13
F. Kerangka Teori
Krisis moneter dan ekonomi yang menimpa Indonesia sejak tahun 1997 dan terulang kembali diakhir tahun 2009 lalu memberikan banyak pelajaran
berharga. Diantaranya, orang kembali menengok Dinar. Investasi saving emas menjadi pilihan yang menjanjikan. Betapa tidak, akibat krisis moneter,
nilai kekayaan masyarakat jauh berkurang, karena daya beli masyarakat yang sangat rendah. Hal ini terjadi karena nilai tukar rupiah dan Dolar sebagai mata
uang besar dunia anjlok, namun kenyataan itu tidak terjadi pada emas. Sebab, emas tidak terpengaruh oleh inflasi serta aman dari depresi nilai mata uang.
Maka wajar jika investasi emas menjadi investasi stategis. Namun disayangkan efektifitas emas sebagai instrumen moneter belum
dapat dioptimalisasi. Penggunaan emas saat ini hanya terbatas pada investasi yang sifatnya storage dalam bentuk fisik, meskipun dalam tataran lebih jauh
ada yang sudah mengembangkan dengan model Qirad, namun belum berkembang secara pesat.
Kondisi ini yang seharusnya ditangkap oleh lembaga keuangan syari’ah, khusus asuransi syari’ah. Keberadaan asuransi syari’ah yang berperan dalam
perencanaan keuangan masa depan saat terjadinya risko dengan menggunakan mata uang Dinar dapat memberikan garansi pertanggungan yang adil dan
bernilai ekonomis. Sejarah telah mencatat, emas sebagai komoditi memiliki harga yang
stabil. Dalam perjalanannya harga emas dalam satuan mata uang mana pun
14
selalu bergerak meningkat, hal ini disebabkan karena mata uang yang menjadi satuan hitung atas emas berkurang nilai tukarnya. Maka pantaslah, jika emas
tidak sekedar dijadikan komoditi dalam bentuk perhiasan, namun juga digunakan sebagai instrumen moneter dalam melakukan transaksi ekonomi
sebagai mata uang Dinar, dalam hal ini sebagai premi asuransi syari’ah. Dengan dijadikannya Dinar sebagai alat pembayaran premi asuransi
syari’ah, nilai manfaat asuransi akan terjaga dari laju inflasi dan gejolak ekonomi. Hal ini disebabkan Dinar yang berbahan dasar emas memiliki nilai
instrinsik didalamnya, hal yang tidak terdapat pada mata uang fiat, yang mengandalkan kepercayaan masyarakatnya karena telah diundang-undangkan
oleh pemerintah.
G. Kerangka Pemikiran