2004-2008. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah Pooled Least Squared (PLS), dengan menggunakan Eviews 5.1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara bersama-sama seluruh variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap angka kelahiran total pada 25 kabupaten/kota di Sumatera Utara. Secara parsial, hasil regresi menunjukkan bahwa PDRB perkapita, angka harapan hidup saat lahir dan indeks pendidikan mempunyai pengaruh terhadap angka kelahiran total pada 25 kabupaten/kota di Sumatera Utara pada tahun 2004-2008 dan signifikansi secara statistik pada 1% dan 5%.

Komponen demografi merupakan hal yang penting dalam proses pembangunan di suatu Negara. Oleh karena itu, komponen ini dapat dipergunakan sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan di Negara tersebut. Fertilitas adalah salah satu komponen demografi, selain itu juga ada komponen demografi yang lain yaitu, mortalitas, migrasi, mobilitas sosial dan perkawinan.

Kata kunci : Angka kelahiran total, PDRB perkapita, angka harapan hidup

saat lahir, indeks tingkat pendidikan, tingkat partisipasi


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi penulis guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari para pembaca demi penulisan yang lebih sempurna di masa mendatang.

Penulis juga menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan semua pihak, penulisan skripsi ini tidak akan terwujud. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dengan rasa hormat kepada kedua orang tuaku Rachmad Ritonga dan Umi Kalsum Batubara yang telah mendukung dengan do’a dan kasih sayang yang ternilai.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, Ph.D selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Ibu Raina Linda Sari, SE, Msi selaku Penasehat Akademik selama penulis mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi.

6. Bapak Drs. Rujiman, MA selaku dosen pembimbing saya yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulisan dan penyempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si selaku dosen penguji I dan Ibu Inggrita Gusti Sari, SE, M.Si selaku dosen penguji II yang telah banyak memberi saran dan kritik dalaam penyusunan skripsi.

8. Staf administrasi FE-USU yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan urusan-urusan administrasi selama perkulian .

9. Kepada anak-anak EP’06 dan sahabat-sahabatku Dwi Syafrina , M.Radifan, Safrizal Fazli Tarigan dan Rizal Sihotang terima kasih atas sarannya dan juga dukungannya kepadaku.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca serta memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Desember 2010 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Hipotesis ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Demografi ... 10


(7)

2.2.1 Teori Malthus ... 14

2.2.2 Mazhab Fisiologi ... 17

2.2.3 Mazhab Psyco-Sosial ... 20

2.2.4 Teori Evolusi Sosial ... 20

2.2.5 Teori Malthusianisme ... 21

2.3 Fertilitas ...24

2.4 Konsep Produk Domestik Regional Bruto ... 31

2.4.1 Pendapatan Regional ... 31

2.4.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ... 31

2.4.3 PDRB Atas Dasar Harga Konstan ... 31

2.4.4 Pendapatan perkapita ... 32

2.4.5 Metode Perhitungan Pendapatan Regional ... 32

2.4.6 Kaitan Pendapatan perkapita terhadap Fertilitas ... 35

2.5 Angka Harapan Hidup Saat Lahir ... 37

2.5.1 Kaitan angka harapan hidup terhadap fertilitas ... 38

2.6 Indeks Tingkat Pendidikan ... 39

2.6.1 Indeks angka melek huruf ... 39

2.6.2 Rata-rata lama sekolah ... 40

2.6.3 Kaitan indeks tingkat pendidikan terhadap fertilitas ... 40

2.7 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita ...41

2.7.1 Kaitan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita Terhadap Fertilitas ...42


(8)

2.8 Wanita usia 15-49 tahun yang menggunakan alat kontrasepsi .. 43

2.8.1 Kontrasepsi ... 43

2.8.2 Kaitan wanita usia 15-49 tahun yang menggunakan alat kontasepsi terhadap fertilitas ... 44

2.9 Penelitian terdahulu ... 45

2.10 Kerangka konseptual ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 48

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 48

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.4 Pengolahan Data ... 49

3.5 Metode Analisis Data ... 49

3.6 Metode Analisis Data Panel ... 52

3.7 Uji Hausman ... 55

3.8 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 55

3.8.1 Koefisien Determinasi (R-Squared) ... 55

3.8.2 Uji t-statistik ... 56

3.8.3 Uji F-statistik ... 58

3.9 Defenisi Operasional ... 60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62

4.1 Gambaran Umum Wilayah Sumatera Utara ... 62

4.1.1 Lokasi dan Letak Geografis Sumatera Utara ... 62

4.1.2 Kondisi Iklim ... 63


(9)

4.2 Perkembangan Angka Kelahiran Total di Indonesia ... 66

4.3 Perkembangan PDRB Perkapita ... 70

4.4 Perkembangan Angka Harapan Hidup Saat Lahir ... 74

4.5 Perkembangan Indeks Pendidikan ... 77

4.7 Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita .... 81

4.7 Perkembangan Jumlah Wanita berumur 15-49 tahun yang menggunanakan alat kontrasepsi ... 84

4.8 Analisis Hasil dan Pembahasan ... 86

4.8.1 Uji Hausman ...87

4.8.2 Metode Efek Tetap ... 87

4.9 Interpretasi Model ... 89

4.10 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuain) ... 90

4.10.1 Koefisien Determinasi ... 90

4.10.2 Uji Partial test (Uji t-satistik) ... 91

4.10.3 Uji Keseluruhan (Uji F-satistik) ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

5.1 Kesimpulan ... 97

5.2 Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Persebaran Penduduk Indonesia ... 3

2.1 Tahap Transisi Demografi ... 11

2.2 Pembatasan pertumbuhan Penduduk ... 15

4.1 Penduduk Menurut Kabupaten/Kota 2002-2009 ... 63

4.2 Jumlah Penduduk Sumatera Utara menurut kelompok umur dan Jenis Kelamin tahun 2008 ... 66

4.3 Total Fertility Rate (TFR) Sumatera Utara 2004-2008 ... 67

4.4 PDRB perkapita atas Harga Berlaku Sumatera Utara 2004-2008 ... 71

4.5 Angka Harapan Hidup Sumatera Utara 2004-2008 ... 75

4.6 Indeks Tingkat Pendidikan Sumatera Utara 2004-2008 ... 79

4.7 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita Sumatera Utara 2004-2008 ... 82

4.8 Wanita 15-49 Tahun yang menggunakan alat kontrasepsi ... 86


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Model Transisi Demografi ... 11

2.2 Model Robinson ... 37

2.3 Kerangka Analisa Sosiologis Tentang Fertilitas: Freedman ... 45

2.4 Kerangka Konseptual ... 46

3.1 Kurva Uji t-statistik ... 58

3.2 Kurva Uji F-statistik ... 60

4.1 TFR Sumatera Utara 2004-2008 ... 69

4.2 PDRB perkapita Sumatera Utara 2004-2008 ... 72

4.3 Angka Harapan Hidup Saat Lahir Sumatera Utara 2004-2008 ... 80

4.4 Indeks Tingkat Pendidikan Sumatera Utara 2004-2008 ... 82

4.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita Sumatera Utara 2004-2008 ... 86

4.6 Wanita 15-49 Tahun yang menggunakan alat kontrasepsi Sumatera Utara 2004-2008 ... 84

4.7 Kurva t-statistik variabel PDRB perkapita (X1) ... 91

4.8 Kurva t-statistik variabel Angka harapan hidup (X2) ... 91

4.9 Kurva t-statistik variabel indeks tingkat pendidikan (X3) ... 92

4.10 Kurva t-statistik variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita (X4) ... 94


(12)

4.11 Kurva t-statistik variabel wanita usia 15-49 tahun yang menggunakan Alat kontrasepsi (X5) ... 93 4.14 Kurva F-statistik ... 95


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Total Fertility Rate (TFR) Sumatera Utara 2 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku 3 Angka Harapan Hidup

4 Indeks Tingkat Pendidikan

5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita


(14)

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the factors that affect fertility or Total Fertility Rate (TFR) of 25 regencies/cities in North Sumatera in 2004-2008. The independent variables that used in this study are GDP per capita, life expectacy at birth, education index, participation of women labor force and percentage of women which 15-49 years old are using contraception.

Data used in this research is secondary data in the form of pooled data obtained from the Central Statistics Agency (BPS) in 2004-2008. Research method that used in this study is Pooled Least Squared (PLS), by using Eviews 5.1.

The result of the study shows that simultaneously, all of the independent variables are significant in influencing Total Fertility Rate (TFR) 25 regencies/cities in North Sumatera. As partial, regression result shows that GDP per capita, life expectacy at birth and education index have influence on Total Fertility Rate (TFR) 25 regencies/cities in North Sumatera in 2004-2008 and are statistically significant at alpha 1% and 5%.

Demographic components are important in development process of a country. So that, this components can be used as a benchmark of success in the development of that country. Fertility is one of demographic components. The others are mortality, migration, social mobility and marriage.

Keyword : Total Fertility Rate , GDP percapita, life expectacy at birth,

education index, participation of women labor force, percentage


(15)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas atau Angka kelahiran Total pada 25 kabupaten/kota di Sumatera Utara pada tahun 2004-2008. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah PDRB perkapita, angka harapan hidup saat lahir, indeks pendidikan, tingkat partisipasi angkatan kerja wanita dan persentase wanita 15-49 tahun yang berstatus kawin memakai alat kontrasepsi.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk data panel yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2004-2008. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah Pooled Least Squared (PLS), dengan menggunakan Eviews 5.1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara bersama-sama seluruh variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap angka kelahiran total pada 25 kabupaten/kota di Sumatera Utara. Secara parsial, hasil regresi menunjukkan bahwa PDRB perkapita, angka harapan hidup saat lahir dan indeks pendidikan mempunyai pengaruh terhadap angka kelahiran total pada 25 kabupaten/kota di Sumatera Utara pada tahun 2004-2008 dan signifikansi secara statistik pada 1% dan 5%.

