Latar Belakang Masalah Analisis stabilitas emas sebagai alternatif pembayaran premi: peluang dan tantangan bagi asuransi syariah

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Produk-produk industri keuangan berjangka panjang seperti tabungan pendidikan, tabungan haji, dana pensiun, tabungan kesehatan, asuransi kesehatan, asuransi jiwa dan lain sebagainya sering mengecewakan para pembelinya karena pada saat dana jangka panjang tersebut cair – meskipun angkanya sama dengan yang dijanjikan – namun dana tersebut terlalu rendah daya belinya. Sebagai contoh seseorang membeli salah satu produk asuransi jiwa pada tahun 1996 dengan nominal US 100.000,-, asuransi tersebut jatuh tempo pada tahun 2006 dan orang tersebut benar-benar menerima US 100.000,-. Dengan kondisi demikian senangkah orang tersebut dengan pembayaran manfaat asuransi tersebut?. Jawabannya tentu tidak, permasalahan yang timbul adalah uang US 100.000,- pada tahun 1996 apabila orang tersebut belikan emas sebagai komoditi standar maka dia masih memperoleh sekitar 258 ounce; sedangkan jumlah uang yang sama pada saat dana tersebut cair tahun 2006 apabila dibelikan emas hanya mendapatkan 158 ounce. Pengembaliannya yang tidak adil inilah yang dilarang dalam al-Qur’an. 2 θ ρ ≅‹69 χ ϑ9 ρ ωρ θ Ψ9 Νδ ‹ ∩∇∈∪ Artinya: “... Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya ...” Q.S al-Anfal, 7: 85 Dari contoh diatas kita dapat memahami bahwa untuk benar-benar berjalan sesuai ketentuan syari’ah, maka dalam bermuamalah khususnya yang berbentuk kontrak jangka panjang kita harus menggunakan satuan ukuran yang baku, yang memiliki nilai standar dan tidak terpengaruhi faktor waktu dan tempat. Untuk inilah perlu Dinar dan Dirham segera digunakan dalam mua’amalah secara umum dan secara khusus pada produk-produk industri keuangan jangka panjang seperti tabungan pendidikan, biaya pengelolaan kesehatan baik dengan asuransi maupun JPKM, dana pensiun, dana bencana alam dan lain sebagainya. Selain manfaat yang sangat berarti bagi konsumen seperti contoh diatas, penggunaan Dinar dan Dirham dalam industri keuangan akan berdaya guna ganda; pertama dengan menggunakan Dinar dan Dirham industri keuangan akan dapat benar-benar terbebas dari riba dan akan dapat memberikan layanan yang adil bagi nasabah. Kedua, industri keuangan akan mendorong iklim investasi yang islami yang sesuai syari’ah karena dana pihak ketiga yang 3 terkumpul dalam bentuk Dinar dan Dirham juga harus diinvestasikan dalam bentuk investasi yang paling sesuai dengan prinsip syari’ah yaitu Qirad dan Mudharabah. Ketika dunia tidak lagi menggunakan emas sebagai standar pengukuran harga maka alat dalam perdagangan kemudian beralih kepada uang fiat fiat money. Penggunaan uang fiat yang diikuti dengan penggunaan sistem uang nilai tukar mengambang floating exchange rate system yang dimotori Amerika Serikat selanjutnya merubah sistem moneter dunia. Penggunaan fiat money yang tidak diback up oleh emas mempunyai kelemahan antara lain otoritas moneter dapat melakukan pencetakan uang sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan bukan berdasarkan kebutuhan ekonomi, hal ini pada gilirannya akan berdampak kepada tingkat inflansi yang tinggi, hampir semua mata uang mengalami fluktuasi dan sangat sulit menghindari dari penurunan nilai, mengingat pergerakan nilai tukar sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi domestik dan ekonomi global. Dalam ekonomi konvensional salah satu cara yang digunakan untuk menghindari resiko yang timbul dari fluktuasi nilai tukar adalah menggunakan transaksi lindung nilai hedging. Transaksi tersebut dilakukan untuk jangka waktu tertentu dimasa depan dengan melakukan transaksi jualbeli mata uang yang dibutuhkan tersebut secara kontrak saat ini. Namun demikian instrument hedging yang umum digunakan saat ini seperti forward, swap, dan option masih menjadi perdebatan mengenai kecocokannya untuk melindungi 4 kegiatan perdagangan Islam, mengingat dalam kegiatan ekonomi harus terbebas dari unsur maisir, gharar, dan riba. Selanjutnya secara berkesinambungan para ahli ekonomi Islam mulai membericarakan alternatif penggunaan Dinar sebagai mata uangalat pembayaran. Penggunaan Dinar sebagai mata uang sudah berlaku sejak Nabi Muhammad saw lahir dan digunakan sebagai mata uang Islam dibawah kontrol pemerintah. Dalam perkembangannya nilai tukar Dinar relatif stabil pada jangka waktu yang panjang karena memiliki nilai intrinsik dan tidak tergantung pada jaminan manapun. Oleh karena itu menjadi penting untuk dipahami bahwa koin emas akan selalu bernilai meskipun hanya meliputi sejumlah kecil penggunaan moneter uang. Hal demikian menjadikan Dinar itu dapat digunakan sebagai alat pembayaran premi asuransi syari’ah yang diperkirakan mempunyai stabilitas untuk jangka waktu yang panjang. Dari permasalahan di atas, dapat dipahami bahwa uang kertas sebagai alat pembayaran premi asuransi tidak stabil sehingga menyebabkan ketidakadilan pembayaran manfaat asuransi. Selain itu secara makro penggunaan uang kertas menyebabkan permasalahan ekonomi seperti fluktuasi nilai tukar, inflasi dan ketergantungan ekonomi. Sebaliknya dari fakta sejarah yang ada, diketahui bahwa Dinar stabil dalam perjalanannya sebagai nilai tukar. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti stabilitas nilai tukar Dinar dengan judul: Analisis Stabilitas Emas Sebagai Alternatif Pembayaran Premi: Peluang dan Tantangan Bagi Asuransi Syari’ah. 5

B. Perumusan Masalah