Kajian Teori KAJIAN TEORI

keterampilan, dan sikap yang dapat berubah dari waktu ke waktu. Hasil belajar seseorang tidak hanya dilihat dari hasil akhirnya saja, tetapi juga dapat dilihat berdasarkan proses pembelajarannya. Sikap seseorang yang berubah menjadi lebih baik menandakan bahwa orang tersebut telah melalui proses pembelajaran yang baik. c. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Seorang siswa yang mendapatkan hasil belajar tinggi, tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan kognitifnya saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor- faktor lain yang mendukung keberhasilan tersebut. Secara global, faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi tiga macam, diantaranya ialah: Faktor internal faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yakni kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor eksternal dari luar diri siswa, yakni lingkungan di sekitar siswa. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi stategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi- materi pelajaran. 11 Pendapat yang senada juga diungkapkan oleh Wasliman dalam Susanto, bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor eksternal maupun internal. Adapun faktor eksternal berasal dari luar diri siswa yang memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. 12 Adapun pendapat Darmawan dan Permasih dalam buku kurikulum dan pembelajaran, secara umum hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa. Yang tergolong faktor internal ialah: Pertama, faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh, dan sebagainya. 11 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2013, h.129. 12 Ahmad Susanto, Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta: Kencana, 2013, cet. Ke-1, h. 12. Kedua, faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan. Di dalam faktor psikologis, terdapat pula 2 faktor, yakni faktor intelektual, terdiri atas faktor potensial berupa intelegensi dan bakat dan faktor aktual yaitu kecakapan nyata dan prestasi. Lalu faktor non-intelektual yaitu komponen kepribadian tertentu seperti minat, sikap, kebiasaan, motivasi, emosi dan lain sebagainya. Ketiga, faktor kematangan baik fisik maupun psikis. Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu: Pertama, faktor sosial yang terdiri atas faktor lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok. Kedua, faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian dan sebagainya. Ketiga, faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim dan sebagainya. Keempat, faktor spiritual atau faktor lingkungan agama. 13 Jadi, berdasarkan kutipan tersebut, maka faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa berasal dari diri siswa sendiri faktor internal, lalu dari lingkungan sekitarnya faktor eksternal, dan pendekatan siswa terhadap kegiatan pembelajaran di sekolah. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam memengaruhi hasil belajar yang dicapai seseorang. d. Jenis Alat Penilaian Hasil Belajar Alat penilaian digunakan oleh setiap guru untuk mengukur sejauh mana keberhasilan siswa dalam memahami pelajaran. Namun, alat penilaian disini juga memiliki berbagai macam jenis, dan yang seringkali dikenali adalah alat penilaian jenis tes dan juga non-tes. Penilaian jenis tes adalah suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh siswa untuk mengukur aspek perilaku siswa. Dalam referensi lain, tes adalah salah satu teknik penilaian yang termasuk ke dalam pengukuran. 14 13 Toto Ruhimat, Op.Cit., h. 140-141. 14 Mudjijo, Tes Hasil Belajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, h. 27. Penilaian jenis non-tes adalah cara yang digunakan untuk mengetahui kualitas proses dan produk dari suatu pekerjaan serta hal-hal yang berkenaan dengan domain afektif, seperti sikap, minat, bakat, dan motivasi. 15 Sedangkan, Toto dan Cepi dalam tim pengembangan MKDP menyatakan, berdasarkan tekniknya, evaluasi dibedakan antara tes dan nontes. Teknik tes dapat dibedakan menurut materi yang akan dinilai, bentuk dan caranya. Menurut materi yang dinilai dibedakan tes hasil belajar, tes kecerdasan, tes bakat khusus, tes minat, dan tes kepribadian. Menurut bentuknyadibedakan tes uraian dan tes objektif. Menurut caranya dibedakan tes tulisan, tes lisan, dan tes tindakan. Teknik nontes biasanya digunakan untuk menilai proses pembelajaran. Alat-alat khusus untuk melaksanakan teknik nontes ini dapat dilakukan melalui pengamatan, wawancara, angket, hasil karyalaporan, karangan, dan skala sikap. 16 Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa alat penilaian hasil belajar tidak hanya dapat ditentukan dengan tes saja tetapi juga bisa dengan non-tes. Dalam jenis penilaian hasil belajar IPA, penilaian tes dapat menggunakan soal-soal yang bersifat objektif, sedangkan penilaian non-tes dapat berupa observasi langsung kegiatan pembelajaran di kelas dan juga bisa dengan angket. e. Fungsi Dan Tujuan Penilaian Hasil Belajar IPA Hal utama yang harus dipikirkan dalam kegiatan hasil belajar adalah fungsi dan tujuan dari penilaian itu sendiri. Penentuan fungsi dan tujuan penilaian sangat bergantung pada jenis penilaian yang digunakan. Fungsi penilaian hasil belajar adalah sebagai berikut: pertama, fungsi formatif, yaitu untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program remedial bagi siswa. Kedua, fungsi sumatif, yaitu untuk menentukan nilai angka kemajuanhasil belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk memberikan laporan kepada berbagai pihak, penentuan kenaikan kelas, dan penentuan lulus-tidaknya siswa. Ketiga, fungsi diagnostik, yaitu untuk memahami latar belakang psikologis, fisik dan 15 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, h.152. 