Komponen demografi merupakan hal yang penting dalam proses pembangunan di suatu Negara. Oleh karena itu, komponen ini dapat dipergunakan sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan di Negara tersebut. Fertilitas adalah salah satu komponen demografi, selain itu juga ada komponen demografi yang lain yaitu, mortalitas, migrasi, mobilitas sosial dan perkawinan.

Kata kunci : Angka kelahiran total, PDRB perkapita, angka harapan hidup

saat lahir, indeks tingkat pendidikan, tingkat partisipasi


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penduduk merupakan titik sentral pembangunan. Konsep ini lahir dari Konfrensi Asia Pasifik ke 5 di Bangkok, Thailand pada Desember 2002. Dalam konsep ini, penduduk diposisikan sebagai sumberdaya yang paling penting dan berharga bagi setiap bangsa. Penduduk dengan demikian menjadi modal pembangunan sehingga menjadi dasar dan sasaran semua kebijakan pembangunan negara.

Sedangkan kebijakan kependudukan yang dijalankan di Indonesia seperti tercantum dalam GBHN 1999-2004 bidang kesehatan dan kesejahteraan : “meningkatkan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran, memperkecil angka kematian, dan peningkatan kualitas program keluarga berencana”. Penduduk yang berkualitas mencerminkan keberhasilan pembangunan suatu bangsa.

Meningkatkan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran ( fertilitas ) merupakan isu penting di dunia sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh tingginya jumlah penduduk dunia yang mencapai 6,7 miliar jiwa pada tahun 2008. Pada tahun 2008 jumlah penduduk Indonesia mencapai 238.567.492 jiwa. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 1,5 persen bila dibandingkan dengan tahun 2007. Dengan jumlah penduduk sebesar itu Indonesia masuk dalam peringkat


(17)

keempat penduduk terbanyak di dunia setelah Cina 1.333.207.572 jiwa, India 1.154.845.005 jiwa dan Amerika Serikat 304.838.948 jiwa.

Sumatera Utara juga menunjukkan kondisi yang tidak jauh berbeda. Jumlah penduduk pada tahun 2005 sebesar 12.326.678 jiwa. Naik sebesar 2,5 persen pada tahun 2006 menjadi 12.643494 jiwa. Demikian juga pada tahun 2007 dan 2008 sebesar 12.834.371 jiwa dan 13.042.317 jiwa dengan kenaikan rata-rata 1,5 persen. ( www.bps.go.id ).

Ledakan Penduduk menimbulkan masalah-masalah sebagai berikut, antara lain:

1. Persaingan lapangan pekerjaan

Di negara yang memiliki pertumbuhan penduduk tinggi akan semakin banyak orang yang memperebutan lapangan pekerjaan. Diperkirakan harus diciptakan 30 juta lapangan pekerjaan baru setiap tahunnya jika setiap orang yang menginjak usia kerja harus memiliki pekerjaan.

2. Persaingan untuk mendapat pemukiman

Persaingan untuk mendapat permukiman yang layak. Persaingan ini terutama terjadi di daerah perkotaan yang padat, tapi tidak ada perumahan yang memadai. Dikota seperti ini, ering kita jumpai permukiman kumuh.

3. Kesempatan pendidikan

Dengan makin banyaknya bayi yang lahir setip tahunnya, tentu makin banyaknya diperlukan fasilitas sekolah dan guru yang memadai. Negara miskin, mungkin tidak bisa memenuhi fasilitas pendidikan. Sebagai hasilnya,


(18)

tidak setiap anak memiliki kesempatan untuk bersekolah dan mendapatkan pendidikan yang memadai.

Disamping meningkatkan kualitas penduduk, kuantitas penduduk dan persebaran kependudukan harus dikendalikan agar ledakan penduduk dapat diatasi. Adapun yang dimaksud dengan kuantitas penduduk meliputi jumlah, struktur komposisi, dan pertumbuhan penduduk.

Selain jumlah penduduk dan pertumbuhannya yang tinggi, persebaran penduduk juga tidak merata. Di Indonesia terdapat 922 pulau berpenghuni dan 12.675 pulau tanpa penghuni. Pulau terbesar jumlah penduduknya adalah Jawa. Pada tahun 2000 59,2% penduduk Indonesia berdiam di pulau itu, padahal luasnya hanya 7% dari luas Indonesia. Sebaliknya Kalimantan dengan luas 28% dari luas Indonesia hanya dihuni oleh 5,4% penduduk.

Tabel 1.1

Persebaran Penduduk Indonesia

Pulau Persentase dari Luas Indonesia Persentase dari penduduk Indonesia 1980 Persentase dari penduduk Indonesia 1990 Persentase dari penduduk Indonesia 2000

Kalimantan 28 4,6 5,1 5,4

Sumatera 25 19 20,3 21

Papua 22 0,8 0,9 1

Sulawesi 10 7,1 7 7,1

Jawa 7 61,9 60 59,2

Lainnya 8 6,6 6,7 6,3

Indonesia 100 146.934.948 197.631.196 203.456.005 Sumber : Badan Pusat Statistik, berbagai tahun


(19)

Untuk menangani permasalahan penduduk tersebut antara lain meliputi jumlah, komposisi dan distribusi penduduk maka diperlukan adanya upaya pengendalian jumlah penduduk ( fertilitas ).

Fertilitas merupakan hasil reproduksi nyata dari seorang atau sekelompok wanita, sedangkan dalam pengertian demografi menyatakan banyaknya bayi yang lahir hidup. Besar kecilnya jumlah kelahiran dalam suatu penduduk, tergantung pada beberapa faktor misalnya,struktur umur, tingkat pendidikan, umur pada waktu kawin pertama,banyaknya perkawinan, status pekerjaan wanita, penggunaan alat kontrasepsi dan pendapatan/kekayaan (Hatmadji, 2004:57).

Fertilitas merupakan salah satu komponen demografi. Demografi menurut Donald J Bogue di dalam bukunya yang berjudul “ Principle of Demography “ adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematika tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya 5 komponen demografi yaitu kelahiran ( fertilitas ), kematian ( mortalitas ), perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial.

Pengukuran terhadap fertilitas ini dilakukan melalui dua macam pendekatan yaitu Yearly Performance dan Reproductive History yang kemudian dibagi lagi menjadi beberapa teknik penghitungan yang masing-masing memiliki kebaikan dan kelemahan. Salah satu teknik yang termasuk dalam pendekatan Yearly Performance adalah Total Fertility Rate (TFR) atau Angka Kelahiran Total.

Total Fertility Rate (TFR) merupakan jumlah rata-rata anak yang dilahirkan setiap wanita. Kebaikan dari teknik ini adalah merupakan ukuran


(20)

untuk seluruh wanita usia 15-49 tahun yang dihitung berdasarkan angka kelahiran menurut kelompok umur, berbeda dengan teknik yang lain yang perhitungannya tidak memisahkan antara penduduk laki-laki dan perempuan serta tingkat usia produktif bagi wanita.

Banyak faktor yang mempengaruhi Angka Kelahiran Total (TFR) yaitu tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan penggunaan alat kontrasepsi, dan tingkat partisipasi angkatan kerja wanita. Tingkat pendapatan dapat diwakili oleh pendapatan perkapita. Keterkaitan pada pendapatan terhadap fertilitas adalah ketika pendapatan seseorang naik akan semakin besar pengaruhnya terhadap penurunan fertilitas yang terjadi.

Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi orang tua akan berubah. Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biaya (cost) nya naik. Sedangkan kegunaannya turun sebab walaupun anak masih memberikan kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Disamping itu orang tua juga tidak tergantung dari sumbangan anak. Jadi biaya membesarkan anak lebih besar daripada kegunaannya. Hal ini mengakibatkan “demand” terhadap anak menurun atau dengan kata lain fertilitas turun ( Hatmadji, 2004 ).

Menurut Brown dalam Radifan ( 2009 ) penelitian mengenai kaitan pendidikan wanita dengan kesuburan di beberapa negara, sudah maupun kurang berkembang, mengungkapkan adanya kaitan yang erat antara tingkat pendidikan dengan tingkat kesuburan. Semakin tinggi pendidikan semakin rendah kesuburan. Di beberapa negara, meluasnya kepandaian baca tulis disertai oleh turunnya kesuburan dengan tajam.


(21)

Tingginya tingkat pendidikan cenderung mendorong wanita yang sebelumnya hanya menekuni sektor domestik ( mengurus rumah tangga ), kemudian ikut berpartisipasi di sektor publik dengan ikut serta menopang perekonomian keluarga. Tingkat partisipasi angkatan kerja wanita baik secara langsung ataupun tidak langsung memiliki pengaruh terhadap fertilitas. Wanita yang bekerja cenderung membatasi jumlah anak yang ingin dimilikinya karena berkurangnya waktu yang dimiliki untuk mengurus rumah tangga dan dapat mengurangi kesempatan untuk mengembangkan karir. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi angka kelahiran total tersebut.

Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi fertilitas adalah tingkat kesehatan yang dapat diwakili dengan angka harapan hidup dan penggunaan alat kontrasepsi bagi wanita usia 15-49 yang berstatus kawin. Keduanya berpengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


(22)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh PDRB perkapita terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara?

2. Bagaimana pengaruh angka harapan hidup saat lahir terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara?

3. Bagaimana pengaruh indeks tingkat pendidikan terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara?

4. Bagaimana pengaruh tingkat partisipasi angkatan kerja wanita terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara?

5. Bagaimana pengaruh persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang Sedang Menggunakan/Memakai Alat/ Cara KBterhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara?

1.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah, dimana tingkat kebenarannya masih perlu dibuktikan atau di uji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:


(23)

1. PDRB perkapita memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara , ceteris paribus.

2. Angka harapan hidup saat lahir memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara , ceteris paribus.

3. Indeks tingkat pendidikan memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara , ceteris paribus.

4. Tingkat partisipasi angkatan kerja wanita memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara , ceteris paribus.

5. Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang Sedang Menggunakan/Memakai Alat/ Cara KBmemiliki pengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara , ceteris paribus

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendapatan perkapita terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh angka harapan hidup saat lahir terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh indeks tingkat pendidikan terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara.


(24)

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat partisipasi angkatan kerja wanita terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara.

5. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang Sedang Menggunakan/Memakai Alat/ Cara KBterhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara.

1.5 Manfaat penelitian

1. Memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan, khususnya bagi peneliti sendiri untuk memahami secara mendalam akan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di Sumatera Utara.

2. Memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di Sumatera Utara.

3. Sebagai bahan studi atau tambahan literatur bagi mahasiswa/i fakultas ekonomi khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan serta sebagai bahan referensi dan informasi bagi masyarakat dan mahasiswa yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

4. Sebagai masukan bagi kalangan akademis, dimana hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demografi

Donald J Bogue di dalam bukunya yang berjudul “ Principle of Demography “ memberikan definisi demografi sebagai berikut : “ Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematika tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya 5 komponen demografi yaitu kelahiran ( fertilitas ), kematian ( mortalitas ), perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial.

Pembangunan ekonomi suatu negara dapat mempengaruhi tingkat fertilitas maupun mortalitas suatu negara. Pendapat ini sesuai dengan teori transisi demografi, yaitu teori yang menerangkan perubahan penduduk dari tingkat pertumbuhan yang stabil tinggi ( tingkat kelahiran dan kematian tinggi ) ke tingkat pertumbuhan rendah ( tingkat kelahiran dan kematian rendah ). Teori ini didasarkan pada pengalaman negara Eropa pada abad 19.

Pada dasarnya teori ini menjelaskan tentang perubahan dari suatu situasi stasioner di mana pertumbuhan penduduk nol atau pun sangat rendah sekali karena, baik tingkat fertilitas maupun mortalitas sama-sama tinggi, menjurus ke keadaan di mana tingkat fertilitas dan mortalitas sama-sama rendah, sehingga pertumbuhan penduduk kembali nol atau sangat rendah.

Dari stasioner pertama (fertilitas dan mortalitas tinggi ) menuju stasioner kedua ( fertilitas dan mortalitas rendah ) mengalami dua tahap proses, yakni tahap


(26)

kedua dan ketiga. Dan tahapan-tahapan inilah yang disebut dengan transisi demografi.

Tabel 2.1

Tahap Transisi Demografi

Sumber : Ritonga, Abdurahman : 19

Peralihan keadaan demografis tersebut dibagi menjadi 4 tingkat yang dapat lebih jelas dilihat dari gambar berikut ini :

Gambar 2.1

Model Transisi Demografi

Tahap Tingkat

kelahiran

Tingkat Kematian

Pertambahan Alami

1. Stasioner tinggi 2. Awal perkembangan. 3. Akhir perkembangan. 4. Stasioner rendah. 5. Menurun. Tinggi Tinggi Menurun Rendah Rendah Tinggi Lambat menurun Menurun lebih cepat dari tingkat kelahiran

Rendah

Lebih tinggi dari pada tingkat kelahiran Nol/ sangat rendah Lambat Cepat Nol/sangat rendah Negatif 50

40 Tingkat kelahiran 30

20

10 Tingkat Kematian I II III IV


(27)

Dari gambar 2.1 diatas dapat dilihat bahwa transisi demografi di bagi atas empat tahap yaitu I,II, III dan IV.

1. Pada transisi pertama di mana tingkat kelahiran dan tingkat kematian masih sama-sama tinggi sekitar 40-50, sedangkan angka perumbuhan penduduk sangat rendah. Reproduksi atau kelahiran tidak terkendali. Kematian bervariasi setiap tahunnya. Panen yang gagal, harga yang tinggi menyebabkan kelaparan dan daya tahan tubuh terhadap penyakit yang sangat lemah. Ditambah lagi dengan meluasnya penyakit menular, menyebabkan angka kematian tinggi.

2. Pada transisi ke dua dimana tingkat kematian menurun akibat diperbesarnya anggaran kesehatan dan juga mulai adanya penemuan obat-obatan yang makin maju. Sementara itu angka kelahiran tetap pada tingkat yang tinggi. Mengakibatkan tingkat pertumbuhan meningkat dengan pesatnya.

3. Pada transisi ke tiga , dimana tingkat kematian terus menurun tetapi tidak secepat pada tahap II. Tingkat kelahiran mulai menurun akibat urbanisasi, pendidikan dan peralatan kontrasepsi yang makin maju.

4. Pada tingkat ini kelahiran dan kematian mencapai tingkat yang rendah dan pertumbuhan penduduk kembali lagi seperti pada kategori pertama yaitu mendekati nol.


(28)

2.2 Teori-teori Kependudukan

Para ahli kependudukan memperkirakan penduduk dunia sekitar 250 juta pada saat lahirnya nabi Isa. Pada sekitar tahun 1665 penduduk dunia diperkirakan sebesar 500 juta atau ½ Milyar. Penduduk dunia kemudian menjadi dua kali lipat dalam jangka waktu 200 tahun yaitu pada tahun 1850. Dalam jangka waktu 80 tahun kemudian penduduk dunia menjadi dua kali lipat lagi menjadi 2 milyar yaitu pada tahun 1930. Sedangkan untuk mencapai 4 Milyar kemudian, hanya diperlukan waktu 45 tahun yaitu tahun 1975.

Pertumbuhan penduduk yang makin cepat ini dapat dimengerti apabila kita melihat adanya penemuan Penicillin pada tahun 1930 dan program kesehatan masyarakat yang makin meningkat sejak tahun 1960-an. Dengan perkembangan teknologi obat-obatan maka angka kematian menurun sedangkan angka kelahiran masih tetap tinggi sehingga membuat selisih antara kedua angka tersebut makin besar. Dengan kata lain, pertumbuhan penduduk makin cepat.

Pengaruh penemuan Penicillin dan program kesehatan masyarakat sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Sebagai contoh tahun 1850-1930, untuk mencapai jumlah penduduk sebesar 1 Milyar, diperlukan waktu 80 tahun. Sedangkan periode 1960-1975 hanya memerlukan waktu 15 tahun saja.

Pertumbuhan penduduk yang makin cepat tersebut, mengundang banyak masalah sehingga teori-teori kependudukan kemudian berkembang dengan pesatnya, pengemuka-pengemuka teori pada dasarnya bertitik tolak pada masalah kependudukan dalam kaitannya dengan masalah ekonomi, etik, agama, pertahanan/politik dan sebagainya ( Mantra, 2003: 51 ).


(29)

2.2.1 Teori Malthus

Aliran ini dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, seseorang pendeta Inggris, hidup pada tahun 1766 hingga tahun 1834. Pada permulaan tahun 1798 lewat karangannya yang berjudul: “ Essai on Principle of Populations as it Affect the Future Improvement of Society, with Remarks on the Speculation of Mr. Godwin, M. Condorcet, and Other Writers”, menyatakan bahwa penduduk (seperti juga tumbuh-tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari permukaan bumi ini ( Mantra, 2003:50 ).

Tingginya pertumbuhan penduduk ini disebabkan karena hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak bisa dihentikan. Disamping itu Malthus berpendapat bahwa manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan jauh lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk. Apabila tidak diadakan pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk, maka manusia akan mengalami kekurangan bahan makanan. Inilah sumber dari kemelaratan dan kemiskinan manusia. Hal ini jelas diuraikan oleh Malthus sebagai berikut:

… Human species would increase as the number 1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, 256, and the substance as 1,2,3,4,5,6,7,8,9. In two centuries the population would be to the means of subsistance as 236 to 9; in three centuries as 4096 to 13 and in two thousand years the difference would be almost incalculable… (Mantra, 2003:51)

Seperti telah disebutkan diatas, untuk dapat keluar dari permasalahan kekurangan pangan tersebut, pertumbuhan penduduk harus dibatasi. Menurut


(30)

Malthus pembatasan tersebut, dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu preventive checks, dan positive checks. Preventive checks ialah pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran. Preventive checks dapat dibagi menjadi dua, yaitu: moral restraint dan vice. Moral restraint (pengekangan diri) yaitu segala usaha untuk mengekang nafsu seksual, dan vice pengurangan kelahiran seperti: pengguguran kandungan, penggunaan alat-alat kontrasepsi, homoseksual, promiscuity, adultery. Bagi Malthus moral restraint merupakan pembatasan kelahiran yang paling penting, sedangkan penggunaan alat-alat kontrasepsi belum dapat diterimanya ( Mantra, 2003:51 ).

Tabel 2.2

Pembatasan Pertumbuhan Penduduk

Sumber : Mantra, Ida Bagoes :52

Positive checks adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian. Apabila suatu wilayah jumlah penduduk melebihi jumlah persediaan bahan pangan, maka tingkat kematian akan meningkat mengakibatkan terjadinya Preventive Checks

(lewat penekanan kelahiran)

Positive Checks (lewat proses kematian) Moral Restraint (pengekangan diri) Vice (usaha pengurangan kelahiran)

Vice (segala jenis pencabutan nyawa)

Misery (keadaan yang menyebabkan kematian)

- Segala usaha yang mengekang nafsu seksual - Perundingan perkawinan - Pengguguran kandungan - Homoseksual - Promiscuity - Adultery - Penggunaan alat-alat kontrasepsi -Pembunuhan anak-anak -Pembunuhan orang-orang cacat -Pembunuhan orang-orang tua - Epidemic - Bencana alam - Peperangan - kelaparan - Kekurangan


(31)

kelaparan, wabah penyakit dan lain sebagainya. Proses ini akan terus berlangsung sampai jumlah penduduk seimbang dengan persediaan bahan pangan.

Positive checks dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu: vice dan misery. Vice (kejahatan) ialah segala jenis pencabutan nyawa sesama manusia seperti pembunuhan anak-anak (infancitide), pembunuhan orang cacat, dan orang-orang tua. Misery (kemelaratan) ialah segala keadaan yang menyebabkan kematian seperti berbagai jenis penyakit dan epidemic, bencana alam, kelaparan, kekurangan pangan dan peperangan.