16 Toto Ruhimat, Op.Cit., h. 167-168. lingkungan siswa yang mengalami kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut. Keempat, fungsi penempatan, yaitu untuk menempatkan siswa dalam situasi pembelajaran yang tepat misalnya dalam penentuan program spesialisasi sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. 17 Tujuan dari penilaian hasil belajar antara lain, untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah diberikan, untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat dan sikap siswa terhadap program pembelajaran, kemudian untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar siswa dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan, untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, untuk seleksi dan menentukan kenaikan kelas, dan untuk menempatkan siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 18 Adapun tujuan evaluasi pembelajaran menurut Toto dan Cepi dalam tim MKDP, meliputi: untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru, untuk memperbaiki, menyempurnakan, dan mengembangkan program belajar mengajar, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya, untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya. 19 Jadi intinya, seorang guru harus mengetahui terlebih dahulu fungsi dan tujuan penilaian yang akan dilakukan sebelum memilih alat penilaian hasil belajar terhadap siswa di kelas. Dengan mengadakan penilaian pembelajaran, maka guru dan siswa dapat memperbaiki dan mengembangkan kemampuan dan memperkuat motivasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas. f. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam IPA adalah ilmu yang mempelajari cara mencari tahu tentang alam semesta dan segala isinya secara sistematis. Ilmu pengetahuan alam diklasifikasikan 17 Zainal Arifin, Op.Cit, h.20 18 Ibid, h.15-16 19 Toto Ruhimat, Op.Cit., h. 169. menjadi tiga bagian, ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses dan sikap. Dari ketiga komponen IPA ini, Sutrisno dalam Susanto menambahkan bahwa IPA juga sebagai prosedur dan IPA sebagai teknologi. Hal ini bersifat pengembangan, yaitu pengembangan prosedur dari proses, sedangkan teknologi dari aplikasi konsep dan prinsip-prinsip IPA sebagai produk. 20 Ahmad Susanto dalam bukunya teori belajar pembelajaran di sekolah dasar juga mengungkapkan bahwa IPA merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Kegiatan IPA dilakukan dengan penyelidikan sederhana. Dengan kegiatan tersebut, pembelajaran IPA akan mendapatkan pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana. Pembelajaran yang demikian dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa sehingga mampu berpikir kritis melalui pembelajaran IPA. 21 Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa mempelajari ilmu pengetahuan alam adalah suatu hal yang penting bagi siswa. Pembelajaran IPA sangat berperan penting dalam kehidupan ini karena dengan mempelajari IPA, kita sebagai manusia dapat belajar untuk memecahkan masalah yang ada di alam ini yang memang seseungguhnya, manusia berhubungan langsung dengan alam semesta. Kita tidak hanya dituntut untuk menyelesaikan suatu permasalahan di alam ini, tetapi juga untuk menjaganya agar tetap lestari. 2. Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. 22 Dalam kutipan lain juga menyebutkan bahwa media adalah seperangkat peralatan pendidikan dan 20 Ahmad Susanto, Op.Cit., h. 167. 21 Ibid., h. 170-171. 22 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h.3. pengajaran yang digunakan untuk membantu penyajian isi dan materi pelajaran kepada siswa agar mereka dapat mencapai tujuan. 23 Wina Sanjaya dalam bukunya strategi pembelajaran mengungkapkan bahwa kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam menyampaikan pesan, media pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah media digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran. Media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan. 24 Menurut Gerlach Ely dalam Arsyad, mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. 25 Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Pengertian belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar mulai dalam masa kecil ketika bayi memperoleh sejumlah kecil keterampilan yang sederhana, seperti memegang botol susu dan mengenal ibunya. 26 Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah, tetapi juga di seluruh tempat yang ada di dunia ini. Dengan belajar, maka seseorang dapat mengembangkan kemampuan yang ia miliki, bahkan dapat menambahkan wawasan baru sehingga dapat bermanfaat bagi orang banyak kelak. Kemampuan orang untuk belajar ialah ciri penting yang membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk yang lain. Kemampuan belajar itu memberikan manfaat bagi individu dan juga bagi masyarakat. Bagi individu dalam budaya kita, kemampuan untuk belajar secara terus-menerus memberikan sumbangan bagi pengembangan berbagai ragam gaya hidup. 27 23 Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran,Jakarta: UHAMKA PRESS, 2003, h. 125. 24 Wina Sanjaya, Op.Cit., h.163. 25 Azhar Arsyad, Op.Cit.h.3 26 Margaret E. Bell Gredler, Belajar dan Membelajarkan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994, h. 1 27 Ibid, h.1 Berdasarkan dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu pengantar pesan dari pengirim kepada penerima yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar dan dibaca sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam kegiatan pembelajaran. b. Klasifikasi dan Karakteristik Media Klasifikasi media pembelajaran dapat dilihat dari beberapa pendekatan. Klasifikasi media berdasarkan rangsangan belajar menurut Edling terdapat enam unsur rangsangan belajar, yaitu dua untuk pengalaman audio meliputi, kodifikasi subjektif visual dan kodifikasi objektif audio, dua untuk pengalaman visual meliputi kodifikasi subjektif audio dan kodifikasi objektif visual, dan dua pengalaman belajar 2 dimensi meliputi pengalaman langsung dengan orang dan benda-benda. 28 Klasifikasi media berdasarkan fungsi pembelajaran, Gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara dan mesin belajar. Klasifikasi media berdasarkan pemanfaatannya untuk pendidikan, Duncan memaparkan bahwa semakin sulit jenis perangkat media yang dipakai, semakin mahal biaya investasinya, semakin sulit pengadaannya, tetapi juga semakin umum penggunaannya dan semakin luas lingkup sasarannya. 29 Sebaliknya semakin sederhana perangkat media yang digunakan biayanya akan lebih murah, pengadaannya lebih mudah, sifat penggunaannya lebih khusus, dan lingkup sasarannya lebih terbatas. Rudi Bretz mengungkapkan pendapat lain, ia mengklasifikasikan media berdasarkan indera yang terlibat sehingga ia memilih tiga unsur pokok sebagai dasar dari setiap media, yaitu suara, visual, dan gerak. 30 28 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Gaung Persada Press. 2012, h. 50. 29 Ibid, h. 50-51 30 Ibid, h. 52 Jadi, berdasarkan pemaparan diatas, media dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok besar, yaitu media audio verbal bahasa lisan dan media audio non- verbal bunyi-bunyian, musik, dan lain-lain. Media visual verbal pesan linguistik berbentuk tulisan, media visual non-verbal grafis gambar, grafik, diagram, bagan dan peta, media non-verbal 3 dimensi miniatur, mock up, specimen dan diorama. Media audio visual berupa film dan dokumenter dan multimedia. 31 Beberapa karakteristik media pembelajaran, diantaranya, pertama, ciri fiksatif, ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat disusun kembali menggunakan media seperti fotografi, video tape, audio tape dan film. Peristiwa yang kejadiannya hanya sekali dapat diabadikan dan disusun kembali untuk keperluan pembelajaran. Kedua, ciri manipulatif menggambarkan bahwa kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Kejadian yang lama dapat diatur untuk bergerak cepat dan kejadian yang cepat dapat diatur untuk bergerak lambat, sesuai keinginan guru ketika mengajar di kelas, agar dapat menampilkan bagian-bagian yang dianggap penting dalam materi pembelajaran. Ketiga, ciri distributif, ciri ini memungkinkan suatu kejadian atau objek ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. 32 c. Fungsi Media Pembelajaran Setiap media pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru sudah pasti memiliki fungsinya masing-masing. Menurut Sudjana Rivai dalam arsyad, mengemukakan fungsi media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu: Pertama, pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. Kedua, bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya 31 Ibid, h. 54-57 32 Azhar Arsyad,Op.Cit, h.15-17. menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. Ketiga, metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran. Keempat, siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. 33 Pada referensi lainnya, media pendidikan bertujuan untuk membantu memperjelas pokok bahasan yang disampaikan, membantu guru memimpin diskusi, membantu meringankan peranan guru, membantu merangsang siswa berdialog dengan dirinya sendiri internal dialog, membantu mendorong siswa aktif belajar, memudahkan guru mengatasi masalah ruang tempat dan waktu, memberi pengalaman nyata kepada siswa dan memberikan perangsang dan pengalaman yang sama kepada seluruh siswa. 34 Menurut Yudhi Munadi dalam bukunya media pembelajaran, fungsi media pembelajaran difokuskan pada dua hal, yakni analisis fungsi yang didasarkan pada medianya dan didasarkan pada penggunaannya. Analisis fungsi yang didasarkan pada media terdapat tiga fungsi media pembelajaran, yakni: media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar, yaitu fungsi utamanya disamping ada fungsi- fungsi lain. Maka media belajar dapat menggantikan fungsi guru terutama sebagai sumber belajar. Di dalam media sebagai sumber belajar terdapat 2 fungsi, diantaranya: fungsi semantik, ialah kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata simbol verbal yang mana atau maksudnya benar-benar dipahami siswa tidak verbalistik. Dan selanjutnya fungsi manipulatif yakni memiliki dua kemampuan, diantaranya mengatasi ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi. 35 Analisis fungsi yang didasarkan pada penggunaannya terdapat dua fungsi yakni fungsi psikologis, diantaranya ada fungsi atensi yaitu media dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap materi ajar, selanjutnya ada fungsi afektif 33 Ibid, h.28 34 Aminuddin Rasyad, Op.Cit., h.120. 