Pendapat Malthus banyak mendapat tanggapan para ahli dan menimbulkan diskusi yang terus menerus. Pada umumya gagasan yang dicetuskan Malthus dalam abad ke-18 pada masa itu dianggap sangat aneh. Asumsi yang mengatakan bahwa dunia akan kehabisan sumber daya alam karena jumlah penduduk yang selalu meningkat, tidak dapat diterima oleh akal sehat. Dunia baru ( Amerika, Afrika, Australia, dan Asia) dengan sumber daya alam yang berlimpah, baru saja terbuka untuk para migran dari dunia lama (misalnya Eropa Barat). Mereka mempekirakan bahwa sumber daya alam di dunia baru tidak akan dapat dihabiskan. Beberapa kritik terhadap teori Malthus adalah sebagai berikut: 1. Malthus tidak memperhitungkan kemajuan-kemajuan transportasi yang

menghubungkan daerah satu dengan yang lain sehingga pengiriman bahan makanan ke daerah-daerah yang kekurangan pangan mudah dilaksanakan. 2. Dia tidak memperhitungkan kemajuan yang pesat dalam bidang teknologi,

terutama dalam bidang pertanian. Jadi produksi pertanian dapat pula ditingkatkan secara cepat dengan mempergunakan teknologi baru.


(32)

3. Malthus tidak memperhitungkan usaha pembatasan kelahiran bagi pasangan-pasangan yang sudah menikah. Usaha pembatasan kelahiran ini telah dianjurkan oleh Francis Place pada tahun 1822.

4. Fertilitas akan menurun apabila terjadi perbaikan ekonomi dan standard hidup penduduk dinaikkan. Hal ini tidak dapat diperhitungkan oleh Malthus ( Mantra, 2003:53 ).

2.2.2 Mazhab Fisiologi

Orang-orang yang termasuk golongan ini sebenarnya pendapatnya berbeda-beda tetapi dalam satu hal mereka mempunyai pendapat yang sama yaitu menyangkal dalil Malthus yang dikemukakannya sebagai suatu aksioma tanpa penyelidikan bahwa kemampuan menurunkan keturunan suatu daya alam yang tetap. Menurut seorang tabib Inggris Thomas Jarold, daya biak (kemampuan menurunkan) pada manusia akan berkurang, semakin banyak ia mempergunakan tenaga rohani dan jasmaninya. Karena itu, menurut pendapatnya, orang tidak usah khawatir akan ketidak seimbangan antara jumlah penduduk dan bahan makanan, mengingat bertambahnya kemajuan yang kini dapat dicapai oleh manusia yang meminta lebih banyak pengorbanan tenaga rohani dan jasmani.

Yang hampir sama pendapatnya dengan Thomas Jarold adalah Michael Thomas Sadler. Menurut pendapatnya, kemampuan menurukan keturunan orang itu akan berkurang, ceteris paribus. Jika jumlah penduduk itu bertambah dan kemampuan menurunkan keturunan itu akan bertambah jika jumlah penduduk itu berkurang. Disingkatkan gambaran pendapat M. T. Sadler itu adalah sebagai


(33)

Bertambahnya jumlah penduduk = berkurangnya jumlah kemampuan melahirkan.

Berkurangnya jumlah pendduduk = bertambahnya kemampuan melahirkan.

Pada penduduk yang sedang naik jumahnya, bertambah banyaknya bahan makanan berlangsung lebih cepat daripada bertambahnya orang. Keadaan ini mengakibatkan naiknya tingkat kemakmuran penduduk itu. Meningkatnya kemakmuran menyebabkan berkurangnya kemampuan meurunkan keturunan. Banyaknya bahan makanan dan mudahnya keadaan penghidupan mempengaruhi berkurangnya kemampuan menurunkan keturunan. Bukti-bukti itu ditemukan oleh Sadler di Negara-negara dan kota-kota besar yang rapat penduduknya dengan angka-angka kelahiran yang rendah dan banyaknya bangsawan-bangsawan inggris yang tidak mempunyai keturunan lagi. Begitu juga dalam keadaan yang sebaliknya. Sukarnya penghidupan dan kurangnya bahan makanan sangat besar pengaruhnya terhadap bahan makanan menurunkan keturunan.

Dalil yang menyatakan bahwa kemampuan menurunkan keturunan akan berkurang dalam meningkatnya kemakmuran, dengan tegas dipertahankan oleh Thomas Doubleday pada tahun 1841. Menurut pendapatnya, sangat sukar didapatkan bahan penghidupan, merupakan suatu perangsang dari daya biak sedangkan bila bahan-bahan penghidupan itu mudah didapatkan maka hal ini akan mengurangi kemampuan melahirkan. Berlakunya hukum ini dapat kita jumpai pada seluruh alam hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Di negeri-negeri yang kaya dan makmur keadaan rakyatnya, maka kemampuan menurukan keturunan sangat kecil, sedangkan negeri-negeri yang rakyatnya miskin dimana keperluan hidupnya serba sukar didapatkan,


(34)

kemampuan melahirkan itu sangatlah besar. Keadaan tersebut oleh Doubleday dinyatakan sebagai “Hukum yang agung dan nyata dari penduduk” atau (”The real and the great law of human population”). Ia mengira, bahwa secara empiris ia dapat membuktikan berlakunya hukum itu.

Herbert Spencer yang menyangkal dengan keras teori dari Malthus menarik garis pemisah antara hewan dan manusia dalam memperkembangkan keturunannya. Ia berpendapat bahwa manusia mengenal “Individu” dan “Kemajuan Perseorangan”. Semakin banyak orang mempergunakan energi untuk kemajuan dirinya, semakin berkuranglah energi yang dapat dipergunakan untuk memperkembangkan keturunan. Karena itu, jenis hewan yang tingkat kemajuannya rendah, daya biaknya tinggi, sebaliknya tingkat kemajuan individu yang tinggi bersamaan dengan daya biak yang rendah. manusia adalah jenis hewan yang paling maju dan kemampuan menurunkan keturunan adalah paling rendah. semakin tinggi tingkat kemajuan sesuatu golongan penduduk, akan semakin berkuranglah daya biaknya, sehingga akhirnya akan sampai kepada suatu tingkatan, dimana kemampuan menurunkan keturunan itu hanya sekedar cukup untuk mengkompensir jumlah kematian. Selanjutnya penduduk itu akan menjadi stasioner.

Menurut Abdurachim dalam Radifan ( 2009 ) faedah dari adanya teori-teori golongan fisiologis ini adalah bahwa orang-orang tidak lagi berpegang teguh, bahwa kemapuan menurunkan keturunan merupakan suatu daya yang tetap. Tetapi bukti-bukti daripada teori-teori itu sukar didapat, jadi hanya merupakan suatu hipotesa belaka.


(35)

2.2.3 Mazhab Psycho-Sosial

Menurut Nassau William Senior, bahwa cita-cita manusia untuk memperbaiki kedudukannya dalam penghidupan sama kuatnya dengan keinginan untuk menurunkan keturunan. Beberapa tahun kemudian teori Senior itu diperbaharui oleh Arsene Dumont. Inti dari teori Dumont ini adalah bahwa setiap orang mempunyai keinginan untuk memperbaiki kedudukan ekonomi dan kedudukan sosialnya sepanjang hal itu masih dapat dilakukan. Dan hal ini disebutnya Kapilaritas Sosial. Menurut Abdurachim dalam Radifan ( 2009 ) Keinginan untuk maju dalam perjuangan hidup diwariskan oleh orang secara turun-temurun kepada keturunnnya. Setiap orang tua menghendaki agar anak keturunannya mempunyai kedudukan-kedudukan yang lebih baik daripada yang telah dimilikinya. Yang mengharapkan keadaan yang sebaliknya tidak pernah ada.

2.2.4 Teori Evolusi Sosial

Disamping teori-teori golongan fisiologis dan golongan psycho-sosial dalam permulaan abad ke-20 masih terdapat teori-teori lain mengenai masalah penduduk. Prof. Gini yang teori nya disebut orang teori evolusi-sosial menyebut proses dari pertumbuhan penduduk bangsa sebagai “peredaran (siklus) bangun dan runtuhnya penduduk”. Siklus dari pertumbuhan penduduk ini menurut pendapatnya adalah sama dengan siklus hidup individu. Ada suatu masa permulaan, dimana orang tumbuh dengan cepat menjadi besar yang kemudian disusul dengan masa pertumbuhan yang lambat dan menjadi tua, untuk selanjutnya mengalami keruntuhan.


(36)

Tiap bangsa dalam usia mudanya mempunyai struktur masyarakat yang sederhana dengan angka-angka kesuburan ( kelahiran) yang tinggi. Sebagai suatu konsekuensi daripada ini penduduk bangsa itu akan tumbuh dalam jumlah yang besar dan sejalan dengan ini, organisasi-organisasi dalam masyarakat pun akan tumbuh menjadi kompleks seperti terlihat dalam perkembangan kelas-kelas sosialnya, pertumbuhan industri-industri dan aktivitas ekonominya. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, tekanan hidup akan terasa dan ekspansi akan terjadi dengan melalui peperangan atau pendudukan daerah-daerah orang lain.

Pada akhir, kemudian akan terjadi pengurangan dalam pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh kehilangan tenaga-tenaga produksif dalam peperangan atau perpindahan. Sebab utama dari berkurangnya penduduk itu bersifat biologi. Gini percaya bahwa faktor yang fundamental dalam berkurangya penduduk adalah faktor biologi, yang tidak dapat ditandingi oleh faktor-faktor sosial dan ekonomi. Permulaan pengurangan kelahiran itu akan berlaku pada kelas-kelas sosial yang tinggi untuk selanjutnya meluas kepada kelas-kelas sosial yang rendah. dengan demikian penduduk akan menjadi kecil jumlahnya.

2.2.5 Teori Neo-Malthusianisme

Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, teori Malthus mulai diperdebatkan lagi. Kelompok yang menyokong aliran Malthus tetapi lebih radikal disebut dengan kelompok Neo-Malthusianism. Kelompok ini tidak sependapat dengan Malthus bahwa mengurangi jumlah penduduk cukup dengan moral restraint saja. Untuk keluar dari perangkap Malthus, mereka menganjurkan menggunakan semua cara-cara “preventive checks” misalnya dengan penggunaan


(37)

alat-alat kontrasepsi untuk mengurangi jumlah kelahiran, pengguguran kandungan (absortions). Paul Ehrlich mengatakan:

…the only way to avoid that scenario is to bring the birth rate under control-perhaps even by force (Weeks, 1992).