35 Yudhi Munadi, Op.Cit., h. 37-42. yaitu menggugah perasaan, emosi dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Lalu terdapat pula fungsi kognitif yaitu dapat meningkatkan ingatan dan pikiran terhadap pelajaran. Fungsi imajinatif yakni media dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa. Dan fungsi motivasi, yakni mendorong siswa untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Fungsi sosio-kultural, yakni mengatasi hambatan sosio-kultural antarpeserta komunikasi pembelajaran. 36 Ahmad Rohani dalam bukunya yang berjudul media instruksional edukatif menyatakan, fungsi media instruksional edukatif antara lain adalah menyampaikan informasi dalam proses belajar mengajar, memperjelas informasi pada waktu tatap muka dalam proses belajar mengajar, melengkapi dan memperkaya informasi dalam kegiatan belajar mengajar, mendorong motivasi belajar, meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam menyampaikannya, menambah variasi dalam menyajikan materi, menambah pengertian nyata tentang suatu pengetahuan, memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak diberikan guru serta membuka cakrawala yang lebih luas sehingga pendidikan bersifat produktif, memungkinkan siswa memilih kegiatan belajar sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya, mendorong terjadinya interaksi lansung antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa serta siswa dengan lingkungannya, mencegah terjadinya verbalisme, dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dengan menggunakan media secara tepat, dapat menimbulkan semangat yang lesu menjadi bergairah, pelajaran yang berlansung menjadi lebih hidup, mudah dicerna dan tahan lama dalam menyerap pesan-pesan, dapat mengatasi watak dan pengalaman yang berbeda. 37 Berdasarkan pemaparan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa, semua media pembelajaran, apapun itu jenisnya memiliki tujuan untuk membuat kegiatan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan. Dengan media, pembelajaran siswa dapat meningkatkan motivasi belajarnya. Media juga dapat berperan utama sebagai sumber belajar sebagai pengganti guru ataupun buku. 36 Ibid, h. 43-38 37 Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997, h. 9- 10. d. Peran Media Pembelajaran Media pembelajaran dapat dikatakan telah berperan sebagai sumber belajar, sehingga peran guru dan orang lain dapat diminimalisir dan siswa sudah mampu untuk dapat belajar mandiri. Peran media instruksional edukatif atau media pembelajaran antara lain, mengatasi perbedaan pengalaman pribadi siswa, mengatasi batas-batas ruang kelas, mengatasi kesulitan apabila suatu benda secara langsung tidak dapat diamati karena terlalu kecil, mengatasi gerak benda secara cepat atau terlalu lambat sedangkan proses gerakan itu menjadi pusat perhatian siswa, mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks dapat dipisahkan bagian demi bagian untuk diamati secara terpisah, mengatasi suara yang terlalu halus untuk di dengar secara langsung melalui telinga, mengatasi peristiwa-peristiwa alam, memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan masyarakat atau dengan keadaan alam sekitar, memberikan kesamaankesatuan dalam pengamatan terhadap sesuatu yang pada awal pengamatan siswa berbeda-beda, membangkitkan minat belajar yang baru dan membangkitkan motivasi kegiatan belajar siswa. 38 Berdasarkan pemaparan tersebut, peranan media pembelajaran sangat banyak. Guru akan sangat terbantu ketika menggunakan media dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Bahkan media pembelajaran saat ini sudah dapat digunakan dengan mudah baik oleh guru maupun siswa sendiri. e. Papan Buletin Papan buletin adalah suatu tempat atau halaman papan yang khusus digunakan untuk mempertunjukkan contoh-contoh dari pekerjaan siswa, gambar- gambar, kartu poster-poster dan objek-objek tiga dimensi yang kecil atau material belajar lainnya. 39 Menurut Azhar Arsyad dalam bukunya Media Pembelajaran, papan buletin termasuk ke dalam media pajang yang pada umumnya digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi di depan kelompok kecil. 40 Papan 38 Ibid., h.6-7 39 Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994, h. 56. 40 Azhar Arsyad, Op.Cit., h. 40. buletin berfungsi sama dengan papan magnetik, tetapi dapat pula digunakan untuk menampilkan visual tiga dimensi. 41 Papan buletin dapat diisi dengan informasi verbal maupun nonverbal. Menurut Yudhi Munadi, fungsi papan buletin ialah selain menerangkan sesuatu, juga dimaksudkan untuk memberitahukan kejadian dalam waktu tertentu. 42 Media grafis seperti gambar, poster, sketsa, diagram, dan chart dapat ditempel pada papan buletin ini. Selain itu pesan-pesan verbal tertulis seperti karangan-karangan, berita, feature, dan sebagainya. Papan buletin telah tersedia di sebagian besar sekolah-sekolah negeri yang ada di Indonesia, namun pihak sekolah baik itu guru dan siswa masih kurang berpartisipasi dalam menggunakan papan buletin sebagai media dalam proses pembelajaran. Peneliti lebih sering melihat penggunaan media papan buletin hanya untuk media pajang saja, padahal papan buletin dapat juga digunakan ketika proses pembelajaran. Papan buletin tidak hanya menampilkan hasil kerja siswa, namun juga sebagai salah satu faktor berkembangnya kreativitas siswa untuk memanfaatkannya terutama dalam proses pembelajaran di kelas. Adanya papan buletin dapat menyelaraskan antara tujuan media pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan mengembangkan serta menyalurkan bakat dan kreativitas siswa. Berdasarkan pernyataan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa papan buletin termasuk ke dalam media visual dan dapat disebut juga media pajang. Papan buletin dapat digunakan tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di tempat-tempat umum. Media ini berisikan informasi dan ditampilkan secara menarik sehingga orang-orang yang lewat dan melihat media ini tertarik untuk sejenak membaca informasi yang ada di dalamnya. f. Kelebihan Dan Keterbatasan Media Papan Buletin Kelebihan penggunaan media papan buletin antara lain, pertama, bermanfaat di ruang mana pun tanpa harus ada penyesuaian khusus. Kedua, 41 Ibid, h. 41. 42 Yudhi Munadi,Op.Cit., h. 106. pemakai dapat secara fleksibel membuat perubahan-perubahan sementara penyajian berlangsung. Dan ketiga, mudah dipersiapkan dan materinya mudah digunakan. 43 Menurut Oemar Hamalik, kelebihan penggunaan media papan buletin ialah: pertama, merupakan ruang khusus untuk mempertunjukkan benda, gambar- gambar, poster-poster, dan sebagainya. Kedua, menciptakan minat dan memperluas minat siswa. Ketiga, mempersatukan semangat kelas dengan menimbulkan rasa milik bersama, tanggung jawab bersama. Keempat, melengkapi pengalaman sosial, karena para siswa bekerja dalam kelompok pada waktu merencanakan dan melaksanakan papan buletin. Kelima, mengembangkan kecakapan artistik dan daya mencipta di kalangan siswa-siswa. Keenam, papan buletin mendorong siswa untuk bekerja, merangsang inisiatif, dan melatih cara memecahkan masalah. 44 Keterbatasan penggunaan media papan buletin ialah: pertama, terbatas penggunaannya pada kelompok kecil. Kedua, memerlukan keahlian khusus dari penyajinya apalagi jika memerlukan penjelasan verbal. Ketiga, mungkin tidak dianggap penting jika dibandingkan dengan media-media yang diproyeksikan. 45 g. Tahapan Penggunaan Media Papan Buletin Media papan buletin memiliki tahapan-tahapan dalam proses pembuatannya. Agar menjadi papan buletin yang bagus dan sesuai dengan pembelajaran, maka terdapat tahap-tahap penggunaannya. Tahapan penggunaan media papan buletin menurut Koskey dalam Malik, terdiri dari enam langkah, yaitu: Pertama, menentukan satu subjek, yang merupakan satu kesatuan tentang suatu ide atau masalah. Rumuskan dalam bentuk pernyataan berupa komposisi tertulis yang menarik. Kedua, membuat suatu judul. Ketiga, membuat judul yang menarik. Dapat berupa pertanyaan, slogan, atau pernyataan singkat. Keempat, mengumpulkan bahan-bahan, yaitu mengumpulkan bermacam-macam gambar, kartun, objek-objek kecil, buku, pamphlet, dan sebagainya. Untuk melakukan kegiatan ini diperlukan 43 Azhar Arsyad, Op.Cit., h. 42. 44 Oemar Hamalik, Op.Cit., h. 57. 45 Azhar Arsyad, Op.Cit., h. 42. berbagai alat seperti gunting, alat perekat, dan sebagainya. Kelima, merencanakan susunan. Susunan ini hendaknya bersifat artistik, bahan disusun secara teratur dan jangan sampai campur aduk. Pada langkah ini sebaiknya direncanakan penggunaan dan pengaturan warna agar menarik. Keenam, merencanakan pemberian huruf. Huruf-huruf biasanya ditempelkan melekat pada papan. Harus di perhatikan spacing style, warna, dan bahan dari huruf tersebut. Labelnya harus jelas dan sederhana. Huruf- huruf dapat di buat dari kayu, board metal atau plastik. Selain itu huruf dari tinta, kapur, dan sebagainya. Ketujuh, melaksanakan dan menilai. Setelah kelima langkah itu dilalui dengan seksama, maka sampailah pada langkah ke 6 yakni melaksanakan pemasangan dengan meletakanya bersama-sama. Selanjutnya, sebaiknya dilakukan penilaian apakah telah memenuhi syarat yang diperlukan baik kearsitekanya, teknik maupun nilai pendidikanya. 46 Selain tahapan penggunaan yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat pula tahap selanjutnya yang dapat dilakukan ketika menggunakan media papan buletin. Petunjuk selanjutnya mengenai teknik penggunaan dan pelaksanaan papan buletin ialah: Pertama, menempatkan papan buletin, penempatan papan buletin hendaknya disesuaikan dengan fungsinya. Papan buletin dapat diletakkan di depan kelas, jadi sangat erat hubungannya dengan arsitek dan situasi bangunan itu sendiri. Kedua, konstruksi, papan buletin yang menarik dan bermanfaat dapat terbuat dari bahan-bahan, misalnya: cork, linoleum, softwood dan lainnya, tetapi dapat juga dari bahan yang mudah di dapat di lingkungan sekolah. Ketiga, cahaya, papan buletin harus terlihat terang maka perlu mendapat cahaya yang cukup baik dari sinar matahari atau lampu sorot. Keempat, luas papan buletin, ukuran dan luas papan buletin tidak ada ketentuan khusus akan tetapi dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kemungkinan bahannya. Kelima, alat-alat perlengkapan, untuk membuat papan buletin hendaknya disesuaikan dengan alat dan perlengkapan yang ada. Berhasilnya pembuatan papan buletin dan pemasangan tergantung pada alat-alat dan perlengkapannya. Keenam, improvisasi, pada suatu waktu bilamana diperlukan, guru dapat membuat papan buletin dengan bahan apa saja tanpa terlalu banyak memperhitungkan syarat dan ketentuan yang telah dikemukakan sebelumnya. Yang terpenting, guru memiliki inisiatif bekerja sama dengan siswa untuk membuat papan buletin demi kepentingan pendidikan dan dapat memanfaatkan bahan-bahan yang ada sebaik-baiknya. 47 46 Oemar Hamalik,Op.Cit., h. 58. 