Menurut kelompok ini (yang dipelopori oleh Garrett Hardin dan Paul Ehrlich). Pada abad ke-20 (pada tahun 1950-an), dunia baru yang pada jamannya Malthus masih kosong kini sudah mulai penuh dengan manusia. Dunia baru sudah tidak mampu untuk menampung jumlah penduduk yang selalu bertambah. Tiap minggu lebih dari seratus juta bayi lahir di dunia, ini berarti satu juta lagi mulut yang harus diberi makan. Mungkin pada permulaan abad ke-19 orang masih dapat mengatakan bahwa apa yang diramalkan Malthus tidak mungkin terjadi tetapi sekarang beberapa orang percaya bahwa hal itu terjadi dengan mengatakan “it has come true:it is happening”.

Di tahun 1960-an dan 1970-an photo-photo yang diambil dari tuang angkasa menunjukkan bahwa bumi kita terlihat seperti sebuah kapal yang berlayar di ruang angkasa dengan persediaan bahan bakar dan bahan makanan yang terbatas. Pada suatu saat, kapal ini akan kehabisan bahan bakar dan bahan makanan, sehingga akhirnya malapetaka menimpa kapal tersebut.

Paul Ehrlich dalam bukunya “The Population Bomb” pada tahun 1971, menggambarkan penduduk dan lingkungan yang ada di dunia dewasa ini sebagai berikut. Pertama, dunia ini sudah terlalu banyak manusia; kedua, keadaan bahan makanan sangat terbatas; ketiga, karena terlalu banyak manusia di dunia ini lingkungan sudah banyak yang rusak dan tercemar. Pada tahun 1990 Ehrlich bersama istrinya merevisi buku tersebut dengan judul yang baru “The Population


(38)

Explotion” yang isinya bahwa bom penduduk yang dikhawatirkan tahun 1968, kini sewaktu-waktu akan dapat meletus. Kerusakan dan pencemaran lingkungan yang parah karena sudah terlalu banyaknya penduduk sangat merisaukan mereka. Selanjutnya Ehrlich menulis:

…the poor are dying of hunger, while rich and poor alike are dying from the by-products of affluence-pollution and ecological disaster (Weeks, 1992).

Pandangan mereka (Ehrlich dan Hardin) tentang masa depan dunia ini sangat suram, namun demikian isu kependudukan ini sangat penting bagi seluruh

generasi terutama bagi penduduk di Negara maju (devel-oped world) ( Mantra,2003:53-54 ).

Pada tahun 1972, Meadow menerbitkan sebuah buku dengan judul “The Limit to Growth”. Bagi penganut Malthus, buku ini merupakan karya yang terbaik yang pernah diterbitkan, tetapi bagi penentang teori Malthus buku ini dapat mempengaruhi manusia dalam melihat pesimisme. Tulisan Meadow memuat hubungan antara variable lingkungan yaitu: penduduk, produksi pertanian, produksi industri, sumber daya alam dan polusi.

2.3 Fertilitas

Fertilitas adalah hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk ( Hatmadji, 2004:55 ).

Menurut United Nations ( Perserikatan Bangsa-Bangsa ) dan WHO Fertilitas yang juga dapat disebut kelahiran hidup (live birth), adalah suatu


(39)

dimana si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan, misalnya: bernafas, ada denyut jantungnya atau denyut tali pusat atau gerakan-gerakan otot.

Fertilitas terjadi pada masa reproduksi ( childbearing age ). Masa reproduksi ( childbearing age ) adalah masa dimana wanita mampu melahirkan, yang disebut juga dengan usia subur yaitu sekitar umur 15-49 tahun.

Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seorang bayi. Disamping itu seorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya seorang perempuan yang telah melahirkan seorang anak tidak berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun.

Memperhatikan kompleksnya pengukuran terhadap fertilitas tersebut, maka memungkinkan pengukuran terhadap fertilitas ini dilakukan dengan dua macam pendekatan : pertama, Pengukuran Fertilitas Tahunan (Yearly Performance) dan kedua, Pengukuran Fertilitas Kumulatif (Reproductive History). 1. Yearly Performance (current fertility)

Mencerminkan fertilitas dari suatu kelompok penduduk/berbagai kelompok penduduk untuk jangka waktu satu tahun. Yearly Performance terdiri dari :

a. Angka Kelahiran Kasar atau Crude Birth Ratio (CBR)

Angka Kelahiran Kasar dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Atau dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut :


(40)

Dimana :

CBR : Crude Birth Rate atau Angka Kelahiran Kasar B : Banyaknya kelahiran selama 1 tahun

Pm : Banyakya penduduk pada pertengahan tahun tertentu k : Bilangan konstan yang biasanya 1.000

Kebaikan dari perhitungan CBR ini adalah perhitungan ini sederhana, karena hanya memerlukan keterangan tentang jumlah anak yang dilahirkan dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Sedangkan kelemahan dari perhitungan CBR ini adalah tidak memisahkan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan yang masih kanak-kanak dan yang berumur 50 tahun keatas. Jadi angka yang dihasilkan sangat kasar ( Hatmadji, 2004 :59-60 ).

b. Angka Kelahiran Umum atau General Fertility Rate (GFR)

Angka Kelahiran Umum adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita yang berumur 15-49 tahun atau 15-44 tahun. Dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

GFR : Tingkat Fertilitas Umum B : Jumlah kelahiran


(41)

Kebaikan dari perhitungan GFR ini adalah perhitungan ini lebih cermat daripada CBR karena hanya memasukkan wanita yang berumur 15-49 tahun atau sebagai penduduk yang exposed to risk. Kelemahan dari perhitungan GFR ini adalah tidak membedakan risiko melahirkan dari berbagai kelompok umur, sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap mempunyai risiko melahirkan yang sama besarnya dengan wanita yang berumur 25 tahun (Hatmadji, 2004 :61).

c. Angka Kelahiran menurut Kelompok Umur atau Age Specific Fertility Rate (ASFR)

Terdapat variasi mengenai besar kecilnya kelahiran antar kelompok penduduk tertentu, karena tingkat fertilitas penduduk ini dapat pula dibedakan menurut: jenis kelamin, umur, status perkawinan, atau kelompok-kelompok penduduk yang lain.

Diantara kelompok perempuan usia reproduksi (15-49) terdapat variasi kemampuan melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas perempuan pada tiap-tiap kelompok umur Age Specific Fertility Rate (ASFR). Sehingga, ASFR dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada kelompok umur tertentu, dengan rumus sebagai berikut:


(42)

Dimana:

ASFR : Age Specific Fertility Rate

Bi : Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i

Pfi : Jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun k : Angka konstanta 1.000

Kebaikan dari perhitungan ASFR ini adalah perhitungan ini lebih cermat dari GFR Karena sudah membagi penduduk yang exposed to risk ke dalam berbagai kelompok umur. Dengan ASFR dimungkinkan pembuatan analisis perbedaan fertilitas (current fertility) menurut berbagai karakteristik wanita. Dengan ASFR dimungkinkan dilakukannya studi fertilitas menurut kohor. ASFR ini merupakan dasar untuk perhitungan ukuran fertilitas dan reproduksi selanjutnya (TFR, GRR, dan NRR).

Kelemahan dari perhitungan ASFR ini adalah membutuhkan data yang terinci yaitu banyaknya kelahiran untuk kelompok umur. Sedangkan data tersebut belum tentu ada di tiap negara/daerah, terutama di negara yang sedang berkembang. Jadi pada kenyataannya sukar sekali mendapat ukuran ASFR. Kemudian pada perhitungan ini tidak menunjukkan ukuran fertilitas untuk keseluruhan wanita umur 15-49 tahun ( Hatmadji, 2004:62 ).

d. Angka Kelahiran Total atau Total Fertility Rate (TFR)

Tingkat Fertilitas Total didefenisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan:


(43)

1. Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya

2. Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu. Tingkat Fertilitas Total menggambarkan riwayat fertilitas dari sejumlah perempuan hipotesis selama masa reproduksinya. Dalam praktek Tingkat Fertilitas Total dikerjakan dengan menjumlahkan tingkat fertilitas perempuan menurut umur, apabila umur tersebut berjenjang lima tahunan, dengan asumsi bahwa tingkat fertilitas menurut umur tunggal sama dengan rata-rata tingkat fertilitas kelompok umur lima tahunan. Maka rumus dari Tingkat Fertilitas Total atau TFR adalah sebagai berikut :

TFR = 5 (i = 1,2,…..)

Dimana:

ASFR = Angka kelahiran menurut kelompok umur. i = Kelompok umur 5 tahunan, dimulai dari 15-19.

Kebaikan dari perhitungan TFR ini adalah TFR merupakan ukuran untuk seluruh wanita usia 15-49 tahun, yang dihitung berdasarkan angka kelahiran menurut kelompok umur ( Hatmadji, 2004 :63 ).

2. Reproductive History (cummulative fertility)

a. Children Ever Born (CEB) atau jumlah anak yang pernah dilahirkan

CEB mencerminkan banyaknya kelahiran sekelompok atau beberapa wanita selama reproduksinya; dan disebut juga paritas. Kebaikan dari perhitungan


(44)

CEB ini adalah mudah didapatkan informasinya (di sensus dan survey) dan tidak ada referensi waktu.

Kemudian kelemahan dari perhitungan ini adalah angka paritas menurut kelompok umur akan mengalami kesalahan karena kesalahan pelaporan umur penduduk, terutama di negara sedang berkembang. Kemudian ada kecenderungan semakin tua semakin besar kemungkinannya melupakan jumlah anak yang dilahirkan. Dan kelemahannya fertilitas wanita yang telah meninggal dianggap sama dengan yang masih hidup ( Hatmadji, 2004 :63-64 ).

b. Child Woman Ratio (CWR)

CWR adalah hubungan dalam bentuk ratio antara jumlah anak di bawah 5 tahun dan jumlah penduduk wanita usia reproduksi. Kebaikan dari perhitungan CWR ini adalah untuk mendapatkan data yang diperlukan tidak usah membuat pertanyaan khusus dan berguna untuk indikasi fertilitas di daerah kecil sebab di Negara yang registrasinya cukup baik pun, statistic kelahiran tidak ditabulasikan untuk daerah yang kecil-kecil.