47 Oemar Hamalik, Op.Cit., h. 60-61 Memahami tahapan pembuatan papan buletin di atas, maka guru perlu pula menguasai berbagai teknik perencanaan, pelaksanaan, pembuatan, dan teknik penggunaan alat-alat itu dengan memperhatikan prinsip-prinsip dan kriteria- kriteria sebagai persyaratan, agar diperoleh alat yang baik, efektif, dan memuaskan. 48 Dengan papan buletin, siswa dapat menumbuhkan minat dan motivasi dalam belajar, karena dengan membuat sendiri media pembelajaran, siswa dapat mengembangkan kreatifitas yang dimilikinya. 3. Konsep Bumi Dan Alam Semesta a. Perubahan Kenampakan Bumi Dan Pencegahannya Materi pelajaran mengenai konsep bumi dan alam semesta terdapat pada Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD yang telah ditetapkan oleh departemen pendidikan nasional yaitu standar kompetensi: memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan. Kompetensi dasarnya terdiri dari tiga bagian yaitu: mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut, menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan erosi, abrasi, banjir, dan longsor, dan mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan erosi, abrasi, banjir, dan longsor. Antara manusia dan bumi mempunyai hubungan historis yang sangat erat. Manusia pertama bernama Adam diciptakan dari tanah bagian dari bumu sehingga pola kehidupan sehari-harinya tidak pernah terlepas dari unsur bumi. Diciptakan dari tanah, memperoleh makanan dari dalam tanah, dan jika mati kelak akan dikuburkan di dalam tanah. 49 Fakta yang dapat diamati dari lingkungan alam yang baik diantaranya adalah sebagai berikut: air yang mengalir di sungai berwarna bening dan bersih dari sampah pabrik maupun industri, tanaman di hutan tumbuh lebat dan berwarna kehijauan, tanah-tanah di pedesaan yang subur dan 48 Ibid, h. 61 49 Moch. Munir, Geologi Lingkungan, Malang: Bayumedia, 2006, h. 5 tidak tercemar oleh liimbah industri, dan udara di pedesaan dan pegunungan yang bersih dari polusi dan segar. 50 Lingkungan alam dapat mengalami kerusakan yang disebabkan oleh perbuatan menusia maupun karena adanya peristiwa alam. Beberapa fakta terjadinya kerusakan lingkungan akibat ulah manusia adalah sebagai berikut: penebangan hutan secara liar dan membabi buta menyebabkan hutan menjadi tandus dan gersang, tanah longsor dan juga banjir. Pembuangan limbah industri atau limbah rumah tangga di sungai menyebabkan sungai menjadi keruh, menyebabkan penyakit dan terganggunya ekosistem air. Pembuangan sisa pembakaran bahan bakar dan pabrik menyebabkan udara menjadi kotor, mengakibatkan hujan asam dan berbagai gangguan kesehatan. Pembuangan bahan-bahan limbah industri dan rumah tangga yang sulit diuraikan misalnya plastik dapat menyebabkan menurunnya kesuburan tanah. Dan pembuangan limbah cair dapat menyebabkan tercemarnya sumber air. Pembuangan berbagai benda berbahaya bagi alam ini dikenal pula dengan istilah polusi. 51 Beberapa kerusakan lingkungan juga diakibatkan oleh peristiwa alam, yaitu peristiwa yang terjadi karena gejala alam. Beberapa fakta tentang kerusakan alam akibat peristiwa alam adalah sebagai berikut: letusan gunung berapi dapat mengakibatkan kerusakan dan kebakaran hutan, lahan pertanian, dan merusak habitat hewan-hewan liar. Gempa bumi dapat menimbulkan tanah longsor dan tsunami yang memiliki kemampuan merusak alam. Angin ribut dapat menyebabkan kerusakan hutan dan habitat binatang. Dan ada gunung berapi yang aktif dapat pula menyebarkan gas beracun yang dapat merusak lingkungan. Gas yang terkandung di dalam materi erupsi vulkanik yakni nitrogen, oksigen, hidrogen, karbon monoksida, karbon dioksida, gas belerang dan sebagainya. 52 Pencemaran udara, hal ini terjadi ketika udara tercemar oleh gas-gas, misalnya dari kendaraan bermotor menggunakan bahan bakar fosil. Dengan demikian pencemaran udara adalah terkontaminasinya udara karena kegiatan 50 Agus Sugianto, dkk, Pembelajaran IPA MI edisi pertama, Jakarta: APIS-PGMI, 2009, h.11 51 Agus Sugianto, dkk, Op.Cit., h.11. 52 Moch. Munir, Op.Cit., h. 216. manusia, akibatnya kualitas udara mengalami penurunan sehingga mengubah lingkungan alami udara. Polutan udara dapat berupa gas dan partikel. 53 Pencemaran air. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Pencemaran air dapat disebabkan oleh beberapa jenis polutan. Polutan tersebut diantaranya: limbah yang menghabiskan oksigen dalam proses peruraiannya tinja, limbah rumah tangga, limbah pertanian, limbah peternakan, limbah industri dan limbah rumah pemotongan hewan, bakteri dan virus, bahan anorganik asam, garam, logam berat, bahan organik pestisida, detergen, minyak, hara tanaman nitrat dan fosfat, sedimen, bahan radioaktif serta panas dari industri dan air pendingin industri. 54 Pencemaran tanah, dapat disebabkan oleh beberapa jenis polutan yaitu limbah domestik, limbah industri dan limbah pertanian. Berbagai macam pencemaran lingkungan dapat terjadi dimana saja, maka sebelum lingkungan ini tercemar oleh berbagai jenis polutan yang begitu banyak, lebih baik jika diadakannya pencegahan pencemaran lingkungan. Air yang sudah tercemar memang sulit diperbaiki tetapi dapat ditanggulangi dengan cara bahwa limbah dari pabrik ditampung sendiri, menanam tanaman alang-alang disekitar sungai. Mencegah agar limbah tidak mengalir ke sungai, membuat tempat pembuangan sampah. 55 Pencemaran tanah. Usaha untuk mengurangi pencemaran tanah dengan cara penanaman model miring, yaitu tanah di bikin miring sehingga air yang datang dari atas tidak langsung ke bawah. Tanah yang tercemar karena plastik perlu disarankan kepada masyarakat dan ibu-ibu rumah tangga untuk dapat memisahkan sampah yang berbahan plastik dengan yang tidak berbahan plastik sehingga dapat diolah jadi kompos untuk sampah yang bukan plastik. 