Kelemahan dari CWR ada tiga, pertama langsung dipengaruhi oleh kekurangan pelaporan tentang anak, yang sering terjadi di Negara sedang berkembang. Walaupun kekurangan pelaporan juga terjadi di kelompok ibunya namun secara relatif kekurangan pelaporan pada anak-anak jauh lebih besar. Kedua, dipengaruhi oleh tingkat mortalitas, dimana tingkat mortalitas anak, khususnya di bawah satu tahun juga lebih besar dari orang tua, sehingga CWR selalu lebih kecil daripada tingkat fertilitas yang seharusnya. Ketiga, tidak memperhitungkan distribusi umur dari penduduk wanita ( Hatmadji, 2004 :65-66).


(45)

Dimana hal inilah yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel lainnya seperti PDRB perkapita, Angka Harapan Hidup, Indeks Tingkat Pendidikan, Wanita berumur 15-49 tahun yang menggunakan Alat Kontrasepsi dan Tingkat Urbanisasi dapat mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia.

2.4. Konsep Produk Domestik Regional Bruto

2.4.1. Pendapatan Regional

Pendapatan regional netto adalah produk domestik regional netto atas dasar biaya faktor dikurangi aliran dana yang keluar ditambah aliran dana yang masuk dan jumlah pendapatan yang benar-benar diterima (income receipta) oleh seluruh penduduk di daerah tersebut.

2.4.2. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beropersasi pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. PDRB yang masih ada unsur inflasi dinamakan PDRB atas dasar harga berlaku.

Dengan kata lain PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh nilai barang-barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi didalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan.


(46)

Harga konstan artinya produk didasarkan atas harga pada tahun tertentu. Tahun yang dijadikan patokan harga disebut tahun dasar untuk penentuan harga konstan. Pada perhitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral.

2.4.4. Pendapatan perkapita

Pendapatan perkapita merupakan gambaran dari rata-rata pendapatan yang digunakan secara langsung sebagai ukuran tingkat pemerataan pendapatan. Adanya peningkatan perekonomian dengan melambatnya perkembangan pertumbuhan penduduk, akan mengakibatkan terjadinya peningkatan PDRB perkapita.

PDRB perkapita diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun disuatu wilayah atau daerah. Statistik ini dapat digunakan sebagai salah satu indikator kemakmuran, walaupun ukuran ini belum dapat diperoleh dari hasil bagi antara PDRB dengan penduduk pertengahan tahun bersangkutan. Jadi besarnya PDRB perkapita tersebut sangat dipengaruhi oleh kedua variabel di atas. Dengan disajikannya PDRB perkapita seluruh daerah kabupaten/ kota maupun antara satu tahun dengan tahun berikutnya.

2.4.5. Metode Perhitungan Pendapatan Regional

Metode tahap pertama dapai di bagi dalam dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung adalah perhitungan dengan menggunakan data daerah atau data asli yang menggambarkan kondisi daerah dan


(47)

berasal dari sumber data yang ada di daerah itu sendiri. Metode langsung dapat dilakukan dengan menggunakan tiga macam cara, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Metode tidak langsung adalah perhitungan dengan mengalokasikan pendapatan nasional menjadi pendapatan regional memakai berbagai macam indikator antara lain jumlah produksi, luas areal sebagai alokatornya.

a. Metode langsung :

1. Pendekatan produksi

Pendekatan produksi merupakan cara perhitungan nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari total produk bruto sektor atau subsektor di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun.

Pendekatan ini banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah dari sektor produknya berbentuk fisik atau barang seperti :

a. Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan b. Pertambangan dan penggalian

c. Industri pengolahan d. Listrik, gas dan air bersih e. Bangunan

f. Perdagangan, hotel dan restoran g. Pengangkutan dan komunikasi


(48)

h. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan i. Jasa-jasa

j. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi (output) dan nilai biaya (intermediate cost), yaitu bahan baku dari luar yang dipakai dalam proses produksi. Nilai tambah itu sama dengan balas jasa atas ikut sertanya berbagai faktor produksi dalam proses produksi.

2. Pendekatan pendapatan

Dalam pendekatan pendapatan, jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, maka pendapatan regional adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, keuntungan, yang semuanya belum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB ini termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tidak langsung neto.

3. Pendekatan pengeluaran

Pendekatan dari segi pengeluaran adalah jumlah seluruh pengeluaran akhir yang dilakukan dari suatu barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri. Kalau dilihat dari segi penggunaan maka total penyedian produksi barang dan jasa yang digunakan untuk :

a. Konsumsi rumah tangga


(49)

d. Pembentukan modal tetap bruto atau investasi

e. Perubahan stok adalah selisih antara awal tahun dengan akhir tahun dari bahan yang ada dalam penyimpanan produsen ataupun dalam proses produksi.

f. Ekspor netto adalah total ekspor dikurang impor. Pendekatan pengeluaran juga menghitung apa yang diproduksi di wilayah tersebut tetapi hanya menjadi konsumsi atau pengguna akhir.

b. Metode Tidak Langsung

Metode tidak langsung adalah suatu cara untuk menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator yang digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.

Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada data yang tersedia. Pada hakekatnya, pemakaian kedua metode tersebut akan saling menunjang satu sama lain, karena metode langsung akan mendorong peningkatan kualitas data daerah, sedangkan metode tidak langsung akan merupakan koreksi dalam perbandingan bagi data mentah.

2.4.6. Kaitan Pendapatan Per Kapita terhadap Fertilitas

Dalam analisis ekonomi fertilitas dibahas mengapa permintaan akan anak berkurang bila pendapatan meningkat. New household economics berpendapat bahwa (a) orang tua mulai lebih menyukai anak-anak yang berkualitas lebih tinggi


(50)

dalam jumlah yang hanya sedikit sehingga “harga beli” meningkat; (b) bila pendapatan dan pendidikan meningkat maka semakin banyak waktu (khususnya waktu ibu) yang digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi lebih mahal (Mundiharno, 1997 :6).

H. Leibenstein berpendapat bahwa anak dilihat dari 2 segi kegunaannya (utility) dan biaya (cost). Kegunaannya ialah memberikan kepuasan, dapat memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua di masa depan. Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari mempunyai anak tersebut.

Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi orang tua akan berubah. Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biayanya naik. Sedangkan kegunannya turun sebab walaupun anak masih memberikan kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Di samping itu orang tua juga tak tergantung dari sumbangan anak. Jadi biaya membesarkan anak lebih besar daripada kegunaannya. Hal ini mengakibatkan demand terhadap anak menurun atau dengan kata lain fertilitas turun ( Mundiharno, 1997 :5 ).

Robinson dan Harbinson menggambarkan kerangka analisis ekonomi terhadap fertilitas. Pertimbangan ekonomi dalam menentukan fertilitas terkait dengan income, biaya (langsung maupun tidak langsung), selera, modernisasi dan sebagainya. Menurut Bulatao, modernisasi berpengaruh terhadap demand for children dalam kaitan membuat latent demand menjadi efektif. Menurut Bulatao, demand for children dipengaruhi (determined) oleh berbagai faktor seperti biaya


(51)

anak, pendapatan keluarga dan selera, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini :

Sumber : Mundiharno :7

Gambar 2.2

Model Robinson

Selain itu, Easterlin berpendapat bahwa bagi negara-negara berpendapatan rendah permintaan mungkin bisa sangat tinggi tetapi suplainya rendah, karena terdapat pengekangan biologis terhadap kesuburan. Hal ini menimbulkan suatu permintaan “berlebihan” (excess demand) dan juga menimbulkan sejumlah besar orang yang benar-benar tidak menjalankan praktek-praktek pembatasan keluarga. Di pihak lain, pada tingkat pendapatan yang tinggi, permintaan adalah rendah sedangkan kemampuan suplainya tinggi, maka akan menimbulkan suplai “berlebihan” (over supply) dan meluasnya praktek keluarga berencana ( Mundiharno, 1997 :7-8 ).


(52)

2.5 Angka Harapan Hidup Saat Lahir

Secara umum, tingkat kesehatan penduduk di suatu wilayah yang dapat di nilai dengan menilai angka harapan hidup. Angka harapan hidup suatu umur didefinisikan sebagai rata-rata jumlah tahun kehidupan yang masih dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur tepat X dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka harapan hidup waktu lahir misalnya, merupakan rata-rata tahun kehidupan yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir. Angka harapan hidup pada suatu usia merupakan indikator yang baik untuk menunjukkan tingkat sosial-ekonomi secara umum.

Angka ini sekaligus memperlihatkan keadaan dan sistem pelayanan kesehatan yang ada dalam suatu wilayah dan masyarakat, karena dapat dipandang sebagai suatu bentuk akhir dari hasil upaya peningkatan taraf kesehatan secara keseluruhan. Kebijakan kesadaran masyarakat dalam membiasakan diri untuk sehat, diperkirakan akan membantu memperpanjang angka harapan hidup ( Mantra, 2003:111 ).

2.5.1 Kaitan Angka Harapan Hidup terhadap Fertilitas

Ada dua petunjuk yang dapat digunakan untuk menilai keadaan kesehatan suatu masyarakat yakni dengan angka kematian bayi dan angka harapan hidup. Apabila angka harapan hidup atau umur perkiraan naik, maka angka kelahiran turun. Orang tua biasanya menginginkan setidaknya-tidaknya satu anak lelakinya berumur panjang, untuk menjaganya di hari tua dan meneruskan nama keluarga. Sering kali seorang wanita harus beranak enam atau lebih supaya pasti bahwa satu anak laki-laki dapat hidup sampai dewasa. Sebuah penelitian yang


(53)

pentingnya kepastian anak-anak dapat hidup terus sampai dewasa pada dorongan untuk membina keluarga kecil. Dimana angka kematian sangat tinggi, disitu orang tua berusaha mempunyai anak sebanyak mungkin. Dimana pada angka kematian rendah dan angka harapan hidup atau umur perkiraan 50 tahun atau lebih, disitu setiap menurunnya angka kematian disertai menurunnya angka kelahiran. Lebih besar lagi, dan dengan demikian memperlambat perkembangan penduduk secara keseluruhan ( Brown dalam Radifan, 2009 ).