56 53 Agus Sugianto, dkk, Op.Cit, h.12. 54 Moch. Munir, Op.Cit., h. 329. 55 Agus Sugianto, dkk, Op.Cit., h.12. 56 Ibid, h.12 Meningkatkan kesuburan tanah dapat dilakukan dengan pemupukan, dilarang penebangan pohon-pohon di lereng-lereng gunung atau hutan liar, dilarang membuang limbah di sembarang tempat yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran tanah, reboisasi gunung-gunung yang gundul, mencegah kebakaran hutan dan perladangan yang berpindah-pindah, dan mematuhi undang- undang yang berlaku. 57 Pencemaran udara. Usaha dalam mengurangi pencemaran udara dengan cara mengurangi penggunaan bahan bakar. Mencegah penebangan hutan dan lahan pertanian. Selain itu mengadakan reboisasi yaitu penanaman hutan kembali di daerah kota dan pedesaan maupun dihutan-hutan yang telah ditebangi. 58 Fungsi dan peranan penghijauan perkotaan, antara lain: pertama, sebagai paru-paru kota, tanaman sebagai elemen hijau, pada pertumbuhannya menghasilkan zat asam yang sangat diperlukan bagi makhluk hidup untuk pernapasan. Kedua, sebagai pengatur lingkungan mikro, vegetasi akan menimbulkan hawa lingkungan setempat sejuk, nyaman dan segar. Ketiga, penciptaan lingkungan hidup ekologis, penghijauan dapat menciptakan ruang hidup bagi makhluk hidup di alam. Keempat, penyetimbangan alam merupakan pembentukan tempat-tempat hidup alam bagi satwa yang hidup di sekitarnya. Kelima, perlindungan terhadap kondisi fisik alami sekitarnya angin, terik matahari, gas atau debu-debu. Keenam, keindahan, dengan terdapatnya unsur-unsur penghijauan yang direncanakan secara baik dan menyeluruh akan menambah keindahan kota. Ketujuh, kesehatan, misalnya untuk terapi mata. Kedelapan, rekreasi dan pendidikan. Jalur hijau dengan aneka vegetasi mengandung nilai-nilai ilmiah. Kesembilan, sosial politik ekonomi. 59 Banyak contoh di dalam dan di luar negeri bahwa penghijauan di pinggir jalan maupun taman di Tanami dengan tanaman produktif buah-buahan, tanaman langka, tanaman bunga wangi. Pemeliharaan pada penghijauan meliputi penyulaman, pemangkasan, pemberantasan hama dan penyakit, pemberantasan gulma, penyiraman, pemupukan, pemetikan dan lainnya. Tindakan untuk 57 Ibid., h.12. 58 Ibid, h.12 59 Zoer‟aini Djamal Irwan, Prinsip-prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007, h. 167-168 melestarikan lingkungan sangat penting bagi kehidupan manusia. Pencemaran di berbagai tempat mengakibatkan peningkatan zona mati yang begitu parah. Bahkan, sekarang bahan kimia beracun dan sampah dapat ditemukan di daerah paling terpencil sekalipun di bumi. 60

B. Hasil Penelitian Relevan

Sri Wahyuni dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan Media Visual Gambar”, memberikan kesimpulan bahwa tindakan menggunakan media visual gambar dikatakan baik efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran IPA. Berdasarkan data yang diperoleh, skor hasil observasi aktivitas siswa memperoleh persentase 82,35 termasuk kategori sangat baik dan observasi kegiatan guru mencapai nilai rata-rata 68,7 dapat dikategorikan baik. Data angket diperoleh nilai rata-rata 65,02 dengan kategori kuat. Sedangkan, nilai rata-rata hasil belajar siswa sebelum digunakannya media visual gambar memperoleh 66,39 dan setelah digunakannya media visual gambar memperoleh 73,25 dengan kategori baik. Dan persentase ketuntasan juga mengalami peningkatan dari 62,79 - 93,02. 61 Nurhidayanti dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Papan Buletin Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa ”, memberikan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh media papan buletin terhadap hasil belajar matematika siswa. Hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh hasil belajar siswa menggunakan media papan buletin memperoleh nilai rata-rata sebesar 73,3. Hasil perhitungan uji normalitas hasil belajar menggunakan rumus chi-square, diperoleh nilai 2 hitung = 5,39 dengan taraf signifikansi α = 5 dan derajat kebebasan dk = 3. Sedangkan hasil perhitungan uji homogenitas, diperoleh F hitung = 1,66 dengan taraf signifikansi α = 5 dan derajat kebebasan dk = 29. Dan hasil perhitungan uji hipotesis adalah t hitung 60 Carol Inskipp, Kelestarian Laut terjemah, Solo: Tiga Serangkai, 2009, h.42 61 Sri Wahyuni, “Peningkatan Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan Media Visual Gambar”, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta, 2012. sebesar 8,59 dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 dan derajat kebebasan 58 diperoleh nilai t tabel sebesar 1,68. 62 Elawati dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Papan Buletin Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa” Program Studi Matematika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada penelitiannya memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media papan buletin memberikan bukti hasil belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 68,30 sedangkan kelompok kontrol sebesar 61,10. Varian kelompok eksperimen sebesar 87,89 sedangkan varian kelompok kontrol sebesar 71,01, maka diperoleh data nilai p untuk z = - 1,54 adalah 0,439 0,05 α = 5. 