2.6 Indeks Tingkat Pendidikan

Adalah terdiri dari dua bagian, dimana bobot dua pertiganya untuk kemampuan baca tulis dan bobot sepertiganya adalah untuk masa bersekolah ( Todaro, 2004 :69 ). Hal ini dapat dirumuskan adalah :

Indeks pendidikan =

masa bersekolah bruto)

2.6.1 Index Angka Melek Huruf

Salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran kesejahteraan sosial yang merata adalah dengan melihat tinggi randahnya persentase penduduk yang melek huruf. Tingkat melek huruf atau sebaliknya tingkat buta huruf dapat dijadikan ukuran kemajuan suatu bangsa. Adapun kemampuan membaca dan menulis yang dimiliki akan dapat mendorong penduduk untuk berperan lebih aktif dalam proses pembangunan (BPS, Indikator Kesejahteraan Rakyat: 2007).


(54)

Masa bersekolah bruto dapat melebihi 100 persen hal ini dikarenakan siswa yang tua dapat kembali bersekolah. Indeks Angka Melek Huruf ini dibatasi hingga seratus persen ( Todaro, 2004 :69 ). Rumusnya adalah:

Indeks kemampuan baca tulis orang dewasa =

2.6.2 Rata-rata lama sekolah

Rata-rata perkiraan lamanya penduduk untuk menyelesaikan pendidikan dari yang berusia sekolah dasar, sekolah menegah, dan sekolah tingkat lanjut terdaftar untuk belajar di sekolah yang satuannya dalam persen (Todaro, 2004 :69). Adapun rumusnya adalah :

Indeks masa bersekolah bruto =

2.6.3 Kaitan Indeks Tingkat Pendidikan terhadap Fertilitas

New household economics berpendapat bahwa bila pendapatan dan pendidikan meningkat maka semakin banyak waktu (khususnya waktu ibu) yang digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi lebih mahal. Sehingga hal ini dapat mengurangi angka kelahiran (Mundiharno, 1997 :7).

Serupa dengan teori tradisional perilaku konsumen, penerapan teori fertilitas di Negara-negara berkembang memberikan pemahaman bahwa seandainya harga relatif atau biaya anak-anak meningkat akibat dari, misalnya,


(55)

pekerjaan, atau adanya undang-undang mengenai batas usia minimum bagi anak-anak yang hendak bekerja, maka keluarga-keluarga akan menginginkan sedikit anak-anak “tambahan”.

Penelitian mengenai kaitan pendidikan dengan wanita dengan kesuburan di beberapa Negara, sudah maupun kurang berkembang, mengungkapkan bahwa adanya kaitan yang erat antara tingkat pendidikan dengan fertilitas dalam hal ini pada tingkat kesuburan. Semakin tinggi pendidikan semakin rendah kesuburan yang mengakibatkan penurunan pada fertilitas. Di beberapa Negara, meluasnya kepandaian baca-tulis mengurangi anaknya kira-kira 1,5 atau kira-kira sepertiga.

Ada beberapa penjelasan yang diketengahkan mengenai peran pendidikan dalam menurunkan besar keluarga. Pendidikan dapat mempengaruhi pandangan hidup dan tata nilai orang sedemikian rupa sehingga ia tidak begitu saja lagi menerima tata cara bertingkah laku tradisional orang tuanya atau tokoh orang tua yang lain. Orang berpendidikan atau pandai baca-tulis lebih terbuka pada pikiran-pikiran baru dan lebih banyak mempuyai kesempatan untuk bertemu muka dengan “penyalur perubahan” seperti para perencana bidang kesehatan atau penasehat program keluarga berencana. Pendidikan yang makan waktu lama kemungkinan besar akan menyebabkan perkawinan tertunda dan membuka pilihan antara bekerja dan membesarkan anak. Pendidikan yang lebih tinggi mungkin pula berarti kehidupan ekonomi yang lebih terjamin, dan ini biasanya berarti keluarga yang lebih kecil. Semua penjelasan ini menolong kita memahami mengapa ada kaitan yang sangat erat antara kaitan pendidikan wanita dan besar keluarga ( Brown dalam Radifan, 2009 ).


(56)

2.7 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita

Partisipasi wanita saat ini bukan sekadar menuntut persamaan hak tetapi juga menyatakan fungsinya mempunyai arti bagi pembangunan dalam masyarakat di Indonesia. Secara umum alasan perempuan bekerja adalah untuk membantu ekonomi keluarga. Keadaan perekonomian yang semakin tidak menentu, harga-harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat, pendapatan keluarga yang cenderung tidak meningkat akan berakibat pada terganggunya stabilitas perekonomian keluarga. Kondisi inilah yang mendorong ibu rumah tangga yang sebelumnya hanya menekuni sektor domestik ( mengurus rumah tangga ), kemudian ikut berpartisipasi di sektor publik dengan ikut serta menopang perekonomian keluarga. Sebagai tenaga kerja wanita dalam keluarga, umumnya ibu rumah tangga cenderung memilih bekerja di sektor informal. Hal ini dilakukan agar dapat membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.

2.7.1 Kaitan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita terhadap Fertilitas

Para orang tua akan tergerak untuk mementingkan kualitas daripada kuantitas anak, atau memberi kesempatan kepada istri dan ibu untuk bekerja demi menunjang pemeliharaan anak. Dengan demikian, salah satu cara untuk mendorong para keluarga agar menginginkan sedikit anak adalah dengan memperbesar kesempatan di bidang pendidikan dan membuka lapangan-lapangan pekerjaan berpenghasilan tinggi kepada kaum wanita ( Rujiman, 2007:95 ). Dengan tingkat partisipasi angkatan kerja wanita yang meningkat cenderung mengakibatkan menurunnya keinginan memiliki anak yang banyak karena waktu yang dimiliki wanita untuk mengurus rumah tangga berkurang karena harus


(57)

bekerja. Serta lebih mudah untuk mengembangkan karir. Sehingga dampaknya dapat memperlambat pertumbuhan penduduk secara keseluruhan .

2.8 Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang

Menggunakan/Memakai Alat/ Cara KB

Usia antara 15-49 tahun merupakan usia subur bagi seseorang wanita atau yang disebut juga masa reproduksi ( childbearing age ) karena pada rentang usia tersebut kemungkinan wanita melahirkan anak cukup besar. Salah satu cara untuk menekan laju penduduk adalah melalui program Keluarga Berencana (KB).

2.8.1 Kontrasepsi

Obat/alat untuk mencegah terjadinya konsepsin (kehamilan). Jenis kontrasepsi ada dua macam:

1. kontrasepsi yang mengandung hormonal (pil, suntik dan implant)

a. Pil merupakan tablet yang yang diminum untuk mencegah kehamilan, mengandung hormon estrogen dan progesteron sintetik, disebut juga sebagai pil kombinasi, sedangkan jika hanya mengandung progesteron sintetik saja disebut Mini Pil atau Pil Progestin.

b. Suntik

c. Implant merupakan kapsul berisi levenorgestrol dimasukkan di bawah kulit lengan atas wanita untuk mencegah terjadinya kehamilan.

2. kontrasepsi non hormonal (IUD, Kondom) a. IUD/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


(58)

Alat Kontrasepsi yang dimasukan ke dalam rahim, terbuat dari plastik halus dan fleksibel (polietilin)Yang beredar di Indonesia.

b. Kondom (karet KB)

Salah satu alat kontrasepsi yang terbuat dari karet (lateks) berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma yang dikeluarkan pria pada saat sanggama sehingga tidak tercurah ke dalam vagina.

2.8.2 Kaitan antara Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin

yang Menggunakan/Memakai Alat/ Cara KB dengan Fertilitas

Teori Bongaarts mengatakan bahwa penentu fertilitas adalah proporsi wanita kawin 15-19 tahun, pemakaian kontrasepsi, aborsi, kemandulan, frekuensi hubungan seksual, selibat permanen dan mortalitas janin. Kemudian menurut Kingsley Davis dan Judith Blake yakni penurunan fertilitas diakibatkan oleh adanya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konsepsi salah satunya adalah dengan pemakaian alat kontrasepsi. Palmore dan Bulatao, dengan teori Contraceptive Choice berpendapat bahwa dengan menggunakan alat kontrasepsi dapat menjarangkan atau membatasi kelahiran.

Pada teori Malthus dan Neo-Malthus juga dijelaskan penggunaan alat kontrasepsi untuk mengurangi jumlah kelahiran. Menurut Malthus, pembatasan pertumbuhan penduduk dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, salah satunya dengan melakukan vice restraint (pengurangan kelahiran) yakni melalui penggunaan alat-alat kontrasepsi, pengguguran kandungan dan lain-lain sebagainya.


(59)

Menurut Ronald Freedman yakni Intermediate variable sangat erat hubungannya dengna norma-norma sosial/masyarakat. Jadi pada akhirnya perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh norma yang ada. Pada gambar berikut ini akan memperlihatkan kaitan antara program keluarga berencana terhadap tingkat fertilitas (Hatmadji,2004:75-76).

Sumber: Hatmadji Harjati, 2004

Gambar 2.3

Kerangka Analisa Sosiologis

2.9Penelitian Terdahulu

Dalam bagian ini peneliti memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya mengenai permasalahan yang sama yaitu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas yang pernah diangkat oleh beberapa peneliti terdahulu melelui penelitian dalam bentuk jurnal ataupun artikel. Dimana penelitian-penelitian tersebut menjadi inspirasi bagi penulis untuk dalam penyusunan skripsi ini, sehingga penulis menjadikan penelitian terdahulu


(60)

tersebut menjadi kajian yang digunakan penulis di daftar pustaka. Adapun para peneliti tersebut terdiri dari :

Penelitian yang dilakukan oleh Rujiman (2007) yang berjudul “Analisis Faktor-faktor Penentu Fertilitas di Negara-negara Asia”. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa Pendapatan Perkapita, Tingkat pendidikan, Penggunaan alat kontrasepsi bagi wanita kawin usia 15-49 tahun, dan tingkat urbanisasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap fertilitas (TFR) di Asia. Sedangkan Tingkat kesehatan yang diwakili oleh angka harapan hidup saat lahir tidak berpengaruh secara signifikan terhadap fertilitas di Asia.

2.10 Kerangka Konseptual Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, metode penelitian dan tujuan penelitian maka dapat dibuat kerangka konseptual penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.6 • Pendapatan

• Kesehatan • Pendidikan

• Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

• Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang Menggunakan / Memakai Alat/Cara KB

Fertilitas

Jumlah penduduk


(61)

Berdasarkan kerangka konseptual di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian bahwa independen yang terdiri dari Pendapatan (X1), Kesehatan (X2), Pendidikan (X3), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita ( X4) dan Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang Sedang Menggunakan/Memakai Alat/ Cara KB (X5) mempengaruhi variabel dependen yaitu TFR (Y).


(1)

LAMPIRAN 5

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK ) Wanita di Sumatera Utara

menurut Kabupaten/Kota Tahun 2004-2008 ( Persen )

No

Kabupaten/kota

2004

2005

2006

2007

2008

1

Nias

85.33

84.98

77.84

74.62

75.96

2

Mandailing Natal

60.62

62.46

59.93

60.03

60.17

3

Tapanuli Selatan

72.9

71.98

68.86

72.35

74.94

4

Tapanuli Tengah

66.15

65.16

62.83

64.95

64.08

5

Tapanuli Utara

79.97

80.42

78.18

80.94

81.1

6

Toba Samosir

83.29

77.84

70.12

74.67

81.22

7

Labuhan Batu

45.9

46.83

43.45

44.31

46.58

8

Asahan

50.93

48.56

47.19

44.2

46.76

9

Simalungun

60.41

66.78

59.8

58.23

59.04

10

Dairi

82.33

83.68

82.9

83.14

84.43

11

Karo

80.15

81.58

79.89

79.8

82.67

12

Deli Serdang

44.65

47.02

46.76

49.65

51.74

13

Langkat

41.21

48.14

42.02

45.43

47.22

14

Nias Selatan

x

78.63

80.19

67.97

77.53

15

Humbang Hasundutan

x

79.56

79.43

85.73

84.63

16

Pakpak Barat

x

81.37

80.16

84.07

83.46

17

Samosir

x

82.51

78.82

85.39

88.41

18

Serdang Bedagai

x

45.38

45.67

46.56

42.44

19

Sibolga

42.44

42.6

39.72

40.05

41.63

20

Tanjung Balai

36.97

43.79

37.64

38.01

40.69

21

Pematang Siantar

38.57

45.83

42.68

40.16

46.93

22

Tebing Tinggi

40.49

43.54

40.02

38.23

39.13

23

Medan

40.89

45.35

44.44

44.76

47.74

24

Binjai

51.97

51.99

46.13

48.85

50.28


(2)

LAMPIRAN 6

Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang Sedang

Menggunakan/Memakai Alat/ Cara KB di Sumatera Utara Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2004-2008 ( Persen )

No

Kabupaten/kota

2004

2005

2006

2007

2008

1

Nias

13.75

11.42

16.78

27.47

23.58

2

Mandailing Natal

23.91

19.58

15.43

25.32

18.25

3

Tapanuli Selatan

12.88

29.91

32.8

27.22

26.61

4

Tapanuli Tengah

23.55

24.47

34.2

30.29

27.21

5

Tapanuli Utara

29.63

24.27

26.51

25.47

22.47

6

Toba Samosir

30.81

29.67

30.55

28.73

26.28

7

Labuhan Batu

49.03

44.48

49.7

48.65

42.04

8

Asahan

53.19

55.06

56.09

51.16

50.96

9

Simalungun

58.4

47.23

52.52

54.31

54.42

10

Dairi

26.88

32.02

36.63

25.57

33.49

11

Karo

40.17

41.44

53.77

43

45.21

12

Deli Serdang

54.09

55.32

50.25

56.17

51.85

13

Langkat

63.22

56.92

58.07

62.11

51.45

14

Nias Selatan

x

12.36

22.47

29.08

24.2

15

Humbang

Hasundutan

x

12.1

17.96

18.18

18.45

16

Pakpak Barat

x

16.55

21.43

29.1

29.51

17

Samosir

x

18.57

21.28

15.16

13.61

18

Serdang Bedagai

x

52.4

55.58

50.71

53.52

19

Sibolga

40.94

33.97

46.13

48.31

44.7

20

Tanjung Balai

37.61

45.43

41.84

45

40.28

21

Pematang Siantar

25.81

36.89

41.25

30.96

35.37

22

Tebing Tinggi

44.52

56.7

56.01

53.9

43.75

23

Medan

40.47

38.64

43.34

40.28

36.07

24

Binjai

49.33

48.35

46.39

46.47

56.17

25

Padang Sidempuan

41.39

36.45

45.12

42.3

35.19


(3)

LAMPIRAN 7

HASIL REGRESI

Metode Ordinary Least Square ( OLS )

Dependent Variable: TFR? Method: Pooled Least Squares Date: 11/19/10 Time: 20:58 Sample: 2004 2008

Included observations: 5 Cross-sections included: 25

Total pool (unbalanced) observations: 120

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 9.562698 1.148128 8.328948 0.0000

LOGPDRB? 0.081559 0.063059 1.293383 0.1985

AHH? -0.105370 0.013587 -7.755068 0.0000

IP? -0.015084 0.010019 -1.505578 0.1349

TPAKW? 0.006520 0.001900 3.430990 0.0008

WKB? -0.005086 0.002350 -2.164244 0.0325

R-squared 0.614222 Mean dependent var 2.834417

Adjusted R-squared 0.597302 S.D. dependent var 0.374257

S.E. of regression 0.237498 Akaike info criterion 0.011392

Sum squared resid 6.430208 Schwarz criterion 0.150767

Log likelihood 5.316472 Hannan-Quinn criter. 0.067993

F-statistic 36.30136 Durbin-Watson stat 0.212903


(4)

Metode Fixed Effect Model ( FEM )

Dependent Variable: TFR? Method: Pooled Least Squares Date: 11/19/10 Time: 20:54 Sample: 2004 2008

Included observations: 5 Cross-sections included: 25

Total pool (unbalanced) observations: 120

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 22.86077 1.442070 15.85274 0.0000

LOGPDRB? -0.104916 0.037384 -2.806400 0.0061

AHH? -0.203107 0.018955 -10.71532 0.0000

IP? -0.062156 0.026291 -2.364145 0.0202

TPAKW? -0.002284 0.003326 -0.686814 0.4940

WKB? -0.002323 0.001924 -1.207211 0.2305

Fixed Effects (Cross)

_NIAS--C -0.329958

_MADINA--C -0.988640

_TAPSEL--C -0.116670

_TAPTENG--C -0.108421

_TAPUT--C 0.335056

_TOBASA--C 0.780609

_LABBATU--C 0.080450

_ASAHAN--C 0.035581

_SIMALUNG--C -0.196840

_DAIRI--C -0.018303

_KARO--C 0.269096

_DELSER--C -0.129759

_LANGKAT--C -0.264992

_NIASSEL--C -0.427741

_HUMHAS--C 0.223387

_PAKBHAR--C -0.156197

_SAMOSIR--C 0.619714

_SERGAI--C -0.278238

_SIBOLGA--C 0.180442

_TANJUNGBAL--C 0.273023

_PSIANTAR--C 0.135912

_TEBTING--C 0.014173

_MEDAN--C 0.004027

_BINJAI--C 0.100897

_PASID--C -0.040424

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.963084 Mean dependent var 2.834417


(5)

S.E. of regression 0.082685 Akaike info criterion -1.935237

Sum squared resid 0.615314 Schwarz criterion -1.238365

Log likelihood 146.1142 Hannan-Quinn criter. -1.652234

F-statistic 80.96547 Durbin-Watson stat 1.415445

Prob(F-statistic) 0.000000

Metode Randonm Effect Model ( REM )

Dependent Variable: TFR?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 11/19/10 Time: 20:58

Sample: 2004 2008 Included observations: 5 Cross-sections included: 25

Total pool (unbalanced) observations: 120

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 19.61519 1.147969 17.08687 0.0000

LOGPDRB? -0.104531 0.036111 -2.894749 0.0045

AHH? -0.182269 0.014512 -12.56009 0.0000

IP? -0.038028 0.015587 -2.439714 0.0162

TPAKW? 0.001021 0.002331 0.438125 0.6621

WKB? -0.002505 0.001809 -1.384815 0.1688

Random Effects (Cross)

_NIAS--C -0.231338

_MADINA--C -0.871693

_TAPSEL--C -0.154697

_TAPTENG--C -0.063482

_TAPUT--C 0.251874

_TOBASA--C 0.662284

_LABBATU--C 0.140517

_ASAHAN--C 0.124272

_SIMALUNG--C -0.173102

_DAIRI--C -0.057104

_KARO--C 0.130023

_DELSER--C -0.102929

_LANGKAT--C -0.199996

_NIASSEL--C -0.254257

_HUMHAS--C 0.151154

_PAKBHAR--C -0.162935

_SAMOSIR--C 0.511885

_SERGAI--C -0.212254

_SIBOLGA--C 0.178855


(6)

_PSIANTAR--C 0.080061

_TEBTING--C 0.011640

_MEDAN--C -0.037436

_BINJAI--C 0.049469

_PASID--C -0.073230

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 0.223014 0.8791

Idiosyncratic random 0.082685 0.1209

Weighted Statistics

R-squared 0.693753 Mean dependent var 0.473253

Adjusted R-squared 0.680321 S.D. dependent var 0.164641

S.E. of regression 0.091021 Sum squared resid 0.944479

F-statistic 51.64971 Durbin-Watson stat 0.895490

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.339948 Mean dependent var 2.834417

Sum squared resid 11.00185 Durbin-Watson stat 0.076875

Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: POOL1

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.