63 Lutfiana Ambar Wati dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Media Papan Buletin Dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X 3 SMAN Ngoro Jombang ” Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Pada penelitiannya memberikan kesimpulan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media papan buletin dalam pembelajaran sejarah siswa kelas X 3 SMAN Ngoro dapat menyampaikan pesan dengan baik dalam pembelajaran sejarah dan mendukung terhadap materi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa minat, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan siswa X 3 dari siklus I ke siklus II meningkat. Hal ini didukung oleh hasil angket bahwa rata-rata keseluruhan aspek motivasi belajar dari siklus I sebesar 68,76 dan meningkat pada siklus II dengan rata-rata sebesar 80,74. 64 62 Nurhidayanti, “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Papan Buletin Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa ”, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta, 2013. 63 Elawati, “Pengaruh Penggunaan Media Papan Buletin Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa ”, Pendidikan Matematika, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. 64 Lutfiana Ambar Wati, “Penggunaan Media Papan Buletin Dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X 3 SMAN Ngoro Jombang ”, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang, 2015. Olivia Mahardian dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Daur Hidup Hewan Melalui Penggunaan Metode Diskusi Dengan Media Gambar Pada Papan Buletin” Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember. Pada penelitiannya memberikan kesimpulan bahwa Penggunaan metode diskusi dengan media gambar pada papan buletin dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini dapat terlihat dari kemampuan bertanya terjadi peningkatan sebesar 37,36 pada siklus I mencapai 27,5 dan siklus II mencapai 64,86 . Mendengarkan penjelasan dari guru juga meningkat sebesar 16,99 dengan persentase dari siklus I 76,25 dan siklus II 93,24 . Menyusun gambar pada papan buletin menunjukkan peningkatan sebesar 4,32 pada siklus I 95 dan siklus II 99,32. Sedangkan interaksi dalam berdiskusi meningkat sebesar 4,04 pada siklus I 94,6 dan siklus II 98,64. Secara keseluruhan aktivitas siswa meningkat sebesar 15,54 pada siklus I 73,48 dan siklus II 89,02 . Dan juga penggunaan metode diskusi dengan media gambar pada papan buletin dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan dapat dilihat dari analisis hasil belajar siswa yang menunjukkan bahwa pada siklus I siswa yang tuntas belajar berjumlah 29 siswa sedangkan siswa yang tidak tuntas berjumlah 8 siswa. Persentase ketuntasan pada siklus I mencapai 78,38 . Pada siklus II siswa yang tuntas belajar belajar berjumlah 35 siswa dan siswa yang tidak tuntas belajar berjumlah 2 siswa. Persentase ketuntasan pada siklus II mencapai 94,59. Dengan demikian ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 16,21 . 65

C. Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran di kelas memerlukan variasi pemilihan dan penggunaan media, metode, dan strategi belajar. Media pembelajaran adalah suatu pengantar pesan dari pengirim kepada penerima yang dapat dimanipulasi, dilihat, 65 Olivia Mahardian, “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Daur Hidup Hewan Melalui Penggunaan Metode Diskusi Dengan Media Gambar Pada Papan Buletin ”, Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember, 2011. didengar dan dibaca sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam kegiatan pembelajaran. Media apa saja dapat digunakan oleh guru tentunya disesuaikan dengan materi pembelajaran. Ketika guru menggunakan media dalam proses pembelajaran, hal ini akan lebih mempermudah guru menyampaikan materi pelajaran kepada para siswa. Mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam IPA adalah suatu hal yang penting bagi siswa. Pembelajaran IPA sangat berperan penting dalam kehidupan ini karena dengan mempelajari IPA, kita sebagai manusia dapat belajar untuk memecahkan masalah yang ada di alam ini yang memang seseungguhnya, manusia berhubungan langsung dengan alam semesta. Kita tidak hanya dituntut untuk menyelesaikan suatu permasalahan di alam ini, tetapi juga untuk menjaganya agar tetap lestari. Penggunaan media pembelajaran tidak selalu memakan biaya yang mahal. Banyak media pembelajaran yang murah dan efektif yang dapat digunakan, baik itu di sekolah yang sudah memiliki sarana dan prasarana yang menunjang ataupun belum guna mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Di samping itu, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media lain belum tersedia. 66 Media pembelajaran visual dinilai lebih mudah digunakan. Media ini dinilai lebih efektif digunakan, karena seluruh sekolah dapat membuatnya baik itu sekolah dengan fasilitas memadai maupun dengan fasilitas yang belum memadai. Media visual juga lebih murah dan mudah membuatnya. Dalam hal ini, bukan hanya guru yang dapat membuatnya sebagai perantara dalam memberikan pelajaran, tetapi juga siswa dapat membuatnya sebagai bagian dari kemudahan dalam memahami pelajaran. Media pembelajaran papan buletin yang merupakan media visual ini diharapkan dapat mempermudah guru dan siswa untuk melaksanakan proses pembelajaran di kelas, selain itu media papan buletin yang telah tersedia di setiap sekolah atau kelas dapat dimanfaatkan dengan baik. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh para guru untuk membantu menyampaikan isi atau materi 66 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers.2011, h.2.